12.21 Terjadi perebutan sesi berbicara antara Arteria dan Feri. Kemudian, ditengahi oleh
Mbak Nana
Najwa Shihab : Oke, sebelum semuanya berbicara, saya yang berbicara. Kita break. Kita kembali
sesaat lagi.
Najwa Shihab : Prof. Emil Salim, anda diundang presiden untuk memberi masukan. Apa yang anda
tangkap, baik dari pernyataan yang tersurat maupun yang tersirat oleh presiden
tentang situasi ini?
Prof Emil : Pertama beliau menghadapi fakta bahwa ada RUU tentang KPK. Kami
berpendapat, keliru isi dari RUU KPK yang intinya melemahkan KPK. Tidak ada
instansi dari pemerinah sejak proklamasi yang berhasil seperti KPK. Ketua
Mahkamah Konstitusi, ditangkap. Ketua DPD,DPR, ketua partai, macam-macam.
Itu dilakukan KPK terhadap oknum-oknum elit politik yang hanya KPK berani
berbuat. Oleh karena itu tiap usaha memperlemah KPK, kami anggap melawan
garis kebijakan presiden yang ingin membangun pemerintahan yang bersih dan
berwibawa. Jadi persoalananya adalah isi dari Perpu melemahkan KPK.
Najwa Shihab : Isi dari undang-undang, revisi?
Prof Emil : Revisi. Itu yang kita tentang. Kalau KPK berhasil sehingga memberantas korupsi
mengapa diperlemah? Mengapa diangkat dewan penasehat? Mengapa?\
Najwa Shihab : Oke. Presiden menangkap. Ketika berbica, presiden menangkap kekhawatiran itu?
Prof Emil : Beliau menangkap. Jadi, beliau berkata soal saya adalah semua partai mendukung
RUU KPK itu. Jadi, saya menangkap beliau itu berdiri sendiri . Partai pendukung
beliau yang memilih beliau, Omong kosong. Tidak ada mendukung. Kalau
betul, partai pendukung presiden Jokowi ingin membantu supaya Jokowi berhasil
kenapa menyetujui RUU yang memperlemah KPK. Sedangkan KPK terbukti
berhasil memberantas
Najwa Shihab : Oke
Arteria DLL : Saya jawab.....
Najwa Shihab : Sebentar. Prof. Dalam konteks kemudian saya ingat, saya pernah membaca ada
pernyataan pak Jokowi yang bilang “Saya kan punya fraksi di DPR, konteksnya
apa ketika menyampaikan itu? Apakah memang itu pengakuan bahwa sedang
dikroyok DPR?
Prof Emil : Emplisit berkata, semua partai mendukung RUU KPK itu. Beliau berdiri sendiri.
Mana, partai-partai yang sok membantu beliau?
Najwa Shihab : Sok?
Prof Emil : Ya
Johnny : Begini, ya. Menanggapi Prof. Yang pertama Nana, sebelum sampai ke Pro, saya
harus lurusin dulu ya. Bahwa tidak ada partai politik khususnya kami NasDem yang
menolak Perpu.
Prof Emil hendak memotong pembicaraan (ingin memberikan klarifikasi), namun ditahan oleh
pak Johnny
Johnny : Sabar dulu, satu-satu Prof. Yang menolak Perpu. Kami tau Perpu konstitusional
kami tau legislatif konstitusional, kami tau yudisial konstitusional. Tiga-tiganya
konstitusional. Kalau presiden yang punya kewenangan menggunakan Perpu
silahkan urusan presiden. Nanti urusan politiknya ada di DPR. Kalau tanya sama
kami ya kewenangan pembuat undang-undang ada dua, yang satu legislative review
normalnya dan satu melalui Perpu. Nah yang ketiga, melalui civil society. Ada
jalurnya yudisial review, silahkan juga. Nanti kan MK itu final dan mengikat.
Itu yang pertama. Kami, dari awal sudah menyampaikan. Itu kewenangan
presiden. Namun, kalau ditanya pada kami, ya, pilihan yang mana, kalau presiden
tanya, bila presiden, masyarakat itu ada dua pendapatnya. Yang satu menolak revisi
UU KPK, ada juga yang mendukung UU KPK. Kalau untuk itu, agar final dan
mengikat, silahkan tempuh jalur yudisial review. yang juga sudah ditempuh oleh
masyarakat (dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Jadi, saya mau minta pendapat anda. sebentar. Sebelum ke sana bang Jhonny. Jadi
anda ingin menegaskan kalau malam ini, setelah nonton Mata Najwa, (dipotong
sama pak Johnny)
Johnny : Presiden tanda tangan Perpu (dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Presiden tanda tangan perpu? NasDem mendukung? (perdebatan dengan mbak
Nana)
Johnny : Isi Perpu apa? Kita liat isinya apa. Yang bisa diterima secara politik, silahkan itu.
(rebutan ngomong antara mbak Nana dan pak Jhonny)
Najwa Shihab : Bisa dinikmati secara politik?
Johnny : Tetapi kita belum tau apa yang akan diisi atau dimuat di dalam Perpu saat ini.
