Skripsi Fixxx-1
Skripsi Fixxx-1
SKRIPSI
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Skripsi Fakultas Hukum jurusan Ilmu
Hukum)
OLEH :
DWI VALENTIN EVERLY AMRAIN
1011416187
FAKULTAS HUKUM
JURUSAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
i
iii
ABSTRAK
iv
v
- Moto dan Persembahan -
Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kadar kesanggupannya.
Setiap manusia memiliki cobaan dan ujian masing – masing dan setiap
manusia juga memiliki cara yang berbeda dalam menghadapinya. Yang
perlu diingat adalah bagaimanapun cobaan dan ujian yang datang tetap
jadikan shalat dan sabar sebagai penolong.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-
program sarjana Fakultas Hukum Jurusan Ilmu Hukum Universitas Negeri Gorontalo.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis
hadapi namun pada akhirnya penulis dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual. Untuk itu dengan
kepada:
vii
kampus atau pun kebutuhan sehari-hari. Dan untuk Ayah, terimakasih atas
3. Ibu Dr. Nur M. Kasim, S.Ag., MH selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
arahan dan bantuan yang sangat saya butuhkan agar skripsi ini tersusun
dengan baik dan benar, semoga ketulusan hati beliau di balas jannah oleh
skripsi ini dengan baik dan benar, merupakan sosok dosen yang
5. Bapak Dr. Eduart Wolok, ST., M.T selaku Rektor Universitas Negeri
Gorontalo.
Negeri Gorontalo.
Negeri Gorontalo.
8. Ibu Karmila Machmud, S.pd., Ph.d selaku Wakil Rektor III Universitas
Negeri Gorontalo
viii
9. Prof. Dr. Phil. Ikhfan Haris. M.Sc selaku Wakil Rektor IV Universitas
Negeri Gorontalo.
10. Prof. Dr. fenty U. puluhulawa, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas
11. Bapak Dr. Fence M Wantu, SH., MH selaku Wakil Rektor II Universitas
Negeri Gorontalo dan selaku Dosen penguji I saya yang dengan baik hati
telah memberikan arahan dan masukan terkait dengan skripsi ini agar
12. Ibu Hj. Nirwan Junus, SH., MH sebagai Dosen penguji II saya yang
dengan baik hati dan sabar telah memberikan arahan, masukan yang
13. Ibu lisnawaty W. Badu, SH., MH selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
16. Alm Bapak Ismail Tomu, SH,. MH yang merupakan sosok dosen yang
17. Seluruh bapak dan ibu Dosen di Lingkungan Fakultas Hukum Universitas
ix
motifasi, dukungan dan Do’a kepada saya dalam proses perkuliahan
18. Seluruh bapak ibu staf Tata Usaha dan Operator di Lingkunga Fakultas
perkuliahan.
19. Kepada seluruh Masyarakat Desa bajo ,terimakasih sudah mau membantu
saya dalam penelitian ini, khususnya kepala desa dan jajaran yang sudah
20. Untuk kakak ku Vensi Vindi Amrain, terimakasih atas segala bantuannya
21. Untuk semua keluarga om, tante dan sepupu terimakasih karena telah
skripsi ini.
22. Untuk sahabat sedari bocah ,sahabat terbaik yang pernah saya miliki
dalam hidup saya, Anda, Ayip, Andri, Vina. Valle, Terimakasih karena
selalu menemani saya saat senang susah hingga senang lagi, terimakasih
23. Untuk sahabat Pejuang SH ,sasa, viko, ririn, tiwi. Terimakasih karena
x
24. Untuk teman-teman kelas F 2016 (Fabulaws), terimakasih atas dukungan
dan support yang di berikan selama ini, terimah kasih atas suka dan duka
25. Untuk sahabat yang sudah saya anggap seperti keluarga, Anggi, Nanda,
Ibo, Mutia, Saphira. Terimakasih karena selalu ada untuk saya dari awal
akan datang.
27. Kepada senior Firhan Kadullah SH, terimakasih atas bentuan dan arahan
dalam penyusun skripsi ini, tetap jadi senior yang baik hati.
28. Untuk senior basket maniak Gorontalo, terimakasih atas bantuan dan
29. Teman-teman KKS Saripi ela, Irma, ririn, Erika, nadia, anggi, eka via,
juang, halid,melky dan teman-teman yang lain yang tidak bisa saya sebut
xi
31. Untuk Sahabat Semongko, Ayu, riska, via, eka, fais, iki, terimaksih sudah
32. Nabila Alifiya Paputungan, terima kasih karena selalu menemani saya di
saat susah dan senang, terimakasih karena tidak pernah mengeluh ketika
bantuan moril dan materil yang telah diberikan dan terima kasih karena
tidak pernah menambah beban pikiran saya selama saya menyusun skripsi
33. Semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu persatu yang juga turut
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena skripsi ini di tulis sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
yang di miliki oleh peneliti, namun apabila masih ada kekurangan dengan lapang
dada peneliti menerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun demi
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................iii
ABSTRAK .........................................................................................................iv
ABSTRACK.......................................................................................................v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................7
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................8
1.4. Manfaat Penelitian ...............................................................................8
xiii
3.1. Jenis Penelitian .......................................................................................25
3.2. Lokasi Penelitian, Populasi Dan Sampel................................................26
3.2.1. Lokasi Penelitian .............................................................................26
3.2.2. Populasi ...........................................................................................26
3.2.3. Sampel .............................................................................................27
3.3. Sumber Data Penelitian ..........................................................................27
3.4. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................28
3.5. Analisis data ...........................................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembagian Warisan Menurut Hukum Adat Bajo ...................................30
4.2. Upaya Hukum Penyelesaian Sengketa Dalam Pembagian Harta Warisan
Menurut Hukum Adat Bajo .....................................................................36
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan.............................................................................................57
5.2. Saran .......................................................................................................58
5.3. Penutup ...................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................60
CURRICULUM VITAE
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Secara menyeluruh hukum perdata mempunyai salah satu bagian yang disebut
namanya kematian.
kekayaan dari orang yang telah meninggal, yang kemudian disebut pewaris, baik
harta itu telah dibagi-bagi atau pun masih dalam keadaan tidak terbagibagi”. Begitu
pun dengan Wirjono Prodjodikoro yang menyatakan bahwa: “Warisan adalah soal
kekayaan seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang yang
masih hidup.”
yaitu apabila seseorang meninggal dunia yang dalam ini meninggalkan hartanya,
maka harta tersebut disebut sebagai harta warisan. Dalam penyelesaian pembagian
harta cara apa yang hendak kita pakai, dalam penyelesaian harta tersebut hukum apa
yang hendak diterapkan, dan bagaimana kepengurusan dan lanjutan hak maupun
1
kewajiban orang yang telah meninggal tersebut. Secara umum sistim pewarisan atau
pembagian warisan itu dapat dilakukan dengan menggunakan tiga cara yaitu
adat.1
hukum yang berikatan dengan proses dalam meneruskan dan mengendalikan harta
benda (materil) juga harta cita (nonmaterial) dari generasi satu ke generasi
pada masing-masing daerah.Dalam waris adat ini ada yang sifatnya patrilineal atau
matrilineal, yang memberikan petunjuk ada suatu perbedaan daerah hukum adat satu
dengan yang lain, yang erat kaitnya dengan sistim kekelurgaan dengn jenis atau status
ahli waris mewarisi secara perorangan, (Batak, Jawa, Sulawesi dan lain-lain).
b. Sistem kewarisan kolektif, di mana para ahli waris secara kolektif (bersama-
1
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm 38.
2
I. Mayorat laki-laki, yaitu apabila anak laki-laki tertua pada saat pewaris
II. Mayorat perempuan, yaitu apabila anak perempuan tertua pada saat
di Tanah Semendo.”2
pembagian harta kekayaan yang dimiliki seseorang pada waktu ia meninggal. Sumber
pokok dalam pembagian warisan pada hukum islam dilandasi pada Al-Qur’an dan
Selain dimuat dalam sumber dasar dari hukum Islam seperti Alquran dan
Hadits, ketentuan mengenai kewarisan juga terdapat dalam sumber hukum lainnya,
yakni Kompilasi Hukum Islam atau KHI.Pada Pasal 171 huruf a “disebutkan bahwa
Perdata.3
2
Soejono Soekanto, 2010, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, hlm 259.
