Anda di halaman 1dari 145

Rangkaian Elektrik II

BUKU

RANGKAIAN ELEKTRIK II

Oleh :

Ir. HERY PURNOMO, MT

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

1
Rangkaian Elektrik II

KATA PENGANTAR

Buku ini disusun untuk menunjang matakuliah Rangkaian Elektrik II jurusan


Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang .Berdasarkan
pengalaman penulis sebagai Dosen makuliah Rangkaian Elektrik, buku ini
digunakan sebagai buku ajar makuliah penunjang dasar bidang keahlian, baik
Bidang Teknik Energi Elektrik, Teknik Elektronika, Teknik Telekomunikasi,
Bidang Teknik Kontrol maupunTeknik Rekayasa Komputer.
Rangkaian Elektrik II disusun dalam lima bagian, yang memberikan pengertian
analisis rangkaian dalam keadaan peralihan (Transient), khusus nya untuk
rangkaian orde satu dan orde dua dengan penyelesaian dengan persamaan
diferensial dan konsep frekwensi komplek , rangkaian jala-jala kutub dua dan
kutub empat , respons frekwensi
Dalam bab I diuraikan mengenai frekwensi komplek pada bab II dibahas
mengenai respons alamiah dan cara penyelesaiannya.
Pada Bab III dibahas mengenai respons lengkap rangkaian elektrik dengan
analisis menggunakan konsep frekwensi komplek dan analisis persamaan
diferensial.
Bab IV dibahas rangkaian jala-jala kutub dua dan rangkaian kutub empat
dengan parameter impedansi, parameter admitansi, parameter hibrida dan
parameter transmisi
Bab V dibahas mengenai respon frekwensi rangkaian elektrik yang meliputi
frekwensi resonansi, frekwensi potong, lebar jalur dan faktor kwalitas. Pada
buku ini penulis menekankan dasar teori dan contoh persoalan serta soal-soal,
sehingga buku ini dapat digunakan belajar di ruang kuliah maupun digunakan
mahasiswa belajar secara mandiri untuk mempertajam analisis rangkaian
elektrik.
Akhirnya penulis menyadari keterbatasannya sebagai manusia, dan penulis
mohon saran dan kritik demi perbaikan buku ini.

Malang, Mei 2019

2
Rangkaian Elektrik II

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar isi

BAB I. FREKWENSI KOMPLEK

1.1. Persamaan Gelombang eksponensial


1.2. Impedansi Z(s) dan Admitansi Y(s)
1.3. Rangkaian dengan Sumber Tegangan Gelombang Arus Searah
1.4. Rangkaian dengan Sumber Tegangan Gelombang Eksponensial
1.5. Rangkaian dengan Sumber Tegangan Gelombang Sinusoida
1.6. Rangkaian dengan Sumber Tegangan Gelombang Sinusoida Teredam

BAB II. RESPONS ALAMIAH RANGKAIAN ELEKTRIK

2.1. Arus Alamiah Penyelesaian dengan Persamaan Diferensial


2.2. Arus Alamiah Penyelesaian dengan Konsep Frekwensi Komplek
2.3. Tegangan Alamiah Penyelesaian dengan Persamaan Diferensial
2.4. Tegangan Alamiah Penyelesaian dengan Konsep Frekwensi Komplek

BAB III. RESPONS LENGKAP ARUS DAN TEGANGAN

3.1. Rangkaian Elektrik Orde Satu


3.2. Keadaan Awal Dalam Rangkaian Elektrik
3.3. Penyelesaian Dengan Konsep Frekwensi Komplek
3.4. Penyelesaian Dengan Persamaan Diferensial Secara Umum
3.4.1. Rangkaian Elektrik Orde Satu
3.4.2. Rangkaian Elektrik Orde Dua

BAB IV. RANGKAIAN JALA-JALA KUTUB DUA DAN KUTUB EMPAT

4.1. Fungsi Jala-Jala


4.2. Parameter Jala-Jala Kutub Empat
4.2.1. Jala-jala Kutub Empat Dengan Parameter Impedansi
4.2.2. Jala-jala Kutub Empat Dengan Parameter Admitansi

3
Rangkaian Elektrik II

4.2.3. Jala-jala Kutub Empat Dengan Parameter Hibrida


4.2.4. Jala-jala Kutub Empat Dengan Parameter Transmisi
4.3. Hubungan Jala-Jala Kutub Empat
4.3.1. Jala-jala Kutub Empat Hubungan Seri
4.3.2. Jala-jala Kutub Empat Hubungan Paralel
4.3.3. Jala-jala Kutub Empat Hubungan Kaskade
4.4. Konversi Parameter Jala-Jala Kutub Empat

BAB V. RESPONS FREKWENSI

5.1. Bentuk Umum Respons Frekwensi


5.2. Besaran-Besaran Pada Respons Frekwensi

4
Rangkaian Elektrik II

BAB I
FREKWENSI KOMPLEK

Konsep frekwensi komplek, dengan meninjau sebuah fungsi gelombang


sinusoida teredam misalkan tegangan.
Persamaan tegangan yang mempunyai bentuk gelombang sinusoida teredam
dapat ditulis sebagai berikut :
v( t ) = Vm e t cos (t + ) ………….(1)

 − Kons tan ta redaman


 − Kecepa tan sudut

Gambar 1.1 Gelombang sinusoida teredam

Dimana σ adalah kuantitas nyata (riel) dan pada umumnya bernilai negatif,
disebut konstanta redaman, sedangkan (ω) adalah kuantitas imajiner dan
disebut frekwensi sudut.

v( t ) = Vm e t cos (t + )

v( t ) = Re Vm e t cos( t + ) 
Dimana Re adalah bagian riel dari e j( t + ) dan selalu diingat bahwa
gelombang tegangan tersebut adalah bagian nyata, yang selanjutnya notasi
(Re) tidak perlu ditulis dalam persamaan gelombang tegangan. Sehingga
persamaan tegangan menjadi :

v( t ) = Vm e t e j( t +  )
v( t ) = Vm e t e jt e j
v( t ) = Vm e j e (  + j) t
 
v( t ) = Vm e j e (  + j) t
v( t ) = Vm  e (  + j) t

5
Rangkaian Elektrik II

v( t ) = Vm e st ………….. (2)
Dimana :
Vm = Vm   , s =  + j

Dapat dilihat dari persamaan gelombang tegangan, berupa persamaan


gelombang eksponensial, (Vm) adalah nilai fasor tegangan maksimum dan (s)
disebut frekuensi komplek, yang terdiri dari bagian nyata (σ) dan bagian
imajiner (ω). Persamaan gelombang eksponensial persamaan (2) dapat
dituliskan secara umum :

Persamaan tegangan : v(t ) = V0 e


st

Persamaan arus : i(t ) = I0 est

1.1. Persamaan Gelombang Eksponensial


Suatu rangkaian elektrik RLC mendapat respons berbentuk gelombang
eksponensial seperti digambarkan pada gambar 1.2 berikut ini.

Gambar 1.2 Rangkaian RLC dengan sumber tegangan gelombang


eksponensial

Dalam rangkaian elektrik gambar 1.2, misalkan arus yang mengalir mempunyai
persamaan gelombang eksponensial :

i(t ) = I0 est

1). Tegangan pada resistansi (R) dapat dihitung :

v R ( t ) = R i( t )
v R ( t ) = R I0est
v R ( t ) = VR est

Dimana : VR = R I0 ……… (3)


6
Rangkaian Elektrik II

2). Tegangan pada induktansi (L) dapat dihitung :

di
vL (t) = L
dt
d( I0 e st )
vL (t) = L
dt
v L ( t ) = s L I0 e st
v L ( t ) = VL sst

Dimana : VL = s L I0 ……. … (4)

3). Tegangan pada kapasitansi (C) dapat dihitung :

1
C
v c (t) = i dt

1
v c ( t ) =  I0 e st dt
C
I
v c ( t ) = 0  e st d(st )
sC

I0 st
v c (t) = e
sC
v c ( t ) = Vc est

Dimana :
I0
Vc = …………… (5)
sC

1.2. Impedansi Z(s) dan Admitansi Y(s)

Impedansi Z(s) adalah perbandingan antara tegangan dan arus yang


melalui diantara dua terminal, hal ini diperlihatkan pada gambar 1.3 , kebalikan
dari impedansi adalah admitansi Y(s)

V
Z(s) =
I

I
Y(s) =
V
Gambar 1.3 Rangkaian Impedansi

7
Rangkaian Elektrik II

Dari persamaan (3), (4) dan (5) dapat diuraikan sebagai berikut :

Pada Resistansi :

VR
VR = R I0 maka =R
I0

Impedansi untuk resistansi : ZR (s) = R ohm

Pada Induktansi :
VL
VL = s L I0 maka = sL
I0

Impedansi untuk induktansi : ZL (s) = s L ohm

Pada Kapasitansi :
I0 Vc 1
Vc = maka =
sC I0 sC

1
Impedansi untuk kapasitansi : Z C ( s) = ohm
sC

Besarnya impedansi pada resistansi, induktansi dan kapasitansi dapat dilihat


pada tabel 1.1 berikut ini.
Tabel 1.1. Impedansi dan Admitansi

R L C
1
Z(s) R sL sC
1 1
Y(s) sC
R sL

Suatu rangkaian elektrik dengan sumber tegangan berbentuk gelombang


eksponensial, maka unsur rangkaian (R L C) harus dirubah dalam bentuk
impedansi Z(s) atau admitansi Y(s) yang sama perlakuannya seperti pada
resistansi.

