Anda di halaman 1dari 3

REFLEKSI DIRI

Nama : Shafira Kurnia Warianti


NIM : I4061192016

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur saya kepada Allah SWT atas
setiap Rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan yang telah diberikan kepada saya
sampai saat ini sehingga saya bisa mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik di stase
Penyakit Dalam selama 10 minggu ini. Saya ucapkan terima kasih kepada dr.
Yustar Mulyadi, Sp. PD-KGEH, dr. Ivan Lumban Toruan, Sp. PD-KHOM, dr.
Raden Sony Yusuf Wibisono, Sp.PD KGH dan dr. Irma Chandra Pratiwi, Sp. PD
selaku dokter pembimbing saya selama distase penyakit dalam yang dengan sabar
membimbing dan mengajari kami selama menjalani stase ini. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada perawat di poli dan bangsal serta seluruh staff
di RSUD dr. Soedarso yang telah membantu saya selama mengikuti kegiatan
kepaniteraan klinik ini, terima kasih untuk setiap bimbingan dan masukan yang
telah diberikan selama 10 minggu ini.
Selama menjalani stase ini saya banyak mendapat pelajaran berharga bukan
hanya sebatas membaca teori dari buku atau jurnal namun saya juga mengerti
bagaimana sebaiknya saya berkomunikasi dan berempati selama merawat pasien
yang mempercayakan kesehatannya kepada seorang dokter. Saya memulai stase
ini dengan penuh keragu-raguan, dimana saya merasa masih kurang mampu untuk
menjalani stase penyakit dalam ini. Saya merasakan ilmu yang saya bawa masih
sangat cetek untuk mampu beradaptasi dengan konsulen maupun pasien yang
akan saya temui. Namun justru banyak sekali keberuntungan yang mendatangi,
mendapat bimbingan ilmu setiap malam bersama dr. Ivan, mendapat banya
pelajaran hidup dari dr. Yustar, serta mendapat banyak rasa nyaman dan
kepercayaan diri dar dr. Irma. Saya juga sangat bersyukur memiliki teman-teman
satu kelompok yang sangat menyenangkan, saling berbagi dalam belajar, saling
menguatkan dalam kesusahan, saling menghibur dalam kebahagiaan.
Dari dr. Ivan saya belajar, untuk mengetahui penyakit dan keparahan yang
dialami pasien dapat kita mulai dengan melakukan anamnesis yang terstruktur dan
terarah. Dengan ini pula saya menjadi tau bagaimana cara berkomunikasi yang
baik kepada pasien, tersenyum untuk mendengarkan setiap cerita pasien yang
walau kadang terlalu melebar, tertegun dengan perjalanan luar biasa yang dilewati
pasien untuk terus berusaha agar tidak menyerah dengan penyakitnya, dan
tersentuh setiap mengantar kepulangan mereka baik dari bangsal maupun poli
sembari mereka mengucapkan “terimakasih dokter”. Kata-kata yang sederhana
tapi memiliki arti luar biasa bagi diri saya. Saya merasa masih sulit untuk
membedakan rasa empati dan simpati saya kepada pasien, kadang dipenghujung
malam saya sering menangis bila teringat keadaan pasien dan mulai
mengkhawatirkan keluarga yang jauh dirumah sedang saya dalam perantauan.
Pertama kali melihat pasien meninggal dalam perawatan memberikan luka
tersendiri dihati saya. Saya merasa bersalah karna belum mampu memberikan hal
terbaik yang saya miliki untuk membantu pasien. Saya juga merasa sedikit
tersinggung saat ada opnum yang menyepelakan meninggalnya pasien selama
perawatan, mereka tidak memberikan respon yang menggambarkan rasa
menghargai dari berakhirnya sebuah kehidupan. Saya tidak bisa membayangkan
bagaimana jika suatu saat yang terbaring disana adalah salah satu keluarga, teman
atau bahkan diri saya sendiri. Saya mengerti akan lelahnya memikul beban dari
pekerjaan, namun bersikap professional juga merupakan sebuah tanggungjawab
dari pekerjaan yang kita pilih.
Terlepas dari hal sedih, saya juga keluar dari stase ini sebagai pribadi yang
baru. Saya sudah mampu mengatasi rasa gugup dan terbata-bata saat melakukan
presentasi didepan konsulen dan teman-teman. Saya melatih bagaimana untuk
memikirkan celah-celah dari pemaparan yang saya sampaikan sehingga
memungkinkan munculnya pertanyaan dari audien. Saya melatih diri saya untuk
tidak puas belajar dengan hanya dari satu sumber bacaan. Saya juga belajar
bagaimana menyusun setiap kata yang akan saya keluarkan sehingga memiliki
kesan lebih professional. Saya juga senang karna selama di stase ini konsulen
yang saya miliki sangat menghargai dan menyayangi mahasiswa-mahasiswa
koasnya, seperti dr. Yustar yang suka memberikan makanan saat makan siang, dr.
Irma yang selalu meminjamkan buku untuk belajar dan memberikan minuman
saat jam poli usai, dan dr. Ivan yang mentraktir kami makanan mewah yang
mungkin belum sempat kami cicipi sebelumnya.
Diakhir stase saya menyadari, dokter yang baik bukan hanya dokter yang
mengisi seluruh memori otaknya dengan buku, tapi dokter yang juga tidak lupa
mengisi hatinya dengan empati. Dokter yang baik juga dokter yang mau dan
mampu bekerja sama dan merangkul orang-orang disekitarnya. Dokter yang baik
juga dokter yang tidak membedakan perlakukan yang ia berikan berdasarkan
warna kulit, status sosial maupun status pembayaran yang dimiliki pasien. Saya
mohon maaf belum banyak bercerita tentang dr. Sony, namun saya sangat
menghormati dan menghargai beliau yang selalu mengingatkan kami tentang hal
penting yang harus kami ketahu sebagai dokter umum kelak dikemudian hari.
Saya mengucapkan terimakasih dan memohon maaf atas kekurangan dan
tingkahlaku saya selama menjalani stase ini yang mungkin belum mampu
memberikan hasil yang sempurna bagi konsulen saya maupun pasien. Atas segala
kebaikan yang dapatkan saya hanya mampu membalas dengan kata terimakasih
serta iringan doa untuk kesehatan dan keselamatan kepada seluruh konsulen saya.
Saya berharap kelak dikemudian hari saya masih diberi kesempatan untuk
berjumpa dan menyerap ilmu lagi bersama dokter. Semoga dokter sekalian tidak
pernah menyerah dan putus asa untuk membimbing kami. Terimakasih dokter.

Hormat saya, Shafira Kurnia


Warianti

Anda mungkin juga menyukai