3
Surini Ahlan Sjarif & Nurul Elmiyah,2018 , Hukum Kewarisan Perdata Barat, Jakarta:
Prenadamedia Group, hlm 1
3
Aturan dalam hukum waris islam yaitu mengatur dalam hal mengalihkan harta
dari orang yang telah meninggal ke para ahli sebagai waris. Dimana dapat di kita
Bagian ahli waris dalam hal ini hukum Islam mempunyai ketentuan yaitu dua
kali lebih besar bagian laki-laki apabila dibandingkan dengan anak perempuan. Ini
salah satu cara dalam mewujudkan keadilan menurut Allh SWT, sistem ini
disesuaikan dengan besarnya tanggungjawab yang pegang oleh seorang laki-laki dan
pasal 176 “anak perempuan bila hanya seorang ia mendapat separuh bagian, bila dua
orang atau lebih mereka bersama-sama mendapat dua pertiga bagian, dan apabila
anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki
Suatu system waris yang di telaah oleh KUHPerdata yaitu individual bilateral,
dimana setiap ahli waris memiliki hal daman penetuan membagi harta warisnya serta
dapat menerima bagian yang jadi hak nya, harta wairis dari ayah ataupun harta waris
dari ibunya. Hak yang berada untuk ahli waris dalam penentuan warisnya itu,
melaksanakan pemisahan (pembagian) harta warisan itu selama 5(lima) tahun dan
4
Moh. Muhibbin& abdul wahid, 2017, hukum kewarisan islam,Jakarta: sinar grafika, hlm 6.
5
H. Zainuddin Ali, 2010, pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, hlm 3
4
tiap kali jangka waktu itu terlampaui dapat diperbaharui (PASAL 1066 AYAT 3 dan
4 KUHPerdata)”.6
terlebih dahulu antara ahli waris dari si pewaris, apabila tidak terjadi kesepakatan
antara ahli waris pada musyawarah maka pembagian warisan tersebut akan dilakukan
tersebut ada anak laki-laki maupun anak perempuan, jika anak laki-laki memiliki
pendapatan melebihi anak perempuan, maka anak perempuan mendapat bagian lebih
besar dari si anak laki-laki begitu juga sebaliknya jika anak perempuan mempunyai
penghasilan yang lebih besar daripada anak laki-laki maka anak laki-laki yang akan
mendapatkan bagian lebih besar. Tetapi jika kedua anak tersebut memiliki
pendapatan yang sama atau kedua nya tidak memiliki pekerjaan (pengangguran),
maka pembagian warisan siapa yang akan mendapatkan bagian yang lebih besar bisa
Sedangkan menurut KUHPerdata, “dalam hal ini mengenai besaran ahli waris
laki-laki dengan ahli waris perempuan, memiliki bagian sama antara anak laki-laki
6
Djaja S. Meliala, 2018, Hukum Waris Menurutkitab undang-undang hukum perdata,Bandung:
Nuansa Aulia, hlm 3
5
dan anak perempuan sesuai dengan ketentuan PASAL 852 AYAT (1) KUHPerdata
“Anak-anak atau sekalian keturunan mereka, biar dilahirkan dari lain-lain perkawinan
sekali pun, mewaris dari kedua orang tua, kakek, nenek, atau semua keluarga sedarah
mereka selanjutnya dalam garis lurus ke atas dengan tiada perbedaan antara laki-
laki atau perempuan dan tiada perbedaan berdasarkan kelahiran lebih dulu”.7
Hal ini kemungkunan besar dapat memicu ketidakadilan antara satu pihak dan
akan menimbulkan permasalahan antara ahli waris ketika dalam musyawarah salah
satu ahli waris tidak terima dengan hasil musyawarah tersebut dan akan membawa
kapan mulai warisan itu dibagikan kepada ahli waris KUH Perdata dan hukum Islam
menganut prinsip bahwa warisan baru dapat dibagikan kepada ahli waris apabil
pewaris telah meninggal dunia, sedangkan menurut prinsip hukum Adat, warisan itu
dapat dibagi, baik sebelum dan sesudah pewaris meninggal dunia. Begitu juga
dengan masalah bagian yang di terima ahli waris, masing-masing sistem hukum
Maka dari itu, dikaitkan dengan hukum waris, maka pembagian warisan
sebenarnya bersifat plural, Dimana wilayah yang satu berbeda dengan wilayah yang
lain, apalagi pada wilayah masyarakat dengan kebiasaan hukum yang berbeda.Hal
ini memungkinkan sistem pewarisan yang khas dan berkembang diluar ketiga
konsep tersebut di atas, yaitu BW, hukum adat, dan hukum Islam.
7
pasal 852 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
6
Penulis disini menemukan keunikan pada sistem pembagian waris yang
didasarkan kehendak dari pemberi wasiat (waris), dan tanpa wasiat dengan
ditinjau karena jelas pembagian harta warisan tersebut berbeda dengan kaidah
dengan peraturan yang ditetapkan.Hal ini menarik untuk diteliti karena memberikan
Boalemo?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian pada pastinya memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai.
atau nilai guna bagi berbagai pihak.Diharapkan penelitian ini bisa memberikan
manfaat baik sedara teoritis maupun secara praktis.Adapun manfaat penelitian ini
1. Manfaat Teoritis
kontribusi pemikiran dalam pengaturan hak waris, terutama terkait dengan pemberian
2. Manfaat Praktis
8
regulasi yang dapat mengatur kepentingan hak waris dalam masyarakat adat di
daerah-daerah.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sosiologi berasal dari bahasa lain Latin, yaitu socius yang berarti kawan, dan
logos yang berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini pertama kali dipublikasikan oleh
dilepaskan dari gejala social dan dinamikanya. Oleh sebab itu setiap tindakan
masyarakat yang mengandung unsur-unsur hukum menjadi bagian dari kajian sosiologi
hukum.9
Silsilah Sosiolog Hukum kali pertama dianut oleh anziloti tahun 1882.Pada
saat itu demulailah perkenalan ruang lingkup serta objek dalam mengkaji sociology
hukum.akan tetapi sosilogi hukum itu tengah mempengaruhi disiplin ilmu filsafat
huukum, ilmu hukumm, serta sociology yang dalam pengkajiannya berpacu pada
hukum.10
Aliran filsafat yang dalam menyebabkan lahir sociology hukum yaitu aliran
positivism yang berarti hukumnya tidak bisa menentang dengan penentuan yang lebih
diatas derjatnya adapun maksudnya untuk yang dibawah yaitu keputusan badan
8
Wawan Muhwan, 2013, pengantar ilmu hukum, Bandung: cv. Pustaka setia, hlm 105
9
Ibid hlm 112.