8
Rangkaian Elektrik II

1.3. Rangkaian dengan Sumber Tegangan Gelombang Arus Searah


Persamaan tegangan DC murni : v(t) = A (bernilai konstan), seperti
diperlihatkan pada gambar 1.4.

Gambar 1.4 Gelombang Tegangan DC Murni

v( t ) = A
v ( t ) = A e 0. t
v( t ) = V0 e st

Dalam bentuk gelombang eksponensial gelombang DC murni, mempunyai


besaran :
V0 = A dan s = 0 ( = 0 ,  = 0)

Contoh :

Diketahui sumber tegangan v(t) = 100 volt, hitung arus i(t)

10

i Solusi :

+ 5 Sumber tegangan DC murni :


V 2H V0 = 100 , s = 0
-
Impedansi resistansi :
2F
ZR1 = R1 = 10 Ω
10 ZR2 = R2 = 5 Ω
Io

5
Impedansi induktansi :
+
Vo short
ZL= s L= 0x2 = 0 Ω
-
(hubung singkat)
open

Impedansi kapasitansi :
V 100
I0 = 0 = = 10 A ZC =
1
=
1
=
Z R1 10 s C 0.2
Jadi arus sesaat i(t) = 10 A (hubungbuka)

9
Rangkaian Elektrik II

1.4. Rangkaian dengan Sumber Tegangan Gelombang Eksponensial


Persamaan gelombang eksponensial v( t ) = A e t , diperlihatkan
pada gambar 1.5.

Gambar 1.5 Gelombang Tegangan Eksponensial

v( t ) = A e t
v( t ) = V0 e st

Dalam bentuk gelombang eksponensial, mempunyai besaran :

V0 = A dan s = σ (  = 0)

Contoh :

Diketahui arus i( t ) = 10 e A , hitung tegangan sumber (v) serta gambar


3t

gelombang arus dan tegangan ?


8 2H Solusi :
i
Arus eksponensial :
i( t ) = 10 e 3 t A ,
+
V 1/3 F

-
maka V0 = 10, s = 3
Impedansi resistansi :
ZR = 8 Ω
ZR ZL
Impedansi induktansi :
Io
ZL= s L= 3x2 = 6 Ω
+ Impedansi kapasitansi :
ZC
Vo 1 1
- ZC = = =1 
sC 1
3x
3
Z(s) = ZR + ZL + ZC = 8 + 6 + 1
V0 = Z I0
V0 = 15 x 10 = 150 V Z(s) = 15 Ω

Tegangan sesaat : v( t ) = 150 e 3 t V


10
Rangkaian Elektrik II

1.5. Rangkaian dengan Sumber Tegangan Gelombang Sinusoida

Persamaan gelombang sinusoida v( t ) = Vm cos(t + ) , diperlihatkan


pada gambar 1.6.

Gambar 1.6 Gelombang Tegangan Sinusoida

v( t ) = Vm cos(t + )
Dalam bentuk gelombang sinusoida, mempunyai besaran :
V0 = Vm   dan s = j (  = 0)
Contoh :
Diketahui tegangan v(t ) = 20 cos 10t V , hitung arus i(t)
10

i Solusi :

Tegangan sinusoida :
+
V
1H
v( t ) = 20 cos(10t ) V
,
- v( t ) = 20 cos(10t + 00 )
maka V0 = 20  0 dan s = j 10
0

Z(s) = ZR + ZL
ZR = R + sL
Io = 10 + j10 x1
Z(s) = 10 + j10 = 14,14 45 0
+
V0 200 0
Vo ZL I0 = =
- Z(s) 14,1445 0
I0 = 1,41 − 45 0

Jadi arus sesaat : i( t ) = 1,41 cos (10t − 45 ) A


0

11
Rangkaian Elektrik II

1.6. Rangkaian dengan Sumber Tegangan Gelombang Sinusoida Teredam

Persamaan gelombang sinusoida teredam v( t ) = Vm e t cos( t + ) .

Gambar 1.7 Gelombang Tegangan Sinusoida Teredam

v( t ) = Vm e t cos( t + )
Dalam bentuk gelombang sinusoida teredam, mempunyai besaran :

V0 = Vm   dan s =  + j

Contoh :
−3 t
Diketahui tegangan v( t ) = 100 e cos (5t + 30 0 ) V , hitung arus i(t)
8
Solusi :
i

Tegangan sinusoida :
+
V 1H v( t ) = 100 e −3 t cos(5t + 30 0 ) V ,
-
maka
V0 = Vm = 100  30 0 dan s = − 3 + j 5
ZR

Io Z(s) = ZR + ZL
= R + sL
+ = 8 + ( −3 + j5)x1
Vo ZL Z(s) = 5 + j5 = 7,07 45 0
-
V0 10030 0
I0 = =
Z( s) 7,0745 0
I0 = 14,14 − 15 0

Jadi arus sesaat : i( t ) = 14,14 e −3 t cos (5t − 15 0 ) A


12
Rangkaian Elektrik II

Soal-Soal :

1. Pada rangkaian elektrik berikut ini, hitung arus i(t) dan arus ia(t)

1). Apabila sumber tegangan v(t) = 15 V


2). Apabila sumber tegangan v( t ) = 60 e 5 t V

10 5H

i ia
0,2 F
5
+
V

- 6H 8

2. Pada rangkaian elektrik diketahui :

1). Hitung impedansi Z(s)


2). Hitung arus ix(t), apabila tegangan v( t ) = 150 e 3 t V

3). Hitung arus ix(t), apabila tegangan v( t ) = 120 sin (30t + 40 0 ) V

10 10 Ʊ

+
v 2F 2H 2F

-
ix

13
Rangkaian Elektrik II

3. Pada rangkaian berikut, diketahui sumber tegangan :

v 1( t ) = 100 cos( 20t ) V


v 2 ( t ) = 50 sin( 20t + 10 0 ) V

Hitung arus iL(t)

10 5H

iL

+ +

v1 10 H v2
-
-

4. Hitung arus i3(t), apabila :

i1( t ) = 6,40 e −0,2 t cos(100t + 15 0 ) A


i2 ( t ) = 3,75 e −0,2 t sin(100t + 27 0 ) A

i1

i2 i3

+
v

14
Rangkaian Elektrik II

5. Pada rangkaian berikut ini, hitung tegangan pada induktor vL(t), dan
kapasitor vc(t) apabila :

1). Sumber arus i(t ) = 10 cos (2t ) A


2). Sumber arus i( t ) = 10 e − t cos (2t ) A

2 2

+
+
i vC 2F vL 1H
-
-

6. Hitung arus i1(t), i2(t) dan tegangan vL(t)

1). Apabila v(t) = 100 V


2). Apabila v( t ) = 100 cos(5t + 30 0 ) V

3). Apabila v( t ) = 100 e −2 t cos(5t + 30 0 ) V

10

i1
0,1 F
10
+ i2
V
+
- 1H 1H
vL

15
Rangkaian Elektrik II

BAB II
RESPONS ALAMIAH RANGKAIAN ELEKTRIK

Dalam membahas tanggapan (respons) alamiah selalu berhubungan


dengan fungsi eksponensial, selalu diandaikan terdapat suatu rangsangan pada
rangkaian.
Keadaan ini dianalogikan dengan sebuah mobil yang kecepatannya meningkat
secara eksponensial karena gaya yang meningkat secara eksponensial yang
diberikan oleh mesin penggeraknya. Tetapi jika mesin tiba-tiba dimatikan, maka
mobil tidak akan sekaligus berhenti dan mobil akan meluncur dengan
kecepatan yang semakin lama semakin lambat secara eksponensial dan
akhirnya berhenti. Kejadian ini terjadi karena pada bagian yang berputar masih
menyimpan momen inersia (momen kelembaman), yang dilepas pada saat
mesin mobil dimatikan.
Kejadian ini juga terjadi pada rangkaian elektrik yang mengandung unsur
penyimpan tenaga yaitu Induktor dan Kapasitor, jika rangsangan yang
diberikan pada rangkaian tersebut dihilangkan, tenaga yang tersimpan pada
kedua unsur tersebut akan memberikan tanggapan yang berkurang secara
eksponesial sampai seluruh tenaga yang terkandung dalam induktor dan
kapasitor dalam rangkaian tersebut habis.
Tanggapan yang menurun secara eksponensial dalam rangkaian elektrik
tersebut merupakan sifat alamiah dan tanggapannya adalah tanggapan
alamiah (Natural Response). Jadi dalam rangkaian elektrik dikenal tanggapan :

1. Tanggapan alamiah (Natural Response), yaitu tanggapan yang hanya


tergantung dari tenaga (energi dalam) yang disimpan oleh
kapasitor/induktor, serta sifat tanggapan menurun secara eksponensial
dalam rangkaian elektrik.
2. Tanggapan terpaksa (Forced Response), yaitu tanggapan yang terjadi
karena adanya sumber tegangan/arus yang dipaksakan dalam rangkaian
elektrik.
3. Tanggapan lengkap (Complete Response), yaitu tanggapan yang terjadi
dalam rangkaian mulai saat sumber tegangan/arus dihubungkan/dibuka
dalam rangkaian sampai mencapai keadaan normal/tunak(Steady state)

16
Rangkaian Elektrik II

(a) (b)

Gambar 2.1 Kapasitor dan induktor

Gambar 2.1 (a) benda fisik kapasitor, yang dapat menyimpan energi yang dapat
ditampilkan dalam bentuk tegangan
Gambar 2.1 (b) Benda fisik induktor, yang dapat menyimpan energi yang dapat
ditampilkan dalam bentuk arus. Dalam rangkaian elektrik tanggapan alamiah
terdiri dari arus tanggapan alamiah dan tegangan tanggapan alamiah.

