Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Status Gizi Pada Remaja


1. Pengertian Statu Gizi
status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat zat gizi, di bedakan antara gizi, kurang,
baik dan lebih (almatsier, 2002). Sedangkan menurut (supariasa ,2002)
status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variable tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variable
tertentu.
2. Penilaian Status Gizi
Menurut (supariasa, 2002), pada dasarnya penilaian status gizi dapat
dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.
a) Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
b) Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi
tiga yaitu survei konsumsi makanan, statistic vital dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi.
3. Pentingnya Gizi Pada Remaja
Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena masih mengalami
pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih
tinggi dibandingkan usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih
banyak.
1. Energi Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan
energi remaja adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik
dalam kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Widyakarya
Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka
kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda
perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-
2800 kkal setiap hari. Angka kecukupan gizi energi ini dianjurkan
sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat yaitu : beras, terigu dan
hasil olahannya (mie, spagetti, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar,
singkong), jagung, gula dan lain-lain (Proverawati, 2010).

5
2. Protein Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena
proses pertumbuhannya yang sedang terjadi. Kecukupan protein bagi
remaja adalah 1,5-2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa
muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari
untuk laki-laki (Almatsier, 2011).
3. Lemak Lemak adalah sekelompok besar molekul-molekul alam yang
terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam
lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak
(contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid,
glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan
lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani
pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang
terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa. Pada jaringan
adiposa, sel lemak mengeluarkan hormon leptin dan resistin yang
berperan dalam sistem kekebalan, hormon sitokin yang berperan
dalam komunikasi antar sel. Hormon sitokina yang dihasilkan oleh
jaringan adiposa secara khusus disebut hormon adipokina, antara lain
kemerin, interleukin-6, plasminogen activator inhibitor-1, retinol
binding protein 4 (RBP4), tumor necrosis factor-alpha (TNFα), visfatin,
dan hormon metabolik seperti adiponektin dan hormon adipokinetik
(Almatisier, 2011).
4. Kalsium Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi yang
kuat. Pada masa pertumbuhan, apalagi pada masa growth spurt,
kalsium adalah zat gizi yang penting untuk diperhatikan. Angka
kecukupan gizi kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-
700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700 mg untuk laki-laki.
Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil olahannya.
Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan
lain-lain (Proverawati, 2010)
5. Seng (Zinc) Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan
seksual remaja, terutama untuk remaja laki-laki. Angka kecukupan
gizi seng adalah 15 mg per hari untuk remaja dan dewasa muda
perempuan dan laki-laki (Proverawati, 2010).
6. Besi Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena
terjadinya pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki

6
meningkat karena ekspansi volume darah dan peningkatan
konsentrasi hemoglobin (Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi
menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi
terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini
mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi
dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang
kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkat akan
mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin
merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan pada masa remaja,
mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi
(Proverawati, 2010).
4. Gangguan Gizi Pada Remaja
Berbagai bentuk gangguan gizi pada usia remaja sering terjadi.
Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja
antara lain adalah:
a) Kebiasaan makan yang buruk Kebiasaan makan buruk berpangkal
pada kebiasaan makan keluarga yang tidak baik. Mereka makan
seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan
dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap
kesehatan mereka (Almatsier, 2011).
b) Pemahaman gizi yang keliru Tubuh yang langsing sering menjadi
idaman bagi para remaja terutama wanita remaja. Hal itu sering
menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan
tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara
keliru sehingga kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi. Hanya makan
sekali sehari atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi
merupakan penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan
mendorong terjadinya masalah gizi (Almatsier, 2011).
c) Promosi yang berlebihan melalui media massa Usia remaja
merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal baru.
Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha makanan untuk
mempromosikan produk mereka dengan cara yang sangat
memengaruhi remaja. Padahal, produk makanan tersebut bukanlah
makanan yang sehat bila dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan
(Almatsier, 2011)

