Anda di halaman 1dari 9

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Teori belajar humanistik, konstruktivistik, dan teori belajar sosial serta
penerapannya dalam kegiatan pembelajaran
B. Kegiatan Belajar : KB 4

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


TEORI BELAJAR HUMANISTIK,
KONSTRUKTIVISTIK, DAN TEORI BELAJAR SOSIAL
SERTA PENERAPANNYA DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN

1. Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik


A. Teori humanistik berangkat dari aliran humanisme
sebagai reaksi atas aliran behaviorisme. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya (Uno,
2006: 13). Tujuan utama para pendidik adalah membantu
peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
dalam mewujudkan potensipotensi yang ada dalam diri
mereka. Dalam teori belajar humanistik proses belajar
Peta Konsep (Beberapa
harus berhulu dan bermuara pada siswa itu sendiri sebagai
1 istilah dan definisi) di
manusia.
modul bidang studi
B. Teori Belajar Menurut Para Ahli Humanistik Banyak
tokoh penganut aliran humanistik yang menyampaikan
teroinya tentang belajar, diantaranya:
a. Carl Rogers
Carl Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh
perhatian kepada mekanisme proses belajar, tetapi lebih
menaruh perhatian terhadap isi yang dipelajarinya,
sehingga belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan
pribadi. Menurutnya, belajar yang sebenarnya tidak
dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual
maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu,
menurut teori belajar humanisme bahwa motivasi
belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
b. Arthur Combs
Comb mencurahkan banyak perhatian terhadap dunia
pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep
dasar yang sering digunakan dan belajar terjadi bila
mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Seseorang (siswa)
tidak bisa pada mata pelajaran tertentu bukan karena
bodoh, tetapi karena mereka terpaksa dan merasa tidak
ada alasan penting bagi mereka harus mempelajarinya.
Perilaku buruk itu sebenarnya tidak lain hanyalah dari
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu
yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
c. Abraham Maslow.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku
dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai
berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk
berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil
kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia
miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga
memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan,
keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan,
ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan
pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri (self).
C. Pandangan Jurgen Habermas terhadap belajar.
Tokoh humanis lain adalah Hubermas (1929-sekarang).
Menurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan
belajar yang dimaksud di sini adalah lingkungan alam
maupun lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak
dapat dipisahkan. Dengan pandangannya yang
demikian, ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu; 1)
belajar teknis ( technical learning), 2) belajar praktis (
practical learning), dan 3) belajar emansipatoris
(emancipatory learning). Masing-masing tipe memiliki
cirriciri sebagai berikut:
a. Belajar Teknis ( technical learning) Belajar teknis
adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi
dengan lingkungan alamnya secara benar.
b. Belajar Praktis ( practical learning) Belajar praktis
adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang
di sekelilingnya dengan baik.
c. Belajar Emansipatoris (emancipatory learning).
Belajar emansipatoris menekankan upaya agar
seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran
yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi
budaya dalam lingkungan sosialnya.
C. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik
Pendekatan humanistik menganggap peserta didik
sebagai a whole person atau orang sebagai suatu kesatuan.
Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan
materi atau bahan ajar yang menjadi sasaran, tetapi juga
membantu peserta didik mengembangkan diri mereka
sebagai manusia. Sebagai ahli dari teori belajar
humanisme, Roger Roger mengemukakan beberapa prinsip
belajar yang penting yaitu: 1. Manusia itu memiliki
keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu
alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam
untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru; 2.
Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang
dipelajari relevan dengan kebutuhan peserta didik; 3.
Belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman
dari luar; 4. Belajar secara partisipasif jauh lebih efektif
dari pada belajar secara pasif dan orang belajar lebih
banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri; 5. Belajar
atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi,
pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama;
dan 6. Kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam
belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain
tidak begitu penting.
Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan
Pembelajaran Berdasarkan beberapa teori dari para ahli
humanistik di atas, maka dalam proses pembelajaran harus
menggunakan pedekatan student centered, yaitu
pendekatan yang menjadikan siswa sebagai pusat
pembelajaran, artinya siswa sebagai objek dan sekaligus
subjek dalam pembelajaran. Guru berfungsi sebagai
fasilitator dan motivator agar siswa mau belajar.

2. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME


a. Konsep belajar menurut konstruktivistik
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori
yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang
ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan
kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya
tersebut dengan bantuan orang lain, sehingga teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau
teknologi dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri.
Proses mengkonstruksi pengetahuan Manusia
dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan indranya.
Melalui interaksinya dengan obyek dan lingkungan,
misalnya dengan melihat, mendengar, menjamah,
membau, atau merasakan, seseorang dapat mengetahui
sesuatu. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah
ditentukan, melainkan sesuatu yang dihasilkan dari proses
pembentukan. Semakin banyak seseorang berinteraksi
dengan obyek dan lingkungannya, maka pengetahuan dan
pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan
meningkat dan lebih rinci.
Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari
pendekatan konstruktivistis, bukan sebagai perolehan
informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam
diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh
siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi
dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran
struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang
aspek prosesnya dibandingkan dengan aspek perolehan
pengetahuannya dari fakta-fakta yang terlepas-lepas.
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar
merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan dan
harus dilakukan oleh si pembelajar (siswa). Dia harus
aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun
konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari. Guru memang dapat dan harus mengambil
prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi peluang
optimal bagi terjadinya belajar. Namun yang akhirnya
paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat
belajar siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan
bahwa pada hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada
pada siswa.
b. Peranan Guru.
Dalam belajar konstruktivistik, guru atau pendidik
berperan membantu agar proses pengkonstruksian
belajar oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak
mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya,
melainkan membantu siswa untuk membentuk
pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih
memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam
belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-
satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai
dengan kemauannya. Peranan kunci guru dalam
interaksi pendidikan adalah pengendalian yang
meliputi: a) Menumbuhkan kemandirian dengan
menyediakan kesempatan untuk mengambil keputusan
dan bertindak; b) Menumbuhkan kemampuan
mengambil keputusan dan bertindak, dengan
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa; c)
Menyediakan sistem dukungan yang memberikan
kemudahan belajar agar siswa mempunyai peluang
optimal untuk berlatih.
c. Sarana belajar.
Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa
peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas
siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan,
lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk
membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi
kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan
pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya.
Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih
untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang
dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu
mempertanggungjawabkan pemikirannya secara
rasional.
D. Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky
(1896-1934)
Teori belajar kokonstruktivistik merupakan teori belajar
yang dipelopori oleh Lev Vygotsky. Teori belajar ko-
kontruktinvistik atau yang sering disebut sebagai teori
belajar sosiokultur merupakan teori belajar yang titik
tekan utamanya adalah pada bagaimana seseorang
belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona
keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen
(ZPD) atau Zona Perkembangan Proksimal dan mediasi.
Di mana anak dalam perkembangannya membutuhkan
orang lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan
masalah yang dihadapinya. Secara spesifik
menyimpulkan bahwa kegunaan alat berfikir menurut
Vygotsky adalah :
1. Membantu memecahkan masalah Alat berfikir
mampu membuat seseorang untuk memecahkan
