TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
DI RUMAH SAKIT
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Cabangbungin Kab. Bekasi tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit Umum
Daerah Cabangbungin Kabupaten Bekasi
KEDUA : Kebijakan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah
Cabangbungin Kabupaten Bekasi sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan ini.
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan Pedoman Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Cabangbungin Kab. Bekasi dilaksanakan oleh Pejabat Teknis
dan bertanggungjawab kepada Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Cabangbungin Kab. Bekasi.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan
apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Bekasi
Pada tanggal :
dr. H.MARKENLLY,M.Kes
Penata Tk. I
NIP. : 19660311200111001
Lampiran I
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Cabangbungin
No :
Tanggal :
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-
bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia
yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomic ). Semua
potensi bahaya tersebut di atas, menimbulkan kecelakaan kerja, penyakit akibat
kerja dan kedaruratan termasuk bencana alam yang mengancam jiwa dan
kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung
yang ada di lingkungan RS
Rumah Sakit Umum Daerah Cabangbungin merupakan institusi yang banyak
menyerap tenaga kerja (labor intensive), padat modal dan padat teknologi
sehingga tingkat keterlibatan manusia sangat tinggi dengan demikin pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit harus
mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan dengan
demikian Rumah Sakit Umum Daerah Cabangbungin harus memperhatikan juga
tuntutan K3 RS terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit yang sejalan dengan
tuntutan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang terbaik.
B. TUJUAN
1. Umum
2. Khusus
a. Menciptakan tempat kerja yang sehat, selamat, aman dan nyaman bagi
sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit sehingga proses pelayanan
berjalan baik dan lancar.
C. SASARAN
c. Pasien
d. Pengunjung/pengantar pasien
D. RUANG LINGKUP
E. BATASAN OPERASIONAL
1. Manajement K3 RS adalah upaya terpadu seluruh pekerja RS, pasien,
pengunjung orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja
yang sehat, aman, dan nyaman bagi seluruh pekerja RS, pasien, pengunjung
orang sakit maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar RS
2. Pengembangan kebijakan K3RS adalah merencanakan program K3RS setiap
tahun dan pedoman dan kebijakan 3 tahun kedepan dapat direvisi kembali
sesuai kebutuhan, maupun revisi struktur organisasi Tim K3RS
3. Pengembangan SDM K3RS adalah peningkatan kapasitas petugas dibidang
K3RS melalui upaya pendidikan & pelatihan baik dalam maupun luar daerah
melalui kegiatan seminar,workshop, pelatihan lanjutan, dll.
4. Pengembangan pedoman dan Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah
menyusun standar pedoman pelaksanaan pelayanan yang berhubungan K3RS.
F. LANDASAN HUKUMAN
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tanggal 13 Oktober 2009 Tentang
Kesehatan
4. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
6. Undang-undang No. 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
7. Undang-undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
8. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion
9. Peraturan Pemerintah No. 50 TAHUN 2012 Tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
10.Peraturan Menaker RI No. 5/MENAKER/1996 Tentang Sistem Manajemen K3.
11.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.3 tahun 2008 tentang Tata Cara
Pemberian simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun
12.Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit
13.Keputusan Menkes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 Tentang Pedoman Teknis
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
14.Peraturan Menteri Kesehatan No. 48 tahun 2017 tentang Standar Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Perkantoran
15.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit;
16.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 432/Menkes/IV/2007
Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah
Sakit.
17.Peraturan Menteri Kesehatan No. 66 tahun 2017 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit
18.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/1996 Tentang
Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
19.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
Air Limbah
20.Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990 Tentang Syarat – Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air.
21.Peraturan Pemerintah No.101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
22.Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum
23.Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 Tahun 2017 tentang penggunaan gas medis
dan vakum medik pada fasilitas kesehatan masyarakat
24.Peraturan Menteri Kesehatan No.24 Tahun 2009 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Pelaksanaan tugas ketua dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris serta
anggota.
Struktur Organisasi, uraian tugas dan pola ketenagaan K3RS sudah tertuang dalam
Pedoman Pengorganisasian Panitia K3RS.
BAB III
SISTEM MANAJEMEN K3 RS
A. PENGERTIAN
3. Upaya Kesehatan
4. Keselamatan Kerja
5. Kecelakaan Kerja
Kejadian yang tidak terduga & tidak diharapkan, karena peristiwa tersebut
tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan
dan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian
material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang
paling berat.
7. Bahaya Potensial di RS
B. Sistim Manajemen K3 RS
Adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktivitas proses kerja di Rumah
Sakit guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman dan
nyaman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit.
Tahapan Sistim Manajemen K3 Rumah Sakit meliputi:
1. Penetapan kebijakan K3RS
2. Perencanaan K3RS
d. Dibuat secara berkala setiap 1 (satu) tahun dan ditinjau jika terdapat
perubahan sarana dan prasarana serta perubahan proses kerja di Rumah
Sakit.
c. Jika Rumah Sakit tidak memiliki sumber daya manusia di bidang K3RS
untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3RS sebagaimana
dimaksud makadapat menggunakan jasa pihak lain.
