Anda di halaman 1dari 6

Nama saya Adinda Rizkita Nabila Halimbar.

Saya lahir pada tanggal 9 Januari 2000 d i


Makassar. Saya bungsu dari 3 bersaudara dan merupakan satu-satunya anak perempuan di dalam
keluarga. Dari kecil saya tinggal di kota Merauke, Papua. Disana saya mendapat pendidikan
formal baik dari taman kanak-kanak hingga SMA.

Berbicara tentang cita-cita, sedari dulu saya selalu ingin menjadi dokter. Ketika
memasuki bangku SMP, sempat timbul keinginan saya untuk menjadi seorang diplomat. Hobi
saya memang pada dasarnya ialah membaca dan travelling. Ketika memasuki dunia SMA, saya
dirundung kegalauan untuk menentukan jurusan ketika saya melanjutkan pendidikan di
perguruan tinggi nanti. Saya sadar bahwa cita-cita yang sedari dulu melekat pada diri saya ialah
menjadi seorang dokter, dan untuk memasuki dan menimba ilmu di sebuah fakultas kedokteran
tidaklah mudah. Akhirnya, setelah memantapkan hati dan niat, saya memutuskan untuk tetap
bertahan pada cita-cita saya, yaitu dengan cara memasuki fakultas kedokteran.

Masa-masa awal untuk memilih perguruan tinggi yang saya inginkan tidaklah mudah.
Saya harus bersaing dengan ribuan bahkan jutaan anak Indonesia yang mempunyai otak lebih
encer serta tujuan yang sama, yaitu menjadi seorang dokter. Semuanya sangat sulit, terlebih
ketika saya gagal diterima di PTN yang saya inginkan melalui jalur SNMPTN. Kemudian, saya
memantapkan hati dan melakukan persiapan untuk menjalani SBMPTN, namun sayang, saya
kembali gagal. Orangtua saya awalnya menyuruh saya untuk mengambil jurusan lain, tapi
dikarenakan tekad saya yang sudah bulat, saya tetap ingin mengambil jurusan kedokteran. Tidak
peduli jika saya dapat masuk tahun ini ataupun bahkan sampai menunggu tahun depan.

Akhirnya saya mulai mengikuti tes masuk fakultas kedokteran di perguruan tinggi
swasta. Pilihan saya jatuh kepada Universitas Surabaya. Ternyata, rezeki yang dipersiapkan
Tuhan oleh saya ialah di Fakultas Kedokteran Ubaya. Akhirnya saya dapat diterima di Fk Ubaya
melalui jalur tes periode akhir. Dalam hati, saya merasa sangat lega. Akhirnya semua
perjuangan, pengorbanan, doa, serta usaha yang selama ini saya lakukan berbuah manis.
Orangtua saya pun juga sangat senang, karna kedua kakak saya memang merupakan alumn i
Ubaya.

Perihal mengapa saya memilih Universitas Surabaya untuk menjadi tempat lanjutan
dalam menimba ilmu, karna saya yakin dan percaya dengan kualitas Universitas Surabaya yang
memang merupakan salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia. Saya yakin dengan
melanjutkan studi saya di Ubaya, saya dapat menjadi pribadi yang tidak hanya mumpuni dalam
ilmu pengetahuan, tetapi juga dalam sikap dan tingkah laku. Walaupun fakultas kedokteran di
Universitas Surabaya masih tergolong baru, namun saya yakin bahwa kedepannya Fk Ubaya
akan menjadi salah satu fakultas kedokteran di Surabaya maupun di Indonesia yang sangat
berkualitas dan dapat mencentak dokter-dokter kompeten serta profesional, dan sebagai angkatan
ke-2, saya merasa bangga menjadi bagian dari keluarga besar FK Ubaya saat ini.

Alasan saya ingin menjadi seorang dokter ialah .


1. Cita-cita dari kecil

Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, bahwa menjadi dokter merupakan keinginan saya
sedari kecil. Ketika berkunjung ke rumah sakit maupun ke tempat praktik dokter, saya selalu
kagum terhadap dokter maupun alat-alat yang berbau kedokteran. Mungkin untuk ukuran gadis
kecil pada saat itu, berkunjung ke rumah sakit maupun ke tempat praktik dokter merupakan
momok menakutkan. Apalagi ketika berhadapan dengan jarum suntik. Tetapi, tidak dengan saya,
saya malah sangat tertarik ketika dokter mulai mengobati pasiennya.