masalahnya. Kerangka berfikir yang terbentuklah
yang mampu menentukan keputusan yang diambil
oleh seseorang untuk menyelesaikan permasalahan
hidupnya.
2. Memudahkan dalam melakukan tindakan Vygotsky
berpendapat bahwa alat berfikirlah yang mampu
membuat seseorang mampu memilih tindakan atau
perbuatan yang seefektif dan seefisien mungkin
untuk mencapai tujuan.
3. Memperluas kemampuan Melalui alat kberfikir
setiap individu mampu memperluas wawasan
berfikir dengan berbagai aktivitas untuk mencari dan
menemukan pengetahuan yang ada di sekitarnya.
4. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas
alaminya. Semakin banyak stimulus yang diperoleh
maka seseorang akan semakin intens menggunakan
alat berfikirnya dan dia akan mampu melakukan
sesuatu sesuai dengan kapasitasnya.
Teori belajar kokonstruktivistik meliputi tiga konsep
utama, yaitu:
1. Hukum Genetik tentang Perkembangan Perkembangan
menurut Vygotsky tidak bisa hanya dilihat dari fakta-
fakta atau keterampilan-keterampilan, namun lebih dari
itu, perkembangan seseorang melewati dua tataran.
Tataran sosial (interpsikologis dan intermental) dan
tataran psikologis (intrapsikologis). Di mana tataran
sosial dilihat dari tempat terbentuknya lingkungan
sosial seseorang dan tataran psikologis yaitu dari dalam
diri orang yang bersangkutan.
2. Zona Perkembangan Proksimal/Zona Proximal
Development (ZPD) merupakan konsep utama yang
paling mendasar dari teori belajar konstruktivistik
Vygotsky. Dalam Luis C. Moll (1993: 156-157),
Vygotsky berpendapat bahwa setiap anak dalam suatu
domain mempunyai ‘level perkembangan aktual’ yang
dapat dinilai dengan menguji secara individual dan
potensi terdekat bagi perkembangan domain dalam
tersebut. Vygotsky mengistilahkan perbedaan ini
berada di antara dua level Zona Perkembangan
Proksimal, Vygotsky mendefinisikan Zona
Perkembangan Proksimal sebagai jarak antara level
perkembangan aktual seperti yang ditentukan untuk
memecahkan masalah secara individu dan level
perkembangan potensial seperti yang ditentukan lewat
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa
atau dalam kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih
mampu. Secara jelas Vygotsky memberikan
pandangan yang matang tentang konsep tersebut
seperti yang dikutip oleh Luis C. Moll.
3. Mediasi merupakan tanda-tanda atau lambang-
lambang yang digunakan seseorang untuk memahami
sesuatu di luar pemahamannya. Ada dua jenis mediasi
yang dapat mempengaruhi pembelajaran yaitu, (1)
tema mediasi semiotik di mana tanda-tanda atau
lambang-lambang yang digunakan seseorang untuk
memahami sesuatu diluar pemahamannya ini didapat
dari hal yang belum ada di sekitar kita, kemudian
dibuat oleh orang yang lebih faham untuk membantu
mengkontruksi pemikiran kita dan akhirnya kita
menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan;
scoffalding di mana tanda-tanda atau 19 lambang-
lambang yang digunakan seseorang untuk memahami
sesuatu di luar pemahamannya ini didapat dari hal
yang memang sudah ada di suatu lingkungan,
kemudian orang yang lebih faham tentang tanda-tanda
atau lambang-lambang tersebut akan membantu
menjelaskan kepada orang yang belum faham sehingga
menjadi faham terhadap hal yang dimaksudkan.
Berdasarkan teori Vygotsky, Yuliani (2005: 46)
menyimpulkan beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan
dalam proses pembelajaran, yaitu: a) Dalam kegiatan
pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan
yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan
proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan
berkembang. b) Pembelajaran perlu dikaitkan dengan
tingkat perkembangan potensialnya dari pada
perkembangan aktualnya. c) Pembelajaran lebih diarahkan
pada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya daripada kemampuan
intramentalnya. d) Anak diberikan kesempatan yang luas
untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah
dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural untuk
melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah e)
Proses Belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat
transferal tetapi lebih merupakan ko-konstruksi.
Dalam teori belajar kokonstruktivistik ini, pengetahuan
yang dimiliki seseorang berasal dari sumber-sumber sosial
yang terdapat di luar dirinya. 20 Untuk mengkonstruksi
pengetahuan, diperlukan peranan aktif dari orang tersebut.
Pengetahuan dan kemampuan tidak datang dengan
sendirinya, namun harus diusahakan dan dipengaruhi oleh
orang lain. Prinsip-prinsip utama teori belajar
kokonstruktivistik yang banyak digunakan dalam
pendidikan menurut Guruvalah : a) Pengetahuan dibangun