Kewenangan itu ada pada Presiden.
Najwa Shihab : Itu bukan.... (dipotong sama pak Johnny) dan Prof Emil ingin menanggapi, tapi
tidak diberikan kesempakatan oleh pak Jhonny.
Johnny : Itu satu. Saya mau jawab Prof. secara langsung ya. Tadi, disampaikan bahwa
tidak pro, kami berdiskusi dengan presiden. Kami tidak inginkan Presiden salah
juga. Kami mendukung melakukan dengan benar-benar. Ingat, Prof ya. Buat
undang-undang bukan tugas DPR. Undang-undang tidak mungkin disahkan menjadi
undang-undang bila dikerjakan sendiri oleh DPR. (dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Anda, ... (Pak Jhonny memaksanakan diri untuk tetap melanjutkan pembicaraan)
Johnny : Itu penyesatan publik (dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Baik, sebentar. Saya ingin menerjemahkan ... (Pak Jhonny memaksanakan diri
untuk tetap melanjutkan pembicaraan)
Johnny : Karena undang-undang hanya bisa dikerjakan bersama-sama (nada meninggi)
Najwa Shihab : Baik, ketika pak Jokowi mengatakan ingin sendiri, tidak didikung partai politik itu,
apa yang anda tangkap?
Johnny : Tanyakan pada pak Jokowi konteksnya apa. Saya tidak tau. tetapi saya mau
meluruskan..... (mbak Nana ingin memberikan kesempatan kepada Prof Emil untuk
menanggapi, namun pak Jhonny tetap kekeh untuk melanjutkan argumen)
bukan sendirian DPR secara konstitusi, tidak mungkin DPR bisa membuat undang-
undangN. Presiden bisa menerbitkan Perpu. Sejauh disetujui tidak lanjutnya
oleh DPR. Kalo DRP bisa menolak
Najwa Shihab : Oke, silahkan Prof. (Pak Jhonny tetap ingin melanjutkan argumen)
Johnny : Jadi jangan salah arahnya
Prof Emil : Saudara, keliru. Yang dikatakan oleh presiden, semua partai mendukung RUU KPK
tadi. (dipotong sama pak Johnny)
Johnny : Betul, kami dukung karena... (dipotong sama Prof Emil karena beliau belum
selesai)
Prof Emil : Nah (dipotong sama pak Johnny)\
Johnny : Tapi, tidak berarti perintah tidak setuju itu Prof (dengan nada meninggi).
Prof Emil : Ya.. (dipotong sama pak Johnny)\
Johnny : Itu yang saya katakan. Itu yang saya katakan.
Prof Emil : Tetapi, beliau jadi. Pertanyaan yang mendukung saya, pemerintah, ikut
mendukung RUU yang ada saya (dipotong sama pak Johnny)\
Johnny : Betul itu, karena undang-undang disahkan.
Prof Emil : Nah.. (dipotong sama pak Johnny)\
Prof Emil : Karena itu, beliau tidak mau mensahkan dulu dan mencari jalan keluar untuk..
(dipotong sama pak Johnny)
Johnny : Untuk mencari jalan, lain lagi Prof. Yang tadi kita bilang, ada 3 jalurnya.
Najwa Shihab : Oke. baik
Johnny : Kalo Presiden dia bilang, saya akan kalkulasi, saya akan periksa. Kalo itu
keputusannya, keputusan presiden, kami dukung itu Prof.
Kondisi semakin memanas, sehingga mbak Nana perlu berkali-kali menengahi
Najwa Shihab : Baik, baik
Prof Emil : Tapi, saudara mendukung RUU (Terjadi perebutan posisi pembicaraan)
Johnny : Tapi, saat ini belum dilakukan oleh Prseiden.
Najwa Shihab : Baik, baik. Silahkan Bang Feri.
Feri Amsari : Soal revisi UU KPK, beliau sudah menjelaskan isinya bermasalah. Siapa yang
salah dalam hal ini? Segerombolan partai politik yang 10 itu dan Presiden yang
menyetujui rencana itu. Sehingga jadi UU. Semuanya khilaf, ya. Presiden melihat
itu, khilaf. Kenapa? Publik menolak. (dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Sebentar, apakah cocok? Khilaf itu seolah-olah tidak berdaya, tanpa sengaja. Ini kan
kesengajaan?
Feri Amsari : Ini disengaja, lalu kemudian mereka baru sadar ternyata ditolak, bahkan ada korban
nyawa. Lalu, presiden mungkin saja sebagai kepala negara, dan kepala
pemerintahan merenung langkah-langkah yang dia yang sudah salah ini. Nah,
selama ini kan 10 ini mendukung, ternyata salah di mata publik. Presiden mau
berdiri di mana ? Ikut mendukung yang 10 partai, atau kemudian mendukung
korban, atau publik yang menolak ini?
Najwa Shihab : Oke. Bang Feri, saya ingin bertanya, beralasan tidak, kekahwatiran presiden
kalo kita tadi menangkap tadi presiden khawatir tidak akan didukung oleh fraksi
partainya?
Sangat beralasan.