A
rmatur (luminair) dimaksudkan untuk mengontrol distribusi cahaya dari sebuah
lampu dan juga melindungi lampu serta tempat penyambungan rangkaian ke
sumber. Armatur yang diperlukan untuk berbagai jenis keperluan (penerangan
olahraga, penerangan gedung, penerangan jalan, penerangan reklame, dan sebagainya), yaitu
armatur biasa, armatur gantung, dan armatur jenis sorot.
Beberapa karakteristik penting bagi sebuah armatur seperti dijelaskan W. J. M .Van
Bommel (1980: 97) adalah:
a. Memiliki foto metrik yang dinyatakan dalam bentuk grafik untuk perhitungan
penerangan.
b. Tahan panas pada temperatur kerja.
c. Secara mekanis terdiri dari bahan yang kuat.
d. Tempat komponen-komponen dan penyambungan rangkaian.
e. Dapat dengan mudah dilakukan pemeliharaan.
f. Tahan terhadap perubahan cuaca.
g. Tersedianya sengkang atau tempat penggantungan kabel pada bagian belakang.
h. Bentuknya indah dan menarik.
A. Persyaratan Umum
Secara umum ada tiga fungsi armatur yaitu:
1. Fungsi mekanik
a. Merekomendasikan berbagai komponen seperti: lampu, sistem electrical, sistem
optical.
b. Sebagai tempat dan pelindung bagi lampu dan komponen-komponennya dari
pengaruh benda padat dan cair. Proteksi terhadap benda padat (rekomendasi IEC 60
529) antara lain: dari jangkauan tangan, jangkauan jari, alat, kawat, debu, dan kedap
debu, sedangkan proteksi terhadap benda cair antara lain: tetesan, hujan, percikan,
semprotan, kedap air , dan kedap air bertekanan.
2. Fungsi elektrikal
a. Memberikan tegangan dan arus listrik yang tepat melalui komponennya
b. Memastikannya sesuai dengan tingkat keamanan electrical
3. Fungsi optikal dan dekorasi
a. Fungsi optical antara lain:
1) Pendistribusian cahaya, mengarahkan cahaya, dan menyaring cahaya dari lampu.
2) Menjadikan armatur berefisiensi tinggi
3) Membatasi kesilauan
b. Fungsi dekorasi yaitu:
Menjadi elemen dari interior
Untuk lebih jelasnya bentuk distribusi cahaya di atas seperti Gambar 48 di bawah
Gambar 1. Foto Metrik Distribusi Cahaya
Sebagai contoh sebuah lampu dengan lampu TL, distribusi cahaya bentuk delta, maka
diagram polar intensitas cahayanya seperti Gambar 49 di bawah.
Total output cahaya yang didistribusikan oleh armatur sangat tergantung pada nilai
LOR adalah perbandingan output cahaya dari armatur dibagi dengan output cahaya yang
dipancarkan lampu. Semakin tinggi nilai LOR sebuah armature, semakin efisien armatur
tersebut.
LOR adalah light output rasio
Catatan: Contoh beberapa nilai LOR dari armature:
Dengan penutup plastik putih susu LOR > 0,60
Dengan optik “Miror” yang sederhana LOR > 0,65
Dengan optik “Parabolik” LOR > 0,78
Down light untuk lampu Jenil CFL-NI LOR > 0,60
Gambar 8.
Konstruksi Armatur HRC dan SRC
Sumber: Philips, 1988: 287
D. Sistem Penerangan
Di bawah ini dijelaskan beberapa sistem penerangan yang ada beserta armatur dan
diagram polarnya. Mc Guinnes (1980: 870) menjelaskan ada 6 sistem penerangan, yaitu:
1. Sistem Penerangan Langsung (Direct Lighting)
Pada sistem penerangan langsung 90-100% dari cahaya diarahkan secara langsung ke
bidang kerja (permukaan yang perlu diterangi). Sistem ini dapat dikatakan efektif dalam
penyediaan penerangan. Keterbatasannya antara lain dapat mengakibatkan adanya
bayang-bayang dan menyebabkan terjadinya silau.
2. Penerangan Semi Langsung (Semi Direct Lighting)
Pada sistem penerangan semi langsung, cahaya yang langsung diarahkan pada bidang
kerja adalah 60-90%. Sedangkan selebihnya menerangi (serta dipantulkan oleh) langit-
langit dan dinding. Dengan sistem ini maka keterbatasan yang terdapat pada sistem
penerangan langsung dapat dikurangi.
3. Penerangan Diffus (General Diffuse Lighting)
Sistem penerangan diffus adalah jika separuh cahaya diarahkan ke bidang kerja,
separuhnya lagi menyinari (serta dipantulkan oleh) langit-langit dan dinding.
