Anda di halaman 1dari 26

PANDUAN

KESINAMBUNGAN PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIKALONGWETAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIKALONGWETAN


DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BANDUNG BARAT
2022
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT
RSUD CIKALONGWETAN
DINAS KESEHATAN
Jl. Padalarang–Purwakarta No.290 Km 11 Cikalong Wetan Kode Pos 40556
Email: rsudcikalongwetan@gmail.com Website:rsudcikalongwetan.bandungbaratkab.go.id tlp 022 868666243

KEPUTUSAN DIREKTUR
RSUD CIKALONGWETAN
NOMOR : 445/H.1/RSUD-CW/0003/I/2022

TENTANG
PEMBERLAKUKAN PANDUAN KESINAMBUNGAN PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIKALONGWETAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


DIREKTUR RSUD CIKALONGWETAN

Menimbang : a. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan


pada Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalongwetan, maka diperlukan
penyelanggaraan kesinambungan pelayanan
yang efektif;

b. Bahwa agar penyelenggaraan kesinambungan


pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalongwetan dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Cikalongwetan sebagai landasan
bagi pelaksanaan kesinambungan pelayanan di
Rumah Sakit Umum Daerah Cikalongwetan;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan


sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b
tersebut di atas, perlu di tetapkan dengan
panduan kesinambungan pelayanan dengan
surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Cikalongwetan;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang


Praktik Kedokteran;

2. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;

3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;

4. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang


Keperawatan;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun


2010 tentang Rekam Medis.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum


Daerah Cikalongwetan Tentang Panduan
Kesinambungan Pelayanan di Rumah
Sakit Umum Daerah Cikalongwetan.

Kesatu : Panduan kesinambungan pelayanan di


Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalongwetan adalah sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini,
yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari keputusan ini;
Kedua : Kebijakan sebaimana dimaksud dalam
diktum pertama agar digunakan sebagai
acuan dalam memberikan pelayanan yang
bermutu di lingkungan Rumah Sakit Umum
Daerah Cikalongwetan;

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan


dilaksanakan oleh Kasie Pelayanan Medik
dan Kasie Keperawatan dan Penunjang
Medik RSUD Cikalongwetan;

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal


ditetapkan, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini, maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Cikalongwetan
Pada tanggal : 02 Januari 2022
DIREKTUR RSUD CIKALONGWETAN

dr. Hj. Maisara S. R. Hanif, MARS


Pembina IV/a
NIP. 197411162005012002
LAMPIRAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD CIKALONGWETAN
Nomor : 445/H.1/RSUD-CW/0003/I/2022
Tanggal : 02 Januari 2022
Tentang : Panduan Kesinambungan Pelayanan di Rumah Sakit
Umum Daerah Ciakongwetan

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat serta hidayah-
Nya sehingga panduan kesinambungan pelayanan di Rumah Sakit Umum
Daerah Cikalongwetan ini dapat tersusun dengan baik.
Buku panduan ini dibuat berdasarkan surat Keputusan Direktur Nomor
445/H.1/RSUD-CW/0003/I/2022 Tentang Panduan Kesinambungan
Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalongwetan.
Panduan ini dibuat sebagai acuan pelaksanaan kesinambungan
pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalongwetan untuk mendukung
pelayanan yang profesional terhadap pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
Cikalongwetan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah
membantu sehingga Panduan Kesinambungan Pelayanan ini dapat
diselesaikan dan dapat diterbitkan. Kritik dan saran yang membangun serta
bermanfaat selalu diterima guna pengembangan panduan ini agar menjadi
lebih baik.

Bandung Barat, 02 Januari 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................ii
BAB I DEFINISI ............................................................................................ 1
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................ 2
BAB III TATALAKSANA ............................................................................... 4
BAB IV DOKUMENTASI ............................................................................ 16
BAB I
DEFINISI

Rumah sakit memiliki proses untuk melaksanakan kesinambungan


pelayanan di rumah sakit dan integrasi antara profesional pemberi asuhan
(PPA) dibantu oleh manajer pelayanan pasien (MPP)/case manager.
Pelayanan berfokus pada pasien diterapkan dalam bentuk Asuhan Pasien
Terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal dan vertical sebagai berikut:
1. Pada integrasi horizontal kontribusi profesi tiap-tiap profesional pemberi
asuhan (PPA) adalah sama pentingnya atau sederajat.
2. Pada integrasi vertikal pelayanan berjenjang oleh/melalui berbagai unit
pelayanan ke tingkat pelayanan yang berbeda maka peranan manajer
pelayanan pasien (MPP) penting untuk integrasi tersebut dengan
komunikasi yang memadai terhadap profesional pemberi asuhan
(PPA).
Pelaksanaan asuhan pasien secara terintegrasi fokus pada pasien
mencakup:
1. Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga;
2. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagaiKetua tim asuhan
pasien oleh profesional pemberiasuhan (PPA) (clinical leader);
3. Profesional pemberi asuhan (PPA) bekerja sebagai timinterdisiplin
dengan kolaborasi interprofesional dibantu antara lain oleh
• Panduan Praktik Klinis (PPK),
• Panduan Asuhan Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lainnya,
• Alur Klinis/clinical pathway terintegrasi,
• Algoritme,
• Protokol,
• Prosedur,
• Standing Order dan
• CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi);

4
4. Perencanaan pemulangan pasien (P3)/discharge planning terintegrasi;
5. Asuhan gizi terintegrasi; dan
6. Manajer pelayanan pasien/case manager.

Definisi menurut American Case Management Association (AMCA)


berbunyi sebagai berikut: “suatu model praktik kolaboratif yang mencakup
pasien, perawat, pekerja sosial, dokter, tenaga kesehatan lain, pemberi
pelayanan, dan komunitas. Pengelolaan kasus ini mencakup komunikasi
dan memfasilitasi pelayanan menjadi satu kontinum melalui koordinasi
sumber daya yang efektif. Tujuan pengelolaan kasus mencakup pencapain
kesehatan yang optimal, akses pelayanan kesehatan, dan utilisasi sumber
daya yang tepat, seimbang dengan hak pasien untuk menentukan nasibnya
sendiri”. (AMCA 2013)
Definisi menurut Case Management Society of American (CMSA),
sebagai berikut: “suatu proses kolaboratif yang mencakup asesmen,
perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi, dan advokasi terhadap
pilihan – pilihan dan pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan
yang komprehensif bagi pasien maupun keluarganya melalui komunikasi
dan sumber daya yang tersedia sehingga memberikan hasil (outcome) yang
berkualitas dan biaya-efektif”. (Whitaker 2010)
Kesimpulan dari kedua definisi diatas bahwa manajemen pelayanan
pasien adalah suatu proses koordinasi pelayanan kolaboratif untuk
mempergunakan sumber daya yang tersedia dengan efektif dan efisien
guna mencapai tingkat kesehatan yang optimal lewat komunikasi,
pengguna sumber daya, dan akses ke pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan hak pasien dalam menentukan nasibnya sendiri.
Case manager atau Manajer Pelayanan Pasien (MPP) adalah
profesional di rumah sakit yang memberikan dukungan dan keahlian yang
berkesinambungan melalui asesmen yang komprehensif, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi menyeluruh mengenai kebutuhan individu
pasien sejak pasien datang hingga perencanaan pulang.

5
Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) adalah dokter yang
bertanggung jawab sepenuhnya atas pengelolaan asuhan medis seorang
pasien di RSUD Cikalongwetan (apabila pasien hanya perlu asuhan medis
dari 1 orang dokter). DPJP Utama adalah dokter koordinator yang
memimpin proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien yang harus
dirawat bersama oleh lebih dari 1 orang dokter. DPJP Tambahan adalah
dokter yang ikut memberikan asuhan medis pada seorang pasien, yang
oleh karena kompleksitas penyakitnya memerlukan perawatan bersama
oleh lebih dari 1 orang dokter.

6
BAB II
RUANG LINGKUP

2.1 Case Manajer (Manajer Pelayanan Pasien)


Case manajer bertanggung jawab memfasilitasi dalam
kesinambungan pelayanan berfokus pada pasien di semua tatanan
layanan Rumah Sakit. Termasuk diantaranya Instalasi Rawat Jalan,
Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat
Intensiv Unit, Instalasi Rawat Inap. Utamanya kasus pelayanan yang
komplek pada pasien dewasa, maternitas, dan anak.