2.1. Arus Alamiah Penyelesaian Dengan Persamaan Diferensial

Arus tanggapan alamiah adalah arus yang mengalir pada rangkaian elektrik
apabila sumber tegangan dimatikan, atau merupakan tanggapan tanpa sumber
tegangan.

2.1.1 Arus tanggapan alamiah Rangkaian R L seri.

Sebagai contoh yang sederhana adalah rangkaian RL seri yang dicatu dari
sumber tegangan, kemudian sumber tegangan dimatikan (tanggapan tanpa
sumber V = 0).
Saklar dipindah dari posisi (1) ke posisi (2) yang diperlihatkan pada Gambar
2.2. rangkaian RL seri

Gambar 2.2 Rangkaian RL Seri

17
Rangkaian Elektrik II

Saklar posisi (1) : VR + VL = V

Saklar posisi (2) : vR + vL = 0


di( t )
R i( t ) + L =0
dt
di( t ) R
= − dt
i( t ) L
t t
di( t ) R
0 i(t ) = − L 0 dt
R
Ln i( t ) − Ln i(0) = − t
L

i( t ) R
Ln =− t
i(0) L
R
i( t ) − t
=e L
i(0)

Pada saat t = 0, maka i(0) = I0


R
− t
i( t ) = I0 e L

Arus i(t) adalah arus alamiah yang mengalir dalam rangkaian pada saat
sumber tegangan dimatikan, gelombang arus alamiah dengan bentuk
gelombang eksponensial seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Arus alamiah gelombang eksponensial

18
Rangkaian Elektrik II

2.1.2 Arus tanggapan alamiah Rangkaian R C seri.

Sebagai contoh yang sederhana adalah rangkaian RC seri yang dicatu dari
sumber tegangan, kemudian sumber tegangan dimatikan (tanggapan tanpa
sumber V = 0). Saklar dipindah dari posisi (1) ke posisi (2) yang diperlihatkan
pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Rangkaian RC Seri


Saklar posisi (1) :
vR + v C − v = 0
vR + v C = v
Saklar posisi (2) :
R i( t ) + v C ( t ) = 0
d v C (t)
i( t ) = C
dt
dv ( t )
R C C + v C (t) = 0
dt
dv C ( t ) 1
+ v C (t) = 0
dt RC
1
− t
v C ( t ) = V0 e RC

1
V − t
i( t ) = 0 e RC
R
1
− t
i( t ) = I0 e RC

Arus i(t) adalah arus alamiah yang mengalir dalam rangkaian RC pada
saat sumber tegangan dimatikan, gelombang arus alamiah dengan bentuk
gelombang eksponensial.

19
Rangkaian Elektrik II

2.1.3 Arus tanggapan alamiah Rangkaian R L C seri.

Sebagai contoh yang sederhana adalah rangkaian RLC seri yang dicatu dari
sumber tegangan, kemudian sumber tegangan dimatikan (tanggapan tanpa
sumber V = 0).
Saklar dipindah dari posisi (1) ke posisi (2) yang diperlihatkan pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Rangkaian RLC Seri

Saklar posisi (1) :

vR + vL + v C − v = 0
vR + vL + v C = v
Saklar posisi (2) :
vR + vL + v C = 0

di( t ) 1
R i( t ) + L +  i( t ) dt = 0
dt C
2
di( t ) d i( t ) i( t )
R +L 2 + =0
dt dt C

d2i( t ) d i( t ) i( t )
L + R + =0
dt 2 dt C
d2i( t ) R d i( t ) i( t )
+ + =0
dt 2 L dt LC

Misalkan arus i(t) adalah arus alamiah, maka dapat ditulis :

in =I0 est

20
Rangkaian Elektrik II


d 2 I 0 e st 
+
R d I 0 e st+

I 0 e st
=0
dt 2 L dt LC
R 1
I0 s2 est + I0 s est + I0 est = 0
L LC
R 1
I0 est ( s2 + s + )=0
L LC
R 1
s2 + s + =0
L LC

Apabila dihitung akan diperoleh nilai s1 dan s2 sebagai berikut :

2
R R 1
s1,2 = −    −
2L  2L  LC
1. Apabila :
2
R  1 
   
 2L   LC 

Maka akan diperoleh arus alamiah :

s1 dan s2 bernilai nyata (riel) in ( t ) = In1 + In2

in = I01 es1t + I02 es2t

Apabila digambarkan gelombang arus alamiah, diperlihatkan pada Gambar 2.6


Gelombang sangat teredam (Over Damped)
in

Gambar 2.6 Gelombang Arus Alamiah sangat teredam

2
2. Apabila : R  1 
   
 2L   LC 

s1 dan s2 bernilai imajiner


(komplek sekawan )
21
Rangkaian Elektrik II

2
R R 1
s1 = − +   −
2L  2 L  LC

2
R 1 R
s1 = − + j. −
2L LC  2 L 

2
R R 1
s2 = − −   −
2L  2 L  LC

2
R 1 R
s2 = − − j. −
2L LC  2 L 

Misalkan :
R
 =
2L
2
1 R 
n = −
LC  2 L 

s1 = −  + j n
s2 = −  − j n

Penyelesaian arus alamiah :

in ( t ) = in1 + in2

in (t ) = I01 es1t + I02 es2t

in ( t ) = I01 e (−  + jn ) t + I02 e (−  − jn )t


= I01 e −t e jnt + I02 e −t e − jnt

in ( t ) = I01 e −t (cos n t + j sin n t ) + I02 e − t (cos − n t + j sin− n t )


= e −t (I01 + I02 ) cos n t + j (I01 − I02 ) sin n t 

in ( t ) = e − t A cos n t + B sin n t 

22
Rangkaian Elektrik II

Dari persamaan terlihat penjumlahan dua gelombang sinusoida yang


mempunyai frekuensi sama akan menghasilkan gelombang sinusoida dengan
frekuensi tetap, besar amplitudo berubah dan fasanya bergeser

A cos n t + B sin n t = I0 cos (nt + )


Sehingga arus alamiah sebagai berikut :

in ( t ) = I0 e −  t cos ( n t +  )

Apabila digambarkan gelombang arus alamiah, diperlihatkan pada Gambar 2.7


Gelombang kurang teredam (Under Damped)

in

Gambar 2.7 Gelombang Arus Alamiah Kurang teredam

2
3. Apabila :  R  =  1 
 2L   LC 

s1 = s2

in (t ) = I01 es1t +I02 es2t

s1 mendekati s2 maka :
s2 = s1 + s1

Pada saat s  0, maka : s2 = s1


:

in (t ) = I01 es1t +I02 e( s1+s)t

in (t ) = I01 es1t + I02es1t + I02e( s1 +s)t − I02es1t

23
Rangkaian Elektrik II

in (t ) = ( I01 + I02 )es1t + I02 [e( s1 +s)t − es1t ]

 e( s1t + s ) − es1t 
in ( t ) = ( I01 + I02 )e + I02. s1 
s1t

 s1 

 e( s1t + s ) − es1t 
in ( t ) = A e + B 
s1t

 s 

 e( s1t + s1 ) − e s1t 


in ( t ) = A e + B. lim . 
s1t

 s1 
s1  0

d(es1t )
in ( t ) = A e + B
s1t

ds1
in ( t ) = A es1t + B t es1t
in ( t ) = ( A + Bt ) es1t

Apabila digambarkan gelombang arus alamiah, diperlihatkan pada Gambar 2.8


Gelombang teredam kritis (Critically Damped)

in

Gambar 2.8 Gelombang Arus Alamiah Teredam Kritis

Apabila ketiga gelombang arus alamiah sangat teredam, gelombang arus


alamiah kurang teredam dan gelombang arus alamiah teredam kritis
digambarkan dalam satu salib sumbu terlihat pada gambar 2.9

24
Rangkaian Elektrik II

in

Gambar 2.9 Gelombang arus alamiah

2.2. Arus Alamiah Penyelesaian dengan Frekwensi komplek

v
Z (s) =
i

Z (s) = 0

Apabila impedansi Z(s) sama dengan nol maka terdapat beberapa


kemungkinan arus alamiahnya

in = I0 est

25
Rangkaian Elektrik II

in = I01 es1t + I02 es 2t


Gelombang sangat teredam (Over damp)

in = (A + B t)est

Gelombang teredam kritis (Critical damp)

s 1 = −  + j n
s 2 = −  − j n
in ( t ) = I0 e −  t cos ( n t +  )

Gelombang kurang teredam (Under damp)

Cara menghitung arus alamiah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Dihitung dengan persamaan diferensial, sumber tegangan dimatikan buat


model matematiknya

2. Dihitung dengan frekwensi komplek, sumber tegangan dibuka kemudian


dihitung impedansi kompleknya Z(s) = 0

26
Rangkaian Elektrik II

CONTOH SOAL

1. Pada rangkaian berikut hitung arus alamiah i(t) dengan cara :


1). Dengan penyelesaian Persamaan Diferensial
2). Dengan Frekwensi komplek

10 Ω

i(t)

+
2H
v(t)
-

Solusi :

(1). Penyelesaian dengan PD


10 Ω

+ v R
- i(t)
+

v L
2H
-

 v =0
vR + vL = 0 i( t )
= e −5 t
di ( t ) i(0)
10 i( t ) + 2 =0
dt i( t ) = i(0) e −5 t
di( t )
= − 5 dt i( t ) = I 0 e −5 t A
i( t )
t t
di ( t )
0 i( t ) = − 50 dt
i( t )
Ln = − 5t
i ( 0)

27
Rangkaian Elektrik II

(2). Penyelesaian dengan frekuensi komplek


10 Ω

Z(s) 2s Ω

Z(s) = ZR + ZL
Z(s) =10 + 2 s

Syarat impedansi Z(s) = 0

0 = 10 + 2 s
s=−5
i( t ) = I0 e − 5 t A

3. Pada rangkaian berikut hitung arus alamiah i1(t) dengan cara :


1). Dengan penyelesaian Persamaan Diferensial
2). Dengan Frekwensi komplek

i1

+
2H 2Ω
v(t)
-

Solusi :

(1). Penyelesaian dengan PD


i1

i1 i2
2H 2Ω

28
Rangkaian Elektrik II

di1 di
2 i1 + 2 −2 2 = 0 …………….(1)
Mesh I : dt dt

di1 di
−2 + 2 2 + 2i 2 = 0 ………….. (2)
Mesh II : dt dt
+
2i1 + 2i 2 = 0
Subtitusi persamaan (1) dan (2)

2i1 + 2i 2 = 0
………….. (3)
i 2 = −i1

Subtitusi persamaan (3) ke (1)

di1 d(−i1 )
2 i1 + 2 −2 =0
dt dt
di1
4 + 2i1 = 0
dt

di1
4 + 2i1 = 0
dt
di1 1
= − dt
i1 2

t t
di 1
0 i11 = − 2 0 dt
i1 ( t ) 1
Ln =− t
i1 (0) 2
1
i1 ( t ) − t
=e 2
i1 (0)

1
− t
i1 ( t ) = i1 (0) e 2

1
− t
i1 ( t ) = I 0 e 2
A

29
Rangkaian Elektrik II

(2) Penyelesaian dengan frekuensi komplek

Z(s) 2Ω
2s

2s x 2 2(2s + 2) + 4s
Z(s) = 2 + =
2s + 2 2s + 2
8s + 4
Z(s) =
2s + 2
Syarat Z(s) = 0

8s + 4
0=
2s + 2
8s + 4 = 0
1
s=−
2
1
− t
i1 ( t ) = I0e 2
A

3. Hitung arus alamiah i(t)

(1). Dengan Persamaan Diferensial (PD)


(2). Dengan Frekuensi komplek Z(s)

10 Ω

i(t)

+
v(t) 1H
-

1/9 F

30
Rangkaian Elektrik II

Solusi :

(1) Hitung arus alamiah dengan Persamaan Diferensial


10 Ω

i(t)

1H

1/9 F

 v =0
di 1
dt 1 / 9 
10i + 1. + i. dt = 0

di
10i + + 9 i dt = 0
dt

d d 2i di
 2 + 10 + 9i = 0
dt dt dt

Misalkan :

i = I0est
d2I0 e st dIo e st
2
+ 10 + 9I0 e st = 0
dt dt
I0 e s + 10I0 e s + 9I0 e st = 0
st 2 st

I0 e st (s 2 + 10s + 9) = 0

(s 2 + 10s + 9) = 0
diperoleh : s1 = −9
s 2 = −1

Arus alamiah :

i(t) = I01e−9t + I02e−t

31
Rangkaian Elektrik II

(2) Hitung arus alamiah dengan frekuensi komplek


10 Ω

Z(s) s

9/s
9
Z(s) = 10 + s + =0
s
Syarat Z(s)=0
9
0 = 10 + s + =0
s
s 2 + 10 s + 9 = 0
Diperoleh : s1 = −9
s 2 = −1
Arus alamiah : i(t) = I01e−9t + I02e−t

2.3. Tegangan Alamiah Penyelesaian Dengan Persamaan Diferensial

Tegangan tanggapan alamiah adalah tegangan pada rangkaian elektrik apabila


sumber arus dimatikan, atau merupakan tanggapan tanpa sumber arus

2.3.1 Tegangan tanggapan alamiah Rangkaian R L paralel.

Sebagai contoh yang sederhana adalah rangkaian RL seri yang dicatu dari
sumber tegangan, kemudian sumber tegangan dibuka (arus menjadi nol)

Tanpa sumber (i = 0)

Gambar 2.9 Rangkaian RL Paralel

32
Rangkaian Elektrik II

Saklar posisi (1) :

vR = vL = v
i = iR + iL
Saklar dibuka :

iR + iL = 0
v( t ) 1
+  v( t ) dt = 0
R L
dv( t ) R
+ v( t ) = 0
dt L

Apabila diselesaikan maka akan diperoleh tegangan alamiah

R
− t
v( t ) = V0 e L

2.3.2 Tegangan tanggapan alamiah Rangkaian R C paralel

Saklar posisi (1) :


vR = v C = v
i = iR + iC
Saklar dibuka :

iR ( t ) + iC ( t ) = 0
v C (t) dv ( t )
+C C =0
R dt
dv C ( t ) 1
+ v C (t ) = 0
dt RC

Apabila diselesaikan maka akan diperoleh tegangan alamiah


1
− t
v C ( t ) = V0 e RC

33
Rangkaian Elektrik II

2.3.3 Tegangan tanggapan alamiah Rangkaian RLC paralel

1 i
iL iC iR
+ + + +
V(t) vL L vC C vR R
- - - -

Saklar posisi (1) :

vR = v C = vL = v
i = iR + iC + iL

Saklar dibuka :
iR ( t ) + iC ( t ) + iL ( t ) = 0
v( t ) dv( t ) 1
+C +  v( t ) dt = 0
R dt L

d2 v( t ) 1 dv( t ) 1
C + + v( t ) = 0
dt 2 R dt L

d 2 v( t ) 1 dv( t ) 1
+ + v( t ) = 0
dt 2 RC dt LC

Misalkan : v(t ) = Vo e
st


d2 V0 est
+

1 d V0 est
+
V0 est=0

dt 2 RC dt LC

 1 1 
V0 e st  S 2 + S+ = 0
 RC LC 

1 1
S2 + S+ =0
RC LC

Apabila dihitung akan diperoleh nilai s1 dan s2 sebagai berikut :

2 2
1  1   1 
S1, 2 =    − 
2RC  2RC   LC 

34
Rangkaian Elektrik II

2 2
 1   1 
1. Apabila :    
 2RC   LC 
S1 dan S2 nyata (real), tegangan alamiah : vn (t) = V01 es1t + V02es2t
2 2
 1   1 
2. Apabila :    
 2RC   LC 
s1 = −  + j n
S1 dan S2 komplek sekawan
s2 = −  − j n

Tegangan alamiah : v n ( t ) = V0 e − t cos(n t + )


2 2
 1   1 
3. Apabila :   = 
 2RC   LC 
S1 = S2
Tegangan alamiah : v n ( t ) = ( A + Bt )e st

vn (t) = ( V01 + V02 ) est

2.4. Tegangan Alamiah Penyelesaian Dengan Frekwensi Komplek

1
v= .i
Y( s )

i
Y ( s) =
v

Y (s) = 0
35
Rangkaian Elektrik II

v n = V0 e st

vn = V01 es1t + V02 es 2t

vn = (A + B t)est

s 1 = −  + j n
s 2 = −  − j n

v n ( t ) = V0 e − t cos( n t + )

Cara menghitung tegangan alamiah dapat dilakukan dengan dua


cara, yaitu :

1. Dihitung dengan persamaan diferensial, sumber arus dimatikan (rangkaian


dibuka) buat model matematiknya

2. Dihitung dengan frekwensi komplek, rangkaian dibuka kemudian


dihitung admitansi kompleknya Y(s) = 0

36
Rangkaian Elektrik II

CONTOH SOAL

1. Hitung tegangan alamiah v(t)


(1) Dengan persamaan diferensial
(2) Dengan frekwensi komplek

+
v(t) Vn 2H 2Ω
-

Solusi :

(1) Tegangan alamiah dengan Persamaan diferensial


I1 I1a I2a I2
+ + + +
V1 V1a YA V2a V2
- - - -

I1b I2b
+ +
V1b YB V2b
- -

i = 0
iL + iR = i
iL + iR = 0

1 v
L  v dt + = 0
R
1 v
2  v dt + = 0
2

37
Rangkaian Elektrik II

d 1 dv v
 + =0
dt 2 dt 2
dv
= −dt
v
t t
dv
0 v = − 0 dt
v( t )
Ln =− t
v( 0)
v( t )
= e −t
v( 0)

t t
dv
0 v = − 0 dt
v( t ) = v( 0) e − t
v( t ) = V0 e − t volt

(2). Tegangan alamiah dengan frekwensi komplek

Z(s) 2s 2Ω

I1 I2
+ +
V1 T V2
- -

Syarat admitansi Y(s)=0

38
Rangkaian Elektrik II

2s + 2
0=
8s + 4
2s + 2 = 0
s = −1
I1 I1a I2a I1b I2b I2
+ + + + + +
Tegangan alamiah : V1
-
V1a
-
TA V2a
-
V1b
-
TB V2b
-
V2
-

2. Hitung tegangan alamiah vc(t)


(1). Dengan persamaan diferensial
(2). Dengan frekwensi komplek

10 H

10 Ω

+ +
v(t) vc(t) 10 F 10 Ω
-
-

Solusi :

(1) Penyelesaian dengan PD

i 1 10 H i2 2

10 Ω i3
i1
+
vc(t) 10 F 10 Ω
-

Node 3 sebagai node referensi :


vc(t) = v1(t)

39
Rangkaian Elektrik II

Node 1 : i1 + i2 = i
dv1 1
dt 10 
10 + ( v1 − v 2 )dt = 0
………..(1)
dv 1 1
10 1 +  v1dt −  v 2 dt = 0
dt 10 10

Node 2 : i2 = i3
1 v2
10 
( v − v ) dt =
1 2
10 ……………(2)
1 1 v
10  v1dt −  v 2 dt − 2 = 0
10 10
Subtitusi persamaan (1) dan (2) :

dv1 1 1
10 +  v1dt −  v 2dt = 0
dt 10 10
1 1 v2
10  10 
v 1dt − v 2 dt − =0
10

dv1 v 2
10 + =0
dt 10
dv
v 2 = −100 1
dt

Subtitusi persamaan (3) ke (1)

dv1 1 1
10 +  v1dt −  v 2dt = 0
dt 10 10

d d2 v 1 1
 10 21 + v1 − v 2 = 0
dt dt 10 10
d2 v 1 1 dv
10 21 + v1 − ( −100 1 ) = 0
dt 10 10 dt
d2 v dv 1
10 21 + 10 1 + v1 = 0
dt dt 10

Misalkan : v1 = V0est
40
Rangkaian Elektrik II

d2 V0 e st dV0 e st 1
10 2
+ 10 + V0 e st = 0
dt dt 10
1
10 V0 e st s 2 + 10 V0 e st s + V0 e st = 0
10
1
V0 e st (10s 2 + 10s + ) = 0
10

1
V0 e st (10s 2 + 10s + )=0
10
1
10s 2 + 10s + =0
10
Apabila dihitung diperoleh nilai (s) sebagai berikut :

s1 = − 0,01
s 2 = − 0,99

Tegangan alamiahnya :

v1 ( t ) = V01e − 0,01t + V02 e − 0,99 t volt

41
Rangkaian Elektrik II

BAB III
RESPONS LENGKAP ARUS DAN TEGANGAN

Apabila sumber tegangan dihubungkan ke rangkaian, misalnya dengan


menutup saklar maka semua teori yang telah dibahas terdahulu tidak dapat
menerangkan apa yang terjadi.
Secara umum perilaku suatu rangkaian elektrik dapat diuraikan menurut suatu
persamaan integrodiferensial. Dalam rangkaian elektrik persamaan yang
menguasainya dapat diperoleh dengan menerapkan hukum yang didapatkan
dari berbagai hasil percobaan dengan unsur rangkaian dan kombinasi unsur
rangkaian tersebut dengan memperhitungkan pula sumber tenaga luar dan
sumber tenaga dalam.
Dalam bagian ini akan ditinjau pengaruh yang terjadi pada saat awal suatu
rangkaian elektrik diberi rangsangan dan hubungan pengaruh tersebut dengan
tanggapan terpaksa dan tanggapan alamiah yang telah diuraikan didepan.

3.1. Rangakaian elektrik Orde Satu


Sebagai contoh yang paling sederhana yang terjadi pada rangkaian RL seri
yang dihubungkan ke sumber tegangan searah murni dengan menutup saklar
pada saat t = 0 detik seperti terlihat pada Gambar 3.1. berikut ini. Pada saat
sebelum t = 0 tidak ada arus karena rangkaian elektrik terbuka
Rangkaian dengan sumber tegangan (Penyelesaian lengkap)
Misal sumber tegangan DC :
v(t) = V (konstan)

t=0
i R

+ VR -
+
+
v(t) VL L
-
-

Gambar 3.1 Rangkaian RL Seri

42
Rangkaian Elektrik II

Pada saat t < 0 , saklar keadaan terbuka, kemudian pada saat t = 0


saklar ditutup dan pada saat t > 0 saklar tertutup

 v =0
v( t ) − v R ( t ) − v L ( t ) = 0
di( t )
v( t ) − Ri( t ) − L =0
dt
di( t )
v( t ) − Ri( t ) = L
dt
L di( t )
= dt
v( t ) − Ri( t )

L di
= dt
V (1 − R i)
V
L t di t
 =  dt
V 0 (1 − R i) 0
V

R V
d(1 −
i) x −
L t
V
t
R = dt
 R 
V0 (1 − i) 0

V
L  R 
− Ln1 − i  = t
R  V 

 R  R
Ln1 − i = − t
 V  L

 R 
R
− t
1 − i = e L
 V 
R  − t
R
i( t ) = 1 − e L 
V  
R
V − t
i( t ) = ( 1 − e L )
R
R
V V −L t
i( t ) = − e
R R

43
Rangkaian Elektrik II

V
= if − arus terpaksa
R
R
V −L t
− e = in − arus alamiah
R

Arus Terpaksa

Arus Lengkap

Arus alamiah

Gambar 3.2 Gambar Respons Arus Lengkap

R
V V − t
i( t ) = + ( − e L )
R R
i( t ) = if ( t ) + in ( t )

Penyelesaian lengkap terdiri dari penjumlahan respons terpaksa dan respons


alamiah, apabila digambarkan arus lengkapnya terlihat pada gambar 3.2 mulai
saklar ditutup arus naik perlahan - lahan sampai mencapai keadaan steady
state.
Gejala Peralihan (transient), adalah gejala yang terjadi pada rangkaian elektrik,
pada saat sumber tegangan / arus dihubungkan (saklar ditutup/dibuka) sampai
mencapai keadaan tetap / tunak (steady state)

t=0 (saklar ditutup)

t<0 (saklar terbuka)

t>0 (saklar tertutup)

Gambar 3.3 Rangkaian transien dengan impedansi Z(s)

44
Rangkaian Elektrik II

Respon arus lengkap (Arus total) dapat dituliskan :

it = if + in
Respons tegangan lengkap (Tegangan total) dapat dituliskan :

v t = v f + vn
Respons lengkap terdiri dari respons terpaksa dan respons alamiah. Cara untuk
menghitung respons lengkap dapat dicari dengan dua cara, yaitu : konsep
frekwensi komplek dan persamaan diferensial (PD) secara umum.

3.2. Keadaan Awal dalam Rangkaian Elektrik


Keadaan awal dalam rangkaian elektrik sangat tergantung kepada sejarah
rangkaian elektrik tersebut sebelum saklar tertutup (t = 0-) dan setelah saklar
bekerja (t = 0+)

1. Pada Resistor
Apabila suatu sumber tegangan tiba-tiba dihubungkan dengan terminal
resistor, maka akan mengalir arus yang mempunyai bentuk gelombang yang
sama dan fasa yang sama. Arus dalam resistor akan berubah secara
mendadak jika tegangan dalam resistor berubah secara tiba-tiba.

+ +
v(t) V R
-
-

v = Ri
v
i=
R

45
Rangkaian Elektrik II

2. Pada Induktor

Dalam suatu induktor apabila dihubungkan dengan sumber tegangan


secara mendadak, arus tidak dapat berubah dan mengalir seketika sehingga
induktor itu akan berlaku sebagai rangkaian terbuka (open circuits)

+ +
v(t) V L
-
-

Apabila induktor disuplai dengan sumber DC murni, maka persamaan arus :


t
1
i=
L  v( t ).dt
0
v( t ) = A volt

1
i( t ) =
L  A.dt
0

pada saat t = 0
A A
i( 0) = t = x 0 = 0 ampere
L L

Artinya pada saat saklar ditutup t = 0 , tidak ada arus yang mengalir atau
sama dengan rangkaian terbuka
Apabila suatu arus mengalir pada induktor pada saat saklar ditutup, arus
tersebut akan terus mengalir, sehingga pada saat awal induktor tersebut
dapat diandaikan sebagai sumber arus sempurna

3. Pada Kapasitor
Pada kapasitor telah diketahui bahwa tegangan tidak dapat berubah
secara tiba-tiba . Jika kapasitor yang tidak bermuatan dihubungkan ke sumber
tegangan maka arus akan mengalir, sehingga kapasitor tersebut berperilaku
seperti suatu rangkaian hubung singkat (Short circuits)

46
Rangkaian Elektrik II

+ +
v(t) V
C
-
-

Apabila kapasitor disuplai dengan sumber DC murni, maka akan mengalir


arus.
Persamaan tegangan pada kapasitor
t
1
v( t ) =  i( t ).dt
c 0
i = B ampere

1
v( t ) =
c  B.dt
0

Pada saat t = 0
1 1
v( 0) = B.t = Bx 0 = 0 volt
C C

Artinya pada saat saklar ditutup t = 0 , tidak ada tegangan pada kapasitor
atau sama dengan rangkaian hubung singkat
Apabila terdapat tegangan pada kapasitor pada saat saklar ditutup, tegangan
tersebut akan tetap ada, sehingga pada saat awal kapasitor tersebut dapat
diandaikan sebagai sumber tegangan sempurna
Untuk mempermudah dapat dilihat pada tabel berikut pada saat t=0+
rangkaian ekuivalennya, khusus untuk rangkaian elektrik yang mendapat
sumber tegangan DC murni.
Rangkaian ekuivalen atau setara pada saat t = 0+ sebagai syarat awal
diperlihatkan pada tabel 3.1. berikut ini.