7
d) Masuknya produk-produk makanan baru yang berasal dari negara
lain secara bebas memengaruhi kebiasaan makan para remaja.
Jenis-jenis makanan siap santap (siap saji) yang berasal dari negara
barat seperti hot dog, pizza, hamburger, fried chicken dan french
fries, berbagai jenis makanan berupa siap saji sering dianggap
sebagai lambang kehidupan modern oleh para remaja. Padahal
berbagai jenis siap saji itu mengandung kadar lemak jenuh dan
kolesterol yang tinggi disamping kadar garam. Zat-zat gizi itu memicu
terjadinya berbagai penyakit kardiovaskuler pada usia muda
(Almatsier, 2011)
5. Gizi Seimbang Pada Remaja
Dengan berbagai permasalahan tersebut, maka remaja sangat
membutuhkan panduan gizi. Dalam hal ini, di Indonesia dikenal dengan
istilah gizi seimbang. Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan
pangan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh, baik kualitas maupun kuantitas (Soekirman, 2010).
Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang
dikandungnya. Bahan makanan dikelompokkan berdasarkan tiga fungsi
utama zat-zat gizi, yaitu sebagai: (1) sumber energi/tenaga (2) sumber
zat pembangun dan (3) sumber zat pengatur. Sumber energi diperlukan
tubuh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat
pembangun dan zat pengatur, sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan
dalam jumlah yang lebih besar dari pada kebutuhan zat pembangun (Al-
Sendi, 2003).
Sumber karbohidrat diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum,
ubi kayu, kentang dan sebagainya. Zat pengatur diperoleh dari sayur dan
buah-buahan, sedang zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam,
daging, susu, kacang-kacangan dan sebagainya. Ketiga golongan bahan
makanan dalam konsep dasar gizi seimbang tersebut digambarkan dalam
bentuk kerucut dengan urutan menurut banyaknya bahan makanan
tersebut yang dibutuhkan oleh tubuh. Dasar kerucut menggambarkan
sumber energi/tenaga, yaitu golongan bahan pangan yang paling banyak
dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pengatur,
sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang
secara relatif paling sedikit dimakan tiap harinya (Almatsier, 2011).

8
6. Pengukuran Status Gizi
Indeks Massa Tubuh atau Body Mass Index adalah suatu cara
penilaian terhadap status gizi. Dengan IMT akan diketahui apakah berat
badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan
IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk
mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg)
IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi


berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara
berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT
untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
Table 1 standart IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat 17,0 – 18,4
ringan
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Jika seseorang termasuk kategori:
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis
(KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.
B. Konsep Sikap
1. Pengertian Sikap
Mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan,
mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku
individu terhadap manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi
oleh individu, bahkan terhadap diri individu itu sendiri disebut fenomena
sikap. Fenomena sikap yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan
objek yang sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya dengan

9
pengalaman-pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang, dan
oleh harapan-harapan untuk masa yang akan datang. Sikap manusia,
atau untuk singkatnya disebut sikap, telah didefinisikan dalam berbagai
versi oleh para ahli (Azwar, 2007).
Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau
afek negatif terhadap suatu objek psikologis (dalam Azwar, 2007). Sikap
atau Attitude senantiasa diarahkan pada suatu hal, suatu objek. Tidak
ada sikap tanpa adanya objek (Gerungan, 2004). LaPierre mendefinisikan
sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara
sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan. Definisi Petty & Cacioppo secara lengkap mengatakan
sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya
sendiri, orang lain, objek atau isu-isu (dalam Azwar, 2007).
Menurut Fishben & Ajzen, sikap sebagai predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu
berkenaan dengan objek tertentu. Sherif & Sherif menyatakan bahwa
sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam
hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu.
Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu
perbuatan atau tingkah laku (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003).
Azwar (2007), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka
pemikiran.
1. kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi
seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood.
Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau
reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek
adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable) pada objek tersebut.
2. kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave,
Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut
kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan
untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara
tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan

10
yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki
adanya respon .
3. kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi
pada skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini
suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif,
afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam
memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu
objek.
Jadi berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
sikap adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan,
bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek yang merupakan hasil
dari interaksi komponen kognitif, afektif dan konatif.
2. Komponen Sikap
Azwar (2007) menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen yaitu:
a. Komponen kognitif
Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi
kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa
yang benar bagi objek sikap.
b. Komponen afektif
Komponen afektif merupakan komponen yang menyangkut
masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek
sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan
perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
c. Komponen perilaku
Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur
sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan
berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
objek sikap yang dihadapinya.

3. Tingkatan Sikap
Tingkatan sikap menurut Fitriani ( 2011):
a) Menerima (receiving) : seseorang mau dan memperhatikan
rangsangan yang diberikan.