A. Pelayanan Berfokus pada Pasien (Patient Centered Care)


Manajemen pelayanan pasien bersumber dari konsep
pelayanan berfokus pada pasien. Inti pelayanan berfokus pada
pasien terdiri dari 4 elemen:
1. Martabat dan respek
• Pemberi pelayanan kesehatan mendengarkan,
menghormati, dan menghargai pandangan dan pilihan
pasien serta keluarga.
• Pengetahuan, nilai – nilai, kepercayaan, latar belakang
kultural pasien dan keluarga.
2. Berbagi informasi
• Pemberi pelayanan kesehatan mengkomunikasikan dan
berbagi informasi secara lengkap dengan pasien dan
keluarga.
• Pasien dan keluarga menerima informasi tepat waktu,
lengkap, dan akurat.
3. Partisipasi
Pasien dan keluarga didorong dan didukung untuk
berpartisipasi dalam asuhan dan pengambilan keputusan serta
pilihan mereka.

7
4. Kolaborasi/kerjasama
Pasien dan keluarga adalah mitra pemberi pelayanan
kesehatan. Pemberi pelayanan kesehatan bekerjasama
dengan pasien dan keluarga dalam pengembangan
implementasi dan evaluasi kebijakan dan program.

B. Tujuan
Tujuan Manajer Pelayanan Pasien (MPP) adalah untuk
melibatkan pasien dalam asuhan yang dialaminya. Bilamana
pasien merasa menjadi bagian dalam keputusan pengobatan dan
rencana asuhan, maka mereka akan memperoleh manfaat. Hal
yang sama juga berlaku bagi keluarganya. Bila keluarga yang
mempunyai relasi erat, suatu kemitraan dengan rumah sakit yang
melayani orang yang mereka kasihi, mereka akan kurang merasa
khawatir tentang logistik dan akan lebih banyak fokus terhadap
kesehatan pasien.

C. Hubungan Profesional
Para MPP harus mempunyai hubungan kerja profesional
dengan para dokter dan staf klinis. Mereka juga harus terbiasa
dengan pelayanan penagihan (billing), pelayanan bantuan
finansial, bantuan/dukungan dari komunitas serta pelayanan
kerohanian

D. Hubungan dengan Pasien


Penting bagi para MPP untuk memiliki relasi dengan pasien
dan keluarga. MPP perlu memelihara rasa saling percaya yang
menunjukkan kepada pasien bahwa mereka terlibat untuk
manfaat dan kepentingan pasien. Untuk itu MPP perlu
memperhatikan secara aktif kebutuhan dan keinginan pasien.

8
E. Kelompok Pasien
MPP sebaiknya memberikan perhatian lebih kepada pasien
– pasien dalam kelompok: anak – anak, usia lanjut, dan dengan
penyakit kronis. Dalam pelaksanaan manajemen pelayanan
pasien, MPP menangani 25 – 50 pasien, tergantung kondisi
kerumitan, sistem pelayanan klinis, budaya kerja rumah sakit.

F. Fungsi Manajer Pelayanan Pasien (MPP)


• Asesmen utilitas
Mampu mengakses semua informasi dan data untuk
mengevaluasi manfaat/utilisasi, untuk kebutuhan manajemen
pelayanan pasien. Semua informasi dan data akurat, lengkap
yang mudah diakses tentang kebutuhan klinis, finansial, serta
sosial pasien.
• Perencanaan
Dengan asesmen yang lengkap, disusun perencanaan
untuk pelaksanaan manajemen pelayanan pasien,
perencanaan tersebut mencerminkan kelayakan/kepatutan
dan efektivitas-biaya dari pengobatan medis dan klinis serta
kebutuhan pasien untuk mengambil keputusan.
• Fasilitasi
Tugas ini mencakup interaksi antara MPP dan para
anggota tim pemberi pelayanan kesehatan, perwakilan
pembayar, serta pasien/ keluarga yang mencari/
menginginkan pembebasan dari hambatan namun dapat
mempengaruhi kinerja/hasil, serta menjaga kontinuitas
pelayanan.
• Advokasi
Mewakili kepentingan pasien adalah inti dari peran MPP.
Tetapi peran ini juuga menjangkau pemangku kepentingan

9
lain. MPP diharapkan melakukan advokasi untuk pilihan
pengobatan yang dapat diterima setelah berkonsultasi
dengan DPJP, termasuk rencana pemulangan yang
aman.advokasi perlu mempertimbangkan sistem nilai pasien,
kemampuan finansial termasuk atas jaminan pembiayaan,
pilihan, serta kebutuhan pelayanan kesehatannya.