47
Rangkaian Elektrik II

Tabel 3.1. Rangkaian ekuivalen keadaan awal t = 0+

Keadaan awal dalam rangkaian tergantung dari sejarah rangkaian


elektrik, bagaimana bentuk rangkaian, pernah dihubungkan dengan sumber
atau tidak, kapasitor bermuatan atau tidak dan induktor pernah dialiri arus
atau tidak

3.3. Penyelesaian dengan Konsep Frekwensi Komplek

Dalam menyelesaikan respon arus maupun tegangan secara lengkap


dapat diselesaikan dengan dua cara, yaitu konsep frekuensi komplek dan
persamaan diferensial secara umum.
Konsep frekwensi komplek caranya pertama menghitung respon terpaksa,
kedua respon alamiah dan ketiga menentukan syarat awal dalam rangkaian
elektrik.

CONTOH SOAL

1. Pada rangkaian elektrik berikut ini


(1). Hitung arus lengkapnya/arus transien
(2). Gambarkan gelombang arusnya
48
Rangkaian Elektrik II

t=0
10 Ω

+
50 V 5H
-

Solusi :
i t = i f + in
1) . Arus terpaksa (if)
10 Ω

+
5s Ω
50 V
-

V(t) = 50 V, V0 = 50 , s = 0

Z = R + ZL = 10 + 5s
Z = 10 + 5x0 = 10

2) . Arus alamiah (in)

Z(s) = R + ZL
Z(s) = 10 + 5s
10 Ω

Z(s)
5s Ω

Syarat impedansi Z(s) = 0, maka :

49
Rangkaian Elektrik II

10 s + 5 = 0
5
s = − = − 0,50
10
Arus alamiah :
in =I0e−0,5t
Arus lengkapnya :
it = if + in
it = 5 + I0e − 0,5t

3) . Syarat awal pada t = 0+


Pada t = 0, maka :
i 10 Ω
i=0
0 = 5 + I0 e − 0,5 x 0
0 = 5 + I0
+
50 V
-
I0 = −5
it = 5 + ( −5)e − 0,5t
it = 5 − 5e − 0,5t A
Gambar gelombang arus lengkap/total sebagai berikut :

if
5

it

0 t
in

-5

50
Rangkaian Elektrik II

2. Pada rangkaian berikut ini.


(1). Hitung arus i1(t) dan i2(t)
(2). Hitung tegangan vL(t)

t=0

i1 i2
+
+
12 V vL 2H 2Ω
-
-

Solusi :

Arus lengkap :

i1t = i1f + i1n


i 2 t = i 2 f + i 2n
1) . Arus terpaksa (i1f daqn i2f)

V(t) = 12 V, Vo =12 dan s=0

ZL = sL= 0x2= 0 Ω

i1f i2f

+
ZL=0 2Ω
12 V
-

12
i1f = =6 A
2
i2 f =0 A

51
Rangkaian Elektrik II

2. Arus alamiah (i1n dan i2n)

Z(s) 2s Ω 2Ω

2s x 2 2( 2s + 2) + 4s
Z(s) = 2 + =
2s + 2 2s + 2
8s + 4
Z(s) =
2s + 2

Syarat impedansi Z(s) = 0

8s + 4
0=
2s + 2
8s + 4 = 0
1
s=−
2

Arus alamiah :
1
− t
i1n ( t ) = I01e 2
A
1
− t
i 2n ( t ) = I02 e 2
A

Arus lengkap :

1
− t
i1t = i1f + i1n = 6 + I01e 2

1
− t
i2 t = i2 f + i2n = 0 + I02e 2 …………..(1)

52
Rangkaian Elektrik II

3). Syarat awal pada t = 0+



I1 I2

12 V

-

Pada saat t=0+ maka besarnya arus :


12
i1 = i2 = = 3 A …………(2)
2+2
Subtitusi persamaan (1) dan persamaan (2)
1
− x0
3 = 6 + I01e 2

3 = 6 + I01
I01 = −3
1
− t
i1t = 6 − 3e 2
A
1
− t
i2 t =I02 e 2

1
− x0
3 = I02 e 2

I02 = 3
1
− t
i2 t = 3e 2
A
1 1
− t − t
Besarnya tegangan : v L ( t ) = 2xi 2 t = 2x3e 2
= 6e 2
V

3. Hitung arus lengkapnya dan Gambarkan gelombang arusnya


t=0
10 Ω

+
v(t) 1H
-
Vc
- +

1/9 F

Diketahui : Sumber tegangan v(t) = 12 volt, sebelum saklar ditutup


Kapasitor bertegangan Vc = 2 volt
53
Rangkaian Elektrik II

Solusi :

Arus lengkap :
i( t ) = if + in

1). Arus terpaksa (if)

V(t) = 12, Vo=12, s = 0

ZL = s L = 0 x1 = 0 
1 1
ZC = = =
sC 0 x1 / 9

10 Ω

+
v(t) ZL=0
-

Zc= ∞

Arus terpaksa if = 0 A

2). Arus alamiah (in)

10 Ω

Z(s)

9/s Ω

9
Z(s) = 10 + s +
s

Syarat impedansi Z(s) = 0


9
0 = 10 + s +
s
s + 10s + 9 = 0
2

54
Rangkaian Elektrik II

Dari hasil perhitungan diperoleh :


s1 = −1
s 2 = −9
Arus alamiahnya .
in = I01e− t + I02e− 9t

Arus lengkapnya :
i( t ) = if + in
i( t ) = 0 + I01e − t + I02 e − 9 t
i( t ) = I01e − t + I02 e −9 t ............(1)

3). Syarat awal pada t = 0+


t = 0+
10 Ω

i(t)

+
12 V
Open circuit
-
Vc = 2 V
- +

Pada saat t=0+ arus yang mengalir i(t) = 0 ………(2)

Subtitusi persamaan (1) dan (2)


i( t ) = I01e − t + I02 e −9 t
0 = I01e −1x 0 + I02 e −9 x 0
0 = I01 + I02 ............(3)

Turunan dari persamaan (1)


di( t )
= −I01e − t − 9I02 e −9 t ..........( 4)
dt

55
Rangkaian Elektrik II

10 Ω

i(t) + -
vR
+
+
vL 1H
12 V
-
vC
-
- +

1/9 F

v R + v L + v C = 12
di( t )
10 i( t ) + 1. + v C = 12
dt
di( t )
= 12 − 10 i( t ) − v C
dt
pada saat t = 0
di( t )
= 12 − 10 x 0 − 2
dt
di( t )
= 10 ..............(5)
dt

Subtitusi persamaan (4) dan (5) pada saat t = 0


10 = −I01e −1x 0 − 9I02 e −9 x 0
10 = − I01 − 9I02 ...............(6)

Dari persamaan (3) dan (6)


0 = I01 + I02
10 = − I01 − 9I02

Apabila dihitung diperoleh :


I01 = 1,25
I02 = −1,25

Arus lengkapnya :
i( t ) =1,25 e − t − 1,25 e −9 t A

56
Rangkaian Elektrik II

Gambar gelombang arus lengkap/total sebagai berikut :

1,25

in1

it

0
t
in2

i( t ) =1,25 e − t − 1,25 e −9 t A

-1,25

4. Hitung arus lengkapnya dan Gambarkan gelombang arusnya

t=0 5H
4.
i

+
20 V 10 Ω 0,01F
-

Solusi :

i( t ) = if + in

1). Arus terpaksa (if)

V(t) = 20, Vo=20, s = 0

ZL = s L = 0x5 = 0 
1 1
ZC = = =
sC 0x 0,01

57
Rangkaian Elektrik II

ZL=0 Ω

+
20 V ZC = ∞ Ω
10 Ω
-

20
if = =2 A
10

2). Arus alamiah (in)

5s Ω

Z(s) 10 Ω 100/s Ω

100
10 x
Z(s ) = 5s + s
100
10 +
s

1000
Z( s ) = 5s + s
10s + 100
s
1000
= 5s +
10s + 100

5s(10s + 100 ) + 1000


Z( s ) =
10s + 100
50s 2 + 500s + 1000
Z( s ) =
10s + 100

58
Rangkaian Elektrik II

Syarat Z(s) =0

50s 2 + 500s + 1000


0=
10s + 100
0 = 50s + 500s + 1000
2

Diperoleh nilai s1 dan s2 :

s1 = −2,76
s 2 = −7,24

Arus alamiahnya :
in = I01e− 2,76t + I02e− 7,24t

Arus lengkapnya :

i( t ) = if + in
i( t ) = 2 + I01e −2,76 t + I02 e − 7,24 t ............ (1)

3). Syarat awal pada t=0+

+
20 V 10 Ω
-

Pada saat t = 0+, maka arus i = 0 ….(2)


Subtitusi persamaan (1) dan (2) :

0 = 2 + I01e −2,76 x 0 + I02 e − 7,24 x 0


0 = 2 + I01 + I02 ................(3)

Turunan dari persamaan (1)


di( t )
= 0 − 2,76 I01e − 2,76 t − 7,24 I02 e −7,24 t ..........( 4)
dt

59
Rangkaian Elektrik II

5H

i + -
vL
iR iC
+ +
20 V I 0,01F
vR 10 Ω
-
-

Pada mesh I :
v L + v R = 20
di
5 + 10 iR = 20
dt
di
5 + 10(i − iC ) = 20
dt

di
5 + 10(i − iC ) = 20
dt
di
= 4 − 2i + 2iC
dt
Pada saat t = 0 , maka diperoleh :

di
= 4 − 2i + 2iC
dt
di
= 4 − 2x 0 + 2x 0
dt
di
= 4 ...............(5)
dt

Subtitusi persamaan (4) dan (5), pada saat t=0

4 = −2,76 I01e − 2,76 x 0 − 7,24 I02 e −7,24 x 0


4 = −2,76 I01 − 7,24 I02 ............(6)

Subtitusi persamaan (3) dan (6)


− 2 = I01 + I02
4 = −2,76 I01 − 7,24 I02

60
Rangkaian Elektrik II

Diperoleh nilai I01 dan I02 :


I01 = −2,34
I02 = 0,34

Arus lengkap :

i( t ) = 2 − 2,34e −2,76 t + 0,34e − 7,24 t A


Gambar gelombang arus lengkap/total sebagai berikut :
i

it
if
2

0,34 in2

0
t
in1

-2,3

3.4. Penyelesaian dengan Persamaan Diferensial secara Umum

Penyelesaian dengan persamaan diferensial terdiri dari persamaan

diferensial rangkaian orde satu dan persamaan diferensial rangkaian

orde dua.

