Anda di halaman 1dari 6

Transcribe of Mata Najwa Talk Show

Part 1 Perpu KPK: Parpol Ancam Presiden?


Najwa Shihab : Sudah hadir di Studio Mata Najwa, saya perkenalkan dulu deretan partai
politik yang hadir malam hari ini. Ada SekJen Partai NasDem Johnny G
Platte. Selamat malam bang Johnny.
Johnny : Selamat malam
Najwa Shihab : Terima kasih sudah hadir. Ada juga anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan
Arteria Dahlan. Bang Arteria, selamat malam
Arteria : Selamat malam. Assalamualaikum
Najwa Shihab : Wa’alaikum salam Wr. Wb. Dan ada Supratman Adi Agtas. Anggota DPR
Fraksi Gerindra yang juga ketua. Terima kasih sudah hadir, Bang
Supratman.
Jadi, sudah jelas di sini deretan partai politik dan yang disebelah kiri saya
akan perkenalkan. Ada Prof. Emil Salim, dosen pascasarjana Universitas
Indonesia. Selamat malam, Prof. Emil.
Prof Emil : (senyum dan mengangguk).
Najwa Shihab : Hadir juga teman saya, Feri Amsari, Direktur Pusat Studi Konstitusi
Universitas Andalas. Feri, selamat malam.
Feri : Selamat malam
Najwa Shihab : Dan ada Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia, Jayadi Hana.
Selamat malam mas Jayadi.
Jayadi : Selamat malam
Najwa Shihab : Baik. Jadi sudah jelas penempatannya pun saya tempatkan sedemikian rupa
Yang ini partai, yang ini non-partai. Tapi, apakah artinya yang ini tidak
mendengar rakyat, yang ini mendengar rakyat? Silahkan nanti kita berdebat.
Tapi saya penasaran, apa maksudnya ketua partai NasDem mengatakan
Salah-salah di impage. Apakah NasDem mengancam presiden?
Johnny : Eee, salah tidak. Yang pertama begini dulu Nana ya. Kalau memisahkan ini
antara tokoh masyarakat, tokoh pendidik, dan partai politik, saya kira tidak
tepat dalam membuat undang-undang. Yang tepat itu pembuat undang-
undang dan daya, bukan partai politik. Tapi pembuat undang-undang
Najwa Shihab : (dipotong sama mbak Nana) Pembuat undang-undang....
Johnny : Karena pembuat undang-undang itu terdiri dari dua, yaitu DPR dan
Pemerintah. DPR pun terbagi 2, ada unsur DPD nya juga yang undang-
undang ini.
Najwa Shihab : Oke. Pembuat undang-undang yang tunduk pada undang-undang. Yang
Mendengarkan rakyat yang mana, nanti kita bahas
Johnny : (dipotong sama pak Johnny) Nah baru saya bahas tadi soang Bang Surya itu.
Bang Surya sebagai seorang tokoh partai senior, ketua umum partai politik,
pengusung utama bersama-sama dengan PDIP dan rekan-rekan koalisi presiden
2014, kebetulan memenangkan kembali 2019 mempunyai kewajiban mengingatkan
pada seluruh komponen bangsa bahwa kita perlu berhati-hati mengurus negara ini.
Berhati-hati, termasuk di dalamnya kepada presiden. Bukan mengancam presiden.
Salah.
Najwa Shihab : (dipotong sama mbak Nana) Mengingatkan berhati-hati
Johnny : (Dilanjutkan kembali oleh Pak Johnny) Mengingatkan kepada seluruh komponen
bangsa bahwa di dalam mengurus negara harus berhati-hati termasuk karena ini
ngomongnya di Senayan kan. Termasuk kepada yang di Senayan sana, ada DPR,
MPR.
Najwa Shihab : (dipotong sama mbak Nana) Apakah kalo mengeluarkan Perpu itu artinya tidak
berhati-hati?
Johnny : Oh tidak.
