Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR NUTRISI


DI RUANG PENYAKIT DALAM (VIOLA 1)
RS BHAYANGKARA TK. III
BANJARMASIN

DOSEN PEMBIMBING :
NS. RIA ROSWITA, M.KEP, SP.KEP.KOM

DISUSUN OLEH :
NAMA : MUHAMMAD RAMADHANI
NIM : P07120119050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muhammad Ramadhani

NIM : P07120119050

Judul : Laporan Pendahuluan dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Nutrisi di


Ruang Penyakit Dalam (Viola 1) RS Bhayangkara TK. III Banjarmasin.

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Marliani, S.Kep., Ns Ns. Ria Roswita, M.Kep, Sp.Kep.Kom


LEMBAR KONSUL

Nama : Muhammad Ramadhani


Nim : P07120119050
Prodi : DIII Keperawatan
Ruang : PENYAKIT DALAM (VIOLA 1)

Hari/Tanggal Revisi Paraf CI


LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat organic dan non organic penghasil energy yang dijumpai
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan seluruh jaringan tubuh dan fungsi normal
seluruh proses tubuh (Brunner A. Suddart. 2002)
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk
menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh, serta
mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi, dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, serta
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwato dan
Watonah, 2015)

2. Anatomi Fisiologi
System yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah system
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris saluran
pencernaan.
1.) Mulut
Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses
pencernaan. Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut
pada permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong
gumpalan makanan kedalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus
bagian atas dan ke bawah ke dalam lambung.
2.) Esofagus
Esofagus berfungsi sebagai saluran penghubung antara rongga mulut dan
lambung. Dinding esofagus dilapisi oleh jaringan epitel berlpis pipih sepertiga
bagian esofagus terdiri atas otot lurik, sedangkan dua pertiganya terdiri atas
otot polos. Didalam kerongkongan, makanan didorong kearah lambung
dengan gerak peristaltik, yaitu gerak memijit dan mendorong ke satu arah.
Selain itu, di kerongkongan, makanan juga dibungkus oleh cairan yang disebut
mulkus. Mulkus berfungsi seperti pelumas yang melicinkan saluran
kerongkongan.
3.) Lambung
Lambung merupakan kantong yang terletak di rongga perut (kuadran kiri
atas). Dinding lambung bagian dalam dilapisi oleh mulkus atau lender untuk
melindunginya dari asam lambung.
Didalam lambung, makan dari kerongkongan dicampur dengan getah
lambung yang mengandung :
a. Renin : berfungsi mengubah susu menjadi kasein
b. Pepsinogen : diaktifkan menjadi pepsin oleh HCI, pepsin
berfungsi mengubah protein menjadi pepton
c. As.klorida (HCl) : berfungsi membunuh kuman yang masuk
bersama
makanan, membantu melunakkan makanan yang
keras, dan mengaktifkan pepsinogen menjadi
pepsin
4.) Usus halus

Usus halus berbentuk seperti tabung dan tersusun atas vili-vili, otot melingkar,
otot membujur lapisan mukosa, dan epitelium,. Usus halus dibagi tiga, yaitu usus
dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

5.) Usus besar (kolon)


Makanan yang tidak diserap atau tidak sempat diserap akan mengalami
kebusukan oleh bakteri, misalnya Eschenchia, Coli, Enterobacter aerogenes,
clostridium perfriagens, dan lactobacillus bifidus didalam usus besar. Di usus
besar juga terjadi penyerapan air. Usus besar dapat dibagi menjadi enam
segmen, yaitu usus buntu (sekum), usus besar naik (kolon asenden), usus
mendatar (usus transversum), usus besar turun ( kolon desenden), kolon
sigmoid, dan poros usus (rectum). Diujung bawah usus buntu terdapat umbul
cacing (apendiks). Dari usus besar, sisa-sisa masuk ke rectum, kemudian di
keluarkan melalui anus.
Proses Pencernaan Makanan :