4. Penerangan langsung-tidak langsung (Direct-Indirect)
Sistim penerangan dengan persentase 40-60% cahaya langsung dan 40-60% cahaya di
arahkan ke langit-langit.
5. Penerangan Semi Tidak Langsung (Semi Indirect Lighting)
Pada sistem semi tidak langsung 10-40% cahaya diarahkan pada bidang kerja. Jadi,
sebahagian besar cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding. Karena itu langit-langit
perlu diberi finishing dan pemeliharaan yang baik. Masalah bayangan praktis tidak ada
pada sistem ini.
6. Penerangan Tidak Langsung (Indirect Lighting)
Pada sistem tidak langsung 0-10% dari cahaya diarahkan ke bidang kerja. Dengan
demikian keseluruhan langit-langit menjadi sumber cahaya. Lampu dan langit-langit perlu
dibersihkan secara berkala karena kotoran dapat menyerap + 25% output cahaya.
Klasifikasi pendistribusian cahaya dijelaskan pada gambar berikut.
E. Tugas
1. Jelaskan fungsi armatur?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan LOR?
3. Jelaskan perbedaan armatur dalam ruangan dengan armatur luar ruangan?
4. Armatur untuk penerangan kantor yang dipakai jenis …….?
PENERANGAN DALAM RUANGAN
P
engaturan cahaya berdasarkan kebutuhan penglihatan dari setiap aktivitas dewasa ini
semakin menjadi tantangan bagi ahli bidang pencahayaan. Kebutuhan akan standar
pencahayaan yang sesuai semakin di tuntut, tidak hanya pencahayaan di rumah,
apalagi tingkat pencahayaan bagi sarana umum (kantor, industri, supermarket, hotel &
restoran). Ahli pencahayaan semakin ditantang mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, melalui peningkatan kemampuan sumber daya manusia agar tangguh, handal, dan
dapat dipercaya untuk memecahkan berbagai masalah pencahayaan di lapangan.
Pengaturan sumber cahaya, baik yang berasal dari sinar alam/matahari (natural light),
maupun sinar buatan (artificial light) perlu mendapat perhatian. Penerangan alami pada siang
hari dan penerangan buatan harus direncanakan sejak awal rancangan sebuah gedung atau
bangunan. Apabila penerangan alami pada siang hari yang masuk melalui jendela di dinding
tidak mencukupi untuk menerangi seluruh ruangan, maka perlu ditambahkan penerangan
buatan (lampu) untuk mencukupinya. Penerangan buatan juga dapat menggantikan
penerangan alami siang hari secara penuh. Sebagaimana dijelaskan Departemen Pekerjaan
Umum (1978: 37) bahwa fungsi penerangan buatan di dalam gedung, baik diterapkan secara
tersendiri maupun dalam kombinasi dengan penerangan alami siang hari adalah:
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuninya melihat detail-
detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah dan tepat.
2. Memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.
3. Menciptakan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik kepada prestasi.
Faktor yang sangat mempengaruhi taraf kenyamanan visual adalah ada atau kurang
adanya kontras yang mencolok. Jika dalam ruangan pandangan itu terdapat bagian-bagian
yang sangat kontras terhadap intensitas penerangan (iluminasi) rata-rata, timbulah
ketidaknyamanan dan pengurangan dalam kemampuan melihat. Maka kontras yang tinggi
perlu ditanggulangi dengan jalan menambah iluminasi bagian yang relatif gelap atau
mengurangi bagian yang terang atau kedua-duanya.
Pengaturan cahaya yang berasal dari sinar matahari (alam) merupakan masalah yang
harus dipecahkan oleh orang yang berprofesi di bidang arsitektur, sedangkan pengaturan
cahaya dari sinar buatan dihadapkan kepada orang yang berprofesi baik arsitektur maupun di
bidang kelistrikan.
Uraian berikut membahas masalah teknik penerangan yang berasal dari sinar buatan.
Masalah yang dibahas mulai dari, kriteria pencahayaan, rancangan pencahayaan, penataan
lampu, perhitungan penerangan dalam ruangan, sampai kepada hal-hal yang berhubungan
dengan perencanaan penerangan untuk bermacam-macam ruangan di dalam gedung.
