Anda di halaman 1dari 13

MENGUMPULKAN DATA DARI INFORMAN

Pada kunjungan hari pertama kami melakukan pengamatan dan bertanya pada beberapa
individu disekitar tempat tinggal komunitas pemulung dan tukang sampah di daerah Cempaka
Putih Barat, dan didapatkan informasi mengenai masalah-masalah yang ada pada komunitas
pemulung dan tukang sampah, diantaranya adalah:
a. Hansip
- Sering bergadang nonton bola
- Merokok
- Makan tidak tepat waktu
- Buang air kecil (BAK) sembarangan
- Tidak memilki MCK
- Tempat istirahat/tinggal rame-rame (sekitar 5 orang lebih dalam satu kamar)
b. Ibu Warung
- Tidak mencuci tangan sebelum makan
- Tidak memakai alas kaki
- Tempat tinggal dihuni rame-rame (sekitar 5 orang lebih dalam satu kamar)
- Bergadang
- Makan seadanya tanpa memperhatikan nutrisi
c. Puskesmas
- Diare
- Maag
- Penyakit kulit
- Tifoid
d. Pengamatan Langsung
- Tidak pakai alas kaki
- Merokok
- Buang air kecil (BAK) sembarangan
e. Data dari Penelitian (ejurnal.litbang.depkes.go.id)
- Penyakit kulit
- Demam berdarah
- Gangguan saluran pencernaan
- Kebakaran
- Gangguan saluran pernafasan
- Pencemaran tanah, air dan udara

MENENTUKAN AREA MASALAH


Setelah mendapat banyak informasi mengenai masalah yang ada di komunitas pemulung
dan tukang sampah di daerah cempaka putih barat, kami menyimpulkan bahawa masalah-
masalah yang ada dapat dikelompokan kedalam masalah disease dan non-disease:
a. Masalah Non-disease:
1. Merokok
2. Begadang
3. Tidak memakai alas kaki / alat pelindung diri
4. Tidak mencuci tangan setelah bekerja
5. MCK seadanya (toilet di luar tempat tinggal dan tidak tersedianya sabun yang
memadai)
6. Lingkungan tempat tinggal kumuh
7. Penyediaan air bersih kurang memadai
8. Sistem pengangkutan limbah (sampah) seminggu sekali
9. Waktu kerja yang lumayan lama
10. Kondisi fisik tempat tinggal yang kurang layak (ventilasi kurang dan tidak
tersedia kasur)
11. Makan-makanan yang kurang bergizi
12. Jam makan tidak teratur
b. Masalah Disease
1. Maag
2. Diare
3. Penyakit kulit
4. Tifoid
MENENTUKAN FOKUS AREA MASALAH
Kemudian kami melakukan musyawarah untuk menentukan focus area masalah yang
akan kami ambil, yaitu : Tidak mencuci tangan setelah bekerja karena menurut kami masalah
tersebut sesuai dengan data puskesmas mengenai masalah kesehatan yang sering didapati yaitu
gangguan kesehatan berupa gangguan pencernaan.

MENENTUKAN KERANGKA TEORI


1. PERILAKU
1.1. Definisi Perilaku:
Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain, perilaku kita pada
umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik
tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan (Winardi, 2004).
Definisi lain dari perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan
respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).

1.2. Teori-teori perilaku


A. Teori Perilaku Lawrence Green
Perilaku manusia dipengaruhi oleh dua factor pokok, yaitu factor perilaku (behavior
causes) dan factor luar (non behavior causes). Selanjutnya factor perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan individu,


sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam
diri individu dan masyarakat.
b. Factor pendukung (enabling factors) adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan
dan kemudahan untuk mencapainya
c. Factor penguat (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan.

Green menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam


mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan
sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut dan
terhadap kesehatan pada umumnya.
Sedangkan faktor non perilaku yang dapat mempengaruhi pencapaian kesehatan individu
atau masyarakat, misalnya sulitnya mencapai sarana pelayanan kesehatan, mahalnya biaya
transportasi, biaya pengobatan, kebijakan dan peraturan  dan lain sebagainya.

B. Teori Theory of Planned Behaiour (TPB) (Teori Perilaku Berencana)


Teori ini dikembangkan oleh Ajzen dan koleganya (Ajzen1985,1988, Ajzen dan Madden
1986) Merupakan pengembangan dari Teori Tindakan Beralasan /Theory of Reasoned
Action (TRA). TPB menekankan niat perilaku sebagai akibat atau hasil kombinasi beberapa
kepercayaan. Niat merupakan konsepsi dari tindakan terencana dalam mencapai tujuan
berperilaku.

