Anda di halaman 1dari 6

http://coil32.net/online-calculators/ferrite-torroid-calculator.

html

Cara Membuat Induktor Toroida Inti Ferit Bead


Posted by oprekzone
MAR31
Selain induktor inti udara, terdapat juga induktor yang menggunakan inti ferit bead
atau toroida. Komponen ferit bead tersedia dalam berbagai nilai (permeabilitas)
dan ukuran, tetapi kebanyakan memiliki diameter kurang dari 0,25 inchi.
Penggunaan induktor dengan ferit bead cukup banyak dalam masalah peredaman
osilasi parasitik.
Selain digunakan untuk membuat Induktor toroida, dasarnya ferit bead banyak
dipakai sebagai peredam parasitik pada VHF dan UHF pada terminal masukan dan
keluaaran penguat RF. Aplikasi praktis lainnya adalah dalam jaringan dekopling
yang dipakai untuk mencegah mengalirnya energi RF yang tidak diinginkan dari
satu bagian rangkaian ke bagian lain rangkaian lainnya. Ferit bead juga dipakai
untuk meredam interferensi RF dan interferensi TV dalam perangkat Hifi dan TV.
Dalam beberapa rangkaian RF VHF dan UHF, hanya diperlukan pemakaian satu
cincin ferit atau lebih pada seutas kawat untuk menghasilkan RFC (Radio Frequency
Cooke). Beberapa lilitan kawat tembaga dapat dibuat pada cincin ferit yang lebih
besar untuk meningkatkan induktansi efektif lilitan tersebut. Sebuah induktor tanpa
inti (inti udara) akan meningkat dengan sangat signifikan nilai induktansi nya
apabila diselipkan sebuah ferit di dalamnya.

Untuk membuat induktor toroida atau inti ferit bead, perlu diketahui jumlah lilitan
yang dipakai pada induktor toroida yang dapat dihitung dengan mengetahui nilai A L,
yaitu indeks induktansi untuk ukuran inti dan permeabilitas yang dipakai. Tabeltabel di bawah ini memberikan informasi-informasi penting untuk inti toroida.

Nomor tipe toroida untuk suatu inti tersusun dari penunjuk ukuran inti pada kolom
kiri atas, ditambah nomor campurannya. Sebagai contoh, inti berdiameter setengah
inchi dengan campuran nomor 2 diberi nomor tipe T-50-2. Nilai A L adalah 49 dan
frekuensi operasi yang dianjurkan adalah 1 sampai 30 MHz. Permeabilitas inti
tersebut adalah 10.
Banyaknya lilitan untuk induktansi tertentu pada satu jenis inti dapat ditentukan
dengan rumus :

Contoh : Dikehendaki induktor toroida dengan nilai induktansi 10 H pada inti T-502, sesuai rumus di atas. Maka diketahui nilai induktansi adalah 10 H dan indeks
induktansi (AL) adalah 49. Maka jumlah lilitan kawat adalah :

Dengan demikian, untuk membuat induktor toroida atau inti ferit bead dengan
induktansi 10 H pada inti Toroida tipe T-50-2, dibutuhkan 45 lilitan. Kita dapat
gunakan kawat ukuran 24 ke atas sesuai tabel jumlah lilitan. Di tabel tersebut
ditunjukkan banyaknya lilitan maksimum yang dapat dibuat pada suatu tipe inti.
Sebagai contoh, inti T-68 akan berisi 49 lilit kawat nomor 24, dan 101 lilit untuk
kawat nomor 30, dan seterusnya.

ENGENAL KOMPONEN INDUKTOR


Eko Purnomo 6/07/2015 Tutorial Elektronika
Satu lagi komponen pasif elektronika selainresistor dan kapasitor adalah induktor.
Dalah sehari-hari komponen ini juga sering disebut dengan lilitan, koil, kumparan
atau trafo, yaitu koil dengan primer sekunder. Induktor terbuat dari lilitan kawat
konduktor. Disebut induktor karena komponen ini menghasilkan induksi
elektromagnet
ketika
dialiri
arus
listrik.
Seperti kapasitor, induktor juga dapat menyimpan energi listrik. Hal ini terjadi
karena sifat kemagnetan dari induktor ketika dialiri arus listrik. Kemampuan
menyimpan energi listrik inilah yang disebut dengan nilai induktansi sebuah
induktor. Sebuah induktor idealnya hanya memiliki induktansi tanpa memiliki
resistansi dan kapasitansi. Namun pada kenyataannya kawat yang digunakan untuk
bahan induktor memiliki nilai resistansi tertentu dan jarak tiap-tiap lilitan
menimbulkan
nilai
kapasitansi.
Jenis Induktor
Ada beberapa jenis induktor bergantung dari model lilitan dan bahan inti yang
digunakan. Yang paling umum kita jumpai adalah lilitan kawat dengan inti udara.
Kemudian ada juga lilitan kawat dengan inti ferit berupa batangan atau dengan
model berdiri. Lalu ada juga model induktor dengan lilitan primer dan sekunder
yang
biasa
disebut
dengan
trafo.
Berikut ini beberapa jenis induktor yang sering dijumpai dalam praktek elektronika :
1. Induktor inti udara, adalah induktor dengan inti udara dan terlihat seperti
tanpa bahan inti. Induktor jenis ini memiliki nilai induktansi yang kecil dan
banyak dipakai pada aplikasi frekuensi tinggi deperti pemancar dan penerima
radio FM.

2. Induktor inti ferit/besi, adalah induktor dengan inti dari bahan ferit atau
besi. Induktor jenis ini memiliki nilai induktansi yang lebih besar dan biasanya
dipakai pada frekuensi menengah seperti pada frekuensi IF radio.
3. Toroid, adalah induktor dengan inti melingkar seperti kue donat. Induktor
jenis ini memiliki induktansi yang lebih besar lagi dan biasa dipakai pada
trafo daya atau SMPS.
4. Trafo, adalah induktor dengan banyak lilitan minimal dua yaitu lilitan primer
dan sekunder. Induktor jenis ini memanfaatkan transformasi energi antar dua
lilitan dalam satu inti. Induktor jenis trafo banyak dipakai pada power supply
dan penguat IF pada penerima radio.
5. Induktor variabel, adalah induktor dengan nilai induktansi yang dapat ubah
dengan cara mengatur panjang inti. Biasanya pengaturan ini dilakukan
dengan cara memutar inti yang sudah dibuat ulir sehingga bisa keluar masuk
lilitan.
Fungsi Induktor
Ada beberapa fungsi induktor dalam rangkaian elektronika. Fungsi-fungsi ini terkait
dengan sifat dan karakteristik induktor yang berhubungan erat dengan
kemagnetan. Kebalikan dari kapasitor, induktor bersifat menahan arus AC dan
melewatkan arus DC. Sifat ini kemudian dimanfaatkan untuk menala frekuensi
resonansi
dari
sebuah
rangkaian
penguat.
Berikut

ini

beberapa

fungsi

dari

induktor

1. Filter atau penyaring frekuensi tertentu.


2. Resonator pada rangkaian pembangkit frekuensi (osilator).
3. Penggerak pada motor listrik.
4. Transducer pada aplikasi audio amplifier, seperti mikrophone dan speaker.
Mikrophone mengubah sinyal suara menjadi arus listrik, sedangkan speaker
mengubah kembali arus listrik menjadi sinyal suara.
5. Elektromagnet pada relay, solenoide, atau alat pengambil besi. Dengan
demikian ada dan tidaknya magnet bisa diatur dengan memutus dan
menyambung arus listrik.
6. Sebagai transformator energi atau trafo pada aplikasi penurun tegangan
(step down) atau penaik tegangan (step-up).
Simbol Induktor
Simbol induktor digambarkan dengan bentuk garis lilitan yang mirip dengan lilitan
kawat. Untuk tiap-tiap jenis induktor digambarkan dengan simbol yang berbedabeda.

Berikut ini beberapa contoh simbol dari beberapa jenis induktor:

Bentuk Fisik Induktor


Bentuk fisik induktor yang paling sederhana adalah berupa kawat lilitan dengan inti
udara. Kemudian untuk aplikasi elektronika yang lebih praktis dan tentunya
menyesuaikan kebutuhan maka dibuat berbagai jenis induktor dengan bentuk fisik
yang
berbeda-beda.
Berikut ini beberapa contoh bentuk fisik induktor :

Nilai Dan Satuan Induktansi


Nilai induktansi sebuah induktor dinyatakan dengan satuan Henry dan ditulis
dengan notasi huruf H. Besarnya induktansi dari induktor yang ada dipasaran ratarata
pada
kisaran
mikroHenry
(H)
dan
miliHenry
(mH).
Nilai

induktansi

dipengaruhi

oleh

beberapa

faktor

diantaranya

1. Jumlah lilitan, semakin banyak lilitan semakin besar nilai induktansinya.


2. Panjang lilitan, semakin pendek lilitan (yang dimaksud bukan panjang
kawat) semakin besar nilai induktansinya.
3. Kerapatan lilitan, semakin rapat lilitan semakin besar nilai induktansinya.

4. Diameter inti lilitan, semakin besar diameter inti semakin besar nilai
induktansinya.
5. Panjang inti lilitan, semakin panjang inti semakin besar nilai induktansinya.
6. Permeabilitas bahan inti, semakin tinggi permeabilitas bahan semakin
besar nilai induktansinya.

Anda mungkin juga menyukai