Najwa Shihab : Kenapa diucapkan klo begitu?
Johnny : Kalo keluarkan Perpu itu hal yang biasa
Najwa Shihab : (dipotong sama mbak Nana) Salah-salah bisa di impage. Luar biasa dong itu
Johnny : Ya, kalo Perpu yang salah, bisa juga.
Najwa Shihab : (dipotong sama mbak Nana) Jadi kalo mengeluarkan Perpu artinya salah?
Johnny : Bisa men-trigger satu proses politik yang mengakibatkan impagement. Bisa.
Itu yang diingatkan.
Najwa Shihab : (dipotong sama mbak Nana) Anda percaya bisa sejauh itu kalau Perpu dikeluarkan?
Johnny : Di Indonesia ini politik apa yang tidak bisa. Bung Karno dijatohkan, Pak Harto
dijatohkan, Gurdur dijatohkan. Semuanya bisa.
Najwa Shihab : Dalam konteks impagement, dijatohkan oleh DPR. Apakah NasDem ada rencana
untuk menjatuhkan kalo Perpu akan dikeluarkan?
Johnny : Justru NasDem ingin menjaga agar tidak ada impagement dan mengatakannya
terlebih dahulu. Hati-hati jangan sampai ada impagement presiden
Najwa Shihab : Hati-hati, peringatan atau ancaman ?(dipotong sama pak Johnny)
Johnny : Kami akan... (dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Hati-hati, Peringatan atau ancaman ya itu?
Johnny : Kepada, ya! (suara meninggi).
Najwa Shihab : Peringatan atau ancaman?
Johnny : Kepada komponen bangsa seluruhnya karena ini disampaikan d Senayan, tentu
ditujukan kepada Senayan. Apabila proses itu dilakukan, kami akan paling
depan untuk mengawal presiden. Kecuali, ada alasan-alasan yang secara konstitusi...
(dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Anda mengatakan paling depan mengawal, tapi yang mengatakan pertama justru
NasDem?
Johnny : Justru itu diingatkan. (Belum selesai ngomong, langsung dialihkan Mbak Nana)
Najwa Shihab : Saya ingin lempar ke Bang Arteria Dahlan. PDIP melihatnya seperti apa? Sejauh
itukah bisa sampai di impage? Bagaimana menerjemahkan ini?
Arteria : Ya, PDI Perjuangan, partai tua, matang, dan tentunya kami taat asas. Bicara Perpu,
itu kan diksinya, diksi hukum. Ada konsekuensi hukum pula. Di depan mata, kita
katakan bahwa Perpu itu adalah kewenangannya pak Presiden. Kewenangannya
konstitusionalnya presiden. Tapi, kami ingin juga mengingatkan bahwa Indonesia
itu adalah negara hukum. Segala sesuatunya, walaupun ada kewenangan, ada aturan
mainnya. Diksi Perpu diatur dalam pasal 22 ayat 1. Dalam hal ihwal kegentingan
yang memaksa. Dulu, tafsirnya adalah diserahkan kepada subjektivitas presiden.
Najwa Shihab : Oke
Arteria : Objektivitasnya akan dinilai oleh DPR. Tapi, sekarang, tidak demikian. MK melalui
putusannya tahun 2009 diperkuat 2014 bahwa kegentingan yang memaksa itu jelas
di elaborate. Pertama karena adanya keadaan
Najwa Shihab : Oke, Bang Arteri. Saya tidak mau masuk terlaludetai dulu. Pertanyaan di awal saya
adalah apakah ya, bisa sejauh penjatuhan presiden?
Arteria : Saya pikir sekarang ini, ya, kita semua punya amandemen ke-4 UUD. Dengan
sistem, dengan spirit penguatan sistem presidensial yang sedemikian rupa seperti
saat ini, tidak mungkin presiden bisa diimpage. Tidak mungkin presiden bisa
dimakzulkan.
Najwa Shihab : Jadi berlebihan NasDem ketika jika bicara itu?
