Anda di halaman 1dari 13

RUBRIK PENILAIAN RESUME

PADA MATA KEGIATAN PENDALAMAN MATERI DAN PENGEMBANGAN


PERANGKAT/PTKMAHASISWA PPG DALAM JABATAN
KEMENTERIAN AGAMA TAHUN 2022
LPTK IAIN PEKALONGAN

1. Nama Mahasiswa A. Dony Prasetyo, S.Pd.I

2. Judul Modul Teori Belajar dan Pembelajaran


TEORI BELAJAR HUMANISTIK,KONSTRUKTIVISTIK, DAN
3. Kegiatan Belajar TEORI BELAJAR SOSIAL SERTA PENERAPANNYA DALAM
KEGIATAN BELAJAR ( KB 2 )

A. REFLEKSI Respon / Jawaban

KB 2

TEORI BELAJAR HUMANISTIK, KONSTRUKTIVISTIK, DAN


TEORI BELAJAR SOSIAL SERTA PENERAPANNYA DALAM
KEGIATAN BELAJAR ( KB 2 )

TEORI BELAJAR HUMANISTIK


TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

Pengertian Belajar menurut teori KEGIATAN BELAJAR ( KB 2 )


Konsep Belajar Konstruktivistik
Humanisti

Pengertian Belajar menurut Para Ahli Proses Mengkrontuksikan Pengetahuan


Humanistik
Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
Prinsip Teori belajar humanistik
Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky

Aplikasi Teori Belajar Humanistik


Aplikasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam
Kegiatan Pembelajaran

TEORI BELAJAR SOSIAL

Konsep belajar Teori Sosial Aplikasi Teori Belajar Sosial

a.

Peta Konsep(Beberapa istilah TEORI BELAJAR HUMANISTIK


dan definisi) di modul bidang A. Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik
studi Teori humanistik berangkat dari aliran humanisme
sebagai reaksi atas aliran behaviorisme. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya (Uno, 2006:
13). Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu
dan bermuara pada siswa itu sendiri sebagai manusia. Dalam
teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahamilingkungannya dan dirinya sendiri.
a. Teori Belajar Menurut Para Ahli Humanistik
1. Carl R. Rogers
Carl Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh
perhatian kepadamekanisme proses belajar, tetapi lebih
menaruh perhatian terhadap isi yangdipelajarinya, sehingga
belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Roger
membedakan dua ciri belajar yaitu belajar yang bermakna
dan belajar yang tidak bermakna.
Peran guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar
menurut Roger adalah sebagai berikut :
1. Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar
peserta didik bersikap positif terhadap belajar,
2. membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan
belajarnya dan memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk belajar
3. membantu peserta didik untuk memanfaatkan dorongan
cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorongbelajar
4. menyediakan berbagai sumber belajar kepada peserta
didik
5. menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari
berbagai peserta didik sebagaimana adanya. (Hadis,
2006: 72)
2. Arthur Combs
Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang
sering digunakan dan belajar terjadi bila mempunyai arti
bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang
tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat
kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didik mau
belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan
sebagaimanamestinya, padahal arti tidaklah menyatu pada
materi pelajaran itu. Menurutnya yang penting ialah
bagaimana membawa si peserta didik untuk memperoleh
arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan
menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia
seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang
bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah
gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah
persepsi dunia.
3. Abraham Maslow
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku
dalam upaya untukmemenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk
memahami dan menerimadirinya sebisa mungkin. Teorinya
yang sangat terkenal sampai dengan hari iniadalah teori
tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut
Maslow,manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya.Kebutuhan tersebutmemiliki tingkatan
atau hirarki, mulai dari yangpaling rendah (bersifat
dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasidiri).
Tingkatan kebutuhan seseorang menurut Maslow
adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis
2. Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan
3. Kebutuhan untuk diterima dan dicintai
4. Kenutuhan akan penghargaan
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Selfactualization menurut istilah Maslow ialah
pemenuhan dirinya sendiri dan realisasi dari potensi
pribadi. Aktualisasi diri didefisikan sebagai “the desire to
become everything that one is capable of becoming”
(keinginan untuk menjadi apapun yang ingin dia lakukan).
(Djiwandono, 2004: 346). Maslow berpendapat bahwa guru
dalam mengajar dan mendidik anak harus dapatmemberikan
pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan (need) anak. Ia
mengatakan bahwa motivasi dan perhatian belajar anak
akan tumbuh jika yang ia pelajari sesuai dengan
kebutuhannya (Wasti Sumanto, 1998:138).
Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada
idebelajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada
belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati
dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan
asal tujuan untuk“memanusiakan manusia” (mencapai
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai (Dakir,
1993:66)
4. Pandangan Jurgen Habermas terhadap belajar
Menurut Hubermas,belajarbaru akan terjadi jika ada
interaksi antara individu dengan lingkungannya, baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Menurut
Hubermas, tipe belajar dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Belajar teknis ( technical learning)
Belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksidengan lingkungan alamnya secara benar.
2. Belajar Praktis ( practical learning)
Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang
dapat berinteraksidengan lingkungan sosialnya, yaitu
dengan orang-orang di sekelilingnya denganbaik.
3. Belajar Emansipatoris (emancipatory learning).
Belajar emansipatoris menekankan upaya agar
seseorang mencapai suatupemahaman dan kesadaran
yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi
budaya dalam lingkungan sosialnya.

B. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik


Sebagai ahli dari teori belajar humanisme, Roger Roger
mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting yaitu:
1. Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar,
memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan
keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan
asimilasi pengalaman baru.
2. Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang
dipelajari relevan dengan kebutuhan peserta didik;
3. Belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman
dari luar;
4. Belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada
belajar secara pasif danorang belajar lebih banyak bila
belajar atas pengarahan diri sendiri;
5. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan
pribadi, pikiranmaupun perasaan akan lebih baik dan tahan
lama; dan
6. Kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar
dapat ditingkatkandengan evaluasi diri orang lain tidak
begitu penting. (Dakir, 1993: 64)
C. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan
Pembelajaran
Berdasarkan beberapa teori dari para ahli humanistik
di atas, maka dalam proses pembelajaran harus menggunakan
pedekatan student centered, yaitupendekatan yang menjadikan
siswa sebagai pusat pembelajaran, artinya siswasebagai objek
dan sekaligus subjek dalam pembelajaran. Guru berfungsi
sebagaifasilitator dan motivator agar siswa mau belajar.
Adapun strategi yang mesti dilakukan oleh guru dalam
menerapkanpembelajaran humanistik, sebagaimana dihimpun
oleh R. Agung SP dan Latifatul Choir adalah:
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas;
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak
belajar yang bersifat jelas,jujur, dan positif;
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan
siswa untuk belajar atasinisiatif sendiri;
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai
proses pembelajaransecara mandiri;
5. Siswa diberi keleluasaan mengemukakan pendapat,
memilih pilihannya sendiri,melakukan apa yang diinginkan
dan menanggung resiko dari perilaku yangditunjukkan;
6. Guru menerima keadaan masing-masing siswa apa
adanya,dengan tidakmemihak, memahami karakter
pemikiran siswa, dan tidak menilai siswa secaranormatif
belaka melainkan dengan cara memberikan 2 pandangan
dua sisi dalamhal moral dan etika berkomunikasi;
7. Menawarkan kesempatan kepada siswa untuk maju
(tampil);