2. ingin menjadi seorang relawan

Waktu SD saya pernah menonton televisi yang menampilkan sebuah berita mengenai perang di
timur tengah, yaitu di Gaza, Palestina. Saya melihat betapa banyak wanita dan anak-anak yang
terluka akibat perang tersebut. Lalu kemudian muncul beberapa orang dengan seragamnya yang
menurut saya waktu itu sangat keren dan gagah, mereka rela menerobos medan perang untuk
menyelamatkan korban-korban yang tengah terluka. Hal itu langsung mengetuk hati saya, dan
detik itu juga saya tahu bahwa saya ingin menjadi seorang dokter, khususnya relawan. Selain
relawan perang, saya juga ingin menjadi relawan kemanusiaan terutama di Afrika.

3. Ingin menolong orang lain.

Ini mungkin terdengar cukup klise, tapi itulah salah satu alasan mengapa saya memutuskan untuk
menjadi mahasiswi fakultas kedokteran. Saya ingin mengubah keluhan-keluhan mereka menjadi
sebuah senyum bahagia ketika mereka berhasil di sembuhkan oleh tenaga saya. Hal ini yang
terus tertanam di benak saya sedari awal. Bayangan bahwa berapa ribu orang di Indonesia
memerlukan bantuan tangan dan tenaga saya untuk memperbaiki taraf kehidupan mereka,
terutama dari segi kesehatan.

4. Ingin menjadi pribadi yang lebih baik.

Menjadi seorang mahasisiwi kedokteran maupun dokter itu sendiri, kita dituntut untuk selalu
profesional dalam hal apapun, keliru sedikit maka nyawa pasien yang menjadi taruhannya.
Dengan menjadi seorang dokter, saya yakin bahwa saya akan menjadi pribadi yang lebih b
ertanggung jawab atas tugas-tugas yang diberikan dan saya juga bisa menjadi lebih peka dengan
keadaan sekitar. Menjadi seorang dokter juga membuat saya lebih menyadari pentingnya
kesehatan, sehingga saya dapat membawa pengaruh kepada diri dan orang sekitar agar lebih baik
dalam menjaga kesehatannya.

5. Restu Orang tua


Salah satu faktor yang sangat berperan dalam membentuk keinginan saya untuk menjadi seorang
mahasiswi kedokteran ialah karna restu orang tua. Syukur Alhamdulillah saya terlahir dari
keluarga yang sangat suportif terhadap apapun yang menjadi pilihan hidup saya. Mereka selalu
siap memberi dukungan moril maupun materi untuk menunjang cita-cita saya menjadi seorang
dokter. Orang tua saya juga yang membuat saya bertahan dan terus tetap berjuang dalam
mewujudkan cita-cita saya ini. Saya ingin membuat mereka bangga, ketika melihat saya nanti
telah menjadi seorang dokter yang dapat membantu serta menyembuhkan orang banyak.

6. Ingin membuat Indonesia menjadi lebih baik.

Menghabiskan hampir seumur hidup saya di Merauke, membuat saya menjadi sadar, bahwa
masih ada daerah-daerah di Indonesia yang masih sulit dalam aspek kesehatan. Hal ini yang
mendorong saya untuk menjadi seorang dokter, agar saya dapat mengabdi kepada saudara-
saudara yang berada di pedalaman maupun dalam kondisi yang akses kesehatannya susah. Sering
sekali saya melihat orang-orang berjuang untuk mendapakatkan kondisi kesehatan yang lebih
baik, namun kadang tidak membuahkan hasil. Maka dari itu, saya ingin membuat perubahan
dalam dunia kesehatan di Indonesia, di mulai dari pemerataan tenaga dokter dan fasilitas
mumpuni di rumah sakit di berbagai daerah pedalaman di Indonesia.