a. Pencernaan Secara Mekanik


Pencernaan makanan secara mekanik lebih banyak terjadi dalam
rongga mulut, yaitu melalui mekanisme pengunyahan (mastikasi). Makanan
yang sudah berada di rongga mulut bercampur dengan saliva, kemudian
dengan peranan gigi dan lidah akan dikunyah menjadi bagian yang lebih kecil.
Makanan dikunyah rata-rata 20 sampai 25 kali, tergantung dari jenis makanan
yang sudah dikunyah selanjutnya masuk ke esofagos melalui proses menelan
(deglutition). Menelan merupakan proses volunter, dimana makanan didorong
ke belakang menuju jaring. Peristiwa ini mencestuskan serangkaian
gelombang kontraksi imvolunter pada otot-otot faring yang mendorong
makanan ke dalam esophagus.
b. Pencernaan Secara Kimiawi
Sejak berada dalam rongga mulut, makanan sudah dicerna secara
kimiawi karena sudah bercampur dengan saliva yang mengandung dua jenis
enzim pencernaan, yaitu lipase dan amylase. Pencernaan makanan secara
kimia, mukus dan pepsin. Kemudian dihasilkan komponen karbohidrat,
protein, dan lemak. Karbohidrat dicerna pada bagian badan lambung menjadi
bagian yang lebih sederhana, yaitu monosakarida seperti glukosa, fraktosa dan
galaktosa. Protein menjadi asam amin dan lemak, selanjutnyaakan diuah
menjadi trigliserida yang tersusun atas tiga asam lemak.

3. Etiologi
a. Pengetahuan
Pengetahuan atau informasi yang kurang tentang nutrisi dan manfaatnya dapat
mempengaruhi pada konsumsi seseorang. Contohnya, pada saat wabah flu
burung berkembang, banyak orang yang menghindar memakan ayam karena
takut tertular.
b. Prasangka atau Mitos
Prasangka atau mitos tentang makanan dapat mempengaruhi asupan makanan
seseorang. Contohnya, mitos bahwa jika ibu hamil banyak minum air kelapa
muda, anak yang dikandungnya akan memiliki kulit yang putih. Akibatnya,
ibu hamil banyak minum air kelapa muda agar anak yang dikandungnya
memiliki kuliat yang putih.
c. Pilihan Pribadi (kesukaan atau ketidaksukaan)
Kesukaan akan suatu jenis makanan dapat mengakibatkan asupan gizi
berkurang, contohnya seoran anak suka ayam menginginkan ada masakan
ayam dalam menu masakannya. Hal ini dapat menyeabkan anak tersebut
kekurangan supan zat gizi dari sumber yang lain. Ketidaksukaan akan suatu
jenis makanan juga dapat menghasilkan efek yang sama.
d. Kebudayaan dan Keyakinan (agama)
Kebudayaan dan keyakinan (agama) yang dianut menyebabkan seseorang
harus mengikuti perintah dan larangan yang diatur dalam kebudayaan dan
keyakinan tersebut. Termasuk larangan mengonsumsi salah satu jenis
makanan misalnya sapi atau babi. Dengan begini, asupan protein dari makanan
tersebut berkurang.
e. Ekonomi
Orang dengan status ekonominya tinggi, umumnya dapat memenuhi asupan
nutrisi dengan baik karena memiliki dana untuk memebeli makanan bergizi
tinggi. Orang yang dengan status ekonomi rendah tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisinya akibat dana yang tidak mencukupi.
f. Faktor Psikologi
Stress psikologis kadang membuat pola makan seseorang berubah. Beberapa
orang menjadi tidak berselera makan ketika sedang stress, tetapi sebagian
orang yang lain justru selera makannya meningkat ketika sedang stress.
Jenis kelamin
g. Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan. BMR laki-laki 1.0 kkal/kgBB/jam dan pada perempuan 0,9
kkal/kgBB/jam.
h. Keadaan sakit
Pada saat kondisi sakit/infeksi terjadi peningkatan temperature tubuh akibat
peningkatan metabolisme. Peningkatan temperatur tubuh 1◦C akan
meningkatkan metablisme basal sebanyak 14%.
4. Patofisiologis
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan
dipecah ke dalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim-
enzim pencernaan makan, atau bahkan melihat, mencium dan mencicipi makanan
dapat menyebabkan reflex salivasi. Saliva adalah sekresi pertama kontak dengan
makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva pada kecepatan
kira-kira 1,5 L setiap hari. Saliva juga mengandung mukus yang membantu
melumasi makanan saat dikunyah, sehingga memudahkan untuk menelan. Mudah
terjadi bila kedua jaras eferen somatic dan visceral menyebabkan penutupan
epigiotis, kontraksi diafragma mempunyai pylorus dan relaksi lambung diikuti
oleh konstraksi peristaltic yang berjalan dari lambung tengah insisura dengan
kontraksi abdomen diafragma, dan intercostal, muntah berkaitan dengan tanda dan
gejala cetusan otonom. Semu ada kaitan dengan gangguan traktus
gastrointestinalis, terutama obstruksi, dengan obstruksi tinggi akut menyebabkan
muntah diri. Kekacauan otonom, obat-obatan gangguan psikogenik dan
penelanan bahan-bahan yang berbahaya merupakan penyebab lain yang sering.
Faktor-faktor yang mengurangi pasokan darah dan penghantar oksigen ke
medulla (renjatan, oklusi vascular, peningkatan tekanan intracranial). Dapat
menginduksi emesis. Obat-obat emerik menghasilkan efeknya melalui stimulasi
sentral langsung atau dengan iritasi mukosa lambung. Pola muntah mendadak
sering kali tanpa didahului mual, sangat kuat menunjukkan penyebab sentral.
Konsekuensi muntah metabolic, dengan muntah hebat terjadi hipovolemia dan
alkalosis metabolic serta deplesi natrium total (Linda Chandranata, 2000)
5. Pathway
6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut buku saku
diagnosa keperawatan NIC-NOC antara lain :
a. Subjektif
1.) Kram abdomen
2.) Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit.
3.) Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan.
b. Objektif
1.) Tidak tertarik untuk makan.
2.) Diare.
3.) Adanya bukti kekurangan makanan.
4.) Bising usus hiperaktif.