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME


A. Konsep belajar menurut konstruktivistik
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang
memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau
mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan
atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan orang lain,sehingga
teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar
menemukansendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan
hal lain yang diperlukan gunamengembangkan dirinya sendiri.
Teori pembelajaran konstruktivisme berpendapat bahwa orang
menghasilkanpengetahuan dan membentuk makna berdasarkan
pengalaman mereka
Menurut Brooks & Brooks (1993), semula
konstruktivisme lebih merupakansuatu filosofi dan bukan suatu
strategi, pendekatan, maupun model pembelajaran.Bahkan
menurut Von Glasersfeld (1987: 204) konstruktivisme sebagai
"teoripengetahuan dengan akar dalam-filosofi, psikologi dan
cybernetics". Von Glasersfeldmendefinisikan konstruktivisme
secara aktif dan kreatif akan selalu membentukkonsepsi
pengetahuan. Dia melihat pengetahuan sebagai sesuatuhal yang
dengan aktifmenerima apa pun melalui pikiran sehat atau melalui
komunikasi dan interaksinya.
Konstruktivisme memandang belajar lebih dari sekedar
menerima dan memprosesinformasi yang disampaikan oleh guru
maupun teks, tetapi pembelajaran adalahmengkonstruksi
pengetahuan yang bersifat aktif dan personal (de Kock, Sleegers,
danVoeten, 2004). Teori pembelajaran konstruktivisme adalah
sebuah teori pendidikan yangmengedepankan peningkatkan
perkembangan logika dan konseptual pembelajar.
B. Proses mengkonstruksi pengetahuan
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ditentukan,
melainkan sesuatu yangdihasilkan dari proses pembentukan.
Semakin banyak seseorang berinteraksi denganobyek dan
lingkungannya, maka pengetahuan dan pemahamannya akan
obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci.
Von Galserfeld (dalam Paul,S.,1996)
mengemukakanbahwa ada beberapakemampuan yang diperlukan
dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu;
1. kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman
2. kemampuanmembandingkan dan mengambil keputusan akan
kesamaan dan perbedaan
3. kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang
satu dari pada lainnya
Faktor-faktor yang juga mempengaruhi
prosesmengkonstruksi pengetahuanadalah konstruksi pengetahuan
seseorang yang telah ada, domain pengalaman, danjaringan
struktur kognitif yang dimilikinya. Keterbatasan pengalaman
seseorangpada suatu hal juga akan membatasi
pengetahuannyaakan hal tersebut. Pengetahuan yang telah dimiliki
orang tersebut akan membentuk suatu jaringan struktur kognitif
dalam dirinya.
C. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari
pendekatankonstruktivistis, bukan sebagai perolehan informasi
yang berlangsung satu arahdari luar ke dalam diri siswa,
melainkan sebagai pemberian makna oleh siswakepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang
bermuarapada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan
belajar lebih dipandang aspekproses dibandingkan dengan aspek
perolehan pengetahuannya dari fakta-faktayang terlepas-lepas.
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan
suatu prosespembentukan pengetahuan dan harusdilakukan oleh si
pembelajar (siswa). Diaharus aktifmelakukan kegiatan, aktif
berpikir, menyusun konsep dan memberimakna tentang hal-hal
yang sedang dipelajari.
Dalam belajar konstruktivistik, guru berperan membantu
agarproses pengkonstruksian belajar oleh siswa berjalan lancar.
Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya,
melainkan membantu siswa membentuk pengetahuannya sendiri.
Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah
pengendalian yang meliputi:
a. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan
kesempatan untuk mengambil keputusan dan bertindak;
b. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan
bertindak, dengan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan siswa;
c. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan
belajar agar siswa mempunyai peluang optimal untuk
berlatih.
D. Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934)
Teori belajar kokonstruktivistik merupakan teori belajar yang
dipelopori olehLev Vygotsky. Teori belajar ko-kontruktinvistik atau
yang sering disebut sebagaiteori belajar sosiokultur merupakan teori
belajar yang titik tekan utamanya adalahpada bagaimana seseorang
belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zonaketerbatasan
dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen (ZPD) atau
ZonaPerkembangan Proksimal dan mediasi. Di mana anak dalam
perkembangannyamembutuhkan orang lain untuk memahami
sesuatu dan memecahkan masalah yangdihadapinya.
Vygotsky berpendapat bahwa menggunakan alat berfikir akan
menyebabkanterjadinya perkembangan kognitif dalam diri
seseorang. Yuliani (2005: 44) Secaraspesifik menyimpulkan bahwa
kegunaan alat berfikir menurut Vygotsky adalah :
1. Membantu memecahkan masalah