7. Nekat

Semasa sekolah saya dulu, saya bukan termasuk murid yang pintar sekali di kelas. Nilai saya
tidak bisa dibilang jelek tetapi tidak bisa dibilang cukup tinggi. Sedang-sedang saja pada
dasarnya. Banyak teman saya yang nilainya lebih bagus dari saya, sehingga terkadang timbul
rasa minder di dalam diri saya. Hal ini yang menyebabkan saya cukup nekat, karna terkadang
saya juga dilanda keraguan, apakah saya mampu atau tidak dalam menjalani pendidikan di
fakultas kedokteran yang terbilang cukup lama ini. Belum lagi mata kuliah yang banyak dan
sangat berat yang harus saya lahap setiap hari selama kurang lebih 7 tahun ke depan. Belum lagi
pembicaraan-pembicaraan orang lain yang terkesan menakut-nakuti kami para mahasiswi
kedokteran. Namun dibalik itu semua, saya tetap teguh dalam menjalani ini, Karna saya yakin
bahwa walaupun semuanya susah, tapi tetap bisa dikerjakan dengan keteguhan hati dan doa.

8. Ladang pahala

Pekerjaan dokter memang sangat mulia, sehingga bisa menjadi ladang pahala bagi yang
menjalankannya dengan niat yang lurus serta hati yang ikhlas. Saya yakin jika kita menjalakan
semuanya dengan sebaik mungkin serta keiklasan yang tetap dijaga, maka kita bisa mendapat
pahala serta keridhaan-Nya sebanayak mungkin.

9. Kebahagiaan yang tak hanya sekedar materi.

Banyak yang ingin menjadi seorang dokter karna pekerjaannya yang terbilang mapan.
Penghasilannya pun terbilang cukup besar, sehingga banyak dokter yang kaya dan hidup
berkecukupan. Sesungguhnya menurut saya, menjadi seorang dokter lebih dari sekedar itu. Saya
saat ini hanya dapat membayangkan betapa bahagianya ketika melihat orang-orang yang
menangis haru akibat keluarganya berhasil saya sembuhkan atau bahkan dirinya sendiri. Dengan
menekuni cita-cita ini saya jadi sadar, bahwa hidup saya akan menjadi sangat rugi ketika saya
tidak memanfaatkannya dengan membantu orang lain. Menurut saya, materi yang dihasilkan dari
menjadi seorang dokter hanya merupakan bonus, bukan tujuan utama. Karna kebahagiaan
sesungguhnya ialah ketika saya sudah bisa berhasil membuat orang lain juga turut berbahagia
atas apa yang saya telah saya lakukan terhadap mereka.

Berbicara tentang mob, saya awalnya merasa gugup karna saya merasa akan kesulitan
mendapat teman terutama dengan karakter saya yang memang agak sedikit terutup ketika
bersama orang yang baru saya kenal. Namun ketika mob universitas hari pertama dimulai saya
merasa sangat senang sekali karna ternyata saya langsung mendapat teman pada saat itu juga.
Walaupun kami berasal dari berbagai macam latar belakang, tapi kami tetap kompak. Saya
mendapat kelompok Cut Nyak Meutia (22) sebagai kelompok mob univ saya pada saat itu. Hari
pertama kami lalui dengan canda tawa dan rasa kebersamaan yang sangat dalam.

Memasuki hari kedua, kami semakin kompak. Berbagai macam kegiatan kami ikuti
dengan semangat, di mulai dari orasi semangat nusantara hingga jelajah Ubaya. Semuanya
sangta seru dan kami jadi lebih mengenal kampus tempat kami menimba ilmu selama beberapa
tahun kedepan nanti. Lalu hari terakhir mob universitaspun tiba. Sebenarnya saya merasa sedih,
karna saya sudah merasa akrab dengan teman-teman saya dan tak rela rasanya jika harus
berpisah untuk kembali ke fakultas masing-masing. Tetapi perpisahan tersebut harus tetap
terjadi, dan kami semua berjanji akan terus menjalin hubungan baik walaupun sudah mempunyai
teman-teman baru di fakutas kami masing-masing.

Mob fakultas hari pertama akhirnya dating. Awalnya saya merasa cukup tertekan oleh
tugas-tugas yang diberikan oleh kakak-kakak panitia, dan karna masih baru, saya juga belum
mendapat teman yang akrab sehingga saya merasa agak minder. Awalnya saya masih merasa
takut ke pada kakak panitia yang sedikit tegas terhadap kami tetapi seiring berjalannya waktu
saya mulai melihat ini semua dari sisi positif, yaitu kakak-kakak sekalian hanya ingin
menguatkan mental kami tanpa bermaksud apa-apa.