Gejala Klinis

1.) Merasa tidak mampu untuk makan atau menelan makanan


2.) Menurunnya nafsu makan
3.) Kehilangan berat badan dan asupan makanan yang adekuat.
7. Penatalaksaan
a. Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan komunikasi yang
efektif.
b. Tidak boleh mengonsumsi makanan yang keras.
c. Meningkatkan tirah baring dengan meningkatkan kenyamanan lingkungan dan
anjurkan kepada pasien untuk banyak beristirahat.

Secara garis besar penatalaksanaan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah :

a. Perbaikan gizi
b. Kolaborasi dengan medis
c. Pemberian obat-obatan peroral maupun parenteral
d. Pengaturan diet terprogram sesuai saran ahli gizi

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1.) Glukosa darah
b. Pemeriksaan Fisik Klinik
1.) TTV :
- Keadaan umum
- Tekanan darah
- Denyut nadi
- Pernafasan
- Suhu tubuh
- Status dehidrasi
c. Pemeriksaan Tambahan
1.) EKG
d. Diagnosis gizi
e. Manajemen Klinis
1.) Rencana pengaturan diet
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan dan Diet
1.) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan.
2.) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus.
3.) Apakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
4.) Apakah status fisik pasien yang dapat meningkatakan diet seperti luka
bakar dan demam?
5.) Apakah toleransi makanan/minumam tertentu?
b. Faktor yang Mempengaruhi Diet
1.) Status kesehatan
2.) Kultur dan kepercayaan
3.) Status sosial ekonomi.
4.) Faktor psikolpgis.
5.) Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.

c. Keluhan Utama
1.) Tidak nafsu makan
2.) Makan hanya sedikit atau kurang dari porsi yang disediakan
3.) Kelemahan fisik
4.) Penurunan berat badan
5.) Kesulitan menelan
d. Pemeriksaan fisik
1.) Keadaan fisik: apatis, lesu
2.) Berat badan : obesitas, kurus
3.) Otot : flaksia, tonus kurang, tidak mampu bekerja.
4.) Sistem saraf: bigung, rasa terbakar, reflek menurun.
5.) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, pembesaran liver.
6.) Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal,
tekanan darah rendah/tinggi.
7.) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
8.) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
9.) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa
pucat.
10.) Gusi: perdarahan, peradangan.
11.) Lidah: edema, hiperemasis.
12.) Gigi: karies, nyeri, kotor.
13.) Mata: konjungtiva pucat,kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
14.) Kuku: mudah patah.
15.) Pengukuran antopometri:
- Berat badan ideal: (TB- 100)*10%
- Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas (MAC) :
Nilai normal
Wanita :28,5c
Pria :28,3 cm
- Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal
Wanita : 16,5-18 cm
Pria :12,5-16,5 cm
- Laboratorium
1.) Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)
2.) Transferin (N:170-25 mg/100 ml)
3.) Hb (N: 12 mg%)
4.) BUN (N:10-20 mg/100ml)
5.) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N : laki-laki: 0,6-1,3 mg/100 ml,
wanita: 0,5-1,0 mg/100 ml)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (NANDA, 2018-
2020)
1) Definisi: keadaan dimana intake kurang (nutrisi) kurang dari kebutuhan
metabolisme tubuh (NANDA, 2018-2020). Kemungkinan berhubungan
dengan: -- Mual dan muntah
- Gangguan intake makanan
- Diet dan pembatasan makanan
- Ketidakmampuan menelan
2) Kemungkinan data yang ditemukan:
- Berat badan menurun
- Kelemahan
- Nafsu makan berkurang
- Hipotensi
- Ketidakseimbangan elektrolit
- Kulit kering, turgor kering
- Penurunan kesadaran
- Tonus otot kurang
3) Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
- Kanker
- Anemia
- Marasmus
- Penyakit hati kronis
4) Tujuan yang diharapkan
- Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu
- Peningkatan status nutrisi

