Anda di halaman 1dari 17

INDUKTOR

Tugas disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Dasar Elektronika

Di susun oleh

Penulis

Dyan Ayu Kusuma Intan NIM (42517005)


Febri Aditya Putra Pratama NIM (42517006)
Riki Andriyan NIM (42517018)

Prodi Elektro
Fakultas SAINS & Teknologi
Universitas Peradaban Bumiayu
2017
Pengertian Induktor

Gambar 1.1 ; Induktor

Selain Resistor dan Kapasitor, Induktor juga merupakan komponen Elektronika Pasif
yang sering ditemukan dalam Rangkaian Elektronika, terutama pada rangkaian yang
berkaitan dengan Frekuensi Radio. Induktor atau dikenal juga dengan Coil adalah Komponen
Elektronika Pasif yang terdiri dari susunan lilitan Kawat yang membentuk sebuah Kumparan.

Pada dasarnya, Induktor dapat menimbulkan Medan Magnet jika dialiri oleh Arus
Listrik. Medan Magnet yang ditimbulkan tersebut dapat menyimpan energi dalam waktu
yang relatif singkat. Dasar dari sebuah Induktor adalah berdasarkan Hukum Induksi Faraday.
Kemampuan Induktor atau Coil dalam menyimpan Energi Magnet disebut dengan Induktansi
yang satuan unitnya adalah Henry (H).

Satuan Henry pada umumnya terlalu besar untuk Komponen Induktor yang terdapat
di Rangkaian Elektronika. Oleh Karena itu, Satuan-satuan yang merupakan turunan dari
Henry digunakan untuk menyatakan kemampuan induktansi sebuah Induktor atau Coil.
Satuan-satuan turunan dari Henry tersebut diantaranya adalah milihenry (mH) dan
microhenry (µH). Simbol yang digunakan untuk melambangkan Induktor dalam Rangkaian
Elektronika adalah huruf “L”.

Induktansi (L) (diukur dalam Henry) adalah efek dari medan magnet yang terbentuk
disekitar konduktor pembawa arus yang bersifat menahan perubahan arus. Arus listrik yang
melewati konduktor membuat medan magnet sebanding dengan besar arus. Perubahan dalam
arus menyebabkan perubahan medan magnet yang mengakibatkan gaya elektromotif lawan
melalui GGL induksi yang bersifat menentang perubahan arus.

Induktansi diukur berdasarkan jumlah gaya elektromotif yang ditimbulkan untuk


setiap perubahan arus terhadap waktu. Sebagai contoh, sebuah induktor dengan induktansi 1
Henry menimbulkan gaya elektromotif sebesar 1 volt saat arus dalam indukutor berubah
dengan kecepatan 1 ampere setiap sekon. Jumlah lilitan, ukuran lilitan, dan material inti
menentukan induktansi.

Sebuah induktor ideal tidak menimbulkan kerugian terhadap arus yang melewati
lilitan. Tetapi, induktor pada umumnya memiliki resistansi lilitan dari kawat yang digunakan
untuk lilitan. Karena resistansi lilitan terlihat berderet dengan induktor, ini sering disebut
resistansi deret.

Resistansi deret induktor mengubah arus listrik menjad bahang, yang menyebabkan
pengurangan kualitas induktif. Faktor kualitas atau "Q" dari sebuah induktor adalah
perbandingan reaktansi induktif dan resistansi deret pada frekuensi tertentu, dan ini
merupakan efisiensi induktor. Semakin tinggi faktor Q dari induktor, induktor tersebut
semakin mendekati induktor ideal tanpa kerugian.