10
Zainuddin Ali, 2015, sosiologi hukum,Jakarta: sinar Grafika, hlm 2
10
pengadilan, diatasnya yaitu UU serta kebiasaan, di atasnya lagi karena konstitusi, dan
teratas adalah grundnorm yakni dasar ataupun basic sosial darihukum yang juga
Kajian ilmu hukum beranggapan bahwa hukumm yaitu gejalah social, banyak
orientasinya berpacu pada hukum, yaitu: emile Durkheim, max weber, rescoe pound
Emile Durkheim menyatakan dalam tiap masyarakat selalu ada yang namanya
sifatnya restitutif yang diasosikan berupa tertuang dalam hukum perdata.12 Jika yang
berlaku hukum positf dimasyarakat tidak searah dan juga menentang hukum yang
didalam masyarakat itu maka dapat dipastikan hukum positive itu tidak akan berjalan
secara efektif.
pengetahuan yang secara analitis dan empiris menganalisis atau mempelajari hubungan
Sajipto Rahardjo bahwa sosiologi hukum (sociologi of law) adalah pengetahuan hukum
11
Ibid, hlm 2
12
Ibid hlm 3
11
Menurut R. Otje Salman, “sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala social lainya secara empiris
analitis.”13
Dalam ilmu hukum kelompok filosofi berpandangan hukum itu suatu yang harus
ada, juga kelompok ini melihat hukum sesuatu yang bekerja nyata dalam masyarakat,
maka para positivism tidak mau menerima kesekian kalinya, sebab mereka cenderung
ilmu social.Pada awalnya sosiolog hukum mengemukakan pendapat dimana hukum itu
sekian dari banyak system sosial, bahkan system social lainnya yang memberikan
asumsi itu beranggapan orang yang membuat, menerapkan, dan menggunakan hukum
yaitu makhluk manusia. Tingkah laku mereka yaitu tingkah social. Tetapi pengertian
hukum yang relative dari studi lain telah berpisah diri dari ilmu sosial. Maka pengertian
terhadap hukum, akan cenderung menghilang untuk mendasarkan hukum hanya sebagai
UU saja sama dengan yang ditelaah oleh kaum positivis atau legistis.
Fokus awal dari sosiology hukum oleh Gerald turkel dalam Achmad ali“yaitu:
kepercyaan serta asas yang mendasarinya yang dijadikan sebagai sumber hukum.
13
Ibid, hlm 1.
12
hubungannya yang independen dengan asas-asas dan nilai-nilai non hukum.Kedua
besar pada kandungan dan pengaruh hukum terhadap perilaku sosial serta kepercayaan-
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat dalam the sosial worldmereka.Pada organisasi
sosial dan perkembangan sosial serta pranata hukum.Tentang bagaimana hukum itu
pandang, yakni selain mengkaji sociology hukum tertuang juga kajian normative dan
hukum itu sesuatu yang nyata, meliputi fakta sosial, kultur maupun empiris yang lain,
hukum dijadikan akidah, yang dalam penentuannya yaitu apa yang bisa dan tidak bisa
dilakukan. Kajian ini menekan pada law in books yakni hukum itu harus semestinya,
Maka dari itu hukum ada dalam dunia sollen.selain itu, dalam mengkaji normative pada
dasarnya perskriptif, yakni perilaku yang menentukan mana yang benar dan salah.
Kajian ini terhadap hukum yakni ilmu hukum perdata, pidana, HTN, dan lainnya.14
14
Ibid
13
2.2 Tinjauan Umum Tentang Warisann
Hukum waris diatur di dalam Buku II KUH Perdata.Jumlah pasal yang mengatur
hukum waris sebanyak 300 pasal, yang dimulai dari pasal 830 KUH Perdata sampai
dengan 1130 KUH Perdata.Disamping itu, hukum waris juga diatur di dalam Inpres
Di dalam KUH Perdata tidak ditemukan pengertian hukum waris, tetapi yang ada
hanya berbagai konsep-konsep tentang pewarisan, orang yang berhak dan tidak berhak
menerima warisan, dan lain-lain. Namun, didalam Kompilasi Hukum Islam, yaitu di
dalam Inpres Nomor 1 Tahun 1991 telah diatur dan dimasukkan pengertian hukum
waris. Pasal 171 huruf a Inpres Nomor 1 Tahun 1991 berbunyi: “Hukum kewarisan
kewarisan ini hanya berlaku bagi orang Islam. Ruang lingkupnya meliputi: pemindahan
hak pemilikan, penentuan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan bagiannya
waris.
Vollmar berpendapat bahwa “Hukum waris adalah perpindahan dari sebuah harta
kekayaan seutuhnya, jadi keseluruhan hak-hak dan wajib-wajib, dari orang yang
14
kepada pemindahan harta kekayaan dari pewaris kepada ahli warisnya.Pendapat lainnya
peraturan, yang mengatur hukum mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang, yaitu
mengenai pemindahan kekayaan yang di tinggalkan oleh si mati dan akibat dari
pemindahan kekayaan ini bagi orang-orang yang memperolehnya, baik dalam hubungan
antara mereka dengan mereka, maupun dalam hubungan antara mereka dengan pihak
ketiga” (Pitlo, 1986:1 ).Menurut Pitlo ini terlalu lues, karena memindahkan kekayaan
bukan karena ikatan oleh ahli waris yang satu dengan yang lain, tetapi karena telah
tertuang dalam aturan mengenai ikatan antara ahli waris degn pihak ketiga.Hubungan
inilah yang erat kaitannya dengn masalah utang pewaris sewaktu hidup.15
hukum waris dari hukum waris tertulis semata-mata, sementara di dalam masyarakat
adat juga mengenal hukum waris, yang dinamakan hukum waris adat, sehingga kedua
hukum, baikitu yang tertulis ataupun tidak, yang tengah mngatur tentang memindahkan
Dari definisi ini dapat dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam hukum
waris, yaitu:
1. Kaidah hukum;
3. Ahli waris;
15
Salim HS, 2014, pengantar hukum perdata tertulis(bw), Jakarta:Sinar Grafika, hlm 137.
15
4. Bagian yang diterimanya;
Hukum waris dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hukum waris tertulis
dan hukum waris adat.Hukum waris tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat
adat adalah hukum waris yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat adat.Memindahkan
harta kekayaan artinya harta yang diterima pewaris dalam hidupnya dibagi kemudian
diserahterimakan pada ahli yang memiliki hak untuk menerima.Ahli waris dimaksud
yaitu seseorang yang memiliki hak dalam menerimanya.Di dalam hukum waris telah
waris, berbeda bagianyang diterima ahli waris. Misalnya dalam hukum waris islam,
bagian yang diterima ahli waris berbeda antara satu dengan lainnhya. Ahli waris laki-
laki mendapat bagian yang sanagat besar, dibandingkan dengan ahli waris wanita. Yang
dimaksud dengan hubungan antara ahli waris dengan pihak ketiga adalah hubungan
hukum yang timbul antara pewaris dengan pihak ketiga, pada saat pewaris masih hidup,
Pada dasarnya tidak semua ahli waris mendapat warisan dari pewaris. Orang–
1.Mereka yang telah dihukum karena dipersalahkan telah membunuh atau mencoba
membunuh atau menganiaya berat si yang meninggal (pasal 838 ayat (1) KUH
Perdata, pasal 172 ayat(1) Inpres Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum
Isalam);
16
2.Mereka dengan putusan hakim pernah dipersalahkan karena menfitnah telah
melakukan sesuatu kejahatan yang terancam dengan hukuman penjara 5 (lima) tahun
lamanya atau hukuman yang lebih berat (Pasal 838 ayat (2) KUH Perdata, pasal 172
3.Merek yang dengan kekerasan atau perbutan tidak mencegah si yang meninggaal
untuk membuat atau mencabut surat wasiatnya (Pasal 838 ayat (3) KUH Perdata);
4.Mereka yang telah menggelapkan, merusak atau memalsukan surat wasiat si yang
berlaku.Ahli waris karena UU ini diatur di dalam pasal 832 KUH Perdata dan Pasal
174 Inpres Nomor 1 Tahun 1991.Di dalam pasal 832 KUH Perdata di tentukan orang-
orang yang berhak menjadi ahli waris. Orang-orang yang berhak menjadi ahli waris
16
Ibid 138
17
Ahli waris karena hubungan darah ini ditegaskan kembali dalam Pasal 852
KUH Perdata. Ahli waris karena hubungan darah ini adalah anak atau sekalian
keturunan mereka, baik anak sah maupun anak luar kawin, Pitlo, berdasarkan
waris itu tidak ada, maka segala harta peninggalan dari si yang meninggal menjadi
itu mencukupi.
