Anda di halaman 1dari 2

KONTRIBUSIKU UNTUK INDONESIA

Sebelumnya izinkan Saya memperkenalkan diri. Nama Saya Dwi Noviyanti binti Senin. Saya besar dari
keluarga sederhana di tanah jawara, Serang, Banten. Ayah Saya bernama Senin, keturunan Jawa yang
merantau ke tanah jawara untuk mencari sumber nafkah. Bekerja sebagai supir truk yang berangkat
kerja dini hari ketika mata kami (Saya dan ketiga adik) masih terlelap dan pulang 3-4 hari bahkan
seminggu kemudian. Ibu Saya bernama Yamah, ibu rumah tangga yang tidak tamat SD yang walau
demikian adalah ibu terbaik bagi kami karena selalu mengusahakan yang terbaik untuk putra putrinya.
Saya perkenalkan terlebih dahulu kedua orang tua yang menjadi sumber semangat Saya, yang telah
mencurahkan kasih sayang, tenaga, dan harta yang tidak bisa Saya balas dengan apa pun juga, yang
telah mengantarkan Saya menjadi seorang dokter yang memang cita-cita Saya sedari kecil. Keduanya
memang tidak berkapasitas mengajari Saya matematika dan ilmu eksakta lainnya, tetapi karena
merekalah Saya selalu bersemangat dalam belajar. Orang tua Saya berkata bahwa dengan belajar yang
tekun, Saya akan jadi “orang”. Ya, menjadi orang yang tidak hanya sukses dalam kehidupannya sendiri,
tetapi juga bermanfaat untuk orang lain.

Saya menyelesaikan pendidikan SD sampai SMA di Kota Serang, Banten. Alhamdulillah dengan karunia
Allah dan doa orang tua, selalu diterima di sekolah favorit dan mendapat nilai-nilai terbaik dalam
akademik. Berbekal keyakinan akan kemampuan diri dan dukungan orang tua, Saya kemudian
melanjutkan kuliah ke FK Unpad Bandung melalui jalur tes SNMPTN dan alhamdulillah diterima. Saya
berhasil menyelesaikan kuliah dengan baik, alhamdulillah mendapat predikat cum laude, padahal Saya
menikah dan melahirkan anak pertama saat masih menjalani pendidikan profesi. Sejak SMA dan di
kampus, Saya selalu bergabung dengan organisasi-organisasi yang memiliki kegiatan sosial
kemasyarakatan seperti pembinaan anak usia dini, penyuluhan, desa binaan, balai pengobatan, dan
sebagainya. Selain untuk pengembangan diri, Saya meniatkannya sebagai salah satu cara
berkontribusi kepada masyarakat. Saya sadar dan paham bahwa sebagai siswa dan mahasiswa sekolah
negeri, banyak dana yang digunakan dalam pendidikan kami bersumber dari pajak yang diambil dari
seluruh masyarakat Indonesia tak terkecuali para tukang becak, pedagang kecil, petani, dan
masyarakat kecil lainnya sehingga kami sepatutnya menghormati dan memberikan sumbangsih
terbaik sesuai keilmuan kami untuk masyarakat.

Setelah lulus dan resmi menjadi dokter. Saya ditempatkan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi
Jambi sebagai dokter internsip selama 1 tahun. Selanjutnya Saya berpraktek di Kota Jambi sebagai
dokter praktek mandiri dan sejak bulan September 2017 lalu berpindah ke Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin sebagai dokter PTT daerah. Selama bekerja, Saya selalu berusaha
menjalankannya dengan profesional sesuai standar keilmuan dan berusaha melayani dengan penuh
keikhlasan. Uang bukanlah segala-galanya, karena menjadi dokter adalah tugas mulia yang dengannya
Surga menjadi lebih dekat bila melaksanakannya dengan keikhlasan dan kerendahan hati. Di sela-sela
bekerja sebagai dokter di faskes Pemerintah, terkadang Saya masih mengisi penyuluhan ataupun balai
pengobatan yang diadakan lembaga-lembaga sosial untuk meningkatkan kebermanfaatan ilmu yang
telah Saya dapat. Saya juga membina grup whatsapp yang berisikan ibu-ibu untuk berbagi info
kesehatan yang valid agar pengetahuan para ibu meningkat sehingga taraf kesehatan keluarga turut
meningkat.