- Intervensi Rasional
1.Kaji faktor yang mungkin menjadi 1. Banyak faktor yang
penyebab kekurangan nutrisi mempengaruhi kekurangan
nutrisi sehingga identifikasi
faktor penyebab menajdi penting
2. Tanyakan kebiasaan makan, pantangan 2. Data untuk perencanaan
makan, alergi dan jenis makanan yang makan pasien
disukai
3. Lakukan pemeriksaan fisik seperti 3.Menentukan status nutrisi
sklera, konjungtiva, kulit dan tonus otot pasien

4. Kaji intake makan pasien yang 4.Berat badan merupakan salah


disediakan satu indikator status nutrisi

5. Sajikan makanan dalam keadaan 5.Merencanakan jenis, jumlah


hangat dan kemasan yang menarik kalori dan diet yang sesuai
kebutuhan pasien
6.Meningkatkan selera makan

6. Anjurkan pasien makan dengan porsi


kecil tetapi sering sesuai dengan diet
yang diberikan

b. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh (NANDA, 2018-2020)


1) Definisi : pasien dengan resiko atau aktual mengonsumsi makanan melebihi
dari kebutuhan metabolisme tubuh (NANDA, 2018-2020)
Kemungkinan berhubungan dengan :
- Kelebihan intake
- Gaya hidup yang tidak sehat
- Perubahan kultur
- Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori
2) Kemungkinan data yang ditemukan:
- Berat badan = 20% lebih berat dari badan ideal
- Pola makan yang berlebihan
3) Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
- Obesitas
- Hipotiroidisme
- Pasien dengan pemakaian kortikosteroid
- Imobilisasi yang lama

4) Tujuan yang diharapkan :

- Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi & berat badan yang terkontrol


- Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang
- Tidak terjadinya penurunan berat badan berlebih

Intervensi Rasional
1. Identifikasi faktor penyebab 1. Informasi awal dan dasar dalam
kelebihan nutrisi merencanakan intervensi
2. Diskusikan dengan pasien tentang 2. Memfasilitasi pasien untuk menentukan
kelebihan makanan faktor penyebab kelebihan nutrisi dan
menyelesaikan masalah
3. Lakukan pengukuran berat badan 3. Berat badan merupakan salah satu
setiap tiga hari jika memungkinkan indikator status nutrisi pasien
4. Ukur asupan makanan dalam 24 jam 4. Menentukan keseimbangan intake
dengan kebutuhan nutrisi pasien
5. Buat program latihan dan olahraga 5. Olahraga meningkatkan kebutuahn energi
sehingga diharapkan terjadi keseimbangan
6. Hindari makanan yang banyak 6. Makanan berlemak banyak menghasilkan
mengandung lemak energi sehingga menambah kelebihan berat
badan
DAFTAR PUSTAKA

(Nurarif, Amin Huda, dan Hardhi


Kusuma.2013https://id.scribd.com/doc/223732215/Makalah-Nutrisi
diakses pada tanggal 4 november 2020.)
(Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC-
NOC.Yogyakarta.: Medication.)
(Saputra, Dr. Lyndon. 2013. https://leksikabookstore.com/product-detail/pengantar-
kebutuhan-dasar-manusia-e2-1 Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Binarupa
Aksara. Di akses pada tanggal 4 november 2020.)
(Tarwoto Sdan Wartonah. 2015. https://penerbitsalemba.com/buku/08-0226-kebutuhan-dasar-
manusia-dan-proses keperawatan-e5 Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
edisi 5. Jakarta:Salemba Medika. Di akses pada tanggal 4 november 2020)

Anda mungkin juga menyukai