Inpres Nomor 1 Tahun 1991 juga mengatur tentang orang-orang yang berhak
menjadi ahli waris. Di dalam pasal 174 Inpres Nomor 1 Tahun 1991, ahli waris
1. Menurut darah;
18
Ahli waris karena hubungan darah merupakan ahli waris yang timbul karena
golongan, yaitu golongan laki-laki dan perempuan. Golongan laki-laki terdiri dari:
1. Ayah;
3. Paman;
4. Kakek
1. Ibu;
2. Anak perempuan;
3. Saudara perempuan;
4. Nenek;
Ahli waris karena hubungan perkawinan adalah ahli waris yang timbul karena
adanya hubungan perkawinan antara pewaris dengan ahli waris.Yang termasuk ahli
waris karena hubungan perkawinan adalah duda atau janda. Apabila semua ahli
1. Anak
2. Ayah
3. Ibu
19
Sebelum harta pewaris dibagi kepada ahli waris, maka ada empat kewajiban
4. Membagikan harta warisan di antara ahli waris yang berhak secara adil.
Kewajiban satu sampai dengan ketiga harus diselesaikan lebih dahulu oleh ahli
waris.Apabila kewajiban itu telah dilaksanakan dan harta yang dibagi sudah ada,
maka menjadi kewajiban yang keempat adalah membagikan warisan tersebut secara
adil diantara para ahli waris, sesuai dengan hak masing-masing ahli waris.
Ahli waris menurut wasiat adalah ahli waris yang menerima warisan, karena
adanya wasiat (testamen) dari pewaris kepada ahli waris, yang dituangkannya dalam
surat wasiat. Surat wasiat (testamen) adalah suatu akta yang memuat pernyataan
seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal dunia,
kapan mulai warisan itu dibagikan kepada ahli waris KUH Perdata dan hukum Islam
menganut prinsip bahwa warisan baru dapat dibagikan kepada ahli waris apabil
pewaris telah meninggal dunia, sedangkan menurut prinsip hukum Adat, warisan itu
dapat dibagi, baik sebelum dan sesudah pewaris meninggal dunia. Begitu juga
20
dengan masalah bagian yang di terima ahli waris, masing-masing sistem hukum
Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu
masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi
manusia tersebut menjadi aturan-aturan hukum yang mengikat yang disebut hukum
adat. Adat telah melembaga dalam kehidupan masyarakat baik berupa tradisi, adat
dengan perasaan senang dan bangga, dan peranan tokoh adat yang menjadi tokoh
Adat merupakan norma yang tidak tertulis, namun sangat kuat mengikat
karena sanksi keras kadang-kadang secara tidak langsung dikenakan. Misalnya pada
maka tidak hanya yang bersangkutan yang akan mendapatkan sanksi atau menjadi
17
Ibid 139-142
21
2.3.2 Hukum Adat
Di dunia sekurang-kurangnya ada lima sistem hukum yang besar yang hidup
dan berkembang. Sistem hukum tersebut adalah sistem common law yang dianut di
Inggris, sistem civil law yang berasal dari hukum romawi, yang dianut di Eropa Barat
Kontinental, sistem hukum ada yang dianut di negara-negra di Asia dan Afrika,
sistem hukum Islam yang dianut oleh orang-orang islam dimanapun mereka berada,
komunis/sosialis seperti Uni Soviet. Salah satu sistem hukum yang memiliki kajian
Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan
ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka hukum adat memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dan elastis.Selain itu dikenal pula masyarakat hukum adat yaitu
sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama
suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar
keturunan.
18
Nur Moh. Kasim, 2014, Hukum Islam dan Masalah Kontemporer ,Yogyakarta : Interpena ,hal. 52
22
Hukum adat adalah suatu kompleks norma-norma yang bersumber pada
tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebagian besar
tidak tertulis, senantiasa ditaati dan dihormati oleh rakyat, karena mempunyai akibat
himpunan peraturan tentang perilaku yang berlaku bagi orang pribumi dan timur
asing pada suatu pihak mempunyai sanksi (karena bersifat hukum), dan pihak lain
Tidak bisa dipungkiri bahwa sistem adat di Provinsi Gorontalo telah turun-
hukum adat di Indonesia telah bersemayam dalam perasaan hati nurani orang
Indonesia dari segala penjuru Nusantara. Dalam wilayah yang sangat luas ini, hukum
adat tumbuh dan dianut serta dipertahankan sebagai peraturan penjaga tata tertib
sosial dan tata tertib hukum diantara manusia yang sama-sama bergaul di salam
masyarakat supaya dapat dihindarkan dari segala bencana dan bahaya yang akan
mengancam.
19
Djaren Saragih (II), 1984, Pengantar Hukum Adat Indonesia, (Bandung : Tarsito) hal. 14
20
Cornelis van Vollenhoven dalam bukunya Dewi Wulansari, Hukum adat Indonesia suatu pengantar,
(Bandung : PT Refika Aditama 2014) hal. 3-4
23
KERANGKA FIKIR
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
adalah pencarian terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah), karena hasil dari
pencarian ini akan dipakai untuk menjawab permasalahan tertentu. Dengan demikian,
setiap penelitian (research) [a] berangkat dari ketidaktahuan dan berakhir pada
keraguan, dan tahap selanjutnya [b] berangkat dari keraguan dan berakhir pada suatu
hipotesis (jawaban yang untuk sementara dapat dianggap benar sebelum dibuktikan
sebaliknya).21
kebenaran dari ilmu pengetahuan. Penelitian diawali karena adanya keraguan atau
keingintahuan dari seorang peneliti terhadap suatu masalah (hukum) yang ada atau
antara yang seharusnya dengan yang senyatanya; antara cita-cita (idea) hukum
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu
atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka
21
Amiruddin, Zainal Asikin. (2014). “Pengantar Metode Penelitian Hukum”. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. Hal 19
25
juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk
penelitian hukum sosiologis atau empiris. Biasanya, pada penelitian hukum normatif
yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder, yang mungkin mencakup bahan
hukum primer, sekunder dan tertier. Sedangkan jenis penelitin yang digunakan Pada
penelitian hukum sosiologis atau empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah
data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di
3.2.2 Populasi
sama menurut Ronny Soemitro populasi ini dapat terwujud sejumlah manusia atau
dan lain-lain. Penelitian populasi oleh calon peneliti adalah Qadhi Kabupaten
2222
Soerjono Soekanto. (2014). “Pengantar Penelitian Hukum”. Jakarta: Penerbit UI (UI – Press). Hal.
43
23
Ibid. Hal. 52
26
3.2.3 Sampel
DewanAdat Desa Bajo,Kepala Desa dan kepala-kepala dusun yang ada di Desa Bajo.
Data penelitiaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer yaitu, berupa hasil wawancara dengan narasumber dalam hal ini
Qadhi Kabupaten Boalemo.Dewan Adat desa bajo, Kepala Desa, Kepala dusun dan
b. Data Sekunder
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari
peraturan- peraturan yang terkait dengan penelitian ini. (Kompilasi Hukum Islam)
2. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku, maupun tulisan ilmiah terkait dengan
penelitian ini.
3. Bahan hukum tersier, yaitu petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus besar bahasa
27
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
secara langsung pada narasumber atau orang yang mempunyai kewenangan terhadap
masalah tersebut. Narasumber yang akan di wawancarai oleh peneliti yaitu seorang
pertnyaan yang akan diajukan sebagai pedoman ketika melakukan wawancara agar
dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang ada. Baik itu buku
28
3.5 Analisis Data
Apabila data primer telah terkumpul maka dilakukan analisis data.Suatu masalah
yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh kemudian diolah sesuai dengan pokok
untuk menggambar secara sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok
tertentu, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara gejala dengan gejala
lain masyarakat.
29
BAB IV
dapat dijadikan sebagai bahan kajian penelitian. Salah satu hal yang sampai saat ini
masih memiliki keunikan tersendiri adalah cara pembagian harta warisan dengan
tidak menggunakan metode atau sistem pmebagian menurut hukum positif melainkan
hukum waris bajo itu sendiri. Berdasarkan kondisi sosial desa bajo itu sendiri,
berdasarkan regulasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perangkat desa dan
tokoh-tokoh yang berperan dalam pembagian warisan ini. akan tetapi regulasi yang
telah lama dianut ini ternyata masih memiliki kontroversi tertentu yang ditimbulkan
oleh orang-orang yang merasa dirugikan oleh aturan pembagian harta waris tersebut.
