Anda di halaman 1dari 27

ARMATUR

A
rmatur (luminair) dimaksudkan untuk mengontrol distribusi cahaya dari sebuah
lampu dan juga melindungi lampu serta tempat penyambungan rangkaian ke
sumber. Armatur yang diperlukan untuk berbagai jenis keperluan (penerangan
olahraga, penerangan gedung, penerangan jalan, penerangan reklame, dan sebagainya), yaitu
armatur biasa, armatur gantung, dan armatur jenis sorot.
Beberapa karakteristik penting bagi sebuah armatur seperti dijelaskan W. J. M .Van
Bommel (1980: 97) adalah:
a. Memiliki foto metrik yang dinyatakan dalam bentuk grafik untuk perhitungan
penerangan.
b. Tahan panas pada temperatur kerja.
c. Secara mekanis terdiri dari bahan yang kuat.
d. Tempat komponen-komponen dan penyambungan rangkaian.
e. Dapat dengan mudah dilakukan pemeliharaan.
f. Tahan terhadap perubahan cuaca.
g. Tersedianya sengkang atau tempat penggantungan kabel pada bagian belakang.
h. Bentuknya indah dan menarik.

A. Persyaratan Umum
Secara umum ada tiga fungsi armatur yaitu:
1. Fungsi mekanik
a. Merekomendasikan berbagai komponen seperti: lampu, sistem electrical, sistem
optical.
b. Sebagai tempat dan pelindung bagi lampu dan komponen-komponennya dari
pengaruh benda padat dan cair. Proteksi terhadap benda padat (rekomendasi IEC 60
529) antara lain: dari jangkauan tangan, jangkauan jari, alat, kawat, debu, dan kedap
debu, sedangkan proteksi terhadap benda cair antara lain: tetesan, hujan, percikan,
semprotan, kedap air , dan kedap air bertekanan.
2. Fungsi elektrikal
a. Memberikan tegangan dan arus listrik yang tepat melalui komponennya
b. Memastikannya sesuai dengan tingkat keamanan electrical
3. Fungsi optikal dan dekorasi
a. Fungsi optical antara lain:
1) Pendistribusian cahaya, mengarahkan cahaya, dan menyaring cahaya dari lampu.
2) Menjadikan armatur berefisiensi tinggi
3) Membatasi kesilauan
b. Fungsi dekorasi yaitu:
Menjadi elemen dari interior

A. Diagram Polar dan Distribusi Cahaya


Apabila arah pancaran cahaya yang merupakan salah satu di antara variabel-variabel
dalam perhitungan teknik penerangan, maka distribusi energi cahayanya dilukiskan secara
grafis dalam bentuk diagram polar. Grafik ini merupakan diagram dua dimensi, sedangkan
cahaya yang diradiasikan dalam ruangan mempunyai tiga dimensi.
Pada gambar di bawah ini intensitas cahaya didistribusikan melalui bidang horizontal P
(sejajar dengan sumber) tidak akan sama dengan intensitas cahaya yang didistribusikan
melalui bidang vertikal Q yang tegak lurus dengan sumber cahaya. Hal yang terakhir di atas,
distribusi cahaya sekitar sumbu vertikal dikenal juga dengan non simetris. Jika demikian
halnya, ini dapat dilukiskan dalam bentuk kurva dan akan mempunyai harga rata-rata dari
distribusi tersebut, sekurang-kurangnya pada empat bidang vertikal yang berbeda.
Kebanyakan lampu filamen digunakan untuk penerangan di dalam ruangan, mempunyai
distribusi simetris di sekitar sumbu vertikal sehingga tidak diperlukan harga rata-ratanya.
Pada suatu sistem pencahayaan sangat terkait tiga komponen utama, yaitu armature,
lampu, dan pengendali lampu. Sebuah lampu dan pengendalinya, tanpa armatur maka
distribusi cahaya tidak terarah kepada objek yang akan diterangi. Oleh sebab itu, sangat
penting memahami bentuk-bentuk armatur dan distribusi cahaya.
Ada empat macam foto metrik distribusi cahaya dari armature, yaitu:
1) Delta
2) Bi-directional
3) Wide-beam
4) Asymmetric

Untuk lebih jelasnya bentuk distribusi cahaya di atas seperti Gambar 48 di bawah
Gambar 1. Foto Metrik Distribusi Cahaya

Sebagai contoh sebuah lampu dengan lampu TL, distribusi cahaya bentuk delta, maka
diagram polar intensitas cahayanya seperti Gambar 49 di bawah.

Gambar 2. Diagram Polar Intensitas Cahaya Lampu TL

Total output cahaya yang didistribusikan oleh armatur sangat tergantung pada nilai
LOR adalah perbandingan output cahaya dari armatur dibagi dengan output cahaya yang
dipancarkan lampu. Semakin tinggi nilai LOR sebuah armature, semakin efisien armatur
tersebut.
LOR adalah light output rasio
Catatan: Contoh beberapa nilai LOR dari armature:
 Dengan penutup plastik putih susu LOR > 0,60
 Dengan optik “Miror” yang sederhana LOR > 0,65
 Dengan optik “Parabolik” LOR > 0,78
 Down light untuk lampu Jenil CFL-NI LOR > 0,60

B. Armatur untuk Penerangan dalam Ruangan


Berbagai jenis dan bentuk konstruksi armatur untuk penerangan dalam (kantor ) di
antaranya adalah:

1. Armatur Tipe TBS 300


Armatur dengan kode TBS 300 digunakan untuk penerangan dalam (indoor) di kantor-
kantor dan gedung-gedung pertemuan. Bentuknya sangat dekoratif dan terdiri dari berbagai
model. Lampu yang dipakai adalah TL 40 watt, TLD 36 watt, TLDHF 18-36 watt. Rumah
lampu ini terbuat dari white-coated sheet steel. Di samping itu, armatur ini dilengkapi cermin.
Adapun bentuk konstruksi armatur tipe TBS 300 dapat dilihat gambar berikut.

Gambar 3. Konstruksi Armatur Tipe TBS 300.


Sumber: Philips, 1988: 160

1. Armatur tipe TCS


Armatur tipe TCS dapat digunakan untuk kantor dengan lampu TLD, TLDHF (lampu
TL hemat energi dengan ballast elektronik) dengan bermacam-macam daya. Rumah armatur
terbuat dari white sheet steel. Reflektor terbuat dari bahan white plastic end cap. Adapun
bentuk konstruksi armatur ini dapat dilihat dari gambar.