G. Tanggung Jawab
MPP bertanggungjawab ke direktur medis.

H. Diagram Koordinasi-Integrasi-Kontinuitas Pelayanan

10
2.2 Proses Asuhan Pasien Oleh Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP)
A. Hak DPJP
1. Mengelola asuhan medis seorang pasien secara mandiri dan
otonom, yang mengacu pada standar pelayanan medis rumah
sakit, secara komprehensif mulai dari diagnosa, terapi, tindak
lanjut sampai rehabilitasi.
2. Melakukan konsultasi dengan disiplin lain yang dianggap
perlu untuk meminta pendapat atau perawatan bersama ,
demi kesembuhan pasien.

B. Kewajiban DPJP
1. Membuat rencana pelayanan pasien dalam berkas rekam
medis yang memuat segala aspek asuhan medis yang akan
dilakukan, termasuk konsultasi, rehabilitasi dll.

11
2. Memberikan penjelasan secara rinci kepada pasien dan
keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan baik tentang
pengobatan, prosedur maupun kemungkinan hasil yang tidak
diharapkan.
3. Memberikan pendidikan/edukasi kepada pasien tentang
kewajibannya terhadap dokter dan rumah sakit, yang dicatat
dalam berkas rekam medis.
4. DPJP berkewajiban memberikan kesempatan kepada pasien
atau keluarganya untuk bertanya atas hal-hal yang
tidak/belum dimengerti.

C. Hak DPJP Utama


1. Melakukan koordinasi proses asuhan medis pasien oleh
DPJP yang terlibat
2. Menyeleksi dan mengefisienkan pemeriksaan yang akan
dilakukan terhadap pasien
3. Menyeleksi dan mengefisienkan pengobatan yang akan
diberikan kepada pasien
4. Menghentikan keterlibatan DPJP lain dalam perawatan
bersama apabila dianggap perannya tidak dibutuhkan lagi.

D. Kewajiban DPJP Utama


1. Memberikan penjelasan medis kepada keluarga atas
kemajuan atau kondisi pasien
2. Mengisi resume rekam medis pasien
3. Menjawab pertanyaan pihak ketiga atas kondisi pasien.

E. Kebijakan
1. Setiap pasien yang berobat di RSUD Cikalongwetan harus
memiliki DPJP.

12
2. Apabila pasien berobat di unit rawat jalan maka DPJP nya
adalah dokter klinik terkait.
3. Apabila pasien berobat di IGD dan tidak dirawat inap, maka
DPJP nya adalah dokter jaga IGD
4. Apabila pasien dirawat inap maka DPJP nya adalah dokter
spesialis disiplin yang sesuai.
5. Apabila pasien dirawat bersama oleh lebih dari 1 orang dokter
spesialis , makaharus ditunjuk seorang sebagai DPJP utama
dan yang lain sebagai DPJP tambahan.

13
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Case Manager (Manajer Pelayanan Pasien)


Case manager memfasilitasi kesinambungan pelayanan di
masing-masing wilayah yang menjadi tanggung jawabnya. Secara
manajemen susunan bertangggung jawab kepada Bidang
Keperawatan melalui kepala seksi keperawatan dan kepala seksi
penunjang non medik. Untuk managemen operasionalnya bekerja
sama dan berkoordinasi dengan bidang atau instalasi terkait.
A. Kualifikasi Pendidikan
Seorang MPP ditetapkan berdasarkan kualifikasi sebagai berikut:
1. Perawat
a) Sarjana Keperawatan Ners diutamakan.
b) Perawat profesional yang berlisensi atau bersertifikat dapat
dipertimbangkan.
c) Magister di bidang kesehatan terkait dapat dipertimbangkan.
d) Bersertikat manajemen kasus yang lebih diutamakan.
e) Memiliki pengalaman klinis sebagai professional pemberi
asuhan minimal 3 tahun.
2. Dokter (Umum)
a) Memiliki pengalaman minimal 3 tahun dalam pelayanan klinis
di rumah sakit.
b) Memiliki pengalaman sebagai dokter ruangan minimal 1
tahun.