Pembagian harta waris berdasarkan hukum adat bajo ini adalah pembagian yang
sistemnya telah lama dianut oleh masyarakat setempat, dimana proses penetapan dan
pembagian ini tentunya dihadiri oleh beberapa tokoh yang berperan dalam hal ini,
salah satunya adalah kepala dusun. Hal tersebut di perjelas kembali oleh Sekretaris
desa bajo yang menjelaskan bahwa “ setiap masalah atau segala sesuatu yang
30
menyangkut aturan yang ada didesa bajo selalu di selesai dengan adat kebiasaan dari
masyarakat desa bajo ternyata masih banyak masyarakat atau kepala keluarga yang
masih menggunakan sistem atau metode pembagian harta waris menurut hukum adat
atau kebiasaan dari desa adat tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan tabel di bawah
ini:
Tabel I
Jumlah Kepala Keluarga yang Melakukan Pembagian Waris dengan Hukum
Adat Desa Bajo 3 Tahun Terakhir
Tabel diatas menjelaskan bahwa pembagian waris menurut adat desa bajo
masih dilakukan dan masih dijalankan oleh masyarakat desa bajo itu sendiri secara
adat desa tersebut. Dari tabel tersebut terlihat jumlah kepala keluarga yang
24
Wawancara dengan Sekretaris desa bajo, pada hari jumat tanggal 2 oktober 2020 pukul 10:00 di
kantor desa bajo
31
menggunakan hukum adat desa bajo dalam pembagian waris dalam 3 tahun
belakangan mengalami peningkatan. Dimana pada tahun 2017 ada 3 kepala keluarga
yang melakukan pembagian waris menurut hukum adat desa bajo, pada tahun 2018
mengalami peningkatan yang tahun sebelumnya hanya 3 kepala keluarga pada tahun
2018 menjadi 5 kepala keluarga yang menggunakan hukum adat desa bajo dalam
pembagian waris, dan pada tahun 2019 juga mengalami peningkatan jumlah kepala
keluarga yang menggunakan hukum adat bajo dalam pembagian waris yaitu menjadi
desa bajo masih banyak atau menggunakan hukum adat dalam penyelesaian masalah
tentunya haruslah melalui mekanisme tertentu, dimana semua elemen yang ada
didalam daerah tersebut haruslah mengambil peran terkait peristiwa yang terjadi.
awalnya harus dimulai dari dalam pihak keluarga terlebih dahulu karena keluarga
32
merupaka aspek utama dalam sebuah peristiwa atau pun permasalahan. Di desa bajo
sendiri dalam mekanisme dalam pembagian warisan ada beberapa tahapan seperti
a. Internal Keluarga
mekanisme pembagian pada tahap pertama ini dimulai dari internal keluarga ,
kenapa di mulai dari internal keluarga, Karena keluarga adalah bagian terpenting
dalam peristiwa atau sengketa khusunya dalam pembagian waris, dalam tahap
pertama ini pihak keluarga akan membahas beberapa poin yaitu ,berapah banyak
warisan yang akan di bagi kan dan siapa saja yang akan mendapatkan warisan
dengan apa yang di harapkan, pasti ada saja masalah yang terjadi di dalam
tidak mendapatkan kesepakatan atau titik terang maka masalah tersebut akan dibawah
ditingkat yang lebih tinggi, yaitu dalam musyawarah akan melibatkan kepala dusun
Di tahap ini akan dilakukan musyawarah mufakat antara pihak keluarga dan
akan membahas tentang pembagian warisan dari keluarga dan mencari solusi dan
33
jalan keluar bersama-sama dalam permasalahan yang terjadi sampai di dapatkan kata
Dalam musyawarah antara keluarga dan kepala Dusun ini bukan tanpa
masalah seperti yang disampaikan oleh bapak kepala dusun I Desa bajo “ dalam
musyawarah antara keluarga dan kepala dusun tidak semua berjalan lancar ada-ada
saja masalah yang terjadi khusunya antara ahli waris yang tidak mau mengalah satu
sama lain”25. Jika dalam proses musyawarah tetap tidak mendapatkan kesepekan
Pada tahap ini masalah akan di bawa ketingkat desa dengan kata lain
penyelesaian permasalahan warisan ini akan di adili langsung atau penengah adalah
kepala desa selaku yang kekuasan di desa tersebut, proses yang akan dilakukan tetap
sama seperti tahap dari Internal Keluarga hingga Keluarga dan kepala Dusun yaitu
akan dilakukan musyawarah yang dihadiri oleh pihak ahli waris dan perangkat desa
dalam hal ini kepala desa dan kepala dusun,dan kembali membahas pembagian dan
Dalam musyawarah tahap ini bukan tanpa masalah tetapi masih banyak terjadi
masalah atau perbedaan pendapat yang terjadi antara ahli waris yang dapat
25
Wawancara dengan kepala dusun I Desa bajo, pada hari minggu tanggal 4 oktober 2020 pukul
15:00 dirumah kepala dusun I desa bajo
34
menimbulkan tidak dapat terwujud kesepakan bersama dalam musyawarah. Ketika
dalam musyawarah tersebut tetap saja tidak mendapatkan hasil atau pun tidak ada
kesepakatan dari pihak ahli waris, maka akan dilakukan musyarah dengan melibatkan
dewan adat dari desa tersebut dalam hal ini dewan adat dari desa bajo.
Tahap ini akan di hadiri oleh semua elemen yang ada di desa bajo dari
keluarga ahli waris , kepala dusun, kepala desa dan dewan adat desa bajo untuk
akan di pimpin oleh dewan adat yang akan bertugas sebagai hakim adat dalam proses
semua aspek dari mulai siapa yang akan menerima warisan yang lebih besar dan siapa
yang menerima yang lebih dan pantaskah seseorang tersebut menerima warisan,
apabila hakim adat sudah mempertimbangkan semua itu maka hakim adat akan
tersebut ada anak laki-laki maupun anak perempuan, jika anak laki-laki memiliki
pendapatan melebihi anak perempuan, maka anak perempuan mendapat bagian lebih
besar dari si anak laki-laki begitu juga sebaliknya jika anak perempuan mempunyai
penghasilan yang lebih besar daripada anak laki-laki maka anak laki-laki yang akan
35
mendapatkan bagian lebih besar. Jadi secara tidak langsung melihat apa yang
dijelaskan diatas ketetapan pembagian warisan di desa bajo ini siapa yang
mempunyai penghasil lebih banyak dialah yang akan mendapatakan bagian yang
Dalam pembagian warisan di desa bajo yang dilakukan secara adat atau
kebiasaan suku bajo bukan tanpa kendala seperti yang dikatan oleh bapak Kepala
desa Bajo dia mengatakan bahwa “dalam pembagian harta warisan di desa bajo ini
tidak selama berjalan sesuai harapan ada beberapa masalah-masalah yang terjadi
dalam pembagian waris di desa bajo, masalah-masalah yang timbul biasanya ketika
musyawarah sudah di tetapkan dan sudah final hasil dari musyawarah tersebut ada
salah seorang dari ahli waris yang tidak terima dengan hasil yang sudah di tetapkan
oleh dewan adat yang sudah di musyawarakan sebelumnya dengan keluarga dan
menuntut dengan jalur hukum positif atau melakukan tuntutan di Pengadilan Agama
setempat”.26
Indonesia sebagai negara hukum adalah sebuah kalimat yang memuat makna
yang sangat besar terkait kenegaraan itu sendiri. Segala bentuk problematika yang
26
Wawancara dengan kepala desa bajo, pada hari minggu tanggal 4 oktober 2020 pukul 09:00 dirumah
kepala desa bajo
36
penyelesaiannya. Hukum yang berlaku di tengah-tengah masyarakat adalah alat
khususnya terkait pembagian harta warisan ini adalah sebuah perkara yang bersifat
lumrah atau sudah umum terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat, seperti yang di
terangkan oleh bapak kepala desa bajo bahwa perkara atau masalah yang terjadi di
masyarakat desa bajo adalah hal yang lumrah terjadi bahkan hampir setiap tahun ada
saja masalah atau perkara yang terjadi di desa bajo tak terkecuali masalah tentang
sengketa warisan.27
mengenai harta warisan, baik harta warisan dalam wujud harta benda yang berwujud
maupun yang tidak berwujud benda, melainkan berupa hak dan kewajiban,
perselisihan antara sesama saudara dalam keluarga dan pertengkaran saudara dalam
27
Wawancara dengan kepala desa bajo pada tanggal 4 oktober 2020 2020 pukul 09:00 dirumah kepala
desa bajo
37
satu keluarga.28 Penyelesaian sengketa pembagian harta warisan di Desa Bajo dapat
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala kelurga
dan beberapa orang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam
masyarakat adat Desa Bajo adalah suatu musyawarah yang dapat dilakukan setiap
waktu, ketika ada peristiwa peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Desa Bajo
musyawarah antara anggota keluarga, yang akan di pimpin oleh kerabat dari orang
tua (paman). Dalam penyelesaian sengketa warisan, biasanya para ahli waris akan
meminta solusi ataupun jalan keluar yang harus di tempuh kepada pimpinan
musyawarah (kerabat dari orangtua) agar sengketa harta warisan atau pembagian
warisan ini bisa diselesaikan dengan baik. Apabila sengketa tersebut tidak dapat
28
Wawancara dengan kepala desa bajo pada tanggal 4 oktober 2020 2020 pukul 09:00 dirumah kepala
desa bajo
38
b. Secara Musyawarah Adat
persoalan dan sengketa melalui musyawarah adat, baik berupa persoalan kecil seperti
Seperti yang diketahui, masalah tentang harta warisan menjadi salah satu persoalan
utama dalam kehidupan masyarakat. Untuk masalah di lingkungan adat desa bajo
adalah tanggung jawab dewan adat, jika terjadi sengketa para dewan adat tersebut
akan berusaha untuk menyelesaikan persoalan atau masalah itu melalui musyawarah.