11
b) Merespons (responding) : memberi jawaban apabila ditanya,
menyelesaikan tugas yang diberikan sebagai tanda seseorang
menerima ide tersebut.
c) Menghargai (valuing) : tingkatan selanjutnya dari sikap adalah
menghargai. Menghargai berarti seseorang dapat menerima
ide dari orang lain yang mungkin saja berbeda dengan idenya
sendiri, kemudian dari dua ide yang berbeda tersebut
didiskusikan bersama antara kedua orang yang mengajukan
ide tersebut.
d) Bertanggung jawab (responsible) : mampu
mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah dipilih
merupakan tingkatan sikap yang tertinggi.
4. Factor Factor Yang Mempengarui Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Wawan dan Dewi
(2011) adalah :
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat agar
dapat dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap yang baik.
Sikap akan lebih mudah terbentuk jika pengalaman pribadi yang
terjadi melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu cenderung mempunyai sikap yang searah dengan orang
yang dianggapnya penting karena dimotivasi oleh keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggapnya penting
tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu
masyarakat asuhannya sehingga kebudayaan yang dianut
menjadi salah satu faktor penentu pembentukan sikap seseorang.
d. Media massa
Media massa yang harusnya disampaikan secara objektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga berpengaruh
juga terhadap sikap konsumennya.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

12
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga
agama sangat menentukan system kepercayaan sehingga konsep
ini akan ikut mempengaruhi pembentukan sikap.
5. Pengukuran Sikap
a) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)
Teknik ini disusun oleh Thurstone yang didasarkan pada
asumsi nilai skala yang berasal dari rating para penilai tidak
dipengaruhi oleh sikap penilai terhadap isu. Metode ini
menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari
yang sangat unfavorable sampai yang sangat favorable
terhadap suatu objek sikap. Caranya yaitu dengan memberikan
orang tersebut beberapa item sikap yang telah ditentukan
derajat favorabilitasnya. Pembuat skala perlu membuat sampel
pernyataan sikap sekitar 100 buah atau lebih, kemudian
pernyataan-pernyataan tersebut diberikan kepada beberapa
orang penilai untuk menentukan derajat favorabilitasnya.
Rentang favorabilitas dari 1 sampai 11. Median dari penilaian
antar penilai terhadap item ini dijadikan sebagai nilai skala
masing-masing item. Pembuat skala menyusun item dari skala
terendah sampai tertinggi, kemudian memilih item untuk
kuesioner skala sikap yang sesungguhnya dan selanjutnya
diberikan kepada responden untuk menunjukkan seberapa
besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya pada masing-masing
item (Wawan & Dewi, 2011).
b) Skala Likert (Method of Summateds Ratings)
Item dalam skala Likert dibagi menjadi kelompok
favorable dan unfavorable. Untuk item favorable, jawaban sangat
setuju nilainya 5, sedangkan jawaban sangat tidak setuju nilainya
1. Item unfavorabel, nilai untuk jawaban sangat setuju adalah 1,
sedangkan jawaban untuk sangat tidak setuju diberi nilai 5. Skala
Likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala interval sama
(Riyanto, 2011).
c) Skala Guttman
Pengukuran dengan menggunakan skala Guttman
hanya akan ada dua jawaban, yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”,

13
“pernah-tidak pernah”, “setuju-tidak setuju”, dan lain-lain. Skala
Guttman digunakan apabila ingin mendapatkan jawaban yang
tegas tentang permasalahan yang dipertanyakan. Penilaian
pada skala Guttman untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan jika
tidak setuju diberi skor 0 (Sugiyono, 2009).
Sikap dikatakan positif (mendukung) bila hasil mean
lebih besar daripada rata-rata, sedangkan dikatakan negatif
(tidak mendukung) bila hasil mean lebih rendah daripada rata-
rata.
C. Konsep Gaya Hidup
1. Pengertian Gaya Hidup
Gaya Hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang
diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka
(aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya
(ketertarikan), dan apa yang dipikirkan tentang diri mereka sendiri dan
juga dunia disekitarnya (pendapat). Menurut Sutisna (2008) gaya hidup
masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya, bahkan dari
masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat
tertentu akan bergerak dinamis. Namun demikian, gaya hidup tidak cepat
berubah, sehingga pada kurun waktu tertentu gaya hidup relatif
permanen.
Menurut Kotler (2014) Gaya hidup adalah cara ekspresi yang
bersifat dasar dan unik yang muncul dalam bidang usaha manusia.
Sedangkan menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel (2008:80) adalah suatu
cara hidup (mode of living), merupakan cara orang untuk memutuskan
bagimana ia akan menghidupi hidupnya. Menurut Sutisna (2008) untuk
mengukur gaya hidup ditinjau dari aspek kultural, program ini disebut
sebagai VALS 1 (Value And Life Stile 1) yaitu terdiri atas: 1) Outer
directed, yaitu merupakan gaya hidup konsumen yang jika dalam
membeli suatu produk harus sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
tradisional yang telah terbentuk. Motivasi pembelian dipengaruhi oleh
bagaimana pandangan dan pikiran orang lain. 2) Inner directed, kelompok
konsumen yang membeli produk untuk memenuhi keinginan dari dalam
dirinya untuk untuk memiliki sesuatu, dan tidak terlalu memikirkan norma-
norma budaya yang berkembang. 3) Need driven, merupakan kelompok