Gambar 4. Konstruksi Armatur Tipe TCS


Sumber: Philips 1988: 203
2. Armatur Tipe TCW
Armatur tipe ini juga digunakan untuk penerangan dalam di industri-industri. Lampu
yang digunakan pada armatur adalah TLD dan TL-5. Armatur tidak dapat tembus air
(waterproof). Rumah lampu terbuat dari grey fibre-glasses reinforced polyester. Konstruksi
armatur dapat dilihat seperti gambar.

Gambar 5. Konstruksi Armatur Tipe TCW


Sumber: Philips, 1988; 233

3. Armatur Tipe SDK


Armatur ini umumnya digunakan untuk penerangan dalam di industri-industri.
Bentuknya hampir sama dengan armatur tipe MDK dan HDK. Lampu yang dipakai pada
armatur ini adalah lampu sodium dan lampu mercury.
Rumahnya terbuat dari steel plate, reflektor armatur dari hight-purity aluminium.
Bentuk konstruksi armatur ini dapat dilihat seperti gambar.

Gambar 6 Konstruksi Armatur Tipe SDK


Sumber: Philips, 1988: 274

C. Armatur untuk Penerangan di Luar Ruangan


Berbagai bentuk dan jenis konstruksi armatur untuk penerangan luar (outdoor)
dijelaskan seperti berikut ini.
1. Armatur Jenis XRC
Armatur dengan kode XRC digunakan untuk penerangan jalan, lingkungan pemukiman.
Lampu yang dapat dipasang pada armatur jenis ini adalah lampu sodium tekanan rendah
(SOX) lengkap dengan ballast, kapasitor, dan ignitor.
Tutup lampu terbuat dari bahan methacrylate bening. Reflektor terbuat dari anodised
aluminium murni. Bagian luar terbuat dari stainless steel dan aluminium. Untuk lebih
jelasnya konstruksi jenis XRC dapat dilihat seperti gambar

Gambar 7. Konstruksi Armatur XRC


Sumber: Philips, 1988: 302

4. Armatur Jenis HRC dan SRC


Armatur jenis HRC dan SRC dapat digunakan untuk penerangan jalan dan penerangan
pusat perdagangan. Pada armatur HRC dapat dipasang lampu mercury vapour flouresent
(HPLN) lengkap dengan ballast dan kapasitor. Jenis SRC dapat dipakai lampu sodium
tekanan tinggi sampai 400 Watt.
Rumah lampu ini sangat ringan terbuat dari bahan glass-fibre-reinforced berwarna
kelabu muda. Penutup lampu terbuat dari bahan methacrylate bening. Reflektor dari bahan
luar terbuat dari bahan stainless steel dan aluminium. Bentuk konstruksi armatur HRC dan
SRC seperti gambar.

Gambar 8.
Konstruksi Armatur HRC dan SRC
Sumber: Philips, 1988: 287

5. Armatur Jenis TRC


Armatur TRC digunakan untuk penerangan jalan di lingkungan pemukiman dan dapat
dipakai lampu flouresent (TLD) 2 buah. Penutup lampu terbuat dari fibre-glass-reinforced
yang ringan. Penutup lampu terbuat dari methacrylate bening dan bahan logam bagian luar
terbuat dari stainless steel. Berikut ini dapat dilihat konstruksi armatur jenis TRC seperti
gambar.
Gambar 9. Konstruksi Armatur TRC
Sumber: Philips 1988

6. Armatur Jenis HDC


Armatur jenis ini digunakan untuk penerangan jalan yang dipasang di tengah-tengah
jalan secara menggantung. Dapat dipakai lampu mercury dan lampu sodium tekanan tinggi.
Rumah lampu terbuat dari bahan polyester warna hitam. Tutup terbuat dari bahan acrylic
prismatic. Gasket antara housing dan tutup untuk menjaga agar kedap debu dan air hujan.
Konstruksi armatur jenis HDS ini dapat dilihat seperti gambar.

Gambar 10. Konstruksi Armatur HDC


Sumber: Philips ,1988: 284

7. Armatur Jenis QVF


Armatur jenis QVF dapat digunakan untuk penerangan olahraga, papan reklame,
penyorotan patung-patung, monumen, tempat parkir, pekerjaan konstruksi dan lampu sorot
gedung. Lampu yang dipakai adalah lampu halogen dengan daya 300 W, 500W, 1000W dan
1500 W.
Konstruksi armatur terbuat dari bahan aluminium cetak kualitas tinggi yang sangat
tahan terhadap karat. Kaca depan terbuat dari bahan khusus yang tahan terhadap panas dan
benturan. Adapun konstruksi armatur ini adalah:
Gambar 11. Armatur Jenis QVF
Sumber: Philips, 1996: 54

8. Armatur jenis MVF


Armatur jenis MVF digunakan untuk penerangan olahraga, stadion, lampu sorot
bangunan, dan penerangan pelabuhan. Lampu yang dipakai adalah lampu sodium dan lampu
metal halide (SON-T/ HPI-T).
Konstruksi rumah lampu terbuat dari non-corrosive, high-pressure diecast aluminium
housing and hinged rear cover. Reflektor chemically-tonghened 1,6 mm glass protected by
stainless steel wire mesh. Adapun bentuk konstruksi armatur jenis MVF seperti pada Gambar
59 berikut ini:

Gambar 12 Armatur Jenis MVF


Sumber: Philips, 1996: 55

9. Armatur Jenis HNF/ MNF


Armatur lampu sorot jenis HNF dan MNF dipakai untuk penerangan olahraga,
penerangan papan reklame, lampu sorot bangunan, penerangan tempat-tempat umum dan
persimpangan jalan. Pancaran lampu ini terbagi atas dua bagian yaitu narrow beam (pancaran
sempit) dan pancaran lebar ( wide beam).
Rumah lampu non-corrosive diecast aluminium with low copper content. Reflektor
terbuat electrochemically anodized high purity aluminium. Pada umumnya semua jenis lampu
sorot terbuat dari bahan aluminium dengan kualitas tinggi, karena armatur jenis ini harus
tahan terhadap perubahan cuaca. Untuk lebih jelasnya konstruksi armatur jenis HNF dan
MNF lihat gambar berikut.