2. Memudahkan dalam melakukan tindakan
3. Memperluas kemampuan
4. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya.
Inti dari teori belajar kokonstruktivistik ini adalah
penggunaan alat berfikirseseorang yang tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh lingkungan sosial budayanya.Lingkungan sosial budaya
akan menyebabkan semakin kompleksnya kemampuanyang
dimiliki oleh setiap individu.
Teori belajar kokonstruktivistik meliputi 3 konsep utama :
1. Hukum Genetik tentang Perkembangan
Perkembangan menurut Vygotsky tidak bisa hanya dilihat
dari fakta-fakta atauketerampilan-keterampilan, namun lebih
dari itu, perkembangan seseorangmelewati dua tataran. Tataran
sosial (interpsikologis dan intermental) dan tataranpsikologis
(intrapsikologis). Di mana tataran sosial dilihat dari tempat
terbentuknyalingkungan sosial seseorang dan tataran psikologis
yaitu dari dalam diri orangyang bersangkutan.
2. Zona Perkembangan Proksimal
Zona Perkembangan Proksimal/Zona Proximal
Development (ZPD) ini merupakan konsep utama yang paling
mendasar dari teori belajarkonstruktivistik Vygotsky. Dalam
Luis C. Moll (1993: 156-157), Vygotskyberpendapat bahwa
setiap anak dalam suatu domain mempunyai
‘levelperkembangan aktual’ yang dapat dinilai dengan menguji
secara individual danpotensi terdekat bagi perkembangan
domain dalam tersebut.
Dalam Yuliani(2005:45)Vygotskymengemukakan ada
empat tahapan peserta didikyang terjadi dalam perkembangan
dan pembelajaran, yaitu :
Tahap 1 : Tindakan anak masih dipengaruhi atau dibantu
orang lain.
Tahap 2 : Tindakan anak yang didasarkan atas inisiatif
sendiri.
Tahap 3 : Tindakan anak berkembang spontan dan
terinternalisasi
Tahap 4 : Tindakan anak spontan akan terus diulang-
ulang hingga anak siapuntuk berfikir abstrak
Pada empat tahapan ini dapat disimpulkan bahwa.
Seseorang akan dapatmelakukan sesuatu yang sebelumnya
tidak bisa dia lakukan dengan bantuanyang diberikan oleh
orang dewasa maupun teman sebayanya yang
lebihberkompeten terhadap hal tersebut.
3. Mediasi
Mediasi merupakan tanda-tanda atau lambang-lambang
yang digunakanseseorang untuk memahami sesuatu di luar
pemahamannya.Berdasarkan teori Vygotsky, Yuliani (2005:
46) menyimpulkan beberapahal yang perlu untuk diperhatikan
dalam proses pembelajaran, yaitu:
1. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh
kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona
perkembangan proksimalnya atau potensinya melalui belajar
dan berkembang.
2. Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan
potensialnya dari pada perkembangan aktualnya.
3. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk
mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada
kemampuan intramentalnya.
4. Anak diberikan kesempatan yang luas untukmengintegrasikan
pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan
pengetahuan prosedural untuk
melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah
5. Proses Belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat
transferal tetapi lebih merupakan ko-konstruksi
Prinsip-prinsip utama teori belajar
kokonstruktivistikyangbanyak digunakan dalam pendidikan
menurutGuruvalah :
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
2. Tekanan proses belajar mengajar terletak pada Siswa
3. Mengajar adalah membantu siswa belajar
4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses dan bukan
pada hasil belajar
5. Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa
6. Guru adalah fasilitator
E. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam Kegiatan
Pembelajaran
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para tokoh
konstruktivisme di atas,maka implikasi dari dari penerapan teori
belajar konstruktivistik ini dalam kegiatanpembelajaran adalah:
1. Proses pembelajaran harus menggunakan pendekatan student
centered, dimanafungsi guru hanya sebagai fasilitator yang bisa
mendorong siswa untukmenemukan sendiri potensinya.
2. Proses pembelajaran tidak terlalu berorientasi kepada hasil,
tetapi lebihdiorientasikan kepada proses bagaimana siswa
memperoleh pemahaman;
3. Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk
menggunakanpengalaman dan pemahamannya untuk berpikir,
sehingga menumbuhkankemandirian pada siswa dalam
mengambil keputusan dan tindakan;
4. Guru harus mengembangkan pembelajaran yang collabotarive,
sehingga siswabisa mendapatkan pemahaman dan pengalaman
melalui interaksi social denganteman-temannya.
5. Guru harus menghindari pola pembelajaran yang memberikan
tekanan kepadasiswa untuk bertindak sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh guru;
6. Guru harus membantu siswa menginternalisasi dan
mentransformasi informasibaru, sehingga menghasilkan
pengetahuan baru yang selanjutnya akanmembentukstruktur
kognitif baru bagi siswa;
7. Guru harus memfasilitasi siswa agar dia bisa belajar dengan
sumber yang tidakterbatas pada apa yang diberikan oleh guru,
oleh karenanya guru harus membantusiswa agar bisa
memanfaatkan media internet untuk memperolehpengetahuan.