C. Teori menurut Notoatmodjo


Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan menurut Notoatmodjo 2003 (Suparyanto, 2012)
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M, J. Largevelt yang dikutip oleh Notoatmojo (2003)
mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan,
dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan.
Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai
suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar
sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari
seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan
apa yang diharapkan.
c) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle Brook, 1974).
Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut
untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi dan
penghayatan dimana pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.
d) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup usia tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang
yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya,
makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi.
2) Faktor Eksternal
a) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer atau sekunder, keluarga dengan status
ekonomi tinggi lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status
ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk
kebutuhan sekunder. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
b) Informasi 
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan
seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal yang memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif
dibawa oleh informasi tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini
biasanya digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu
inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media
masa.
c) Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya
untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh
dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

2. CUCI TANGAN
2.1. Definisi Cuci Tangan
Menurut Tim Depkes (1987) mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari
segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai
dengan kebutuhan. Sementara itu menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan
merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al., 2004). Sedangkan
menurut Purohito (1995) mencuci tangan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi
sebelum melakukan tindakan keperawatan misalnya: memasang infus, mengambil
spesimen. Infeksi yang di akibatkan dari pemberian pelayanan kesehatan atau terjadi pada
fasilitas pelayanan kesehatan. Infeksi ini berhubungan dengan prosedur diagnostik atau
terapeutik dan sering termasuk memanjangnya waktu tinggal di rumah sakit (Perry &
Potter, 2000).
Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk
menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang.
Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan menghambat
pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan dan lengan (Schaffer,
et.al., 2000).
2.2. Tujuan Cuci Tangan
Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk :
a) Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
b) Mencegah infeksi silang (cross infection)
c) Menjaga kondisi steril
d) Melindungi diri dan pasien dari infeksi
e) Memberikan perasaan segar dan bersih.
2.3. Indikasi cuci tangan
Indikasi untuk mencuci tangan menurut Depkes RI. (1993) adalah :
a) Sebelum melakukan prosedur invasif misalnya : menyuntik, pemasangan kateter dan
pemasangan alat bantu pernafasan
b) Sebelum melakukan asuhan keperawatan langsung
c) Sebelum dan sesudah merawat setiap jenis luka
d) Setelah tindakan tertentu, tangan diduga tercemar dengan mikroorganisme khususnya
pada tindakan yang memungkinkan kontak dengan darah, selaput lendir, cairan tubuh,
sekresi atau ekresi
e) Setelah menyentuh benda yang kemungkinan terkontaminasi dengan mikroorganisme
virulen atau secara epidemiologis merupakan mikroorganisme penting. Benda ini
termasuk pengukur urin atau alat penampung sekresi
f) Setelah melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien yang terinfeksi atau
kemungkinan kolonisasi mikroorganisme yang bermakna secara klinis atau
epidemiologis
g) Setiap kontak dengan pasien-pasien di unit resiko tinggi
h) Setelah melakukan asuhan langsung maupun tidak langsung pada pasien yang tidak
infeksius.
2.4. Keuntungan Mencuci Tangan
Cuci tangan akan memberikan keuntungan sebagai berikut:
a) Dapat mengurangi infeksi nosocomial
b) Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebih bersih dibandingkan
dengan tidak mencuci tangan
c) Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci tangan sehingga tidak
dapat menyebabkan infeksi nosokomial.
2.5. Macam-Macam Cara Mencuci Tangan
Cuci tangan dalam bidang medis dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu cuci tangan
medical (medical hand washing), cuci tangan surgical (surgical hand washing) dan cuci
tangan operasi (operating theatre hand washing). Adapun cara untuk melakukan cuci
tangan tersebut dapat dibedakan dalam beberapa teknik antara lain sebagai berikut ini:
a) Teknik mencuci tangan biasa
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air
bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya digunakan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan yang tidak mempunyai resiko penularan penyakit. Peralatan yang
dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel dilengkapi dengan
peralatan cuci tangan sesuai standar rumah sakit (misalnya kran air bertangkai panjang
untuk mengalirkan air bersih, tempat sampah injak tertutup yang dilapisi kantung sampah
medis atau kantung plastik berwarna kuning untuk sampah yang terkontaminasi atau
terinfeksi), alat pengering seperti tisu, lap tangan (hand towel), sarung tangan (gloves),
sabun cair atau cairan pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan,