d. Kinerja K3RS dituangkan dalam indikator kinerja yang akan dicapai dalam
setiap tahun
b. dose response
D. Faktor Fisik
a. Gangguan Fisiologis
b. Gangguan Psikologis
c. Gangguan Komunikasi
d. Gangguan Pendengaran
e. Pencahayaan
g. Listrik
Secara umum panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman,
untuk di Indonesia berkisar antara 26 0C - 28 0C dengan kelembaban
60 - 70 %. Efek negatif panas pada tubuh yaitu gangguan kenyamanan
seperti : rasa tidak enak / serba salah, lelah, mual, mudah marah dan
suhu kulit panas / basah karena berkeringat / kering ( keringat
menguap ) Gangguan perilaku akibat perasaan kepanasan dan gangguan
sistem saraf pusat.
i. Radiasi
2. Karsinogenik
4. Leukimia
E. Faktor Biologi
F. Faktor Ergonomi
G. Faktor Kimia
2. Formaldehid/Formalin (CH2O5)
3. Ethylene oxide
H. Faktor Psikososial
3. Penyakit-penyakit Kardiovaskuler.
5. Diabetes Melitus
6. Gangguan jiwa
c. Penyalahgunaan obat-obatan
I. Kecelakaan Kerja
2. Terpeleset / jatuh
3. Segera lapor secara lisan kepada Tim K3 (jam kerja) atau di luar
jam kerja kepada perawat pengawas, maksimal pelaporan 1 x 24
jam.
1 FISIK:
4 ERGONOMIK
MEKANIKAL
5
Diantaranya terjepit, Semua karyawan
terpotong, terpukul,
tergulung, tersayat,
tertusuk benda tajam ;
sengatan listrik,
hubungan arus pendek
ELEKTRIKAL
Tersetrum, terbakar,
6
ledakan.
LIMBAH
7
Limbah medis (jarum Semua Karyawan
suntik,vial obat, nanah,
darah) limbah non medis,
limbah cairan tubuh
manusia (misal : droplet,
liur, sputum)
8 PSIKOSOSIAL
Pada kasus terkait dengan bahan kimia, maka perlu dipelajari Material
Safety Data Sheets(MSDS) untuk setiap bahan kimia yang digunakan,
pengelompokan bahan kimia menurut jenis bahan aktif yang
terkandung, mengidentifikasi bahan pelarut yang digunakan, dan bahan
inert yang menyertai, termasuk efek toksiknya. Ketika ditemukan dua
atau lebih faktor risiko secara simultan, sangat mungkin berinteraksi
dan menjadi lebih berbahaya atau mungkin juga menjadi kurang
berbahaya. Sumber bahaya yang ada di RS harus diidentifikasi dan
dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja
3. Score/nilai Total Risiko (Risk), yaitu total penilaian risiko yang didapat
dengan cara mengalikan 2 (dua) elemen diatas (frekuensi dan dampak).
Berikut rumus penetapan risiko :
TOTAL
FOLLOW UP (RENCANA TINDAK LANJUT)
RISIKO
1-3 Rendah (Tanggung Jawab Kepala Ruang – Follow Up Per - 6 Bln)
4-6 Sedang (Tanggung Jawab Kepala Ruang – Follow Up Per - 3 Bln)
Tinggi (Tanggung Jawab Kepala Unit Kerja – Follow Up Per - 2
7 – 15
Bln)
16 - 25 Extrim (Tanggung Jawab Direktur – Follow Up Per - Bln)
K. Pengendalian Risiko
3. Cara kerja
4. Dekontaminasi
5. Penanganan limbah dan spill management
P. Pengelolaan Limbah
Q. Pengelolaan Sampah
S. Sanitasi Makanan
5. Tingkatan siaga:
U. Infeksi Nosokomial
Pakaian pelindung
4.2.18.3 Oksigen
Ketersediaan oksigen diruangan dalam jumlah dan siap pakai
merupakan hal yang vital terutama bagi pasien jantung karena
kekurangan supply oksigen dapat mengakibatkan kematian. oleh
karena itu supply oksigen harus benar-benar terpenuhi, baik
secara sentral maupun portable di seluruh unit / ruangan
perawatan, baik Rawat Jalan, Rawat Intensif, Semi Intensif,
Emergency dan Rawat Inap. Untuk menjamin kelangsungan
supply oksigen maka perlu dilakukan pemeliharaan terhadap
seluruh jenis peralatan gas medis yang ada di RS
b. Lantai
c. Dinding
3. Pintu Darurat
e. Langit - langit
f. Ventilasi
g. Atap
h. Sanitasi
Toilet yang dilengkapi pegangan dan bel Pegangan dan bel
di toilet bertujuan untuk menjaga pasien agar
memudahkan pasien saat berada dalam toilet dan bila
terjadi suatu hal / keadaan emergency bel dapat
digunakan pasien untuk memanggil pertolongan.
i. Air Bersih
k. Pemipaan (Plumbing) :
l. Saluran (Drainase) :
n. Tangga
p. Area Parkir
6. spill kit.
Pembahasan secara detail terkait Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
tertuang dalam Pedoman tentang Bahan dan Limbah Berbahaya serta penggunaan
APD.
Larangan merokok.
.
4.5.4 Pengendalian kebakaran
Alat pemadam api ringan yang digunakan pada tahap awal
terjadinya kebakaran dengan volume api kecil
Pintu darurat
Tangga darurat
d. Tata udara, gas medis, sistim kunci, sistim perpipaan, limbah, lift,
dan lain lain berfungsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Mempunyai izin
Darurat air
Darurat listrik
Penculikan bayi
Ancaman bom
Kebocoran radiasi
Gangguan keamanan
Banjir
Gempa bumi
BAB V
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
dr. H.MARKENLLY,M.Kes
Penata Tk. I
NIP. : 19660311200111001