B. Tugas Dan Kewajiban


1. Administrasi Pelayanan
a) Mengkoordinasikan pelayanan berfokus pada pasien selama
perawatan, pemulangan dan perencananan saat di rumah
dengan fasilitas kesehatan lain.

14
b) Melakukan supervisi dan evaluasi kelengkapan dokumen
rekam medis.
c) Bertindak sebagai penasehat pasien, mengidentifikasi
kejadian-kejadian yang merugikan, dan melakukan
pendidikan pada pasien, keluarga dan staff yang
berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya,
perencanaan pulang dan aspek psikososial pelayanan
kesehatan.
d) Memobilisasi sumber daya yang efektif dan efisien sesuai
kebutuhan untuk mencapai hasil klinis yang diinginkan.
e) Memastikan keta’atan pemeriksaan pasien, diperlukan
dilakukan dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam
hasilnya segera tersedia.
f) Mengevaluasi kepuasan pasien dan kualitas keperawatan
yang diberikan.
g) Kolaborasi dengan dokter penanggungjawab pasien dan
keluarga pasien secara berkala selama masa perawatan
pasien dan mengembangkan hubungan kerja yang efektif
h) Memfasilitasi dan berkolaborasi dalam perawatan
interdisipliner dengan Profesi Pemberi Asuhan (PPA) untuk
meninjau tujuan pengobatan, mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya, memberikan edukasi pada keluarga dan
mengidentifikasi kebutuhan paska perawatan.
i) Memfasilitasi pasien dan keluarganya dalam penyelesaian
administrasi dan pembiayaan pelayanana di rumah sakit,
baik pembayaran mandiri maupun asuransi kesehatan.
j) Menyelenggarakan pelayanana dan asuhan dengan
berfokus terhadap keselamatan pasien (safety pasien).

15
2. Asuhan Keperawatan
a) Menerima konsultasi pengkajian keperawatan lanjutan
b) Menerima konsultasi analisis data keperawatan komplek
c) Menerima konsultasi rencana tindakan keperawatan
komplek
d) Menerima konsultasi evaluasi keperawatan komplek pada
individu dan kelompok

3. Indikator Hasil Kerja


a) Pasien mendapatkan asuhan pelayanan sesuai yang
dibutuhkan secara komprehensif.
b) Keluhan pasien dan keluarga atas pelayanan dapat
tertangani dengan baik.
c) Pelayanan pasien terkoordinasi dengan baik.
Agar kesinambungan asuhan pasien tidak terputus, rumah
sakit harus menciptakan proses untuk melaksanakan
kesinambungan dan koordinasi pelayanan di antara profesional
pemberi asuhan (PPA), manajer pelayanan pasien (MPP),
pimpinan unit, dan staf lain sesuai dengan regulasi rumah sakit
di beberapa tempat.
1. Pelayanan darurat dan penerimaan rawat inap;
2. Pelayanan diagnostik dan tindakan;
3. Pelayanan bedah dan nonbedah;
4. Pelayanan rawat jalan; dan
5. Organisasi lain atau bentuk pelayanan lainnya.
Proses koordinasi dan kesinambungan pelayanan dibantu
oleh penunjang lain seperti panduan praktik klinis, alur
klinis/clinical pathways, rencana asuhan, format rujukan, daftar
tilik/check list lain, dan sebagainya. Diperlukan regulasi untuk
proses koordinasi tersebut.