14
konsumen yang membeli sesuatu didasarkan atas kebutuhan dan bukan
keinginan berbagai pilihan yang tersedia.
Selanjutnya SRI memperbaiki program VALS 1 dengan VALS 2
yang mengidentifikasikan tujuh kelompok konsumen yaitu sebagai
berikut: 1) Actualizer, mempunyai pendapatan yang paling tinggi dan
harga diri yang tinggi. Mereka mempunyai rentang minat yang luas pada
berbagai bidang dan terbuka pada perubahan. 2) Fulfilleds,
berpendapatan tinggi, dewasa, bertanggung jawab, mempunyai
pendidikan tinggi dalam bidang profesional. Mereka memusatkan
kegiatan senggang di rumah, tetapi terbuka pada gagasan baru dan
perubahan. Masyarakat menghargai pendidikan dan travel, dan juga
mempunyai kesadaran pada kesehatan. 3) Believers, agak kurang kaya,
mereka lebih tradisional daripada fulfilleds. Mereka hidup terpusat pada
keluarga, pergi ke masjid, gereja, kelompok dan negara. Mereka
menghargai peraturan. 4) Striver, Minat sempit, mudah bosan, agak
terkucil, ingin diakui oleh kelompok, tak peduli kesehatan dan tak peduli
politik. 5) Struggler, minat terbatas, kegiatan terbatas, cari rasa aman,
kesehatan bermasalah, konservatif dan tradisional, memegang agama. 6)
Experiencer, senang yang baru, aneh dan beresiko, senang olah raga,
sosialisasi udara luar, peduli tentang citra, tidak sama dengan konformis,
kagum kekayaan, kekuasaan, ketenaran, tidak peduli politik. 7) Maker,
menikmati alam, kegiatan fisik, waktu luang dengan kalangan dan teman
dekat menghindari orang, mencemooh politisi, orang asing dan
konglomerat.
Menurut Kotler (2014:193) konsumen dibagi kelompok menjadi dua,
yaitu meliputi: a) Kecenderungan utama dari empat kelompok dengan
sumber daya yang lebih besar, yaitu meliputi: 1) Suka mewujudnyatakan
hal-hal yang oleh orang lain dianggap sebagai impian (actualizer):
Sukses, canggih, aktif, “ merasa tanggung jawab”. 2) Suka
merealisasikan seluruh ambisi dan potensi diri (fulfilleds): Matang, puas,
nyaman, reflektif. 3) Suka mencapai sasaran diri melalui ketrampilan dan
kerja (achievers): Sukses, berorientasi pada kerja dan karier. 4) Suka
mencoba (experiencers): Muda, energik, bersemangat, impulsif (meledak-
ledak), dan suka memberontak. b) Kecenderungan utama dari empat
kelompok dengan sumber daya yang lebih sedikit adalah: 1) Menganggap

15
segalanya sudah baik/benar (believers): Konservatif, konvensional dan
tradisional. 2) Merasa bersaing (strivers): Tidak pasti, tidak aman,
mencari persetujuan, terbatas sumber dayanya. 3) Pembuat (makers):
Praktis, swasembada, tradisional, berorentasi pada keluarga. 4) Harus
berjuang (strugglers): Manula, pensiun, pasif, penuh perhatian, terbatas
sumber dayanya.