Joshep Henry merupakan penemu Induktor. Induktor adalah komponen elektronika


aktif yang dapat menyimpan energi listrik pada medan magnet yang ditimbulkan oleh arus
listrik yang mengalirinya. Induktor bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

Gambar 1.2 ; Joshep Henry


Simbol Induktor
Berikut ini adalah Simbol-simbol Induktor :

Gambar 2.1 ; Simbol Induktor

Nilai Induktansi sebuah Induktor (Coil) tergantung pada 4 faktor, diantaranya adalah :

 Jumlah Lilitan, semakin banyak lilitannya semakin tinggi Induktasinya


 Diameter Induktor, Semakin besar diameternya semakin tinggi pula induktansinya
 Permeabilitas Inti, yaitu bahan Inti yang digunakan seperti Udara, Besi ataupun
Ferit.
 Ukuran Panjang Induktor, semakin pendek inductor (Koil) tersebut semakin tinggi
induktansinya.

Gambar 2.2 ; Simbol Induktor

Gambar 2.3 ; Induktor


Macam Jenis Induktor

Gambar 3.1 ; jenis-jenis induktor

1. Air Core Inductor


Tidak memakai material sebagai intinya pada induktor jenis ini, rangkaian RF banyak
menggunakan induktor jenis ini karena tidak ada kerugian energi dan memiliki permeabilitas
udara yang sangat rendah. Induktor jenis ini hanya tersedia dengan ukuran nilai induktansi
yang kecil.

Gambar 3.2 ; Air Core Inductor

2. Iron Core Inductor


Sesuai namanya inti pusat induktor ini terbuat dari bahan besi padat, sayang arus eddy
dan histerystis yang dihasilkan oleh induktor jenis ini sangat besar sehingga hanya
digunakan untuk aplikasi rendah dengan daya tinggi seperti pada power supply, inverter
dll. dan nilai induktansi yang tersedia biasanya besar.
Gambar 3.3 ; Iron Core Inductor
3. Ferrite Core Inductor
Inti ferit terbuat dari bahan bubuk keramik yang dipadatkan. Induktor dengan inti ferit
ini paling banyak penggunaannya pada rangkaian elektronik terutama pada rangkaian
frekuensi tinggi karena memiliki histeristis yang kecil dan arus eddy yang sangat rendah.

Gambar 3.4 ; Ferrite Core Inductor

4. Torroidal Core Inductor


Bentuk induktor jenis ini melingkar seperti donat, nilai induktansi dan faktor Q yang
dimilikinya sangat tinggi, induktor ini banyak digunakan pada rangkaian power dan
switching.

Gambar 3.5 ; Torroidal Core Inductor


5. Laminated Core Induction
Inti induktor ini terbuat dari susunan lembaran baja tipis yang terlaminasi. antar
lapisan baja tipis ditempelkan secara kuat agar terbentuk inti yang padat, dan dipisahkan
oleh lapisan isolasi untuk mengcegah arus eddy.

Gambar 3.6 ; Laminated Core Induction

6. Variable Inductor
Induktor yang nilai induktansinya dapat diatur sesuai dengan keinginan. Inti dari Variable
Inductor pada umumnya terbuat dari bahan Ferit yang dapat diputar-putar.

Gambar 3.7 ; Variable Inductor


Fungsi Induktor

Fungsi Induktor dalam rangkaian elektronika, antara lain :

1. Penyimpan energi dalam bentuk medan magnet


2. Sebagai pemfilter pada rangkaian power suply
3. Sebagai penalaan atau tuning
4. Menahan arus bolak-balik(ac)
5. Meneruskan/meloloskan arus searah(dc)
6. Dapat merubah arus dc ke ac, dengan adanya medan magnet

Berdasarkan kegunaannya Induktor bekerja pada:


1. Frekuensi tinggi pada spul antena dan osilator
2. Frekuensi menengah pada spul MF
3. Frekuensi rendah pada trafo input, trafo output, spul speaker, trafo tenaga, spul
relay dan spul penyaring