16
4. Pengembangan Profesi
a) Mengajar/ melatih pada diklat / SDM keperawatan dan
lainnya
b) Menjadi anggota Tim Penilai Jabatan Fungsional
Keperawatan
c) Menjadi pengurus aktif organisasi profesi keperawatan
d) Mengarahkan dan berpartisipasi dalam pengembangan dan
pelaksanaan kebijakan serta protokol perawatan pasien
untuk memberikan saran dan bimbingan dalam menangani
kasus-kasus khusus atau kebutuhan pasien

5. Pelatihan
a) Pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan klinis terkait
dengan penyusunan dan penerapan SPO Pelayanan
Kedokteran yang terdiri dari Panduan Praktik Klinis. Alur
Klinis (clinical pathway), Algoritme, Protokol, Standing order.
b) Pelatihan pelayanan Fokus pada pasien/Patient Centered
Care (PCC)
c) Pelatihan tentang perasuransian, jaminan kesehatan
nasional, INA-CBG’s
d) Pelatihan tentang Perencanaan pulang (Discharge planning)
untuk kontinuitas pelayanan.
e) Pelatihan manajemen risiko.
f) Pelatihan untuk meningkatkan soft skill (pengetahuan aspek
psiko-sosial, hubungan interpersonal, komunikasi dan
sebagainya).

17
3.2 Proses Asuhan Pasien oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP)
A. PENENTUAN DPJP
1. Penentuan DPJP harus dilakukan sejak pertama pasien masuk
rumah sakit (baik rawat jalan, IGD maupun rawat inap) dengan
mempergunakan cap stempel pada berkas rekam medis
pasien.
2. Cap stempel “ DPJP Dr ...... “ untuk pasien yang dirawat oleh
seorang dokter.
3. Cap stempel “ DPJP UTAMA Dr ......” untuk pasien yang dirawat
Bersama beberapa dokter.
Klarifikasi DPJP
1. Klarifikasi DPJP di Ruang Rawat
Apabila dari IGD maupun rawat jalan DPJP belum
ditentukan, maka petugas ruangan wajib segera melakukan
klarifikasi tentang siapa DPJP pasien tersebut. Apabila pasien
dirawat bersama petugas ruangan juga wajib melakukan
klarifikasi siapa DPJP Utama dan siapa DPJP Tambahannya.
2. Penentuan DPJP bagi pasien baru di ruangan
Pengaturan penetapan DPJP dapat berdasarkan :
a. Jadwal konsulen jaga di IGD atau Ruangan ; konsulen jaga
hari itu menjadi DPJP dari semua pasien masuk pada hari
tersebut, kecuali kasus dengan surat rujukan.
b. Surat rujukan langsung kepada konsulen ; dokter spesialis
yang dituju otomatis menjadi DPJP pasien tsb, kecuali
dokter yang dituju berhalangan, maka beralih ke konsulen
jaga hari itu.
c. Atas permintaan keluarga ; pasien dan keluarga berhak
meminta salah seorang dokter spesialis untuk menjadi
DPJP nya sepanjang sesuai dengan disiplinnya. Apabila
penyakit yang diderita pasien tidak sesuai dengan disiplin

18
dokter dimaksud,maka diberi penjelasan kepada pasien
atau keluarga, dan bila pasien atau keluarga tetap pada
pendirinnya maka dokter spesialis yang dituju yang akan
mengkonsulkan kepada disiplin yang sesuai.
d. Hasil rapat Komite medis pada kasus tertentu ; pada kasus
yang sangat kompleks atau sangat spesifik maka
penentuan DPJP berdasarkan rapat komite medis.
3. Rawat Bersama :
a. Seorang DPJP hanya memberikan pelayanan sesuai
bidang / disiplin dan kompetensinya saja. Bila ditemukan
penyakit yang memerlukan penanganan multidisiplin, maka
perlu dilakukan rawat bersama.
b. DPJP awal akan melakukan konsultasi kepada dokter pada
disiplin lain sesuai kebutuhan.
c. Segera ditentukan siapa yang menjadi DPJP Utama
dengan beberapa cara antara lain; Penyakit yang terberat,
atau penyakit yang memelukan tindakan segera atau
dokter yang pertama mengelola pasien.

Dalam hal rawat bersama harus ada pertemuan bersama


antara DPJP yang mengelola pasien dan keputusan rapat dicatat
dalam berkas rekam medis.