Gambar 13 Armatur Jenis HNF dan MNF


Sumber: Philips, 1988: 327

10. Armatur Jenis HGC


Armatur ini digunakan untuk lampu taman berbentuk bol-lards yang dirancang untuk
lampu-lampu SL, lampu pijar. Lampu taman jenis ini terdiri dari tiga komponen utama yaitu
rumah komponen, tutup lampu dan tutup atas.
Rumah komponen dan tutup atas terbuat dari bahan fiber glass anti pecah yang dilapisi
anti karat. Tutup lampu terbuat dari polycarbonate bening yang tahan terhadap benturan dan
radiasi ultravioled serta dilengkapi dengan louvre aluminium sebagai pencegah silau.Untuk
menjadikan lampu ini kedap air hujan dan kedap debu, maka digunakan sealing riang pada
baut pengancing dan silicane seal di antara tutup atas dan cube. Agar lebih jelasnya
konstruksi armatur jenis HGC dapat dilhat gambar di bawah.
Gambar 14. Armatur Jenis HGC
Sumber: Philips, 1988: 317

D. Sistem Penerangan
Di bawah ini dijelaskan beberapa sistem penerangan yang ada beserta armatur dan
diagram polarnya. Mc Guinnes (1980: 870) menjelaskan ada 6 sistem penerangan, yaitu:
1. Sistem Penerangan Langsung (Direct Lighting)
Pada sistem penerangan langsung 90-100% dari cahaya diarahkan secara langsung ke
bidang kerja (permukaan yang perlu diterangi). Sistem ini dapat dikatakan efektif dalam
penyediaan penerangan. Keterbatasannya antara lain dapat mengakibatkan adanya
bayang-bayang dan menyebabkan terjadinya silau.
2. Penerangan Semi Langsung (Semi Direct Lighting)
Pada sistem penerangan semi langsung, cahaya yang langsung diarahkan pada bidang
kerja adalah 60-90%. Sedangkan selebihnya menerangi (serta dipantulkan oleh) langit-
langit dan dinding. Dengan sistem ini maka keterbatasan yang terdapat pada sistem
penerangan langsung dapat dikurangi.
3. Penerangan Diffus (General Diffuse Lighting)
Sistem penerangan diffus adalah jika separuh cahaya diarahkan ke bidang kerja,
separuhnya lagi menyinari (serta dipantulkan oleh) langit-langit dan dinding.
4. Penerangan langsung-tidak langsung (Direct-Indirect)
Sistim penerangan dengan persentase 40-60% cahaya langsung dan 40-60% cahaya di
arahkan ke langit-langit.
5. Penerangan Semi Tidak Langsung (Semi Indirect Lighting)
Pada sistem semi tidak langsung 10-40% cahaya diarahkan pada bidang kerja. Jadi,
sebahagian besar cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding. Karena itu langit-langit
perlu diberi finishing dan pemeliharaan yang baik. Masalah bayangan praktis tidak ada
pada sistem ini.
6. Penerangan Tidak Langsung (Indirect Lighting)
Pada sistem tidak langsung 0-10% dari cahaya diarahkan ke bidang kerja. Dengan
demikian keseluruhan langit-langit menjadi sumber cahaya. Lampu dan langit-langit perlu
dibersihkan secara berkala karena kotoran dapat menyerap + 25% output cahaya.
Klasifikasi pendistribusian cahaya dijelaskan pada gambar berikut.

Gambar 15. Klasifikasi Pendistribusian Cahaya


Sumber: Philips lighting academy

E. Tugas
1. Jelaskan fungsi armatur?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan LOR?
3. Jelaskan perbedaan armatur dalam ruangan dengan armatur luar ruangan?
4. Armatur untuk penerangan kantor yang dipakai jenis …….?
PENERANGAN DALAM RUANGAN

P
engaturan cahaya berdasarkan kebutuhan penglihatan dari setiap aktivitas dewasa ini
semakin menjadi tantangan bagi ahli bidang pencahayaan. Kebutuhan akan standar
pencahayaan yang sesuai semakin di tuntut, tidak hanya pencahayaan di rumah,
apalagi tingkat pencahayaan bagi sarana umum (kantor, industri, supermarket, hotel &
restoran). Ahli pencahayaan semakin ditantang mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, melalui peningkatan kemampuan sumber daya manusia agar tangguh, handal, dan
dapat dipercaya untuk memecahkan berbagai masalah pencahayaan di lapangan.
Pengaturan sumber cahaya, baik yang berasal dari sinar alam/matahari (natural light),
maupun sinar buatan (artificial light) perlu mendapat perhatian. Penerangan alami pada siang
hari dan penerangan buatan harus direncanakan sejak awal rancangan sebuah gedung atau
bangunan. Apabila penerangan alami pada siang hari yang masuk melalui jendela di dinding
tidak mencukupi untuk menerangi seluruh ruangan, maka perlu ditambahkan penerangan
buatan (lampu) untuk mencukupinya. Penerangan buatan juga dapat menggantikan
penerangan alami siang hari secara penuh. Sebagaimana dijelaskan Departemen Pekerjaan
Umum (1978: 37) bahwa fungsi penerangan buatan di dalam gedung, baik diterapkan secara
tersendiri maupun dalam kombinasi dengan penerangan alami siang hari adalah:
1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuninya melihat detail-
detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah dan tepat.
2. Memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.
3. Menciptakan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik kepada prestasi.

Faktor yang sangat mempengaruhi taraf kenyamanan visual adalah ada atau kurang
adanya kontras yang mencolok. Jika dalam ruangan pandangan itu terdapat bagian-bagian
yang sangat kontras terhadap intensitas penerangan (iluminasi) rata-rata, timbulah
ketidaknyamanan dan pengurangan dalam kemampuan melihat. Maka kontras yang tinggi
perlu ditanggulangi dengan jalan menambah iluminasi bagian yang relatif gelap atau
mengurangi bagian yang terang atau kedua-duanya.
Pengaturan cahaya yang berasal dari sinar matahari (alam) merupakan masalah yang
harus dipecahkan oleh orang yang berprofesi di bidang arsitektur, sedangkan pengaturan
cahaya dari sinar buatan dihadapkan kepada orang yang berprofesi baik arsitektur maupun di
bidang kelistrikan.
Uraian berikut membahas masalah teknik penerangan yang berasal dari sinar buatan.
Masalah yang dibahas mulai dari, kriteria pencahayaan, rancangan pencahayaan, penataan
lampu, perhitungan penerangan dalam ruangan, sampai kepada hal-hal yang berhubungan
dengan perencanaan penerangan untuk bermacam-macam ruangan di dalam gedung.