3.4.1. Rangkaian Elektrik Orde satu

Persamaan diferensial orde satu secara umum dapat dituliskan

sebagai berikut :
dx( t )
+ a x( t ) = f ( t )
dt
x(t) – respons arus/respons tegangan

f (t) - sumber tegangan./ sumber arus

61
Rangkaian Elektrik II

Penyelesaian arus / tegangan lengkapnya merupakan penjumlahan


solusi partikuler (respons terpaksa) dengan solusi komplementer
(respons alamiah), yang ditunjukkan oleh persamaan berikut :

x(t) = xp (t ) + xc (t)

Keterangan :

xp(t) – Particular integral solution/solusi partikular


(forced response)

xc(t) – Complementary solution/solusi komplementer


(natural response)

1. Solusi partikuler :

Penyelesaian untuk menghitung respons terpaksa, dengan


persamaan sebagai berikut.

dx p ( t )
+ a xp (t) = f (t)
dt

2. Solusi komplementer :
Penyelesaian untuk menghitung respons alamiah dengan
memasukkan sumber tegangan atau sumber arus sama dengan nol,
dengan persamaan sebagai berikut.

dx c ( t )
+ a xc (t) = 0
dt
Contoh secara umum untuk rangkaian orde satu dengan sumber
tegangan DC murni.
Misalkan f(t) konstan : f(t) = A (sumber DC murni)
Persamaan orde satu secara umum :
i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5 H
- -

1). Solusi partikuler :


i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5 H
- -

62
Rangkaian Elektrik II

Karena sumber f(t) konstan , maka xp(t) juga konstan


i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5 H
- -

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5 H
- -

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5 H
- -

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5H
- -

2). Solusi komplementer:


i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5 H
- -

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5H
- -

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5H
- -

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5 H
- -

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5 H
- -

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5 H
- -

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5H
- -

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5 H
- -

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5 H
- -

63
Rangkaian Elektrik II

PROBLEM

1. Hitung arus lengkapnya i(t), dengan Persamaan Diferensial

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5H
- -

Diketahui : Sumber tegangan v(t) = 50 volt

Solusi :

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
+
50 V VL 5H
- -

v = 0
v R + v L = 50
di( t )
10i( t ) + 5 = 50
dt
di(t )
+ 2 i(t ) = 10
dt
Karena sumber tegangan DC murni dapat dihitung langsung dengan
rumus :
A
x( t ) = + K 2 e −at
a

10
i(t ) = + I0 e −2t
2

i(t) = 5 + I0 e −2t
64
Rangkaian Elektrik II

Syarat awal dalam rangkaian pda saat t = 0+

i(t) 10 Ω

+ VR -

+
50 V
-

Pada saat t = 0+ maka arus i(t) = 0 (rangkaian terbuka)

0 = 5 + I 0 e −2 .0
0 = 5 + I0
I0 = − 5
Arus lengkapnya :
i( t ) = 5 − 5 e −2 t

2. Hitung arus i1(t) dengan Persamaan Diferensial

i1 i2

+
12 V 2H 2Ω
I
- II

Solusi :

i1 i2

+
12 V 2H 2Ω
I
- II

65
Rangkaian Elektrik II

Mesh I :
di1 ( t ) di ( t )
2i1 (t ) + 2 − 2 2 = 12 ……….…(1)
dt dt

Mesh II :

di1 (t ) di (t )
−2 + 2 2 + 2i 2 ( t ) = 0 ……………(2)
dt dt

Subtitusi persamaan (1) dan persamaan (2) :

2i1 ( t ) + 2i 2 ( t ) = 12
……………….(3)
i2 ( t ) = 6 − i1( t )

Subtitusi persamaan (3) dan persamaan (1)

di1 (t ) d [6 − i1 (t )]
2i1 (t ) + 2 −2 = 12
dt dt

di1 ( t ) di ( t )
2i1 ( t ) + 2 + 2 1 = 12
dt dt

di1 ( t )
4 + 2i1 ( t ) = 12
dt

di1( t ) 1
+ i1( t ) = 3
dt 2

3
i1( t ) = + I0e − 0,5 t
0,5

i1 (t) = 6 + I0 e−0,5t …………….(4)

66
Rangkaian Elektrik II

Syarat awal pada saat t = 0+


I1 I2

12 V

-

Pada saat t = 0+ maka besarnya arus :


12
i1 = =3 A …………(5)
2+2
Subtitusi persamaan (5) dan persamaan (4)

3 = 6 + I01e −0,5 x 0
3 = 6 + I01
I01 = −3
i1 ( t ) = 6 − 3e −0,5 t A

3. Hitung arus lengkapnya i(t) dengan PD


10 Ω

(1)

+
iL
20 V
-

10 Ω

(1)

+
iL
20 V
-

Saklar dipindah dari posisi (1) ke Posisi (2) pada saat t = 0 detik.

67
Rangkaian Elektrik II

Solusi :

1). Keadaan saklar pada posisi (1), keadaan steady state dengan sumber
tegangan DC murni :
V1(t) = 20, maka : Vo = 20 dan s = 0
ZL = s L= 0 x 5 = 0 ohm
10 Ω

(1)

+
iL
20 V
-

Arus yang lewat induktor IL = 20/10 = 2 A (arus yang lewat induktor


dapat digunakan sebagai syarat awalnya)

2). Keadaan saklar pada posisi (2), mendapat tegangan dengan gelombang
sinusoida
10 Ω
(2)
i(t)

+
5H
V2(t)
-

v 2 ( t ) =10 sin ( 2t )
V20 = 1000
s = j2

di(t )
10i(t ) + 5 = 10 sin 2t
dt
68
Rangkaian Elektrik II

di( t )
+ 2i( t ) = 2 sin 2t
dt

1). Solusi partikuler

dip ( t )
+ 2ip ( t ) = 2 sin 2t
dt
dip ( t )
+ 2ip ( t ) = 200 e j 2 t
dt
Misalkan arus partikulernya : ( Karena sumber tegangan gelombang
eksponensial)

ip (t ) = I0 e j2t

d(I0  e j2 t )
+ 2I0 e j2 t = 200 e j2 t
dt
I0  e j2 t .j 2 + 2I0 e j2 t = 200 e j2 t

I0  e j 2 t ( j 2 + 2) = 20 0 e j 2 t

I0  e j 2 t ( 2 2 450 ) = 20 0 e j 2 t
2 2 I0 ( + 450 ) e j 2 t = 20 0 e j 2 t

2 2 I0 ( + 450 ) = 20 0


1
2 2 I0 = 2, maka :I0 =
2
 + 450 = 0, maka :  = −450
1
ip ( t ) = I0  e j 2 t =  − 450 e j 2 t
2
1
ip ( t ) = sin( 2t − 450 ) ………………..(1)
2

69
Rangkaian Elektrik II

2). Solusi Komplementer.

diC ( t )
+ 2iC ( t ) = 0
dt
diC ( t )
= −2dt
iC ( t )
t t
di ( t )
0 iCC(t ) = −2 0 dt
Ln iC ( t ) − Ln iC (0) = − 2 t
iC ( t )
Ln = − 2t
iC ( 0 )
iC ( t )
= e− 2t
iC ( 0 ) …………………..(2)
− 2t
iC ( t ) = IC0 e

i( t ) = ip ( t ) + iC ( t )
1
i( t ) = sin( 2t − 450 ) + IC0 e − 2 t ………………….(3)
2
1. Syarat awal pada saat t = 0+ (arus yg mengalir pada induktor I L= 2 A)

10 Ω
(2)
i(t)

10 sin (2t) 2A
-

Pada saat t = 0+, maka : i(t) = 2 ………………(4)


Subtitusi persamaan (4) dan persamaan (3) :

1
2= sin( 2 x 0 − 450 ) + IC 0 e − 2 x 0
2
1
2= sin ( −450 ) + IC 0
2

70
Rangkaian Elektrik II

1 1
2= x− + IC 0
2 2
1
IC 0 =2
2
Besarnya arus lengkapnya :
1 1
i( t ) = sin( 2t − 450 ) + 2 e − 2 t A
2 2
Apabila Sumber tegangan berbentuk gelombang sinusoida, maka
penyelesaian partikuler ada 2 cara :

Solusi partikuler (respons terpaksa)

1. Diselesaikan dengan bentuk persamaan gelombang sinusoida. misalkan :


10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

2. Diselesaikan dengan mentransformasikan gelombang sinusoida ke bentuk


gelombang eksponensial, misalkan :
10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

Rumus penting :
10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

71
Rangkaian Elektrik II

3.4.2. Rangkaian Elektrik Orde Dua


Persamaan diferensial orde dua secara umum dapat dituliskan
sebagai berikut :
10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

x(t) – respons arus / respons tegangan

f (t) - sumber tegangan./ sumber arus

Penyelesaian arus / tegangan lengkapnya merupakan penjumlahan


solusi partikuler (respons terpaksa) dengan solusi komplementer
(respons alamiah), yang ditunjukkan oleh persamaan berikut :

10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

1). Solusi partikuler :


Penyelesaian untuk menghitung respons terpaksa, dengan
persamaan sebagai berikut.