2. Pengukuran Gaya Hidup


Gaya hidup yang berkembang pada masyarakat merefleksikan nilai-
nilai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Gaya hidup ditunjukkan oleh
perilaku tertentu sekelompok orang atau masyarakat yang menganut
nilai-nilai dan tata hidup yang hampir sama. Untuk memahami bagimana
gaya hidup sekelompok masyarakat diperlukan program atau instrumen
untuk mengukur gaya hidup yang berkembang. Para peneliti yang
menganut pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan
konsumen berdasarkan variabel-variabel AIO yaitu aktifitas, minat
(interest) dan opini (pandangan-pandangan). Kasali (2007:226)
mengatakan bahwa segmentasi gaya hidup mengukur aktifitas-aktifitas
manusia dalam hal :
a) Bagaimana mereka menghabiskan waktunya
b) Minat mereka, apa yang dianggap penting disekitarnya
c)Pandangan-pandangan, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap orang lain
d) Karakter-karakter dasar seperti tahap merka telah lalui dalam
kehidupan (life cycle), penghasilan, pendidikan dan mereka
tinggal.
Komponen AIO didefinisikan oleh Renold dan Dearden dalam
Engel (2010:385) sebagai berikut:
a) Activities (kegiatan) adalah tindakan nyata seperti menonton,
berbelanja di toko atau menceritakan kepada tetangga
mengenai pelayan yang baru. Walaupun tindakan ini biasanya
dapat diamati, alasan untuk tindakan tersebut jarang dapat
diukur secara langsung.

16
b) Interest (minat) semacam objek, peristiwa, atau topik adalah
tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun
terus menerus kepadanya.
c) Opinien (opini) adalah “jawaban” lisan atau tertulis yang orang
berikan sebagai respon terhadap situasi stimulus dimana
semacam “pertanyaan” diajukan. Opini digunakan untuk
mendiskripsikan penafsiran, harapan, dan evaluasi seperti
kepercayaan mengenai maksud orang lain, antisipasi
sehubungan dengan peristiwa masa yang akan datang, dan
penimbangan konsekuensi yang memberi ganjaran atau
hukuman dari jalannya tindakan alternatif.
Gaya hidup akan berkembang pada masing-masing dimensi
(aktivitas, interest, opini/ AIO) seperti telah diidentifikasi oleh Plumer
dalam Sutisna (2008:145). Kategori AIO mengenai gaya hidup dapat
disajikan pada Tabel 2
Tabel 2 Kategori AIO Dari Studi Mengenai Gaya Hidup
Aktivitas Interest Opini
Bekerja Keluarga Diri mereka sendiri
Hobi Rumah Masalah-masalah
Peristiwa sosial Pekerjaan sosial
Liburan Komunitas Politik
Hiburan Rekreasi Bisnis
Anggota klub Pakaian Ekonomi
Komunitas Makanan Pendidikan
Belanja Media Produk
Olah raga Prestasi Masa depan
Budaya
Sumber: Plumer dalam Sutisna (2008:145)
Kesimpulan yang diperoleh pada Tabel 2 yaitu gaya hidup masyarakat
merupakan suatu identitas atau ciri dari suatu kelompok atau komunitas,
dimana setiap kelompok memiliki suatu ciri yang berbeda dengan kelompok
yang lain. Dengan demikian perubahan gaya hidup suatu kelompok akan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap berbagai aspek pada diri
seorang.
Randi Jepsen, et all (2013), A cross-sectional study of self-
reportedgeneral health, lifestyle factors, anddisease: the Hordaland Health

17
Study Satu studi, Termasuk Beberapa faktor gaya hidup, ditemukan negatif
gaya hidup tidak sehat dan hubungan antara mental dan kesehatan fisik .
D. Remaja
1. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan
psikologis, dan perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai
periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau masa usia
belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu
seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya.
Kartono (1995) “masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa”. Periode ini terjadi perubahan-perubahan
besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan
jasmaniah, terutama fungsi seksual. Disisi lain Rumini dan Sundari (2004)
“menjelaskan masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan
masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk
memasuki masa dewasa”. World Health Organization (WHO) mendefinisikan
remaja (Sarwono, 2006) adalah suatu masa ketika:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan
para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang
sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek
fisik, psikis dan sosial.
2. Batasan Usia Remaja
Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Menurut Kartono (1995) dibagi
tiga yaitu:

18
a. Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat
dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak
pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau
dianggap kanak-kanak lagi namun belum bisa meninggalkan pola
kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa
sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
b. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi
pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan
kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan
nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis
dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja
awal ini rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya
diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk
melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya, selain itu
pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirinya.
c. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal
dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan
keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari
tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu
berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.

19

Anda mungkin juga menyukai