A. Kriteria Pencahayaan
Pencahayaan yang baik dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja visual, kenyamanan
visual, suasana penglihatan serta memperhatikan efisiensi energi dan biaya. Beberapa kriteria
yang menjadi pertimbangan untuk perencanaan pencahayaan dalam ruangan, yaitu:

1. Kenyamanan Visual (Visual Comfort)


Kenyamanan visual sangat tergantung pada tingkat penerangan yang digunakan serta
harus mempertimbangkan tingkat kesilauan. Pencahayaan harus mendukung arsitektur
interior yang ada dalam ruangan tersebut.
a. Tingkat penerangan (lighting level)
Tingkat penerangan (lux) yang dibutuhkan sangat tergantung pada jenis kegiatan visual
yang dilakukan dalam ruangan tersebut. Semakin tinggi aktivitas visual, atau semakin
kecil objek pengamatan yang dilakukan, maka dibutuhkan tingkat penerangan yang
tinggi. Standar nasional untuk penerangan berbagai kebutuhan dalam gedung dapat dilihat
Lampiran 1. Pada Lampiran 2 terdapat standar internasional untuk berbagai penerangan.
b. Silau (glare)
Kenyamanan visual akan terganggu apabila terdapat penerangan kontras pada kegiatan
visual. Untuk itu, harus dipertimbangkan kerataan pencahayaan, dengan kata lain tidak
adanya pencahayaan yang mencolok.

11. Kinerja Visual (Visual Performance)


Kinerja visual sangat ditentukan oleh distribusi cahaya dari armatur lampu pada bidang
kerja. Standar kinerja visual untuk persepsi objek meningkat dengan peningkatan
pencahayaan, karena fungsi mata dan akurasi tugas visual dapat dilakukan dengan tepat.

12. Suasana Visual (Visual Ambience)


a. Temperatur warna (color temperature)
Warna cahaya lampu yang dibutuhkan sangat tergantung kepada tingkat iluminasi. Ada 3
tingkat warna cahaya lampu yaitu; warm-white, cool white, dan Daylight.
b. Renderasi warna (color rendering)
Renderasi warna dari lampu sangat menentukan keaslian warna yang ditampilkan.
Semakin tinggi tingkat renderasi warna (Ra = 100), dapat dikatakan sempurna.
Sebaliknya cahaya yang memiliki renderasi warna (Ra = 0) dapat dikatakan monokrom.

13. Biaya dan Pemeliharaan (Maintenance and Cost)


a. Umur lampu (life time)
Umur lampu yang panjang sangat efisien untuk sebuah investasi pencahayaan, di samping
efficacy lampu yang tinggi.
b. Biaya penggantian (replacement and price)
Biaya pemeliharaan dan penggantian lebih hemat bila menggunakan lampu-lampu yang
umurnya panjang. Di samping itu penggunaan armatur yang sesuai dengan kondisi
ruangan, agar penumpukan debu/kotoran dapat diminimalkan.

F. Rancangan Pencahayaan
Rancangan pencahayaan adalah seni serta ilmu. Lebih sering desainer pencahayaan
dihadapkan dengan seperangkat persyaratan yang saling bertentangan yang harus diatur
dalam urutan prioritas sebelum solusi yang memuaskan dapat ditemukan. Proses desain/
rancangan harus dilihat dari dua tahap yang berbeda. Tahap pertama dimulai dengan
pelanggan/klien, melibatkan berbagai faktor kebutuhan dan keinginan yang akan
mempengaruhi hasil rancangan. Tahap kedua adalah proses rancangan yang memenuhi
persyaratan dan tepat.

1. Faktor yang Mempengaruhi Rancangan


Seorang desainer pencahayaan harus memantapkan hubungan kerja yang baik sedini
mungkin dengan klien dan dengan orang lain yang terlibat dalam proyek (seperti arsitek,
desain interior, insinyur AC). Kegiatan ini dilakukan untuk merumuskan kondisi desain dasar
mengenai ruangan-ruangan yang akan diberi pencahayaan. Selanjutnya membuat perubahan-
perubahan, dan menyederhanakan atau meningkatkan rancangan pencahayaan akhir. Faktor
yang paling penting ditentukan klien yang akan mempengaruhi rancangan adalah:

a. Fungsi Ruangan
Langkah awal setiap rancangan pencahayaan adalah menetapkan fungsi masing-masing
ruang yang akan diberi pencahayaan. Sebagai contoh, jenis pencahayaan yang dibutuhkan
untuk memudahkan membaca dan menulis di kantor, akan berbeda dengan yang cocok untuk
melakukan tugas yang sama di pabrik atau ruangan tamu di rumah.
a. Ukuran dan Rincian Ruang
Diperlukan gambar skala yang menunjukkan lantai, rencana ruangan yang akan diberi
pencahayaan, ukuran jendela dan pintu, ketinggian langit-langit, dan ruangan yang tersedia.
Desain konstruksi dinding dan langit-langit lebih terinci.

b. Furnishing dan Tata Letak


Untuk dapat menentukan sistem pencahayaan yang paling cocok pada sebuah ruangan
sangat ditentukan oleh jenis armatur yang digunakan. Tata letak wilayah kerja dan bukan
wilayah kerja harus tergambar dengan jelas.

c. Estetika
Pemilihan lampu dan jenis armatur (desain, warna, penutup) harus diselaraskan dengan
gaya umum dan arsitek dari ruangan tersebut. Misalnya di area umum lebih dekoratif, maka
pencahayaannya tentu bersifat dekoratif sesuai dengan daerah layanannya, dan dengan
demikian terjadilah estetika pada ruangan tersebut.

d. Hiasan
Penggunaan sejumlah armatur untuk mencapai tingkat pencahayaan yang memadai
(mulai iluminasi horizontal dan vertikal), serta perbandingan pencahayaan yang merata,
memerlukan keserasian penataan dekorasi dalam interior. Semua sarana dalam interior akan
mempengaruhi refleksi langit-langit, dinding, lantai dan bahan perabotan, serta sekaligus
sebagai hiasan.

e. Anggaran Pencahayaan
Besar kecilnya anggaran pencahayaan sangat tergantung pada keinginan pemilik.
Desain pencahayaan harus dirumuskan bersama pemilik agar usaha untuk pencahayaan yang
terbaik dapat dicapai.