TEORI BELAJAR SOSIAL


A. Konsep Belajar Menurut Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar
perilaku yangtradisional (behavioristik) yangdikembangkan oleh
Albert Bandura (1986).Teori ini menerima sebagian besar dari
prinsip-prinsip teori-teori belajarperilaku, tetapi memberi lebih
banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku,
dan pada proses-proses mentalinternal.
Menurut Bandura, bahwa manusia cukup fleksibel dan
sanggup mempelajari bagaimanakecakapan bersikap maupun
berperilaku.Asumsi awal yang memberi isi sudut pandang teoretis
Bandura dalam teori pembelajaran sosial adalah:
1. Pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melaluiproses
peniruan (imitation) atau pemodelan (modeling)
2. Dalam proses imitation / modeling tersebut, individu dipahami
sebagai pihak yang memainkan peranaktif dalam menentukan
perilaku mana yang hendak ditiru dan bagaimana frekuensiserta
intensitas peniruan yang hendak dijalankannya
3. Imitation /modelingadalah jenis pembelajaran perilaku tertentu
yang dilakukan tanpa harus melaluipengalaman langsung;
4. Dalam Imitation / modeling terjadi penguatan tidaklangsung
pada perilaku tertentu yang sama efektifnya dengan penguatan
langsunguntuk memfasilitasi dan menghasilkan peniruan.
5. Mediasiinternal sangat penting dalam pembelajaran, karena saat
terjadi adanya masukaninderawi yang menjadi dasar
pembelajaran dan perilaku dihasilkan, terdapat operasiinternal
yang mempengaruhi hasil akhirnya.
Pembelajaran manusia yang utamaadalahmengamati
model-model, dan pengamatan inilah yang terus
menerusdiperkuat.Fungsi penguatan dalam proses modeling,
yaitu sebagai fungsi informasi danfungsi motivasi.
Jadi inti dari pembelajaran modeling adalah:
1. Mencakup
penambahan dan pencarian perilaku yang diamati, untuk
kemudian melakukangeneralisasi dari satu pengamatan ke
pengamatan lain
2. Modeling melibatkanproses-proses kognitif, jadi tidak
hanya meniru, tetapi menyesuaikan diri dengantindakan
orang lain dengan representasi informasi secara simbolis
danmenyimpannya untuk digunakan di masa depan
3. Karakteristik modeling sangatpenting. Manusia lebih
menyukai model yang statusnya lebih tinggi
daripadasebaliknya, pribadi yang berkompeten daripada
yang tidak kompeten dan pribadiyang kuat daripada yang
lemah
4. Manusia bertindak berdasarkankesadaran tertentu mengenai
apa yang bisa ditiru dan apa yang tidak bisa.
Ada lima kemungkinan hasil dari modeling, yaitu:
1. Mengarahkan perhatian.
2. Menyempurnakan perilaku yang sudah dipelajari.
3. Memperkuat ataumemperlemah hambatan
4. Mengajarkan perilaku baru. Jika dalammodeling
berperilaku cara baru (melakukan hal-hal baru), maka
terjadi efekpemodelan.