A. Kriteria Pencahayaan
Pencahayaan yang baik dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja visual, kenyamanan
visual, suasana penglihatan serta memperhatikan efisiensi energi dan biaya. Beberapa kriteria
yang menjadi pertimbangan untuk perencanaan pencahayaan dalam ruangan, yaitu:
F. Rancangan Pencahayaan
Rancangan pencahayaan adalah seni serta ilmu. Lebih sering desainer pencahayaan
dihadapkan dengan seperangkat persyaratan yang saling bertentangan yang harus diatur
dalam urutan prioritas sebelum solusi yang memuaskan dapat ditemukan. Proses desain/
rancangan harus dilihat dari dua tahap yang berbeda. Tahap pertama dimulai dengan
pelanggan/klien, melibatkan berbagai faktor kebutuhan dan keinginan yang akan
mempengaruhi hasil rancangan. Tahap kedua adalah proses rancangan yang memenuhi
persyaratan dan tepat.
a. Fungsi Ruangan
Langkah awal setiap rancangan pencahayaan adalah menetapkan fungsi masing-masing
ruang yang akan diberi pencahayaan. Sebagai contoh, jenis pencahayaan yang dibutuhkan
untuk memudahkan membaca dan menulis di kantor, akan berbeda dengan yang cocok untuk
melakukan tugas yang sama di pabrik atau ruangan tamu di rumah.
a. Ukuran dan Rincian Ruang
Diperlukan gambar skala yang menunjukkan lantai, rencana ruangan yang akan diberi
pencahayaan, ukuran jendela dan pintu, ketinggian langit-langit, dan ruangan yang tersedia.
Desain konstruksi dinding dan langit-langit lebih terinci.
c. Estetika
Pemilihan lampu dan jenis armatur (desain, warna, penutup) harus diselaraskan dengan
gaya umum dan arsitek dari ruangan tersebut. Misalnya di area umum lebih dekoratif, maka
pencahayaannya tentu bersifat dekoratif sesuai dengan daerah layanannya, dan dengan
demikian terjadilah estetika pada ruangan tersebut.
d. Hiasan
Penggunaan sejumlah armatur untuk mencapai tingkat pencahayaan yang memadai
(mulai iluminasi horizontal dan vertikal), serta perbandingan pencahayaan yang merata,
memerlukan keserasian penataan dekorasi dalam interior. Semua sarana dalam interior akan
mempengaruhi refleksi langit-langit, dinding, lantai dan bahan perabotan, serta sekaligus
sebagai hiasan.
e. Anggaran Pencahayaan
Besar kecilnya anggaran pencahayaan sangat tergantung pada keinginan pemilik.
Desain pencahayaan harus dirumuskan bersama pemilik agar usaha untuk pencahayaan yang
terbaik dapat dicapai.
a. Teknik Kontrol
Tingkat pencahayaan dalam sebuah ruangan dapat dikendalikan dengan berbagai cara,
antara lain:
- Saklar, atau kontrol bertahap
- Peredupan, atau kontrol terus menerus
- Kombinasi saklar dan peredupan
g. Sistem Pengendalian
Ada tiga sistem kontrol pencahayaan, yaitu:
1) Kontrol manual
Sistem kontrol manual pencahayaan menggunakan saklar atau dimmer, atau keduanya,
dapat dirancang untuk memungkinkan pengguna mengatur tingkat pencahayaan lokal.
Kelemahan utama kontrol manual adalah sering kelupaan untuk mematikan apabila lampu
tidak digunakan, atau pencahayaan telah memenuhi karena adanya tambahan cahaya
alami.
2) Kontrol otomatis
Sistem kontrol otomatis memanfaatkan waktu atau foto sel, atau keduanya dapat
digunakan untuk beralih terang atau redup dari kelompok yang dipilih. Waktu dapat
diatur sehingga dapat menghilangkan pemborosan dari lampu yang ditinggalkan ketika
interior tidak digunakan. Foto sel dapat memantau tingkat siang hari atau malam hari.
Sistem otomatis umumnya dilengkapi dengan beberapa indikator untuk memenuhi
keadaan tak terduga, misalnya keberadaan penghuni dapat dideteksi dari gerakan atau
suara, suhu, dan apabila penghuni keluar, semua pencahayaan mati secara otomatis.
3) Kontrol komputer
Sistem kontrol pencahayaan berbasis komputer mampu mengkoordinasikan sejumlah
subsistem untuk meningkatkan fleksibilitas keseluruhan dan efisiensi instalasi
pencahayaan. Komputer juga dapat membentuk bagian dari sistem komputer yang lebih
besar untuk mengontrol layanan bangunan lainnya seperti lift dan Air Conditioner
(penyejuk udara). Kontrol menggunakan komputer sangat efisien dalam pengelolaan
energi pencahayaan, fleksibel, cepat, dan mudah diprogram sesuai dengan keinginan.