Cita-cita spesifik Saya terutama sebagai dokter yang tertarik dengan masalah kesehatan kaum wanita
adalah agar para ibu dan calon ibu memperoleh pelayanan kesehatan yang paripurna. Tak hanya
kuratif (pengobatan) tetapi sedari jenjang preventif dan promotif cukup adekuat sehingga taraf
kesehatan wanita meningkat. Wanita adalah bagian terbesar dari populasi penduduk Indonesia. Dan
wanita-wanita yang sehat dan berpengetahuan baik akan melahirkan generasi-generasi yang sehat
pula yang kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa. Oleh karena itu, kesehatan dan
pengetahuan kaum wanita adalah hal yang sangat penting untuk dibenahi.

Faktanya saat ini, Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi, 359 per 100.000 kelahiran hidup di tahun
2012 dan 305 di tahun 2015. Etiologi paling sering penyebab kematian ibu adalah perdarahan dan
preeklamsia. Diikuti oleh infeksi dan ibu hamil dengan komorbiditas (penyakit penyerta). Berbagai
penyebab ini sebagiannya dapat dikurangi dengan meminimalkan risiko yaitu dengan penapisan yang
baik (yang sayangnya terkadang masih diabaikan oleh beberapa sejawat nakes) dan pemberdayaan
kaum wanita (edukasi yang efektif dan berkesinambungan). Walau demikian, proses kehamilan dan
persalinan terkadang memang sulit diprediksi. Kehamilan yang normal dapat saja berakhir dengan
penyulit saat persalinan. Dan dengan sistem rujukan yang masih terkendala banyak hal serta masih
kurangnya dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang dekat dan siap menangani keadaan gawat
darurat obstetri di daerah-daerah tertentu menyebabkan angka kematian ibu di Indonesia masih saja
tinggi. Untuk itu, kehadiran dokter spesialis obstetri dan ginekologi yang dapat melakukan tindakan
medis darurat saat dibutuhkan (tentu saja disertai sarana dan prasarana yang memadai serta sejawat
tim gawat darurat lainnya) serta mau dan mampu membina sejawat nakes di faskes primer
(puskesmas, bidan praktek, rumah bersalin, klinik, dan sebagainya) sangat diperlukan di tiap daerah
dimana ibu-ibu usia produktif berada. Dan Saya ingin turut berperan disana. Selain itu, saat ini,
penyakit organ reproduksi menjadi salah satu deret teratas penyebab kematian wanita, sebut saja
kanker serviks dan kanker payudara. Saya ingin turut serta menurunkan angka kesakitan dan kematian
akibat penyakit-penyakit tersebut dengan berperan sebagai dokter obstetri dan ginekologi yang tak
hanya menunggu pasien berobat saat sudah sakit tetapi aktif melakukan upaya preventif dan promotif
dengan pemberdayaan wanita melalui kerja sama dengan puskesmas, bidan, LSM, dan organisasi-
organisasi masyarakat lain yang concern terhadap kesehatan kaum wanita.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut maka Saya harus segera melanjutkan pendidikan ke jenjang
spesialis obstetri dan ginekologi. Saya akan berusaha belajar semaksimal mungkin, menyelesaikan
pendidikan tepat waktu, dan ketika lulus insya Allah mampu menjadi dokter spesialis obstetri dan
ginekologi yang kompeten melayani masyarakat terutama kaum ibu dan calon ibu dimana pun Saya
ditugaskan. Banyak bisikan yang berusaha menggoyangkan cita-cita Saya ini. Bahwa PPDS obgin itu
“meras” duit (dan Saya, suami, sertta orang tua bukan orang kaya), bahwa menjadi spesialis obgin
sangat menyita waktu (ya Saya dan suami paham itu), bahwa bayarannya di era BPJS ini kadang tidak
sebanding, dan seterusnya. Saya, berbekal ridha suami dan restu orang tua, insya Allah akan
memperjuangkan cita-cita Saya ini karena inilah passion Saya. Jika memang kelak cita-cita ini tidak
tercapai, setidaknya Saya telah mencoba. Dan jika memang tidak tercapai, Saya yakin ada takdir yang
lebih baik yang sudah Allah siapkan untuk Saya. Usaha maksimal. Doa maksimal. Sisanya tinggal
bertawakkal.

Anda mungkin juga menyukai