14. Dasar-dasar Rancangan

a. Pemilihan Sistem Pencahayaan


Fungsi ruangan, tugas-tugas visual yang beraneka, gaya dekorasi akan mempengaruhi
pilihan sistem pencahayaan yang akan digunakan. Ada 3 sistem pencahayaan utama, yaitu:
1) Pencahayaan umum (general lighting)
Sistem pencahayaan umum memberikan gambaran penerangan horizontal yang
diperlukan dengan tingkat keseragaman tertentu. Ketika digunakan sendiri, penerangan
rata-rata harus sama dengan penerangan yang diperlukan untuk tugas visual yang spesifik.
Biaya banyak dibutuhkan pada tempat-tempat besar, seperti: sekolah, kantor, ruangan
pabrik dan area penyimpanan. Kelemahannya adalah bahwa energi yang terbuang dalam
pencahayaan pada seluruh daerah yang diperlukan.
Downlight umumnya dipakai untuk penerangan umum. Penggunaan perlengkapan lampu
yang memancarkan cahaya permukaan yang diarahkan ke bawah secara langsung.
Armatur ditempatkan dalam susunan yang teratur (baik kelompok atau baris) di atas
daerah langit-langit, dan terpasang pada permukaannya.
2) Pencahayaan lokal (local lighting)
Pencahayaan lokal memberikan pencahayaan untuk seluruh ruangan, tetapi dengan
armatur tersendiri dan diatur sehubungan dengan tugas-tugas visual atau area kerja
tertentu. Penerangan lebih difokuskan pada pemilihan armatur fungsional yang
dikelompokkan agar dapat diminimalkan bayangan mengganggu, silau langsung, atau
refleksi cahaya pada bidang kerja.
3) Pencahayaan lokal dan pencahayaan umum
Pencahayaan lokal dihasilkan dari posisi armatur downligh dekat dengan tugas visual,
sehingga hanya dapat menerangi sebagian kecil daerah. Untuk memenuhi persyaratan
yang berkaitan dengan perbedaan pencahayaan di area tugas. Pencahayaan lokal harus
digunakan dalam hubungannya dengan pencahayaan umum. Pencahayaan lokal
dianjurkan bila:
a) Pekerjaan melibatkan tugas visual sangat kritis, dan membutuhkan melebihi 1000 lux.
b) Untuk melihat bentuk atau tekstur mensyaratkan bahwa cahaya datang dari arah
tertentu.
c) Pencahayaan umum, karena hambatan tidak menembus daerah tertentu.
d) Pencahayaan lebih tinggi untuk kepentingan pekerja yang lebih tua atau pekerja visual
berkurang.
e) Daerah kerja hanya sebagian digunakan untuk waktu yang lama.

Ketiga bentuk pencahayaan utama di atas sangat menentukan untuk menciptakan


penglihatan yang baik dan sesuai. Di samping pencahayaan utama, pencahayaan sekunder
biasanya disertakan untuk menambah suasana pencahayaan, yaitu:
a) Aksen pencahayaan (accent lighting)
Pencahayaan aksen dapat membantu menciptakan suasana dan membawa keluar yang
terbaik dari dekorasi interior untuk menarik perhatian dari bidang pandang. Hal ini
dapat dicapai dengan menggunakan lampu sorot sehingga aksen yang dihasilkan
cahaya dan bayangannya pada objek yang indah untuk membantu menonjolkan
bentuk. Lampu dinding dan tirai adalah contoh khas armatur untuk akses pencahayaan
yang tepat.
b) Efek pencahayaan (effect lighting)
Aksen pencahayaan yang digunakan untuk menonjolkan fitur tertentu dari interior,
akan menghasilkan efek pencahayaan yang benar-benar dapat menciptakan fitur yang
menarik. Dengan kata lain, cahaya itu sendiri yang memberikan bunga, bukan benda
yang diteranginya. Penggunaan langit-langit yang tersembunyi dan down light untuk
menciptakan pola cahaya yang menarik pada dinding yang berdekatan.
c) Pencahayaan dekoratif (decorative lighting)
Pencahayaan dekoratif digunakan untuk menggambarkan penggunaan armatur
sehingga objek lebih menarik atau lampu yang memberikan efek dekoratif pada
interior.
d) Arsitektur pencahayaan (architectural lighting)
Pencahayaan arsitektur (kadang-kadang disebut pencahayaan struktural) adalah
pencahayaan yang memiliki korelasi yang erat dengan arsitektur interior. Metode ini
sangat mencolok memberikan cahaya agar fitur-fitur arsitektur terlihat dengan
kontras, namun menyembunyikan sumber cahaya dari pandangan.
e) Susana pencahayaan (mood lighting)
Susana pencahayaan tercipta, apabila berbagai aksen pencahayaan dapat menciptakan
suasana yang sesuai dengan kegiatan berlangsung. Pemanfaatan lampu sorot dan
down light untuk menampakkan fitur aksesoris sangat cocok digunakan.

f. Pemilihan Lampu dan Armatur


Setelah menentukan sistem pencahayaan yang akan digunakan untuk berbagai
kebutuhan, langkah berikutnya adalah memilih kombinasi yang cocok antara lampu dan
armature. Berbagai macam sistem pencahayaan dapat menggunakan bermacam jenis armatur
dan lampu yang berbeda-beda pula. Pemilihan armatur harus memperhatikan karakteristik
output cahaya yang sesuai dengan jenis lampu untuk pencahayaan objek dengan gaya/model
arsitektur interior.
15. Kontrol Pencahayaan
Untuk menghemat biaya energi, maka diperlukan pengontrolan pencahayaan pada
tingkat yang selalu akurat sesuai dengan kebutuhan.