5. Membangkitkan Emosi.
B. Aplikasi Teori Belajar terhadap Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan konsep belajar Albert Bandura, maka ada
implikasi yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran :
1. Guru harus menampilkan contoh perilaku yang baik dan
yang buruk dari tokoh-tokoh yang dikenal oleh siswa,
misalnya dengan menampilkan para sahabat nabiatau
orang-orang terkenal yang memiliki pengalaman untuk
ditiru dalamhidupnya;
2. Dalam menentukan model, karakteristik model perlu
diperhatikan karena akanmempengaruhi efektif tidaknya
modeling itu untuk siswa. Pilih model yang memiliki
kelebihan atau kekuatan di atas yang lain, sehingga siswa
dapat menentukan apakah perbuatan atau pengalamannya
perlu ditiru atau tidak;
3. Observasi adalah kegiatan pembelajaran yang paling utama
dilakukan oleh siswa, sehingga penggunaan media
pembelajaran yang bisa merangsang inderawi siswa untuk
mengamati secara maksimal menjadi penting untuk
diperhatikan;
4. Mengamati perilaku orang lain lebih penting, dibandingkan
dengan mengalami sendiri, karena siswa akan lebih mudah
mempelajari konsekuensi-konsekuensidari
pengalamanorang dibandingkan dengan konsekuensi-
konsekuensi yang dialami sendiri;
5. Reinforcement bukanlah syarat yang utama untuk terjadinya
proses pembelajaran, karena yang paling penting adalah
mengamati model-model yangharus terus menerus
diperkuat.
Setelah mempelajari modul Teori Belajar dan Pembelajaran Secara
keseluruhan secara umum saya sudah memahami beberapa konsep
dari setiap teori namun kesulitan yang kami jumpai adalah
Daftar materi bidang studi
bagaimana dari sekian banyak teeori ini bisa kami padukan dan
b yangsulit dipahami pada
kami aplikasikan secara maksimal dalam pembelajaran. Saya
modul
menyadari bahwa untuk memahami teori Belajar tidak semudah
mempelajari materi-materi lain dan perlu lebih memperdalam dan
memperbanyak referensi yang relevan dengan modul ini.
Karena banyaknya teori pembelajaran yang dipelajari terkadang ada
pendapat tokoh yang satu saling bertolak belakang sehingga kami
sebagai pembelajar tahap awal merasa bingung dan timbul
pertanyaan, Yang Benar yang mana ya ? kemudian kadang muncul
Daftar materi yang sering dalam pemikiran kami setiap tokoh yang sudah menyimpulkan
c mengalami miskonsepsi dalam sesuatu pastinya sudah melalakukan observasi terlebih dahulu
pembelajaran misalnya teori kognitif yang membedakan perkembangan
berdasarkan usia. Apakah observasi yang dilakukan pada zaman
terdahulu akan sama hasilnya jika observasi tersebut dilakukan pada
zaman sekarang karena mungkin misalnya anak usia 7 tahun pada
tahun 1990 beda dengan anak usia 7 tahun pada tahun 2021.

Anda mungkin juga menyukai