16. Integrasi
Aspek integrasi yang dimaksud adalah integrasi penerangan listrik dengan pencahayaan
alami untuk meningkatkan efisiensi operasional, dan integrasi penerangan listrik dengan AC,
serta ketentuan akustik.
Catatan:
a. kerugian karena depresisasi lumen lampu
b. kerugian karena depresiasi ruangan dan permukaan
c. kerugian karena kotoran lampu dan armatur
Gambar 16. Variasi Pencahayaan Lampu TL dan Pemeliharaan
i. Jadwal Pemeliharaan
Interval pembersihan instalasi pencahayaan sangat tergantung pada jenis armature,
tingkat dimana kotoran menumpuk, dan biaya pembersihan. Keuntungan ekonomis yang
tinggi, interval pembersihan armatur harus berkaitan dengan interval penggantian lampu.
Lampu dapat diganti secara individual karena rusak, atau diganti secara keseluruhan
pada suatu waktu, yang disebut sebagai pengganti kelompok atau group relamping. Sering
dilakukan kombinasi dari kedua sistem tersebut. Untuk instalasi besar, penggantian lampu
kelompok terorganisir lebih efisien dengan mengganti lampu secara individual.
j. Faktor Pemeliharaan
Ketika menentukan jumlah lampu dan armatur untuk penerangan, faktor pemeliharaan
telah dipertimbangkan dalam perhitungan pencahayaan. Faktor ini adalah rasio masa
pemeliharaan dibandingkan dengan penerangan yang dihasilkan oleh sistem ketika baru.
Faktor pemeliharaan (Maintenance Faktor = MF) memperhitungkan penyusutan keseluruhan
yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: depresiasi output lumen lampu yang
disebabkan oleh kotoran di lampu dan armatur, kotoran pada permukaan ruangan, kegagalan
lampu, dan jadwal pemeliharaan. Sebagaimana dijelaskan Philips rumus untuk menghitung
MF adalah:
MF = LLMF x LSF x LMF x RSMF
Keterangan:
MF =Faktor Maintenen
LLMF =Faktor Pemeliharaan Lumen Lampu
LSF =Faktor Survival Lampu (Program Penggantian Kelompok)
LMF =Faktor Pemeliharaan Armatur
RSMF =Faktor Pemeliharaan Permukaan Ruang/kamar.
Berbagai faktor yang mempengaruhi pemeliharaan dapat dipedomani Tabel 16, 17, dan
18 di bawah ini. Tabel 16 berisi faktor pemeliharaan lumen lampu dan program penggantian
lampu berkelompok.
Pada tabel 18 berisi tentang faktor pemeliharaan permukaan ruangan/kamar sesuai dengan
ukuran ruangan (k) dan sistem penerangan yang digunakan
Tabel 3. Room Surface Maintenance Factors (RSMF)
Elapsed Time Between Cleaning Cycle
0.5 1.0 2.0 3.0
Years
Room Size Environment
C N D C N D C N D C N D
K luminaire Flux Fraction
Small 0.7 Direct .97 .96 .95 .97 .94 .93 .95 .93 .90 .94 .92 .88
Direct/indirect .94 .88 .84 .90 .86 .82 .87 .82 .78 .84 .79 .74
Indirect .90 .84 .80 .85 .78 .73 .81 .73 .66 .75 .68 .59
Medium 2.5 Direct .98 .97 .96 .98 .96 .95 .96 .95 .94 .96 .95 .94
Direct/indirect .95 .90 .86 .92 .88 .85 .89 .85 .81 .86 .82 .78
Indirect .92 .87 .83 .88 .82 .77 .84 .77 .70 .78 .72 .64
Large 5.0 Direct .99 .97 .96 .98 .96 .95 .96 .95 .94 .96 .95 .94
Direct/indirect .95 .90 .86 .94 .88 .85 .89 .85 .81 .86 .82 .78
Indirect .92 .87 .83 .88 .82 .77 .84 .77 .70 .78 .72 .65
C=clean N=normal d=dirty
k= room indeks p×l p=panjang ruangan
k=
h m ( p+1 ) l=lebar ruangan
hm= tinggi lampu dari meja
Faktor pemeliharaan dapat ditentukan langkah demi langkah melalui prosedur sebagai
berikut:
1) Tentukan selang penggantian kelompok lampu yang optimal untuk jenis lampu yang
digunakan. Ini tergantung pada pemeliharaan lumen lampu dan faktor kelangsungan
hidup lampu, ditambah dengan pengetahuan tentang biaya tenaga kerja, dan biaya lampu
serta listrik.
2) Mendapatkan nilai LLMF dan LSF dari tabel.16. untuk jangka waktu yang ditetapkan
pada langkah 1.
3) Menilai kategori kebersihan interior, dan menentukan interval pembersihan armatur dan
permukaan ruang/kamar.
4) Mendapatkan nilai LMF dari tabel 17 untuk jangka waktu yang ditetapkan pada langkah
3.
5) Mendapatkan nilai RSMF dari tabel 18 untuk jangka waktu yang ditetapkan pada langkah
3.
6) Hitung MF = LLMF x LSF x LMF x RSMF
Catatan:
a) Jika penggantian lampu bukan penggantian kelompok, adaptasi LSF menjadi 1.
b) Semua nilai MF harus dibulatkan dua desimal.
G. Penataan Lampu
Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya perlu direncanakan sebaik mungkin, agar
cahaya sampai ke permukaan bidang kerja serata mungkin. Penyebaran cahaya dari sumber
cahaya tergantung kepada konstruksi armatur yang digunakan. Konstruksi armatur dijelaskan
oleh P. Van Harten dkk (1981: 23) hendaklah diperhatikan sebagai berikut:
1. Cara pemasangan pada dinding atau langit-langit.
2. Cara pemasangan fitting-fitting dalam armatur.
3. Perlindungan sumber cahaya.
4. Penyesuaian bentuknya dengan lingkungan.
5. Penyebaran cahaya.
a. Perbandingan Penerangan
Untuk adaptasi dari terang ke gelap atau sebaliknya, mata memerlukan waktu dan mata
selalu tertarik pada yang terang. Penerangan suatu ruangan kerja haruslah tidak melelahkan
mata. Oleh karena itu haruslah dipertimbangkan perbedaan intensitas penerangan antara
bidang kerja dan sekelilingnya. Sebagaimana dijelaskan oleh P. Van Harten dkk (1981: 37)
tentang penerangan yang baik adalah:
“Penerangan suatu ruangan kerja pertama-tama harus tidak melelahkan mata tanpa
guna. Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja
dan sekelilingnya harus dihindari, karena akan memerlukan daya penyesuaian mata yang
terlalu besar hingga melelahkan.”
Yang dimaksud dengan penerangan di ruang kerja adalah 0,85 meter dari atas lantai
(tinggi meja kerja). Penerangan sekeliling tempat kerja jangan terlalu kontras dengan
penerangan di bidang kerja. Dalam teknik penerangan, perbandingan antara intensitas
penerangan minimum dan maksimum di bidang kerja maupun bidang sekeliling yang
diizinkan dapat ditentukan sebagai berikut (Ady Syafrul, 1975: 58):
1) Pada bidang kerja
E min 1 7
=
E mak 1 s .d 10
2) Padang bidang sekeliling
E min 1
=
E rata−rata 3
Bila nilai perbandingan semakin kecil dari angka-angka di atas, maka terjadilah kontras
yang akan mengakibatkan kelelahan mata dalam melihat.
k. Penentuan Letak Lampu (Lampu Pijar)
Hubungan armatur dengan ruangan dapat digunakan dalam menentukan letak lampu
(armatur) sesuai dengan sistem penerangan yang dikehendaki. Dibawah ini akan dijelaskan
upaya-upaya untuk mengatasi kontras yang terjadi pada sistem penerangan, yaitu dengan
mengatur letak lampu pada ruangan khususnya bila menggunakan lampu pijar (Ady Syafrul,
1975: 60).
1) Penerangan Langsung dan Semi Langsung
½a a ½a Dengan reflektor cermin
hm 1
=
a 0,7
hm
hm = tinggi berguna
Bidang kerja
a = jarak lampu
± 0,85
2) Penerangan Campuran
½a a ½a Penerangan difus (baur)
<1m
lampu digantung:
hm 1
hm =
a 2
Bidang kerja
± 0,85
½a a ½a Diffusor plafomier
(Penerangan difus lampu
Pada plafon)
hm
hm 1
Bidang kerja =
a 1,5
± 0,85
Bidang kerja
b = (1 s.d 1,5) m
± 0,85
hm
b = (1 s.d 1,5) m
Bidang kerja
± 0,85
4) Dengan telah ditetapkannya jarak antara lampu dan lampu, maka jumlah seluruhnya
dalam suatu ruangan dapat dihitung dari:
Banyak lampu sejajar panjang;
Panjang ruangan dibagi dengan jarak antara lampu.
Banyak lampu sejajar lebar;
Lebar ruangan dibagi dengan jarak antara lampu.
Maka jumlah lampu semuanya yang diperlukan pada suatu ruangan adalah banyak lampu
yang sejajar panjang dikali banyak lampu yang sejajar lebar ruangan tersebut.