Dalam proses penyelesaian sengketa dalam pembagian warisan, dewan adat akan
membantu para pihak untuk mencapai kesepakatan bersama dengan cara memanggil
seluruh Ahli waris, serta wali dan waris serta saksi-saksi, setelah itu persoalan
diutarakan di forum musyawarah dan dewan adat akan jalan keluar terhadap sengketa
bersengketa. Tetapi ketika melalui jalur ini persengketaan tidak juga selesai, maka
persengketaan ini akan dibawa ke jalur paling akhir yang harus di tempuh adalah jalur
pengadilan.
39
memasuki proses peradilan,berdasarkan ketentuan Pasal 17 PERMA No. 1Tahun
2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan“pada hari sidang yang telah di tentukan
dan dihadiri oleh para pihak, hakim pemeriksa perkara mewajibkan para pihak untuk
menempuh mediasi.”29
baik-baik tanpa ada konflik yang terjadi dikemudian hari, karena dengan adanya
mediasi perkara bisa di selesaikan dengan waktu yang singkat, biaya ringan dan di
proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu para
pihak serta dibantu oleh mediator. Dalam semua perkara terutama perkara perdata
mediasi akan berakibat batalnya demi hukum sehingga mediasi adalah suatu cara
terbaik untuk menyelesaikan sengketa antara para pihak secara tuntas dan final.
perkara kewarisan, terlihat dari perkara kewarisan tersebut membuktikan tidak sedikit
29
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2016 Tentang prosedur Mediasi di Pengadilan
40
Dalam kenyataanya tidak semua masalah atau sengketa kewarisan yang ada di
Pengadilan Agama tidak dapat diselesaikan melalui upaya damai yang sesuai dengan
harapan, hal tersebut dapat sebabkan beberapa kendala yang berkembang dalam
masyarakat dan ruang lingkup Pengailan, tetapi setiap kendala pasti ada jalan keluar
atau pun upaya untuk menghadapinya, sehingga kendala tersebut bisa di atasi atau
pun dihilangkan, sehingga proses mediasi bisa berjalan secara efisien dan lancar
Agama Kabupaten Boalemo berasal dari berbagai kalangan baik dari kalangan bawah
sampai kalangan yang berpendidikan. Tidak banyak dari kedua belah pihak berasal
dari latar belakang ekonomi yang berbeda pula. Baik yang berasal ari latar belakang
mendapat kedudukan penting dalam PERMA No.1 Tahun 2016. Mediasi bertujuan
untuk menyelesaikan sengketa secara damai yang tepat, efektif kepada pihak untuk
41
Mediasi dalam perkara, para pihak yang bersengketa khususnya perkara warisan yang
mempunyai kewajiban penuh dalam mengambil keputusan. Hakim yang ditunjuk dan
di sepakati para pihak, tidak memiliki kewajiban untuk langsung memberi putusan
Dalam hal ini dapat dilihat, syarat-syarat prosedur mediasi kedalam tiga tahap
1. Tahap Pramediasi
Awal siding sebelum gugatan dibacakann yang dihadiri oleh para pihak
majelis hakim mewajibkan parah pihak untuk menempuh mediasi. Berdasarkan yang
dituliskan oleh aturan Mahkamah Agung, Perma No.1 Tahun 2016 pasal 17 ayat (3)
pemanggilan pihak yang tidak hadir pada siding pertama dapat dilakukan
pemanggilan satu kali sesuai dengan praktik hukum Acara.30sesuai aturan formil
hukum acara di Pengadilan, sebelum pembacaan gugatan oleh majelis hakim para
pihak di perkenankan hadir untuk melaksanakan media seperti dimuat pada pasal 17
ayat (1) Hakim pemeriksa perkara mewajibakan para pihak untuk menempuh
dilakukan secara sah dan patut walaupun tidak seluruh pihak mesti hadir, yang mana
30
Pasal 17 ayat 3 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.
31
Pasal 17 ayat 1 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.
42
dimaksud adalah ketidak hadiran pihak turut tergugat dengan arti lain tidak signifikan
meliputi: pengertian dan manfaat mediasi, kewajiban para pihak untuk menghadiri
langsung pertemuan mediasi, akibat hukum atas perilaku tidak beritikad baik dalam
proses mediasi, biaya yang mungkin timbul akibat penggunaan mediator nonhakim
melalui akta perdamaian atau pencabutan gugatan, dan setelah itu para pihak
penyelesaian perkara waris secara mediasi oleh hakim mediator di Pengadilan Agama
sebagaimana yang didasarkan dari Perma No. 1 Tahun 2016 adalah pokok yang wajib
dalam pasal 20 (1) para pihak diberi waktu 2 hari kerja untuk menunjuk mediator. 33
Mediator yang dipilih harus memiliki sertikat mediator yang terdaftar di Pengadilan
setempat.
32
Pasal 17 Ayat 7 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur Mediasi di Pengadian.
33
Pasal 20 Ayat 1 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur Mediasi di Pengadilan.
43
2. Tahap Proses/pelaksanaan Mediasi
Dasar hukum berdasarkan Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi
di Pengadilan setelah ditunjuknya hakim mediator yang telah disepakati oleh para
pihak sesuai dengan pasal 20 (50) yang tertuls, Jika para pihak telah memilih
mediator sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) atau ketua majelis Hakim
pemeriksa perkara menunjuk mediator sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau ayat
(4), ketua majelis Hakim Pemeriksa Perkara menerbitkan penetapan yang memuat
perintah untuk melakukan mediasi dan menunjuk mediator.34 Para pihak masing-
oleh mediator dan para pihak.35hakim mediator sebelum dilaksanakan mediasi dengan
waktu yang telah disepakati para pihak, wajib mempelajari dan mendalami isi
bagi para pihak. Apabila terjadi hal yang menegangkan atau keresahan pada saat
34
Pasal 20 Ayat 5 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.
35
Pasal 24 ayat 2 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.
44
3. Laporan Mediasi tidak mencapai kesepakatan (Gagal)
secara tertulis kepada majelis hakim yang mengadili dan memeriksa perkara
tersebut.36 Khusus perkara warisan mediator kiatnya memberikan jalan tengah untuk
mencapai win-win solution sebagaimana pembagian waris sesuai hukum islam atau
dengan adat kebiasaan yang akan dibagikan kepada masing-masing para pihak. Jika
para pihak tetap bersih keras dan merasa paling benar sehingga tidak ada kesepakatan
pada saat di mediasi maka dinyatakan mediasi tidak berhasil. Mediasi yang gagal
dalam pasal 27 ayat (1) para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan
para pihak dan mediator.37 Kesepakatan yang dimaksud dimuat antara lain:
36
Pasal 32 ayat 1 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan.
37
Pasal 27 ayat 1 perma No. 1 Tahun 2016 tentan prosedur mediasi di pengadilan.
45
d. Pendirian para pihak
g. Pernyataan kesediaan dari salah satu pihak atau kedua belah pihak bersedia
menanggung semua biaya mediasi (bila mediator berasal dari luar pengadila).
pribadi.
tertulis untuk hasil dari pelaksanaan mediasi. Di Pengadilan agama untuk hasil para
pihak yang telah mencapai kesepakatan maka perkaranya dicabut atau perkara telah
selesai. Para pihak wajib dengan pernyataan bahwa proses pemeriksaan perkara tidak
di teruskan lagi.
pada dasarnya sengketa kewarisan melibatkan kedua belah pihak yang berasal dari
satu keluarga yang sama, disini mereka sebagai anak atau kerabat yang ditinggali
46
harta warisan oleh orang tua mereka yang telah meninggal mempermasalahkan harta
warisan tersebut dan akhirnya saling memperebutkan hak mereka atas harta warisan
tersebut, sehingga hubungan mereka antar saudara menjadi pecah dan terjadi
perselisihan, yang membuat masalah ini tidak lagi bisa diselesaikan dengan kepala
dingin, sehingga salah satu atau kedua pihak sepakat menyelesaikan masalah ini
dengan cara hukum, dan disinilah tujuan mediasi, apabila mediasi tersebut dijalankan
sesuai dengan tata cara mediasi yang telah diatur oleh PERMA Nomor 1 Tahun 2016,
maka proses penyelesaian sengketa melalui mediasi ini tidak akan menemukan
proses mendidik dan mendewasakan para pihak dalam bersikap. Dimana para pihak
harus mengikuti proses mediasi sesuai aturan yang ada dan mendengar setiap arahan
serta masukan yang diberikan oleh mediator, karena mediator disini berperan besar
Mediator berperan untuk tidak memihak terhadap masalah yang dihadapi, sehingga
timbul rasa aman dan nyaman dari para pihak dalam menyelesaikan masalahnya.
Namun sikap netral mediator tidaklah buta terhadap masalah yang ada, mediator bisa
saja memberikan pandangan kepada para pihak ketika melihat ada proses yang tidak
seimbang atau tidak adil serta merugikan salah satu pihak. Keberadaan netralitas
mediator berada, apabila para pihak masih saling menguntungkan sehingga tidak ada
47
Oleh sebab itu, dibutuhkan kerja sama dari para pihak yang bersengketa
dengan mediator yang terlibat dalam proses mediasi agar mediasi dapat berjalan
lancar dan berhasil, sehingga berakhir dengan kesepakatan damai dari para pihak.
Apabila proses mediasi dapat berjalan semestinya dan berakhir dengan kesepakatan
damai, maka kerja sama ini dibutuhkan guna menghadapi kendala-kendala yang
timbul dalam proses mediasi, yang dalam kasus ini ialah proses mediasi sengketa
kewarisan.
Keberhasilan mediasi ditentukan oleh para pihak, kalau mereka ingin perkara
diselesaikan dengan mediasi seharusnya mereka datang pada saat sidang mediasi,dan
mengikuti proses mediasi dengan iktikad baik, sehingga proses mediasi mendapatkan
dan diharapkan dapat kata sepakat dan berakhir dengan damai, tetapi karena beberapa
hal yang ditemukan dalam proses mediasi membuat hal diharapkan tersebut menjadi
terhambat.
ada beberapa kendala yang ditemui dalam proses mediasi yaitu hambatan yang di
akibatkan para pihak itu sendiri maupun hambatan karena ruang lingkup yang
keberhasilan dan kurang maksimalnya proses mediasi, adapun kendala yang di temui
antara lain:
48
1. Menunggu antrian terlebih dahulu karena ruangan mediasi di sini hanya
ketika padahari tertentu antrian para pihak yang akan menempuh proses
untuk mediasi;
sudah benar dan sesuaiyang diinginkan, dan mungkin hanya sedikit dari
pelaksanaan mediasi.
3. Pembagian waktu yang kurang maksimal apabila terdapat antrian yang banyak
dalam bermediasi.Mediasi hanya berlansung sebentar saja, hal ini sangat tidak
4. Perkara sengketa waris yang sudah sangat parah, yang mana masalah
49
pengadilan, yangmana dalam hal inilah yang menjadikan semua pendekatan,
setiap masukan yangdiberikan mediator tidak akan diterima oleh oleh salah
5. Para pihak tidak dapat diajak bekerja sama, dalam artian tidak memiliki
niat yakni salah satu pihak ataukedua belah pihak tidak hadir dalam proses
dicapai, namun inti dari mediasi tidak terlaksana. Sebab mediasipada dasarnya
harus dilakukan sendiri oleh para pihak yang berpekara. Ditambahlagi kuasa
secara maksimal dan sebagai mestinya. Mengaharuskan mediator untuk berpikir guna
50
secara mediasi oleh hakim di Pengadilan Agama Boalemo, kendala-kendala tersebut
menjadi faktor penghambat untuk kelancaran proses mediasi, kendalakendala ini juga
kesadaran ataupun tidak mengetahui keuntungan atau manfaat nyata bagi mereka
sebelum memasuki tahap peradilan, yang mereka pikir apabila mengikuti ataupun
tidak mengikuti proses mediasi tidak akan merubah pemikiran mereka dan
menganggap proses mediasi tidak akan bisa menyelesaikan perkara mereka. Yang
sebuah langkah formalitas, tidak mengikutinya mediasipun tidak apa-apa, dan tidak
Pandangan yang salah inilah yang membuat masyarakat awam yang hendak
terhadap mediasi. Mereka jadi mengira tidak perlu juga mengikuti proses mediasi,
pemikiran ini dipengaruhi oleh pandangan yang salah tadi, yang didapat dari orang
yang juga tidak mempunyai pengetahuan lebih mengenai mediasi, yang mana
51
mungkin ia hanya mendengar dari orang lain juga yang tidak jelas sumber
informasinya.
kewarisan juga dapat disebabkan pada lingkungan pengadilan itu sendiri. Yang
menjadi kendalanya adalah tempat dan waktu yang menjadi batasan bagi para pihak
untuk menyelesaikan sengketa, waktu yang sebentar dan ruang mediasi yang hanya
terdapat satu ruang saja, membuat mediasi kurang dapat dimaksimalkan, disesuaikan
dengan banyaknya juga antrian perkara yang juga harus menempuh jalur mediasi,
menghemat waktupun tidak tercapai. Selain itu, jumlah mediator hakim aktif kurang
memadai, masyarakat lebih suka memakai jasa hakim aktif sebagai mediator, karena
tidak lagi dibutuhkan lagi biaya tambahan untuk menggunakan jasa mediator non
hakim.
tujuannya, tidak dapat dimaksimalkan, dan tidak berjalan efektif serta efisien.
Harapan pihak Pengadilan Agama Boalemo adalah agar kendala-kendala ini dapat
mediasi dapat berjalan sesuai dengan dicita-citakan oleh PERMA Nomor 1 Tahun
2016.
kendala dalam yang terjadi dalam proses mediasi. Kendala tersebut dapat di
52
minimalisir atau di hilangkan asalkan para pihak mau mengikuti tata cara atau upaya
sendiri sebagai para pihak dan pengadilan dalam melaksanakannya. Adapun beberapa
proses mediasi, ruang untuk melakukan proses mediasi hanya satu, serta
masalah apa yang terjadi antara pihak serta keinginan mereka supaya
pihak bisa menemui mediator tanpa kehadiran pihak lainnya di luar waktu
pihak lawan.
2. Ada beberapa pihak tidak ingin damai, karena beberapa alasan contohnya
saja salah satu pihak atau kedua pihak tidak menunjukan iktikad
53
baikantara kedua bela pihak, dan menganggap lebih baik memilih
yaitu memberikan arahan dan nasehat yang bertujuan agar para pihak mau
Dari hasil diatas, dapat dilihat segala upaya-upaya yang dilakukan hakim
Agama Boalemo yang cukup memuaskan, ini tidak terlepas peran hakim sebagai
mediator yang sangat berperan untuk melakukan pendekatan persuasif kepada para
pihak untuk memberikan nasehat dan masukan untuk membantu para pihak
ekonomi, dengan menyelesaikan sengketa secara ekonomis, baik dari sudut pandang
biaya maupun dari sudut pandang waktu. Setiap orang menginginkan masalah meraka
bisa cepat diselesaikan tanpa mengulur-ulur waktu serta menghemat biaya yang
54
dikeluarkan. Proses mediasi dipandang sebagai cara penyelesaian sengketa yang lebih
cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi. Di indonesia memang belum
penyelesaian sengketa yang cepat dan murah dibandingkan proses litigasi. Akan
tetapi, dapat dilihat bahwa pihak yang kalah seringkali mengajukan upaya hukum,
Sebaliknya, jika perkara dapat diselesaikan dengan proses mediasi, maka para pihak
dengan sendirinya dapat menerima hasil akhir karena merupakan hasil kerja mereka
yang mencerminkan kehendak bersama para pihak. Selain itu, dapat ditemukan juga
proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah dibandingkan proses
litigasi.
salah terhadap mediasi bahwa mediasi bukan sekedar suatu langkah formalitas dalam
proses peradilan, yang tidak harus diikuti. Dengan adanya upaya-upaya ini membuat
masyarakat tentang arti sebenarnya dari suatu proses mediasi, bahwa dengan proses
kewarisan, dimana permasalahan antar saudara yang meributkan masalah hak waris
55
mereka dapat saudara, sehingga hubungan mereka yang dulu sempat renggang
bahkan terjadi pertikaian mereka antar saudara dan kerabat bisa kembali utuh. Dan
tidak hanya itu mediasi juga merupaka alternatif dalam menyelesaian sebuah masalah
yang bertujuan agar masalah yang di hadapi oleh dua pihak yang bersengketa bisa di
56
BAB V
PENUTUP
5.1Kesimpulan
Berdasarkan informasi yang dikemas dalam sebuah penelitian ini, dapat disimpulkan
mengacu pada hukum adat atau kebiasaan dari masyarakat desa bajo itu sendiri.
Dalam pembagian harta warisan masyarakat Adat desa bajo menggunakan sistem
musyawarah pada pembagian warisan dengan melibat kan anggota keluarga, aparat
2. Masalah yang terjadi dalam pembagian warisan di desa bajo biasanya bias dipicu
adanya rasa tidak puasnya ahli waris atas bagian yang di dapatkan. Upaya
internal keluarga, ketika tidak terselesaikan di tingkat keluarga maka akan di lakukan
musyawarah adat yang melibat kan anggota keluarga yang bersengketa, aparat desa
dan dewan adat ,apabila tetap tidak terselesaikan maka akan di selesaikan di
57
5.2 Saran
Dilihat dari adat istiadat serta kebiasaan warga masyarakat desa Bajo yang
dalam menentukan sesuatu kebijakan atau keputusan selalu berpegang teguh pada
kebiasaan atau adat , maka menurut penulis pemerintah setempat dapat membukukan
(secara tertulis) hukum adat yang ada di masyarakat adat desa bajo agar warga
masyarakat desa bisa memahami hukum adat dari suku bajo, apalagi dijaman yang sudah
modern seperti ini yang kebanyakan masyarakat masa bodoh dengan peraturan dan
norma-norma yang berlaku di masyarakat desa bajo dengan di bukukannya peraturan yang
ada di desa Bajo (suku bajo) menurut penulis hal tersebut dapat memperkuat hukum adat
di desa bajo dan juga bisa mengurangi permasalahan hukum khususnya dalam pembagian
warisan.
bersengketa adalah satu keluarga, jika diselesaikan secara damai bisa mempererat
5.3 Penutup
Segala puji bagi Allah SWT, zat yang maha segalanya yang menciptakan anugrah
yang luar biasa untuk setiap orang, tempat meminta pertolongan dan perlindungan.
58
peneliti menganggap bahwa skripsi ini telah sempurna dan bersifat final. Karena peneiti
menyadari bahwa skripsi yang peneliti tulis masih jauh sari kata sempurna karena pada
hakikatnya tak ada manusia yang tak berbuat kesalahan. Berdasarkan hal ini, peneliti
sangat mengharapkan koreksi atau pun kritik, saran dari pihak pembaca terkait skripsi ini
59
Daftar Pustaka
Buku
Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hlm 38.
HS,Salim. 2014. Pengantar Hukum Perdata Tertulis(bw). Jakarta: Sinar Grafika. Hlm
137.
Muhibbin, Moh. & Abdul Wahid. 2017.Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Sinar
Grafika. Hlm 6.
Muhwan,Wawan. 2013. Pengantar Ilmu Hukum. Bandung: CV. Pustaka Setia. Hlm
105.
Saragih, Djaren. 1984.Pengantar Hukum Adat Indonesia. Bandung: Tarsito. Hlm 14.
60
Wulansari, Dewi. 2014.Hukum Adat Indonesia Suatu Pengantar. Bandung : PT
Refika Aditama. Hlm 3-4.
Undang-undang
Pengadilan
Pasal 17 ayat 3 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.
Pasal 17 ayat 1 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.
Pasal 17 Ayat 7 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur Mediasi di Pengadian.
Pasal 20 Ayat 1 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur Mediasi di Pengadilan.
Pasal 20 Ayat 5 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.
Pasal 24 ayat 2 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan
Pasal 32 ayat 1 Perma No. 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan.
Pasal 27 ayat 1 perma No. 1 Tahun 2016 tentan prosedur mediasi di pengadilan.
Wawancara
Wawancara dengan Sekretaris Desa Bajo, pada hari jumat tanggal 2 oktober 2020
Wawancara dengan Kepala Dusun I Desa Bajo, pada hari minggu tanggal 4 oktober
Wawancara dengan Kepala Desa Bajo pada tanggal 4 oktober 2020 2020 pukul 09:00
61
Wawancara dengan Kepala Desa bajo pada tanggal 4 oktober 2020 2020 pukul 09:00
62
CURICULLUM VITAE
A. Identitas
Nama : Dwi Valentin Everly Amrain
Tempat/Tanggal Lahir : Tilamuta, 1 Juni 1997
Nim : 1011416187
Fakuiltas : Hukum
Jurusan : Ilmu Hukum
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Desa Limbato, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten
Boalemo, Provinsi Gorontalo
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
- SDN 01 Tilamuta 2005 - 2011
- SMP Negeri 1 Tilamuta 2011 - 2013
- SMK Negeri 1 Tilamut 2013 - 2016
2. Pendidikan Non Formal
- Peserta MOMB Tahun 2016
- Peserta Pelatihan Komputer Dan Internet UNG Tahun 2016
- Peserta PKL (Praktek Kerja Lapangan) Universitas Negeri Gorontalo
Di Mahkama Agung, Gedung MPR, RI, Kemenkumham RI, Jakarta
Tahun 2017
- Pesserta PKL (Praktek Kerja Lapangan) Universitas Negeri
Gorontalo Di PTUN Manado Tahun 2018
- Peserta KKS Tematik UNG Bank Sampah Desa Saripi, Kecamatan
Paguyaman, Kabupaten Boalemo Tahun 2019