Gambar 4.1 ; Rangkaian Pemancar FM Mini yang Sederhana menggunakan Induktor


PRINSIP KERJA DAN PRINSIP
ELEKTROMAGNETIK PADA INDUKTOR
1. Prinsip Kerja Induktor
Untuk memahami cara kerja induktor, yang pertama harus
membayangkan rangkaian listrik sederhana yang terdiri dari sebuah bola lampu
pijar dihubungkan secara paralel dengan sebuah induktor. rangkaian ini didukung
oleh baterai yang terhubung secara paralel dengan lampu melalui switch.
Jika kita menekan saklar, lampu menyala terang pada awalnya sebelum
peredupan ke intensitas cahaya lebih rendah. Efek yang sama terjadi ketika
saklar dimatikan, yaitu setelah mengalami kecerahan tinggi lampu berhenti
memancarkan cahaya sepenuhnya
Hal ini disebabkan karena induktansi. Ketika arus mulai mengalir melalui
kumparan menghasilkan medan magnet yang mencoba untuk menghentikan arus
mengalir melalui kumparan dengan menghasilkan arus kedua tetapi dalam arah
yang berlawanan.
Namun, ketika medan magnet terbentuk, arus kembali normal. Atau,
ketika arus dihentikan, medan magnet mencoba untuk mengkompensasi untuk
mempertahankan dengan menghasilkan arus listrik melalui koil sampai medan
magnet tidak bisa lagi dipertahankan dan hilang, sehingga bola lampu hanya
menyala sebentar.
Gambar 5.1 ; prinsip kerja inductor

Inilah karakteristik induktor, saat kehilangan sumber tegangan, maka


induktor akan menghasilkan tegangan utnuk sesaat. Saat mendapat tegangan
induktor juga memiliki karakteristik menjadikan intinya bersifat magnet (untuk
inti besi). Karakteristik magnet ini juga sering dimanfaatkan dalam berbagai
perankat elektronika.
a. Pengisian Induktor
Bila kita mengalirkan arus listrik I, maka terjadilah garis-garis gaya
magnet. Bila kita mengalirkan arus melalui spul atau coil (kumparan) yang
dibuat dari kabel yang digulung, akan terjadi garis-garis gaya dalam arah sama
membangkitkan medan magnet. Kekuatan medan magnet sama dengan jumlah
garis-garis gaya magnet dan berbanding lurus dengan hasil kali dari jumlah
gulungan dalam kumparan dan arus listrik yang melalui kumparan tersebut.
Contoh rangkaian :

Gambar 5.2 ; Rangkaian pengisian induktansi pada tegangan DC


Bila arus bolak–balik mengalir pada induktor, maka akan timbul gaya
gerak listrik (ggl) induksi Hal ini berarti antara arus dan tegangan berbeda fase
sebesar Л / 2 = 900 dan arus tertinggal (lag) dari tegangan sebesar 900. 2Лf
merupakan perlawanan terhadap aliran arus

Gambar 5.3 ; Rangkaian pengisian induktansi pada tegangan AC

b. Pengosongan Induktor
Bila arus listrik l sudah memenuhi lilitan , maka terjadilah arus akan
bergerak berlawanan arah dengan proses pengisian sehingga pembangkitan
medan magnet dengan garis gaya magnet yang sama akan menjalankan
fungsi dari lilitan tersebut makin tinggi nilai L ( induktansi) yang dihasilkan
maka makin lama proses pengosongannya.

Gambar 5.4 ; Rangkaian pengosongan induktansi pada tegangan DC dan AC

Induktansi dari koil / kumparan disebabkan dari fluks magnet yang


terjadi disekitarnya. semakin kuat fluks magnet maka induktansi yang
dihasilkan akan semakin besar. untuk menaikan nilai induktansi dari
koil/kumparan kita dapat menambah jumlah lilitan kawat, atau menambah
ukuran diameter atau panjang dari kore inti (inti pusat) dan juga dengan cara
mengganti kore inti (inti pusat) dengan bahan feromagnetik seperti dengan
bahan besi lunak atau jenis ferit.
Bahan feromagnetik seperti besi lunak, kobalt atau jenis nikel dll. yang
digunakan sebagai kore inti (inti pusat) akan meanikan nilai induktansi dari
koil. Ini karena dengan garis-garis gaya yang dihasilkan dari bahan konsentrat
feromagnetik lebih kuat.

2. Prinsip Elektromagnetik pada Induktor


a. Induktansi Searah
Bila kita mengalirkan arus listrik melalui kabel, terjadilah garis-garis
gaya magnet. Bila kita mengalirkan arus melalui spul atau coil (kumparan)
yang dibuat dari kabel yang digulung, akan terjadi garis-garis gaya dalam arah
sama yang membangkitkan medan magnet. Kekuatan medan magnet sama
dengan jumlah garis-garis gaya magnet, dan berbanding lurus dengan hasil
kali dari jumlah gulungan dalam kumparan dan arus listrik yang melalui
kumparan tersebut.

Gambar 5.5 ; Induktor terhubung sumber tegangan DC


b. Induktansi Bolak-balik
Bila dua kumparan ditempatkan berdekatan satu sama lain dan salah
satu kumparan (L1) diberi arus listrik AC, pada L1 akan terjadi fluks magnet.
Fluk magnet ini akan melalui kumparan kedua (L2) dan akan
membangkitkan emf (elektro motorive force) pada kumparan L2. Efek
seperti ini disebut induksi timbal balik (mutual induction). Hal seperti ini
biasanya kita jumpai pada transformator daya.

Gambar 5.6 ; Induktor terhubung sumber tegangan AC


Cara Menghitung Nilai Induktor
1. Rangkaian Seri Induktor

Rangkaian Seri Induktor adalah sebuah rangkaian yang terdiri dari 2 atau lebih induktor
yang disusun sejajar atau berbentuk seri. Rangkaian Seri Induktor ini menghasilkan nilai
Induktansi yang merupakan penjumlahan dari semua Induktor yang dirangkai secara seri ini.

Gambar 6.1 ; Rangkaian Seri Induktor

Gambar 6.2 ; Rumus Rangkaian Seri Induktor

2. Rangkaian Paralel Induktor


Rangkaian Paralel Induktor adalah sebuah rangkaian yang terdiri 2 atau lebih Induktor
yang dirangkai secara berderet atau berbentuk Paralel.

Gambar 6.3 ; Rangkaian Paralel Induktor

Gambar 6.4 ; Rumus Rangkaian Paralel Induktor


Contoh soal Induktor
1. Dibutuhkan nilai induktansi sebesar 10mH (pada rating arus 2A), Bagaimana cara
menghitung nilai induktor untuk memperoleh nilai yang diharapkan tersebut?

Penyelesaian contoh soal:

Dua buah induktor dengan ukuran masing-masing 20mH bisa dirubah menjadi nilai yang
diharapkan (5mH) dengan perhitungan seperti ini:

L = (L1 x L2) / (L1 + L2)

L = (20mH x 20mH) / (20mH + 20mH)

L = 400mH / 40mH

L = 5mH

Karena kedua induktor yang digabungkan adalah identik, maka saat disambungkan keduanya
mendapat sama rata arus yang mengalir, yaitu 1A dari rating arus sebesar 2A.

2. Tentukan nilai induktansi efektif dari rangkaian sambungan gambar di bawah ini:

Gambar 7.1 ; rangkaian soal

Penyelesaian:

Rangkaian dapat semakin disederhanakan dengan membutuhkan 3 langkah penyelesaian,


yaitu:

L1 dan L2 adalah sambungan seri maka dapat dihitung dengan rumus:

LA = L1 + L2

LA = 20mH + 20mH

LA = 40mH

Rangkaian akan berubah menjadi seperti ini:


Gambar 7.2 ; penyelesaian soal

Nilai LA(hasil penggabungan nilai L1 dan L2) adalah paralel dengan induktor L3 , maka dapat
dihitung dengan rumus berikut ini:

LB = (LA x L3) / (LA + L3)

LB = (40mH x 120mH) / (40mH + 120mH)

LB = 4800mH / 160mH

LB = 30mH

Rangkaian akan berbah menjadi seperti ini:

Gambar 7.3 ; penyelesaian soal

Nilai LB (hasil penggabungan nilai LA dan L3) adalah tersambung seri dengan induktor L4,
maka dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

L = LB + L4

L = 30mH + 40mH

L = 70mH

Maka hasil akhir adalah: dari rangkaian yang terdiri dari beberapa induktor seperti pada
gambar soal di atas dapat digantikan dengan induktor tunggal.

Gambar 7.4 ; penyelesaian soal


Pengujian Komponen Induktor
Berikut ini langkah-langkah pengujian komponen Induktor.
I. Dasar

Tiga langkah dasar bila Basejob atau Kamu mengukur dengan posisi OHM pada
multimeter:

 Putar dan letakan Jangka Pemilih (selektor) pada posisi OHM.


 Pilih salah satu batas ukur ( range ) yaitu x1, x10, 100, x1k, x10k atau x100k.
 Nol secara tepat skala ukur sebelah kanan dengan pengatur nol sebelah kanan (
adjust zero ) hanya untuk multimeter Analog.

II. Pengujian komponen inductor

Dengan alat ukur Ohm meter kita dapat menguji induktor,apakah induktor ini:

 Bagus dimana nilai perlawanan kecil atau besar.


 Putus dimana nilai perlawanan tak terhingga.

Dalam rumah multimeter ( alat-ukur Ohm ) terdapat baterai sebagai sumber-arus alat
ukur,maka:

 Kutub positif baterai berkoneksi dengan lubang negatif alat-ukur ohm.


 Kutub negatif baterai berkoneksi dengan lubang positif alat–ukur ohm.

III. Menguji inductor

Pada multimeter perlu diingat yaitu pada posisi ohmmeter dimana:

 Kabel hitam ( - ) ialah positif baterai ohmmeter.


 Kabel merah ( + ) ialah negatif baterai ohmmeter.

Dengan alat-ukur ohm atau multimeter kita akan mengukur nilai perlawanan induktor.
A. Sesama gulungan:

 Apa bila jarum bergerak maka induktor bagus.


 Apa bila jarum tidak bergerak maka induktor putus.

B. Antar gulungan

 Apa bila jarum tidak bergerak maka induktor bagus.


 Apa bila jarum bergerak maka induktor putus.
 Bila jarum tidak bergerak jauh berarti induktor kemungkinan induktor bocor untuk
lebih akurat pengujian Bocor atau hubung singkat antar kawat emailnya atau antar
gulungan hanya dapat dilihat dengan osiloskop dengan bantuan menginjeksikan
isyarat bentuk blok.
DAFTAR PUSTAKA
http://teknikelektronika.com/pengertian-dan-fungsi-induktor-beserta-jenis-jenis-induktor/

http://eng.unhas.ac.id/elektro/id/news/5-penemu-penemu-di-bidang-teknik-elektro.html

https://www.google.com/search?q=induktor&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahU
KEwj0ka6Lh_XWAhVGoZQKHQ80C40Q_AUICigB&biw=1366&bih=694#imgrc=2kE
fo1DbcCLkGM:

http://bagi-ilmu-elektronika.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-induktor.html

https://www.google.com/search?q=air+core+inductor&source=lnms&tbm=isch&sa=X&v
ed=0ahUKEwig__vRkvXWAhUBuJQKHZFDCGQ_AUICigB&biw=1366&bih=694

https://www.google.com/search?q=Iron+Core+Inductor&source=lnms&tbm=isch&sa=X
&ved=0ahUKEwjR_Yzlk_XWAhWJjZQKHfdZBzYQ_AUICigB&biw=1366&bih=694#
imgrc=p3X1Ad7zzJ9BGM:

http://teknikelektronika.com/rangkaian-seri-dan-paralel-induktor-cara-menghitungnya/

Anda mungkin juga menyukai