Arteria : Selain itu, saya ingin katakan juga kepada yang mendesak-desak presiden. Presiden
gak usah khawatir. Didesak, ditekan, diapakan, gak usah khawatir. (dipotong sama
mbak Nana)
Najwa Shihab : Tidak usah dengarkan kata rakyat, dengarkan saja Parpol, begitu?
Arteria : Ya, tergantung ya. Kita ingin katakan Mbak Nana, ya. Presiden adalah kepala
negara, pemegang kekuasaan tertinggi berdasarkan undang-undang ya. Jadi,
presiden ini posisinya sangat kuat. Gak bisa itu, presiden ditekan-tekan. Di bawa
massa sebegitu banyak. Akhirnya, yang sudah disekapati, kesepakatan
konstitusional antara DPR dan pemerintah, dibatalkan sebelum undang-undang
diundangkan. Ini yang saya katakan, ya...
Najwa Shihab : Didesak-desak?
Arteria : Bukan, ya.. (berhenti melanjutkan)
Najwa Shihab : Saya mau langsung tunjuk. Salah satu yang mendesak-desak, Feri Amsari,
makanya saya undang. Mendesak-desak presiden kah anda? Dan Prof Emil
Salim. Anda datang khusus
Feri Amsari : Prof. Emil dan saya tidak mendesak presiden. Kita memberikan masukan
sebagaimana yang diminta oleh presiden. Yang mendesak-desak itu partai politik,
mbak Nana. Mulai dari impagement, mulai dari tidak menghormati DPR dan
partai politik kalo mengeluarkan Perpu. Kita malah menjelaskan ke presiden.
“Pak presiden, Perpu itu hak bapak yang diberi syarat oleh MK melalui 3 hal yang
dalam kondisi saat ini sudah terpenuhi. Bapak, mau mengeluarkan Perpu, yang
berarti bapak bersama rakyat banyak, menyelamatkan KPK, atau bersama partai
politik yang menginginkan perubahan melalui revisi UU KPK.
Najwa Shihab : Anda jelas sekali bilang, jadi artinya partai politik tidak mewakili rakyat?
Feri Amsari : Ya... (dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Ini baru pada menang semua lho di DPR
Feri Amsari : Contohnya sederhana, mbak Nana. Kalaulah memang rencana revisi KPK, undang-
undang KPK dan amandemen UUD yang digadang-gadangkan saat ini betu-betul
menampung aspirasi publik, pada pemilu yang lalu mereka akan berkampanye soal
hal itu. Agar.. bisa dilihat kalau publik mendukung, mereka akan pilih partai itu.
Faktanya, ini disembunyikan. Lalu, setelah terpilih baru dimainkan. Artinya kan
jauh dari aspirasi publik.
Najwa Shihab : Saya mau tanya, menurut anda, apakah itu peringatan atau jangan didesak-desak. Itu
gertak sambal sajakah atau memang ya, Presiden Jokowi harus khawatir ketika
mendengarkan berbagai statement ini?
Feri Amsari : Bagi saya, partai yang mengancam presiden itu, gertak sambal semua. Karena....
(dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Tidak mengancam, tapi mengingatkan katanya
Feri Amsari : Ya, apapun itu namanya ya. Karena dalam sistim presidensial, ada dua hal yang
diperhatikan. Core kekuasaan itu ada di presiden, dan presiden punya masa jabatan
fixter in office. Jadi, dia harus menyelesaikan masanya itu. Kecuali oleh konstitusi
berdasarkan pasal 7A itu, ditentukan kesalahan-kesalahannya. Kesalahan-
kesalahan itu tidak termasuk Perpu. Yang harus diingatkan partai, jangan ancam
pak presiden. Pak presiden malah punya kewenangan untuk jadi pemohon, untuk
membubarkan partai politik. Jadi, sepanjang presiden bersamarakyat, mereka semua
malah yang lebih terancam dengan posisi saat ini.