oleh siswa secara aktif b) Tekanan proses belajar mengajar
terletak pada Siswa c) Mengajar adalah membantu siswa
belajar d) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses
dan bukan pada hasil belajar e) Kurikulum menekankan
pada partisipasi siswa f) Guru adalah fasilitator.
E. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam Kegiatan
Pembelajaran
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para tokoh
konstruktivisme di atas, maka implikasi dari dari penerapan
teori belajar konstruktivistik ini dalam kegiatan
pembelajaran adalah: 1. Proses pembelajaran harus
menggunakan pendekatan student centered, dimana fungsi
guru hanya sebagai fasilitator yang bisa mendorong siswa
untuk menemukan sendiri potensi yang dimilikinya; 2.
Proses pembelajaran tidak terlalu berorientasi kepada hasil,
tetapi lebih diorientasikan kepada proses bagaimana siswa
memperoleh pemahaman; 21 3. Guru harus memberikan
kebebasan kepada siswa untuk menggunakan pengalaman
dan pemahamannya untuk berpikir, sehingga
menumbuhkan kemandirian pada siswa dalam mengambil
keputusan dan tindakan; 4. Guru harus mengembangkan
pembelajaran yang collabotarive, sehingga siswa bisa
mendapatkan pemahaman dan pengalaman melalui
interaksi social denan teman-temannya. 5. Guru harus
menghindari pola pembelajaran yang memberikan tekanan
kepada siswa untuk bertindak sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh guru; 6. Guru harus membantu siswa
menginternalisasi dan mentransformasi informasi baru,
sehingga menghasilkan pengetahuan baru yang selanjutnya
akan membentuk struktur kognitif baru bagi siswa; 7. Guru
harus memfasilitasi siswa agar dia bisa belajar dengan
sumber yang tidak terbatas pada apa yang diberikan oleh
guru, oleh karenanya guru harus membantu siswa agar bisa
memanfaatkan media internet untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman.
A. Konsep Belajar Menurut Teori Belajar Sosial Teori
belajar sosial merupakan perluasan dari teori
belajar perilaku yang tradisional (behavioristik) yang
dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini
menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori
belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak
penekanan pada efek-efek dari isyaratisyarat pada
perilaku, dan pada proses-proses mental internal.
B. Aplikasi Teori Belajar terhadap Kegiatan
Pembelajaran
Berdasarkan konsep belajar yang dikemukakan oleh
Albert Bandura di atas, maka ada beberapa implikasi
yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran,
yaitu:
1. Guru harus menampilkan contoh perilaku yang baik
dan yang buruk dari tokohtokoh yang dikenal oleh
siswa, misalnya dengan menampilkan para sahabat nabi
atau orang-orang terkenal yang memiliki pengalaman
untuk ditiru dalam hidupnya; 2. Dalam menentukan
model, karakteristik model perlu diperhatikan karena
akan mempengaruhi efektif tidaknya modeling itu
untuk siswa. Pilih model yang memiliki kelebihan atau
kekuatan di atas yang lain, sehingga siswa dapat
menentukan apakah perbuatan atau pengalamannya
perlu ditiru atau tidak;
3. Observasi adalah kegiatan pembelajaran yang paling
utama dilakukan oleh siswa, sehingga penggunaan
media pembelajaran yang bisa merangsang inderawi
siswa untuk mengamati secara maksimal menjadi
penting untuk diperhatikan;
4. Mengamati perilaku orang lain lebih penting,
dibandingkan dengan mengalami sendiri, karena siswa
akan lebih mudah mempelajari konsekuansi-
konsekuansi dari pengalaman orang dibandingkan
dengan konsekuensi-konsekuensi yang dialami sendiri;
5. Reinforcement bukanlah syarat yang utama untuk
terjadinya proses pembelajaran, karena yang paling
penting adalah mengamati model-model yang harus
terus menerus diperkuat.
1. Menurut terori humanisme, belajar bertujuan untuk
menjadikan manusia selayaknya manusia, keberhasilan
belajar ditandai bila peserta didik mengenali dirinya dan
lingkungan sekitarnya dengan baik. Peserta didik
dihadapkan pada target untuk mencapai tingkat
aktualisasi diri semaksimal mungkin.
Daftar materi bidang studi
2. Teori humanistic berupaya mengerti tingkah laku
2 yang sulit dipahami pada
belajar menurut pandangan peserta didik dan bukan
modul
dari pandangan pengamat.
3. Penerapan teori humanistic pada kegiatan belajar
hendaknya pendidik menuntun peserta didik berpikir
induktif, mengutamakan praktik serta menekankan
pentingnya partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran.

1. Banyak siswa yang kurang mampu memahami materi dan


Daftar materi yang sering
banyak yang perlu memenuhi metode dan juga teori
3 mengalami miskonsepsi
pembelajaran yang beranekaragam.
dalam pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai