Anda di halaman 1dari 9

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

PEMBIDAIAN DAN PEMBALUTAN

Memenuhi Tugas Praktek Klinik


Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pembimbing
Ceria Nurhayati,S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 03.049

Disusun Oleh

Esa Adipura
NIM: 171.0032

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Esa Adipura


Prodi : S1 Keperawatan
NIM : 17100032
Tugas Laporan pendahuluan dibuat sebagai syarat untuk melengkapi tugas praktek klinik
mata kuliah Keperawatan Gawat darurat

Surabaya,13 Mei 2020


Mahasiswa

Esa Adipura

NIM.1710032

Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Merina Widyastutu,S.Kep.,Ns.,M.Ke Ceria Nurhayati,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP.03.033 NIP. 03.049

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

PEMBIDAIAN

Pemasangan bidai adalah suatu tindakan untuk mengatasi atau


membantu pasien yang mengalami patah tulang sehingga tidak
Pengertian
terjadi pergerakan / pergeseran sehingga pasien tidak merasa sakit.
pembidaian
1. Luka terbuka.
2. Sprain/ strain.
Indikasi pembidaian
3. Dislokasi/ subluksasi.
4. Fraktur.
- Immobilisasi sehingga membatasi pergerakan antara 2
bagian tulang yang patah saling bergesekan
Tujuan Pembidaian - Mengurangi nyeri
 - Mencegah kerusakan jaringan lunak, pembuluh darah dan
syaraf di sekitarnya
Mekanisme Kerja 1. Beri salam, panggil klien dengan namanya.
2. Perkenalkan diri perawat.
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
4. Beri kesempatan klien bertanya.
5. Cuci tangan.
6. Pakai sarung tangan bersih.
7. Buka pakaian dan perhiasan di daerah cidera(bisa digunting).
8. Kaji bagian tubuh yang akan dibidai (lokasi, luka, nadi distal,
CRT)
9. Ukur bidai pada bagian yang sehat.
10. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak.
11. Lapisi bagian yang kosong antara tubuh dan bidai dengan bahan
pelapis.
12. Bidai dengan jenis bidai yang sesuai.
13. Bidai harus meliputi 2 sendi dari tulang yang patah.
14. Jika cidera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit
sendi tersebut.
a. Bidai Basswood untuk lengan atas.

b. Bidai Basswood untuk lengan bawah.


c. Bidai kawat untuk humerus.

e. Bidai untuk kaki.

15. Kaji respon klien (nyeri, kesemutan).


16. Kaji denyut nadi distal, CRT dan warna kulit.
17. Rapikan peralatan.
18. Lepas sarung tangan dan cuci tangan.
Dokumentasikan.
1. Bidai.
2. Pengikat bidai (mitela, kain, kasa).
3. Bantalan lunak.
Persiapan Alat
4. Kasa steril.
5. Gunting verband.
6. Sarung tangan bersih.
Langkah-langkah Cuci tangan dan pakai hand schone
2. Dekatkan alat-alat didekat pasien
3. Berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan
4. Bagian ekstremitas yang cidera harus tampak seluruhnya,
pakaian harus dilepas kalau perlu digunting
5. Periksa nadi, fungsi sensorik dan motorik ekstremitas
bagian distaldari tempat cidera sebelum pemasangan bidai
6. Jika nadi tidak ada, coba luruskan dengan tarikan
secukupnya, tetapi bila terasa ada tahanan jangan diteruskan,
pasang bidai dalam posisi tersebut dengan melewati 2 sendi
7. Bila curiga adanya dislokasi pasang bantal atas bawah,
jangan coba diluruskan
8. Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang
keluar dengan kapas steril dan jangan memasukkan tulang yang
keluar ke dalam lagi, kemudian baru dipasang bidai dengan
melewati 2 sendi
9. Periksa nadi, fungsi sensori dan motorik ekstremitas
bagian distal dari tempat cidera setelah pemasangan bidai
10. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
11. Lepas hand schone dan cuci tangan

a. Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan (subyektif dan


obyektif), hasil
b. pembalutan : mudah lepas, menggangu peredaran darah,
mengganggu gerakan lain)
Evaluasi c. Berikan reinforcement positif pada klien
d. Kontrak pertemuan selanjutnya (waktu, kegiatan, tampat)
e. Merapikan dan kembalikan alat
f. Mencuci tangan
g. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Multiple trauma
Komplikasi

1. Kemampuan intelektual
Kendala 2. Keterlambatan petugas medis tiba dilokasi
3. Panik saat melakukan tindakan
1. Penderita kehilangan darah yang sangat banyak
Indikasi pembidaian 2. adanya tanda-tanda kematian yang pasti
3. Fraktur yang sudah darurat

Referensi 1. .UNEJ Jember


STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

PEMASANGAN PEMBALUTAN

Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian


Pengertian
tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki
pembalutan

 luka terbuka
Indikasi  Sprain/ strain.
pembalutan  (islokasi) subluksasi
 Fraktur
1. menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser pada tempatnya
2. mencegah terjadinya pembengkakan
Tujuan
3. menyokong bagian tubuh yang cedera dan mencegah agar
pembalutan
bagian itu tidak bergeser
4. • mencegah terjadinya kontaminasi
Mekanisme Kerja 1. Beri salam, panggil klien dengan namanya.
2. Perkenalkan diri perawat.
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
4. Beri kesempatan klien bertanya.
5. Cuci tangan.
6. Pakai sarung tangan bersih.
7. Kaji bagian tubuh yang akan dibalut (lokasi, luka)
8. Balut dengan jenis balutan yang sesuai.
a. Balutan melingkar.

b. Balutan dasi untuk lutut.

c. Balutan dasi untuk kaki.

d. Balutan untuk kaki.

9. Kaji respon klien (nyeri, kesemutan).


10. Kaji denyut nadi distal, CRT dan warna kulit.
11. Rapikan peralatan.
12. Lepas sarung tangan dan cuci tangan.
Dokumentasikan.
1. Alat dan bahan
2. • mitella adalah pembalut berbentuk segitiga
3. • dasi adalah mitella yang berlipat-lipat sehingga berbentuk seperti
dasi
Persiapan Alat
4. • pita adalat pembalut gulung
5. • plester adalah pembalut berperekat
6. • pembalut yang spesifik
7. • kassa steril
Langkah-langkah 1. Dengan mitella
2. salah satu sisi mitella dilkipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali
3. pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan di luar bagian yang akan
dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan
4. salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada
ikatan atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hla
ini tergantung pada tempat dan kepentingannya.

1.Kaji respon subjektif dan objektif klien


Evaluasi 2 Jika perlu rujuk ke sarana kesehatan yang
lebih lengkap
1. keadaan yang mengancam terjadinya kerusakan kulit, serta
gangguan hemodinamik, maka perlu dilakukan rontgen sebelum
diberikan terapi.
2. Kerusakan selaput dermis karena terpapar oleh pembalut yqang
kering pada sebelah luarnya
Terbentuknya jaringan yang halus dibawah pembalut dan pertumbuhan
Komplikasi
bakteri dengan memakai pembalut yang berlebihan
3. Pertumbuhan bakteri yang berlebihan bila balutan yang sudah kotor
tidak diganti / jahitan luka yang menggunakan drainase
4. Menyebabkan titik tekananbila balutan kusut / berkerut, khususnya
pada ekstremitas.
5. Membatasi sirkulasi
1. Kemampuan intelektual yang kurang
Kendala 2. Keterlambatan petugas medis tiba dilokasi
3. pembalutan yang kurang tepat
1. Penolong kesulitan memblaut luka
Indikasi
2. Jika Fraktur sudah parah
pembalutan
3. Balutan kering (bila terjadi epitel baru pada permukaan luka jangan
dihentikan
sampai di rusak ketika melepas balutan)
1. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15482/BAB
Referensi %20II.pdf?se

Anda mungkin juga menyukai