Arteria : Saya, ingin sampaikan sedikiy. Saya juga bertanya-tanya katanya ahli tata negara
ya. Itu kan jelas diksi kegentingan yang memaksa itu adanya kebutuhan yang
mendesak tatkala hukum tidak ada.
Feri Amsari : Nah, saya jelaskan ya (dipotong sama mas Arteria)
Arteria : Enggak, sebentar. saya ingin katakan (dipotong sama Mas Feri)
Feri Amsari : Karena itu salah. Ada penjelasan yang salah
Arteria : Jangan bicara salah benar ya. Kita kan sama-sama punya opini.
Feri Amsari : Oke
Arteria : Nah, yang ingin saya katakan adalah apakah sekarang undang-undang KPK nya
gak ada? undang-undangnya eksis. Apakah sekarang penegakan hukum yang
dilaksanakan oleh KPK musnah? penegakan hukumnya kemarin baru saja
meng OTT. Kemudian, apakah ada daya tusaknyadalam konteks demokrasi
maupun penegakan hukum itu sendiri? Sampai saat ini penguatan yang hadir.
Kemudian, yang kedua.karena Undang-undang yan dibutuhkan itu belum ada
Sekarang sudah ada existing undang-undang, sama undang-undang yang akan
kita revisi. Sekarang pertanyaannya adalah dengan merevisi itu ya, apakah
kekosongan hukum yang menyebabkan keadaan menjadi gentih?

12.21 Terjadi perebutan sesi berbicara antara Arteria dan Feri. Kemudian, ditengahi oleh
Mbak Nana

Najwa Shihab : Oke, sebelum semuanya berbicara, saya yang berbicara. Kita break. Kita kembali
sesaat lagi.

Part 2 Emil Salim: Partai Pendukung Jokowi Omong Kosong

Najwa Shihab : Prof. Emil Salim, anda diundang presiden untuk memberi masukan. Apa yang anda
tangkap, baik dari pernyataan yang tersurat maupun yang tersirat oleh presiden
tentang situasi ini?
Prof Emil : Pertama beliau menghadapi fakta bahwa ada RUU tentang KPK. Kami
berpendapat, keliru isi dari RUU KPK yang intinya melemahkan KPK. Tidak ada
instansi dari pemerinah sejak proklamasi yang berhasil seperti KPK. Ketua
Mahkamah Konstitusi, ditangkap. Ketua DPD,DPR, ketua partai, macam-macam.
Itu dilakukan KPK terhadap oknum-oknum elit politik yang hanya KPK berani
berbuat. Oleh karena itu tiap usaha memperlemah KPK, kami anggap melawan
garis kebijakan presiden yang ingin membangun pemerintahan yang bersih dan
berwibawa. Jadi persoalananya adalah isi dari Perpu melemahkan KPK.
Najwa Shihab : Isi dari undang-undang, revisi?
Prof Emil : Revisi. Itu yang kita tentang. Kalau KPK berhasil sehingga memberantas korupsi
mengapa diperlemah? Mengapa diangkat dewan penasehat? Mengapa?\
Najwa Shihab : Oke. Presiden menangkap. Ketika berbica, presiden menangkap kekhawatiran itu?
Prof Emil : Beliau menangkap. Jadi, beliau berkata soal saya adalah semua partai mendukung
RUU KPK itu. Jadi, saya menangkap beliau itu berdiri sendiri . Partai pendukung
beliau yang memilih beliau, Omong kosong. Tidak ada mendukung. Kalau
betul, partai pendukung presiden Jokowi ingin membantu supaya Jokowi berhasil
kenapa menyetujui RUU yang memperlemah KPK. Sedangkan KPK terbukti
berhasil memberantas
Najwa Shihab : Oke
Arteria DLL : Saya jawab.....
Najwa Shihab : Sebentar. Prof. Dalam konteks kemudian saya ingat, saya pernah membaca ada
pernyataan pak Jokowi yang bilang “Saya kan punya fraksi di DPR, konteksnya
apa ketika menyampaikan itu? Apakah memang itu pengakuan bahwa sedang
dikroyok DPR?
Prof Emil : Emplisit berkata, semua partai mendukung RUU KPK itu. Beliau berdiri sendiri.
Mana, partai-partai yang sok membantu beliau?
Najwa Shihab : Sok?
Prof Emil : Ya
Johnny : Begini, ya. Menanggapi Prof. Yang pertama Nana, sebelum sampai ke Pro, saya
harus lurusin dulu ya. Bahwa tidak ada partai politik khususnya kami NasDem yang
menolak Perpu.

Prof Emil hendak memotong pembicaraan (ingin memberikan klarifikasi), namun ditahan oleh
pak Johnny
Johnny : Sabar dulu, satu-satu Prof. Yang menolak Perpu. Kami tau Perpu konstitusional
kami tau legislatif konstitusional, kami tau yudisial konstitusional. Tiga-tiganya
konstitusional. Kalau presiden yang punya kewenangan menggunakan Perpu
silahkan urusan presiden. Nanti urusan politiknya ada di DPR. Kalau tanya sama
kami ya kewenangan pembuat undang-undang ada dua, yang satu legislative review
normalnya dan satu melalui Perpu. Nah yang ketiga, melalui civil society. Ada
jalurnya yudisial review, silahkan juga. Nanti kan MK itu final dan mengikat.
Itu yang pertama. Kami, dari awal sudah menyampaikan. Itu kewenangan
presiden. Namun, kalau ditanya pada kami, ya, pilihan yang mana, kalau presiden
tanya, bila presiden, masyarakat itu ada dua pendapatnya. Yang satu menolak revisi
UU KPK, ada juga yang mendukung UU KPK. Kalau untuk itu, agar final dan
mengikat, silahkan tempuh jalur yudisial review. yang juga sudah ditempuh oleh
masyarakat (dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Jadi, saya mau minta pendapat anda. sebentar. Sebelum ke sana bang Jhonny. Jadi
anda ingin menegaskan kalau malam ini, setelah nonton Mata Najwa, (dipotong
sama pak Johnny)
Johnny : Presiden tanda tangan Perpu (dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Presiden tanda tangan perpu? NasDem mendukung? (perdebatan dengan mbak
Nana)
Johnny : Isi Perpu apa? Kita liat isinya apa. Yang bisa diterima secara politik, silahkan itu.
(rebutan ngomong antara mbak Nana dan pak Jhonny)
Najwa Shihab : Bisa dinikmati secara politik?
Johnny : Tetapi kita belum tau apa yang akan diisi atau dimuat di dalam Perpu saat ini.
Kewenangan itu ada pada Presiden.
Najwa Shihab : Itu bukan.... (dipotong sama pak Johnny) dan Prof Emil ingin menanggapi, tapi
tidak diberikan kesempakatan oleh pak Jhonny.
Johnny : Itu satu. Saya mau jawab Prof. secara langsung ya. Tadi, disampaikan bahwa
tidak pro, kami berdiskusi dengan presiden. Kami tidak inginkan Presiden salah
juga. Kami mendukung melakukan dengan benar-benar. Ingat, Prof ya. Buat
undang-undang bukan tugas DPR. Undang-undang tidak mungkin disahkan menjadi
undang-undang bila dikerjakan sendiri oleh DPR. (dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Anda, ... (Pak Jhonny memaksanakan diri untuk tetap melanjutkan pembicaraan)
Johnny : Itu penyesatan publik (dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Baik, sebentar. Saya ingin menerjemahkan ... (Pak Jhonny memaksanakan diri
untuk tetap melanjutkan pembicaraan)
Johnny : Karena undang-undang hanya bisa dikerjakan bersama-sama (nada meninggi)
Najwa Shihab : Baik, ketika pak Jokowi mengatakan ingin sendiri, tidak didikung partai politik itu,
apa yang anda tangkap?