serta di bawah wastefel terdapat alas kaki dari bahan handuk. Prosedur kerja cara
mencuci tangan biasa adalah sebagai berikut:
1. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam
tangan
2. Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi yang nyaman
3. Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya
4. Menuangkan sabun cair ke telapak tangan
5. Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak
tangan, kemudian kedua punggung telapak tangan saling menumpuk, bergantian,
untuk membersihkan selasela jari
6. Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan
7. Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara bergantian
kemudian membersihkan ibu jari dan lengan secara bergantian
8. Membersihkan (membilas) tangan dengan air yang mengalir sampai bersih
sehingga tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan menghadap ke bawah
9. Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari karena jari yang telah
selesai kita cuci pada prinsipnya bersih
10. Pada saat meninggalkan tempat cuci tangan, tempat tersebut dalam keadaan rapi
dan bersih. Hal yang perlu diingat setelah melakukan cuci tangan yaitu
mengeringkan tangan dengan hand towel.
b) Teknik mencuci tangan aseptic
Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan
aseptik pada pasien dengan menggunakan antiseptik. Mencuci tangan dengan larutan
disinfektan, khususnya bagi petugas yang berhubungan dengan pasien yang mempunyai
penyakit menular atau sebelum melakukan tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dan
sikat steril. Prosedur mencuci tangan aseptik sama dengan persiapan dan prosedur pada
cuci tangan higienis atau cuci tangan biasa, hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti
dengan antiseptik dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak
steril.
c) Teknik mencuci tangan steril
Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril (suci hama), khususnya
bila akan membantu tindakan pembedahan atau operasi.Peralatan yang dibutuhkan untuk
mencuci tangan steril adalah menyediakan bak cuci tangan dengan pedal kaki atau
pengontrol lutut, sabun antimikrobial (non-iritasi, spektrum luas, kerja cepat), sikat scrub
bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas dan topi atau penutup kepala,
handuk steril, pakaian di ruang scrub dan pelindung mata, penutup sepatu. Prosedur kerja
cara mencuci tangan steril adalah sebagai berikut:
1. Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atau abrasi pada tangan dan jari,
kemudian melepaskan semua perhiasan misalnya cincin atau jari tangan
2. Menggunakan pakaian bedah sebagai proteksi perawat yaitu: penutup sepatu, penutup
kepala atau topi, masker wajah, pastikan masker menutup hidung dan mulut anda
dengan kencang. Selain itu juga memakai pelindung mata
3. Menyalakan air dengan menggunakan lutut atau control dengan kaki dan sesuaikan air
untuk suhu yang nyaman
4. Membasahi tangan dan lengan bawah secara bebas, mempertahankankan tangan atas
berada setinggi siku selama seluruh prosedur
5. Menuangkan sejumlah sabun (2 sampai 5 ml) ke tangan dan menggosok tangan serta
lengan sampai dengan 5 cm di atas siku
6. Membersihkan kuku di bawah air mengalir dengan tongkat oranye atau pengikir.
Membuang pengikir setelah selesai digunakan
7. Membasahi sikat dan menggunakan sabun antimikrobial. Menyikat ujung jari, tangan,
dan lengan
a. Menyikat kuku tangan sebanyak 15 kali gerakan
b. Dengan gerakan sirkular, menyikat telapak tangan dan permukaan anterior jari 10
kali gerakan
c. Menyikat sisi ibu jari 10 kali gerakan dan bagian posterior ibu jari 10 gerakan
d. Menyikat samping dan belakang tiap jari 10 kali gerakan tiap area, kemudian sikat
punggung tangan sebanyak 10 kali gerakan
e. Seluruh penyikatan harus selesai sedikitnya 2 sampai 3 menit (AORN, 1999
sebagaimana dikutip oleh Perry & Potter, 2000), kemudian bilas sikat secara
seksama
8. Dengan tepat mengingat, bagi lengan dalam tiga bagian. Kemudian mulai menyikat
setiap permukaan lengan bawah lebih bawah dengan gerakan sirkular selama 10 kali
gerakan; menyikat bagian tengah dan atas lengan bawah dengan cara yang sama
setelah selesai menyikat buang sikat yang telah dipakai
9. Dengan tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujung jari sampai siku satu kali
gerakan, biarkan air mengalir pada siku
10. Mengulangi langkah 8 sampai 10 untuk lengan yang lain.
11. Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat kedua dan mematikan air dengan
pedal kaki
12. Kemudian mengeringkan dengan handuk steril untuk satu tangan secara seksama,
menggerakan dari jari ke siku dan mengeringkan dengan gerakan melingkar
13. Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain dengan menggunakan area
handuk yang lain atau handuk steril baru
14. Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh anda
15. Perawat memasuki ruang operasi dan melindungi tangan dari kontak dengan objek
apa pun.

MENENTUKAN KERANGKA KONSEP


Dari kerangka teori yang sudah kami buat, kami mengambil teori perilaku dari Lawrence
Green dan pedoman cuci tangan dari DEPKES untuk membuat Kerangka konsep. Kerangka
konsep yang kami pakai terdiri dari dua variable, variable dependen dan variable independen.
Variable dependennya adalah perilaku mencuci tangan setelah bekerja dan sebelum makan,
sedangkan variable independen diambil dari teori dari Lawrence Green (1980). Menurut
Green, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni: factor predisposisi, factor
pendukung, dan faktor penguat.

Variable Independen

Teori Lawrence Green


factor predisposisi Variable Dependen
 pengetahuan
 sikap

factor pendukung Perilaku mencuci tangan setelah


 ketersediaan air bersih dan sabun bekerja dan sebelum makan
 ketersediaan tempat cuci tangan

faktor penguat

 pengalaman sakit yang pernah


dirasakan
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai