Laporan Pendahuluan Febris
Laporan Pendahuluan Febris
A. DEFINISI
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau lebih. Ada
juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C. Sedangkan bila suhu tubuh
lebih dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia). (Julia, 2000).
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara
abnormal.
B. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain. (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat
disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi
pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala demam antara lain :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C – 40 C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
D. PATOFISIOLOGI
Corwin (2000)
Mengemukakan bahwa kuman salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia
melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan
oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan
limfoid plaque pleyeri di liteum terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini
komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman salmonella typhi
kemudian menembus ke dalam lamina profia, masuk aliran limfe dan mencapai
kelenjar limfe mesentrial yang juga mengalami hipertropi.
Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini, salmonella typhi masuk aliran darah
melalui duktus toracicus. Kuman-kuman salmonella typhi mencapai hati melalui
sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi bersarang di plaque pleyeri, limfe, hati dan
bagian-bagian lain dari sistem retikulo endotelial. Semula disangka demam dan
gejala-gejala syoksemia pada demam typhoid disebabkan oleh endotoksemia, tetapi
kemudian berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia
bukan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam typhoid.
Endotoksin salmonella typhi salmonella typhi berperan dalam patogenesis demam
typhoid, karena membantu proses terjadinya inflamasi lokal pada jaringan tempat
salmonella typhi berkembang biak. Demam pada typhoid disebabkan karena
salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan septi pirogen
oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
E. PATHWAYS
cairanSitokin
Aksi antipiretik
Demam
Peningkatan evaporasi
meningkatnya PH berkurang
Metabolik tubuh
Resikogangguanpe
menuhan
nutrisikurang dari
kebutuhantubuh
rewel
cemas
G. PENATALAKSANAAN
(Soedarto, 2007)
1. Secara Fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan
pula
apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-
kejang.
Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan
otak,
karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak
akan
berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup
dapat terjadi
berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang
akan
berakibat rusaknya sel – sel otak.
e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknya
Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan),
air buah
atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya
suhu tubuh
memperoleh gantinya.
f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan
suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini
dapat
terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres.
Jangan
menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan
panas
tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi
(keracunan).
h. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku.
Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan
tubuh akan
menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur
suhu tubuh
lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah
tepi di
kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka
sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus.
Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat
enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi
normal
yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi
pengeluaran
panas tidak ada lagi.
Penderita tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini tidak
menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas.
Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus. Makanan yang
dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat
kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga
makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan.
Dan untuk pencegahan agar tidak terjangkit penyakit febris typoid perlu
memperhatikan beberpa hal sebagai berikut :
§ Harus menyediakan air yang memenuhi syarat. Misalnya, diambil dari tempat yang
higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan air yang
sudah tercemar. Apabila menggunakan air yang harus dimasak terlebih dahulu maka
dimasaknya harus 1000C.
§ Menjaga kebersihan tempat pembuangan sampah.
§ Upayakan tinja dibuang pada tempatnya dan jangan pernah membuangnya secara
sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan membawa bakteri
Salmonella typhi.
§ Bila di rumah banyak lalat, basmilah hingga tuntas.
§ Daya tahan tub
uh juga harus ditingkatkan ( gizi yang cukup, tidur cukup dan teratur, olah raga secara
teratur 3-4 kali seminggu). Hindarilah makanan yang tidak bersih. Belilah makanan
yang masih panas sehingga menjamin kebersihannya. Jangan banyak jajan
makanan/minuman di luar rumah.
H. KOMPLIKASI
Menurut Corwin (2000)
· Takikardi
· Insufisiensi jantung
· Insufisiensi pulmonal
· Kejang demam
I. ASUHAN KEPERAWATAN
Menurut Doenges (2002)
a. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan febris typhoid adalah :
1) Aktivitas atau istirahat
Gejala yang ditemukan pada kasus febris typhoid antara lain kelemahan, malaise,
kelelahan, merasa gelisah dan ansietas, cepat lelah dan insomnia.
2) Sirkulasi
Tanda takikardi, kemerahan, tekanan darah hipotensi, kulit membrane mukosa
kotor, turgor buruk, kering dan lidah pecah-pecah akan ditemukan pada pasien
febris typhoid.
3) Integritas ego
Gejala seperti ansietas, emosi, kesal dan faktor stress serta tanda seperti menolak
dan depresi juga akan ditemukan dalam pengkajian integrits ego pasien.
4) Eliminasi
Pengkajian eiminasi akan menemukan gejala tekstur feses yang bervariasi dari
lunak sampai bau atau berair, perdarahan per rectal dan riwayat batu ginjal dengan
tanda menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik dan ada haemoroid.
5) Makanan dan cairan
Pasien akan mengalami anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan dan tidak
toleran terhadap diet. Dan tanda yang ditemukan berupa penurunan lemak sub
kutan, kelemahan hingga inflamasi rongga mulut.
6) Hygiene
Pasien akan mengalami ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri dan bau
badan.
7) Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah akan dialami pasien dengan titik nyeri yang
dapat berpindah.
8) Keamanan
Pasien mengalami anemia hemolitik, vaskulotis, arthritis dan peningkatan suhu
tubuh dengan kemungkinan muncul lesi kulit.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Doenges (2002)
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuan tubuh berhubungan dengan
nafsu makan yang menurun.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit, kebutuhan pengobatan dan
prognosis berhubungan dengan kurang informasi atau informasi yang tidak
adekuat.
K. INTERVENSI
Doenges (2002)
Diagnosa Keperawatan 1 : Hypertermi berhubungan dengan proses
infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan menujukan temperatur dalan batas
normal
Kriteria hasil :
1. Bebas dari kedinginan
2. Suhu tubuh stabil 36-37 C
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam.
Rasional: Mengetahui perubahan suhu, suhu 38,9-41,1C menunjukkan proses
inflamasi.
2) Jelaskan upaya untuk mengatasi hipertermi dan bantu klien/ keluarga dalam
melaksanakan
upaya tersebut, seperti: dengan memberikan kompres dingin pada daerah frontal,
lipat paha
dan aksila, selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh,
tingkatkan intake
cairan dengan perbanyak minum.
Rasional: Membantu mengurangi demam.
3) Observasi tanda-tanda vital (Tekanan darah, Suhu, Nadi dan Respirasi) setiap 2-3
jam.
Rasional: Tanda-tanda vital dapat memberikan gambaran keadaan umum klien.
6) Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian obat antipiretik dan antibiotik.
Rasional: Obat antiperitik untuk menurunkan panas dan antibiotik mengobati infeksi
basil
salmonella typhi.
Intervensi:
1) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
Rasional: Mengetahui penyebab pemasukan yang kurang sehingga dapat
menentukan intervensi yang sesuai dan efektif.
8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan
pasien.
Rasional: Membantu dalam proses penyembuhan.
Intervensi:
1) Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya.
Rasional: Mengetahui pengetahuan ibu tentang penyakit demam typoid.
3) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti.
Rasional: Supaya keluarga lebih memahami tentang penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH :
G3A014097
2014