Johnny : Tanyakan pada pak Jokowi konteksnya apa. Saya tidak tau. tetapi saya mau
meluruskan..... (mbak Nana ingin memberikan kesempatan kepada Prof Emil untuk
menanggapi, namun pak Jhonny tetap kekeh untuk melanjutkan argumen)
bukan sendirian DPR secara konstitusi, tidak mungkin DPR bisa membuat undang-
undangN. Presiden bisa menerbitkan Perpu. Sejauh disetujui tidak lanjutnya
oleh DPR. Kalo DRP bisa menolak
Najwa Shihab : Oke, silahkan Prof. (Pak Jhonny tetap ingin melanjutkan argumen)
Johnny : Jadi jangan salah arahnya
Prof Emil : Saudara, keliru. Yang dikatakan oleh presiden, semua partai mendukung RUU KPK
tadi. (dipotong sama pak Johnny)
Johnny : Betul, kami dukung karena... (dipotong sama Prof Emil karena beliau belum
selesai)
Prof Emil : Nah (dipotong sama pak Johnny)\
Johnny : Tapi, tidak berarti perintah tidak setuju itu Prof (dengan nada meninggi).
Prof Emil : Ya.. (dipotong sama pak Johnny)\
Johnny : Itu yang saya katakan. Itu yang saya katakan.
Prof Emil : Tetapi, beliau jadi. Pertanyaan yang mendukung saya, pemerintah, ikut
mendukung RUU yang ada saya (dipotong sama pak Johnny)\
Johnny : Betul itu, karena undang-undang disahkan.
Prof Emil : Nah.. (dipotong sama pak Johnny)\
Prof Emil : Karena itu, beliau tidak mau mensahkan dulu dan mencari jalan keluar untuk..
(dipotong sama pak Johnny)
Johnny : Untuk mencari jalan, lain lagi Prof. Yang tadi kita bilang, ada 3 jalurnya.
Najwa Shihab : Oke. baik
Johnny : Kalo Presiden dia bilang, saya akan kalkulasi, saya akan periksa. Kalo itu
keputusannya, keputusan presiden, kami dukung itu Prof.
Kondisi semakin memanas, sehingga mbak Nana perlu berkali-kali menengahi
Najwa Shihab : Baik, baik
Prof Emil : Tapi, saudara mendukung RUU (Terjadi perebutan posisi pembicaraan)
Johnny : Tapi, saat ini belum dilakukan oleh Prseiden.
Najwa Shihab : Baik, baik. Silahkan Bang Feri.
Feri Amsari : Soal revisi UU KPK, beliau sudah menjelaskan isinya bermasalah. Siapa yang
salah dalam hal ini? Segerombolan partai politik yang 10 itu dan Presiden yang
menyetujui rencana itu. Sehingga jadi UU. Semuanya khilaf, ya. Presiden melihat
itu, khilaf. Kenapa? Publik menolak. (dipotong sama mbak Nana)
Najwa Shihab : Sebentar, apakah cocok? Khilaf itu seolah-olah tidak berdaya, tanpa sengaja. Ini kan
kesengajaan?
Feri Amsari : Ini disengaja, lalu kemudian mereka baru sadar ternyata ditolak, bahkan ada korban
nyawa. Lalu, presiden mungkin saja sebagai kepala negara, dan kepala
pemerintahan merenung langkah-langkah yang dia yang sudah salah ini. Nah,
selama ini kan 10 ini mendukung, ternyata salah di mata publik. Presiden mau
berdiri di mana ? Ikut mendukung yang 10 partai, atau kemudian mendukung
korban, atau publik yang menolak ini?
Najwa Shihab : Oke. Bang Feri, saya ingin bertanya, beralasan tidak, kekahwatiran presiden
kalo kita tadi menangkap tadi presiden khawatir tidak akan didukung oleh fraksi
partainya?
Sangat beralasan.

Anda mungkin juga menyukai