B. PERUBAHAN DPJP UTAMA


Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi pelayanan, DPJP
utama dapat saja beralih dengan pertimbangan seperti diatas, atau
atas keinginan pasien/keluarga atau keputusan Komite medis.
Perubahan DPJP Utama ini harus dicatat dalam berkas rekam
medis dan ditentukan sejak kapan berlakunya.
1. DPJP pasien rawat ICU
Apabila pasien dirawat di ICU, maka otomatis DPJP ICU
yang menjadi DPJP Utama yang berwenang mengendalikan

19
pengelolaan pasien dengan tetap berkoordinasi dengan DPJP
awal pasien atau DPJP Utama (bila pasien dirawat bersama
sebelum masuk ICU).
2. DPJP Utama di OK
Adalah dokter operator yang melakukan operasi dan
bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pembedahan,
sedangkan dokter anestesi sebagai DPJP tambahan. Dalam
melaksanakan tugas mengikuti SOP masing-masing, akan
tetapi semua harus mengikuti prosedur Save Surgery check list
(sign in, time out dan sign out) serta dicatat dalam berkas rekam
medis.
3. Pengalihan DPJP di IGD
Pada pelayanan di IGD, dalam memenuhi respons time
yang adekuat dan demi keselamatan pasien, maka apabila
konsulen jaga tidak dapat dihubungi dapat dilakukan
pengalihan DPJP kepada konsulen lain yang dapat segera
dihubungi.

C. KOORDINASI DAN TRANSFER INFORMASI ANTAR DPJP


1. Koordinasi antar DPJP tentang rencana dan pengelolaan pasien
harus dilaksanakan secara komprehensif, terpadu dan efektif
serta selalu berpedoman pada SPM dan Standar Keselamatan
pasien.
2. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP harus dilaksanakan
secara tertulis.
3. Apabila secara tertulis dirasa belum optimal maka harus
dilakukan koordinasi langsung, dengan komunikasi pribadi atau
pertemuan/rapat formal.
4. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dalam
Departemen/ kelompok SMF yang sama dapat ditulis dalam

20
berkas rekam medis, tetapi antar departemen/kelompok SMF
harus menggunakan formulir khusus /lembar Konsultasi
5. Konsultasi bisa biasa, atau segera/cito
6. Dalam keadaan tertentu seperti konsul diatas meja operasi,
lembar konsul bias menyusul sebelumnya melalui telepon
7. Konsultasi dari dokter jaga IGD kepada konsulen jaga bisa lisan
pertelepon yang kemudian ditulis dalam berkas rekam medis oleh
dokter jaga.

21
BAB IV
DOKUMENTASI

4.1 Manajer Pelayanan Pasien


Dalam pelaksanaan manajemen pelayanan pasien, manajer
pelayanan pasien (MPP) mencatat pada:
a) Lembar formulir A yang merupakan evaluasi awal manajemen
pelayanan pasien
Pada formulir A dicatat antara lain identifikasi/skrining pasien
untuk kebutuhan pengelolaan manajer pelayanan pasien (MPP)
dan asesmen untuk manajemen pelayanan pasien termasuk
rencana, identifikasi masalah – risiko – kesempatan, serta
perencanaan manajemen pelayanan pasien, termasuk
memfasiltasi proses perencanaan pemulangan pasien (discharge
planning).
b) Formulir B yang merupakan catatan implementasi manajemen
pelayanan pasien.
Pada formulir B dicatat antara lain pelaksanaan rencana
manajemen pelayanan pasien, pemantauan, fasilitasi, koordinasi,
komunikasi dan kolaborasi, advokasi, hasil pelayanan, serta
terminasi manajemen pelayanan pasien.
Kedua formulir tersebut merupakan bagian rekam medis.

4.2 Proses Asuhan Pasien oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien


(DPJP)
A. DOKUMENTASI DPJP
DPJP diwajibkan mengisi lembaran pelaporan yang meliputi catatan:
1. Pelaksanaan kegiatan pendidikan/edukasi kepada pasien dan
keluarganya.
2. Dokumen Rencana Pelayanan
3. Dokumen rencana pemulangan

22
4. Resume Pasien
5. Berkas Rekam Medis.

B. EVALUASI PENCATATAN DPJP


Evaluasi dilakukan per triwulan oleh bagian rekam medis.
Evaluasi pedoman dilakukan setahun sekali oleh komite medis

Ditetapkan di : Cikalongwetan
Pada tanggal : 02 Januari 2022
DIREKTUR RSUD CIKALONGWETAN

dr. Hj. Maisara S. R. Hanif, MARS


Pembina IV/a
NIP. 197411162005012002

23

Anda mungkin juga menyukai