Kegiatan yang diadakan di mob fakultas juga sangat seru. Saya menjadi banyak tahu
tentang medan perang yang akan saya hadapi selama beberapa tahun kedepan. Saya juga
menjadi lebih mengenal diri dan identitas saya sebagai seorang mahasiswi kedokteran. Banyak
kegiatan seru dan menarik yang saya jalani selama mob ini, terutama ketika JFK dan Outbond.
Games-games icebreakingnya juga sangat seru sekali untuk merilekskan fikiran. Tak ketinggalan
juga bekal-bekal yang setiap hari kami bawa juga sangat unik, kami diberi list 7 makanan yang
dibawa untuk menjadi bekal. Yang uniknya ialah list tersebut harus kami pecahkan maksudnya,
karna berisi dengan istilah-istilah IPA maupun kedokteraan. Jika bekal yang kami bawa salah,
maka itu akan menjadi poin untuk kami, sehingga mengurangi kesempatan untuk lulus MOB.
Menurut saya kelebihan MOB pada tahun ini ialah:

1. Kegiatan yang seru

Kegiatan yang diadakan oleh kakak-kakak panitia tahun ini sangat seru, saya pribadi sangat
excited untuk mengikuti setiap kegiatannya. Dimulai dari games-games yang asyik, lalu
materi yang dapat menambah wawasan saya mengenai Ubaya dan ke-multikulturalismenya.
Tak lupa juga jelajah atau berkeliling kampus maupun gedung fakultas yang sangat
membantu saya dalam mengenali lebih banyak tentang kampus dan fakultas saya. Tak lupa
juga kegiatan flashmob dan konfigurasinya yang super keren.

2. Kakak-kakak panitia yang baik.

Mob kali ini juga sangat seru karna kakak-kakaknya yang kece, terutama kakak maping yang
selalu sedia membimbing kami ketika mengalami kesulitan. Kakak-kakak panitia juga tidak
galak melainkan hanya memberi arahan agar kami menjadi lebih baik.

3. Teman-teman yang solid

Hal yang paling saya sukai dari mob kali ini ialah teman-teman yang selalu sedia membantu
dalam keadaan apapun. Kami sudah seperti bersaudara, satu rasa dan satu tujuan. Tak jarang ada
teman yang mengalami kesulitan, tetapi teman lainnya selalu siap mengulurkan bantuan.
Sehingga walaupun kami tetap mempunyai tujuan masing-masing untuk lulus dalam Masa
Orientasi Bersama ini, tetapi hal itu tidak lantas membuat kami menjadi acuh tak acuh antara
satu dengan lainnya.

Walaupu n MOB ini mempunyai kelebihan dan keseruan yang banyak, tetapi juga terselip
kekurangan-kekurangan yang turut mewarnai jalannya kegiatan ini.

1. Kurangnya komunikasi antar kakak panitia.

Sering saya merasa bahwa kakak panitia masih belum bisa menyatukan pemikiran dan
pendapatnya masing-masing. Kadang ada kakak panitia yang bilang A, namun kakak panitia
yang lain malah bilang hal yang sebaliknya. Hal itu kadang cukup membingungkan kami para
peserta. Kedepannya semoga miskomunikasi tidak akan terjadi lagi, sehingga kegiatan bisa
berjalan dengan lancar dan baik.

2. Tidak terbukanya kakak panitia.

Saya paha m bahwa kami sebagai peserta terkadang masih suka berbuat kesalahan, baik dari
tingkah laku, maupun perlengkapan yang tidak lengkap maupun sesuai. Tetapi untuk kedepannya
saya berharap bahwa kakak-kakak panitia bisa lebih terbuka terhadap kesalahan kami, yaitu
contohnya ketika kami salah, tolong langsung diberi teguran agar kami mengerti. Sehingga kami
tidak berbuat kesalahan yang sama lagi kedepannya. Karna terkadang kesalahan yang kami
perbuat itu merupakan ketidak sengajaan semata, sehingga sebaiknya segera dikoreksi agar kami
bisa langsung memperbaiki diri.

Anda mungkin juga menyukai