a. Teknik Kontrol
Tingkat pencahayaan dalam sebuah ruangan dapat dikendalikan dengan berbagai cara,
antara lain:
- Saklar, atau kontrol bertahap
- Peredupan, atau kontrol terus menerus
- Kombinasi saklar dan peredupan

g. Sistem Pengendalian
Ada tiga sistem kontrol pencahayaan, yaitu:
1) Kontrol manual
Sistem kontrol manual pencahayaan menggunakan saklar atau dimmer, atau keduanya,
dapat dirancang untuk memungkinkan pengguna mengatur tingkat pencahayaan lokal.
Kelemahan utama kontrol manual adalah sering kelupaan untuk mematikan apabila lampu
tidak digunakan, atau pencahayaan telah memenuhi karena adanya tambahan cahaya
alami.
2) Kontrol otomatis
Sistem kontrol otomatis memanfaatkan waktu atau foto sel, atau keduanya dapat
digunakan untuk beralih terang atau redup dari kelompok yang dipilih. Waktu dapat
diatur sehingga dapat menghilangkan pemborosan dari lampu yang ditinggalkan ketika
interior tidak digunakan. Foto sel dapat memantau tingkat siang hari atau malam hari.
Sistem otomatis umumnya dilengkapi dengan beberapa indikator untuk memenuhi
keadaan tak terduga, misalnya keberadaan penghuni dapat dideteksi dari gerakan atau
suara, suhu, dan apabila penghuni keluar, semua pencahayaan mati secara otomatis.
3) Kontrol komputer
Sistem kontrol pencahayaan berbasis komputer mampu mengkoordinasikan sejumlah
subsistem untuk meningkatkan fleksibilitas keseluruhan dan efisiensi instalasi
pencahayaan. Komputer juga dapat membentuk bagian dari sistem komputer yang lebih
besar untuk mengontrol layanan bangunan lainnya seperti lift dan Air Conditioner
(penyejuk udara). Kontrol menggunakan komputer sangat efisien dalam pengelolaan
energi pencahayaan, fleksibel, cepat, dan mudah diprogram sesuai dengan keinginan.
16. Integrasi
Aspek integrasi yang dimaksud adalah integrasi penerangan listrik dengan pencahayaan
alami untuk meningkatkan efisiensi operasional, dan integrasi penerangan listrik dengan AC,
serta ketentuan akustik.

a. Pencahayaan Listrik dan Pencahayaan Alami


Salah satu alasan konteks integrasi pencahayaan listrik dengan alami adalah konservasi
energi yang dihasilkan dari penggunaan siang hari. Di samping itu, alasan lain adalah:
kualitas cahaya, kontak visual dengan dunia luar, sifat dinamis dari siang hari, dan keinginan
memiliki cahaya alami di kamar atau di ruangan tertentu.
Pencahayaan siang hari memasuki gedung ditentukan oleh kekuatan pencahayaan siang
hari pada saat tertentu dalam waktu tertentu, tetapi juga dengan ukuran dan posisi jendela
atau kehadiran penghalang (gorden). Kunci untuk merancang sebuah integrasi (siang/alami +
lampu listrik) pada sistem pencahayaan adalah strategi pengendalian penerangan listrik pada
saat ketika siang hari perlu dikurangi.

h. Pencahayaan, AC dan Akustik


Jumlah panas yang dihasilkan lampu, mesin dan penghuni di wilayah kerja sering
dikaitkan dengan sistem pendingin udara (AC). Setiap perubahan dalam beban panas harus
disertai dengan perubahan volume udara atau perbedaan suhu, atau keduanya, jika suhu di
dalam interior adalah tetap konstan. Dengan demikian beban AC semakin berat. Maka
pemilihan lampu dan pengendalinya beserta armature, sejak awal telah dirancang
integrasinya agar efisien, serta akustiknya juga memenuhi syarat.

17. Pencahayaan Darurat


Pencahayaan harus selalu tersedia, apabila pencahayaan manual gagal, maka
pencahayaan darurat sangat membantu. Pencahayaan darurat diperoleh dari baterai yang
langsung dapat tersambung secara otomatis dengan lampu, minimal iluminasinya 5 lux, agar
kegiatan sangat penting masih dapat dilanjutkan dalam keadaan darurat. Pencahayaan darurat
ini, apabila keadaan sumber listrik kembali berfungsi, maka sumber baterai ke lampu segera
terputus secara otomatis. Sistem ini yang dapat diandalkan. Ada juga sistem darurat ini
dengan menyediakan sebuah generator darurat pusat atau pasokan baterai, yang secara
otomatis beralih selama kegagalan listrik. Kelemahan sistem ini adalah sangat tergantung
pada kabel internal bangunan untuk distribusi daya darurat, dan mudah terjadi gangguan jika
terjadi kebakaran, dan kerusakan struktural lainnya.
18. Pemeliharaan
Instalasi pencahayaan akan menurun secara bertahap karena penurunan lumen lampu,
lampu yang mati, akumulasi kotoran pada lampu, dan pengotoran ruangan. Untuk itu
diperlukan pemeliharaan secara rutin, agar tingkat pencahayaan masih dapat dipertahankan di
atas nilai yang direkomendasikan. Program pemeliharaan apabila dirancang dengan baik,
akan diperoleh:
a. Menjaga tingkat pencahayaan pada atau di atas nilai yang direkomendasikan,
b. Mengurangi biaya modal dan operasional,
c. Instalasi dan interior pada umumnya memiliki penampilan yang memuaskan.

Gambar di bawah memperlihatkan ilustrasi pengurangan pencahayaan dan program


pemeliharaan yang diperlukan. Apabila program pemeliharaan dilakukan setelah 3 tahun,
maka penerangan akan turun dan hanya tinggal 40% dari awal. Namun apabila pembersihan
tahunan dan penggantian lampu selang tiga tahun, maka pencahayaan tinggal 60% dari
kondisi awal.

Catatan:
a. kerugian karena depresisasi lumen lampu
b. kerugian karena depresiasi ruangan dan permukaan
c. kerugian karena kotoran lampu dan armatur
Gambar 16. Variasi Pencahayaan Lampu TL dan Pemeliharaan

a. Depresiasi Output Cahaya


1) Kotoran di lampu dan armatur
Pengotoran lampu dan armatur sangat besar pengaruhnya terhadap distribusi cahaya dan
refleksi cahaya. Untuk itu, harus dilakukan pemelihan jenis armatur yang paling cocok
untuk suatu lokasi. Armatur dengan basis terbuka dan puncak tertutup mengumpulkan
kotoran pada tingkat yang lebih tinggi dari pada yang berventilasi. Armatur berventilasi,
arus konveksi membawa debu dan kotoran keluar melalui lubang-lubang atau slot di
reflektor.
2) Kotoran pada permukaan ruangan
Akumulasi kotoran pada langit-langit dan dinding mengurangi nilai reflektansi cahaya
yang dipantulkan. Distribusi cahaya akan berkurang, tergantung pada ukuran ruangan dan
tingkat pengotoran ruangan tersebut.
3) Penyusutan lumen lampu
Output cahaya lampu akan berkurang secara alami, tergantung waktu penggunaannya.
Depresiasi lumen lampu bervariasi setiap jenis lampu dan antara produsen. Oleh karena
itu, perhitungan pencahayaan harus mempertimbangkan penyusutan output cahaya lampu.
4) Kegagalan lampu
Tingkat kelangsungan hidup lampu, tergantung jenis lampu yang digunakan. Kegagalan
lampu dapat disebabkan saklar, kegagalan komponen lampu. Kegagalan hidup lampu
tidak hanya menyebabkan penurunan tingkat pencahayaan, tetapi juga dapat membawa
pengurangan pada tingkat keseragaman pencahayaan pada ruangan.

i. Jadwal Pemeliharaan
Interval pembersihan instalasi pencahayaan sangat tergantung pada jenis armature,
tingkat dimana kotoran menumpuk, dan biaya pembersihan. Keuntungan ekonomis yang
tinggi, interval pembersihan armatur harus berkaitan dengan interval penggantian lampu.
Lampu dapat diganti secara individual karena rusak, atau diganti secara keseluruhan
pada suatu waktu, yang disebut sebagai pengganti kelompok atau group relamping. Sering
dilakukan kombinasi dari kedua sistem tersebut. Untuk instalasi besar, penggantian lampu
kelompok terorganisir lebih efisien dengan mengganti lampu secara individual.

j. Faktor Pemeliharaan
Ketika menentukan jumlah lampu dan armatur untuk penerangan, faktor pemeliharaan
telah dipertimbangkan dalam perhitungan pencahayaan. Faktor ini adalah rasio masa
pemeliharaan dibandingkan dengan penerangan yang dihasilkan oleh sistem ketika baru.
Faktor pemeliharaan (Maintenance Faktor = MF) memperhitungkan penyusutan keseluruhan
yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: depresiasi output lumen lampu yang
disebabkan oleh kotoran di lampu dan armatur, kotoran pada permukaan ruangan, kegagalan
lampu, dan jadwal pemeliharaan. Sebagaimana dijelaskan Philips rumus untuk menghitung
MF adalah:
MF = LLMF x LSF x LMF x RSMF
Keterangan:
MF =Faktor Maintenen
LLMF =Faktor Pemeliharaan Lumen Lampu
LSF =Faktor Survival Lampu (Program Penggantian Kelompok)
LMF =Faktor Pemeliharaan Armatur
RSMF =Faktor Pemeliharaan Permukaan Ruang/kamar.

Berbagai faktor yang mempengaruhi pemeliharaan dapat dipedomani Tabel 16, 17, dan
18 di bawah ini. Tabel 16 berisi faktor pemeliharaan lumen lampu dan program penggantian
lampu berkelompok.

Tabel 1. Lamp Lumen Maintenance (LLMF)


and Lamp Survival Factors (LSF)
Burning hours (x1000) 0.1 1.0 2.0 4.0 6.0 12.0 18.0 24.0
Incandescent LLMF 1.00 0,93
(GLS) LSF 1.00 0.50
Fluorescent Tri-Phosphor LLMF 1.00 0.96 0.94 0.91 0,87 0.84
(TL) LSF 1.00 1.02 1.02 1.00 0.99 0.75
Fluorescent Halo phosphate LLMF 1.00 0.94 0.89 0.83 0.80 0.74
(TL) LSF 1.00 1.02 1.00 1.02 0.99 0.75
Mercury LLMF 1.00 0.97 0.93 0.87 0.80 0.68 0.58 0.52
(HPL) LSF 1.00 1.02 0.99 0.98 0.97 0.88 0.75 0.50
Metal Halide LLMF 1.00 0.93 0.87 0.78 0.72 0.63 0.52
(HPI) LSF 1.00 0.97 0.95 0.93 0.91 0.17 0.50
High-pressure sodium LLMF 1.00 0.98 0.96 0.93 0.91 0.87 0.83 0.80
(SON) LSF 1.00 1.02 0.99 0.98 0.96 0.89 0.75 0.50
Philips Manual 1993

Pada tabel 17 berisi data faktor pemeliharaan yang di rencanakan


Tabel 2. Luminaire Maintenance Factors (LMF)
Elapsed Time Between Cleaning Cycle
0 0.5 1.0 2.0 3.0
Years
Environment
Any C N D C N D C N D C N D
Luminaire type
Bare lamp batten 1 .95 .92 .88 .93 .89 .83 .89 .84 .78 .85 .79 .73
Open-Top reflector 1 .95 .91 .88 .90 .86 .83 .84 .80 .75 .79 .74 .68
Closed-top reflector 1 .93 .89 .83 .89 .81 .72 .80 .69 .59 .74 .61 .52
Enclosed 1 .92 .87 .83 .88 .82 .77 .83 .77 .71 .79 .73 .65
Dust-tight 1 .96 .93 .91 .94 .90 .86 .91 .86 .81 .90 .84 .79
Indirect uplight 1 .92 .89 .85 .86 .81 .74 .77 .66 .57 .70 .55 .45
C=clean N=normal d=dirty
Philips Manual 1993

Pada tabel 18 berisi tentang faktor pemeliharaan permukaan ruangan/kamar sesuai dengan
ukuran ruangan (k) dan sistem penerangan yang digunakan
Tabel 3. Room Surface Maintenance Factors (RSMF)
Elapsed Time Between Cleaning Cycle
0.5 1.0 2.0 3.0
Years
Room Size Environment
C N D C N D C N D C N D
K luminaire Flux Fraction
Small 0.7 Direct .97 .96 .95 .97 .94 .93 .95 .93 .90 .94 .92 .88
Direct/indirect .94 .88 .84 .90 .86 .82 .87 .82 .78 .84 .79 .74
Indirect .90 .84 .80 .85 .78 .73 .81 .73 .66 .75 .68 .59
Medium 2.5 Direct .98 .97 .96 .98 .96 .95 .96 .95 .94 .96 .95 .94
Direct/indirect .95 .90 .86 .92 .88 .85 .89 .85 .81 .86 .82 .78
Indirect .92 .87 .83 .88 .82 .77 .84 .77 .70 .78 .72 .64
Large 5.0 Direct .99 .97 .96 .98 .96 .95 .96 .95 .94 .96 .95 .94
Direct/indirect .95 .90 .86 .94 .88 .85 .89 .85 .81 .86 .82 .78
Indirect .92 .87 .83 .88 .82 .77 .84 .77 .70 .78 .72 .65
C=clean N=normal d=dirty
k= room indeks p×l p=panjang ruangan
k=
h m ( p+1 ) l=lebar ruangan
hm= tinggi lampu dari meja

Faktor pemeliharaan dapat ditentukan langkah demi langkah melalui prosedur sebagai
berikut:
1) Tentukan selang penggantian kelompok lampu yang optimal untuk jenis lampu yang
digunakan. Ini tergantung pada pemeliharaan lumen lampu dan faktor kelangsungan
hidup lampu, ditambah dengan pengetahuan tentang biaya tenaga kerja, dan biaya lampu
serta listrik.
2) Mendapatkan nilai LLMF dan LSF dari tabel.16. untuk jangka waktu yang ditetapkan
pada langkah 1.
3) Menilai kategori kebersihan interior, dan menentukan interval pembersihan armatur dan
permukaan ruang/kamar.
4) Mendapatkan nilai LMF dari tabel 17 untuk jangka waktu yang ditetapkan pada langkah
3.
5) Mendapatkan nilai RSMF dari tabel 18 untuk jangka waktu yang ditetapkan pada langkah
3.
6) Hitung MF = LLMF x LSF x LMF x RSMF
Catatan:
a) Jika penggantian lampu bukan penggantian kelompok, adaptasi LSF menjadi 1.
b) Semua nilai MF harus dibulatkan dua desimal.

G. Penataan Lampu
Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya perlu direncanakan sebaik mungkin, agar
cahaya sampai ke permukaan bidang kerja serata mungkin. Penyebaran cahaya dari sumber
cahaya tergantung kepada konstruksi armatur yang digunakan. Konstruksi armatur dijelaskan
oleh P. Van Harten dkk (1981: 23) hendaklah diperhatikan sebagai berikut:
1. Cara pemasangan pada dinding atau langit-langit.
2. Cara pemasangan fitting-fitting dalam armatur.
3. Perlindungan sumber cahaya.
4. Penyesuaian bentuknya dengan lingkungan.
5. Penyebaran cahaya.

Berikut ini dijelaskan hubungan armatur dengan ruangan, untuk mendapatkan


penerangan yang rata tersebut.

1. Hubungan Luminair (Armatur) dengan Ruangan

a. Perbandingan Penerangan
Untuk adaptasi dari terang ke gelap atau sebaliknya, mata memerlukan waktu dan mata
selalu tertarik pada yang terang. Penerangan suatu ruangan kerja haruslah tidak melelahkan
mata. Oleh karena itu haruslah dipertimbangkan perbedaan intensitas penerangan antara
bidang kerja dan sekelilingnya. Sebagaimana dijelaskan oleh P. Van Harten dkk (1981: 37)
tentang penerangan yang baik adalah:
“Penerangan suatu ruangan kerja pertama-tama harus tidak melelahkan mata tanpa
guna. Karena itu perbedaan intensitas penerangan yang terlalu besar antara bidang kerja
dan sekelilingnya harus dihindari, karena akan memerlukan daya penyesuaian mata yang
terlalu besar hingga melelahkan.”
Yang dimaksud dengan penerangan di ruang kerja adalah 0,85 meter dari atas lantai
(tinggi meja kerja). Penerangan sekeliling tempat kerja jangan terlalu kontras dengan
penerangan di bidang kerja. Dalam teknik penerangan, perbandingan antara intensitas
penerangan minimum dan maksimum di bidang kerja maupun bidang sekeliling yang
diizinkan dapat ditentukan sebagai berikut (Ady Syafrul, 1975: 58):
1) Pada bidang kerja
E min 1 7
=
E mak 1 s .d 10
2) Padang bidang sekeliling
E min 1
=
E rata−rata 3

3) Untuk ruangan di dekatnya.


E min 1
=
E mak 10

Bila nilai perbandingan semakin kecil dari angka-angka di atas, maka terjadilah kontras
yang akan mengakibatkan kelelahan mata dalam melihat.
k. Penentuan Letak Lampu (Lampu Pijar)
Hubungan armatur dengan ruangan dapat digunakan dalam menentukan letak lampu
(armatur) sesuai dengan sistem penerangan yang dikehendaki. Dibawah ini akan dijelaskan
upaya-upaya untuk mengatasi kontras yang terjadi pada sistem penerangan, yaitu dengan
mengatur letak lampu pada ruangan khususnya bila menggunakan lampu pijar (Ady Syafrul,
1975: 60).
1) Penerangan Langsung dan Semi Langsung
½a a ½a Dengan reflektor cermin
hm 1
=
a 0,7
hm
hm = tinggi berguna
Bidang kerja
a = jarak lampu
± 0,85

Lampu dan Reflektor

2) Penerangan Campuran
½a a ½a Penerangan difus (baur)
<1m
lampu digantung:
hm 1
hm =
a 2
Bidang kerja
± 0,85

Lampu dan Reflektor

½a a ½a Diffusor plafomier
(Penerangan difus lampu
Pada plafon)
hm
hm 1
Bidang kerja =
a 1,5
± 0,85

Lampu dan Reflektor


3) Penerangan Tak Langsung dan Semi Langsung
½a a ½a Penerangan semi tidak
langsung.
a=3b
hm

Bidang kerja
b = (1 s.d 1,5) m
± 0,85

Lampu dan Reflektor

½a a ½a Penerangan tak langsung


a = (3 s.d 5) b

hm
b = (1 s.d 1,5) m
Bidang kerja
± 0,85

Lampu dan Reflektor

4) Dengan telah ditetapkannya jarak antara lampu dan lampu, maka jumlah seluruhnya
dalam suatu ruangan dapat dihitung dari:
 Banyak lampu sejajar panjang;
Panjang ruangan dibagi dengan jarak antara lampu.
 Banyak lampu sejajar lebar;
Lebar ruangan dibagi dengan jarak antara lampu.
Maka jumlah lampu semuanya yang diperlukan pada suatu ruangan adalah banyak lampu
yang sejajar panjang dikali banyak lampu yang sejajar lebar ruangan tersebut.

l. Penentuan Letak Lampu (Layout Lampu TL)


Penentuan letak titik lampu (spasi) untuk penerangan yang menggunakan lampu
flouresen tidak sama dengan lampu pijar, karena cahaya yang dihasilkan lampu flouresen
berbentuk garis. Untuk itu dapat dilihat gambar di bawah ini.
Gambar 17. Spasi Lampu Flouresen
Sumber: Lighting Manual, 1986: 73

Anda mungkin juga menyukai