10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

2). Solusi komplementer :

Penyelesaian untuk menghitung respons alamiah dengan


memasukkan sumber tegangan atau sumber arus sama dengan nol,
dengan persamaan sebagai berikut.

10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

Untuk menyelesaikan solusi komplementer misalkan :


10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

72
Rangkaian Elektrik II

CONTOH SOAL

1. 1. Hitung arus lengkap i(t), dengan PD, gambarkan gelombang arusnya

10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F
Diketahui : Sumber tegangan v(t) = 12 volt, sebelum saklar ditutup
kapasitor bertegangan Vc = 2 volt

Solusi :
10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1H
12 V
-
Vc -
- +

1/9 F

v = 0
v R + v L + v C = 12
di( t ) 1
10i( t ) + 1. +  i( t ) dt = 12 ……………..(1)
dt 1/ 9
Turunan dari persamaan (1) :

di( t ) d2i( t )
10 + + 9 i( t ) = 0
dt dt 2

d2i( t ) di( t )
+ 10 + 9 i( t ) = 0
dt 2 dt

73
Rangkaian Elektrik II

1). Solusi partikuler.

d2ip ( t ) dip ( t )
+ 10 + 9 ip ( t ) = 0
dt 2 dt
Karena sumber tegangan f(t) = 0, maka :

ip (t ) = 0
2). Solusi komplementer

d 2i C ( t ) di ( t )
2
+ 10 C + 9 ic ( t ) = 0
dt dt
Misalkan arus alamiah :

iC (t) = I0est

d2 (I0 est ) d(I0 est )


2
+ 10 + 9 (I0 est ) = 0
dt dt
I0 e s + I0 e 10s + 9I0 est = 0
st 2 st

I0 e st ( s 2 + 10s + 9) = 0
( s 2 + 10s + 9) = 0
s1 = −9
s2 = −1
Arus komplementer/arus alamiah :

iC (t) =I01e−9t + I02e−t

i(t) = ip (t) + iC (t)

i(t) = 0 + I01e−9t + I02e−t

i(t ) =I01e−9t + I02e−t ………………(2)

74
Rangkaian Elektrik II

3). Syarat awal pada saat t = 0+


10 Ω

i(t) Pada saat t = 0 , maka :

+
i(t) = 0 ………….(3)
12 V
-
Vc= 2 V
- +

Subtitusi persamaan (3) dan persamaan (2) :

0 = I01e −9 x 0 + I02 e −1x 0


…………… (4)
0 = I01 + I02

Turunan arus terhadap waktu untuk persamaan (2) :

di(t )
= − 9 I01e− 9t − I02 e− t …………….(5)
dt
Pada persamaan (1) :

di(t ) 1
1/ 9 
10i(t ) + 1. + i(t ) dt = 12
dt

di(t ) 1
1/ 9 
. = 12 − 10i(t ) − i(t ) dt
dt

di(t )
= 12 − 10i(t ) − VC
dt
Pada saat t = 0 , maka diperoleh :

di( t )
= 12 − 10x0 − 2 = 10 ……………(6)
dt
Subtitusi persamaan (5) dan persamaan (6) pada saat t = 0

10 = − 9 I01e −9 x 0 − I02 e −1x 0


10 = − 9 I01 − I02 …………………(7)

75
Rangkaian Elektrik II

Subtitusi persamaan (4) dan persamaan (7) :

0 = I01 + I02
10 = − 9 I01 − I02

Diperoleh :
I01 = − 1,25
I02 =1,25

Besarnya arus lengkapnya :

i( t ) = − 1,25 e −9 t + 1,25 e − t
i( t ) = 1,25 e − t − 1,25 e −9 t

Gambar gelombang arus sebagai berikut :

1,25

in1

it

0
t
in2
i( t ) = 1,25 e − t − 1,25 e −9 t

-1,25

2. Hitung arus i(t), pada t >0 dengan PD

t=0 5H

i(t)

+
20 V 10 Ω 0,01F
-

76
Rangkaian Elektrik II

Solusi :

5H

i(t)

+
10 Ω
20 V I II 0,01F
-
i1(t)
i12(t)

Mesh I :
di1 (t )
5 + 10 i1 (t ) − 10i2 (t ) = 20 ………………..(1)
dt

Mesh II :

1
0,01 
− 10 i1 ( t ) + 10i2 ( t ) + i2 ( t )dt = 0 …………..(2)

Subtitusi persamaan (1) dan persamaan (2) :

di1 (t ) 1
0,01 
5 + i2 ( t ) = 20 …………………….(3)
dt
Turunan dari persamaan (3), diperoleh :

d2i1 ( t )
5 + 100 i2 ( t ) = 0
dt 2
………………….(4)
1 d2i1 ( t )
i2 ( t ) = −
20 dt 2
Sunbtitusi persamaan (4) ke persamaan (1) :

di1 ( t ) 1 d2i1 ( t )
5 + 10 i1 ( t ) − 10 x − = 20
dt 20 dt 2
d2i1 ( t ) di1 ( t )
0,50 + 5 + 10 i1 ( t ) = 20
dt 2 dt

d2i1 ( t ) di ( t )
2
+ 10 1 + 20 i1 ( t ) = 40
dt dt
77
Rangkaian Elektrik II

1). Solusi partikuler.

d2i1p ( t ) di1p ( t )
2
+ 10 + 20 i1p ( t ) = 40
dt dt
Karena sumber tegangan konstan f(t) =40, maka arus partikuler juga
bernilai konstan, misalkan i1p(t) = K

d2 (k ) d(k )
+ 10 + 20 (k ) = 40
dt 2 dt
20k = 40
k =2
Jadi besarnya arus terpaksa :
i1p (t ) = 2

2). Solusi komplementer

d2i1C ( t ) di1C ( t )
+ 10 + 20 i1C ( t ) = 0
dt 2 dt
Misalkan :

i1C (t) = I0est

d2 (I0 e st ) d(I0 e st )
2
+ 10 + 20 (I0 e st ) = 0
dt dt
I0 e st s 2 + 10I0 e st s + 20 I0 e st = 0

I0 e st ( s 2 + 10s + 20 ) = 0
I0 e st ( s 2 + 10s + 20 ) = 0

(s 2 + 10s + 20 ) = 0

Dari hasil perhitungan diperoleh :

s1 = −2,76
s2 = −7,24

78
Rangkaian Elektrik II

Arus komplementer :

i1C ( t ) = I01e −2,76 t + I02 e −7,24 t


i( t ) = i1 ( t ) = i1p ( t ) + i1C ( t )

i( t ) = 2 + I01e −2,76 t + I02 e −7,24 t ………………(5)

3). Syarat awal pada saat t = 0+

i(t)

+
20 V 10 Ω
-

Pada saat t= 0+, maka , Arus i(t) = 0

Dari persamaan (5), diperoleh.

0 = 2 + I01e −2,76 x 0 + I02 e −7,24 x 0


……………..(6)
0 = 2 + I01 + I02

Turunan persamaan (5) diperoleh :

di(t )
= − 2,76 I01e − 2,76 t − 7,24 I02 e − 7,24 t …………..(7)
dt
Persamaan (1)

di1 (t )
5 + 10 i1 (t ) − 10i2 (t ) = 20
dt

di1 (t )
= 20 − 10 i1 (t ) + 10i2 (t )
dt
Pada saat t = 0 :

di1(t )
= 20 − 10 x0 + 10x0 = 20 ……………….(8)
dt

79
Rangkaian Elektrik II

Subtitusi persamaan (7) dan (8) pada saat t = 0

20 = − 2,76 I01e −2,76 x 0 − 7,24 I02 e −7,24 x 0


20 = − 2,76 I01 − 7,24 I02 ………………….(9)

Subtitusi persamaan (6) dan persamaan (9)

0 = 2 + I01 + I02
20 = − 2,76 I01 − 7,24 I02
Diperoleh :

I01 = 1,23
I02 = − 3,23

i( t ) = 2 + 1,23 e −2,76 t − 3,23 e −7,24 t

3. Hitung arus i(t) untuk t > 0, dengan sumber tegangan :

v(t ) = 5 sin(10t )

10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1H
V(t)
-
Vc -
- +

1/9 F

Diketahui : i (0) = 5 A pada saat t = 0


10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1 H
V(t)
-
Vc -
- +

1/9 F

80
Rangkaian Elektrik II

Solusi :
10 Ω

i(t) + VR -
+
+
VL 1H
V(t)
-
Vc -
- +

1/9 F

v(t ) = 5 sin(10t )

v R + v L + v C = v( t )
di( t ) 1
10i( t ) + 1. +  i( t ) dt = 5 sin(10t ) ……(1)
dt 1/ 9
Turunan dari persamaan (1)

di( t ) d2i( t )
10 + + 9 i( t ) = 5x10 cos(10t )
dt dt 2

d2i( t ) di( t )
2
+ 10 + 9 i( t ) = 50 cos(10t )
dt dt

1). Solusi partikuler

d2ip ( t ) dip ( t )
+ 10 + 9 ip ( t ) = 50 cos(10t )
dt 2 dt
Ditransformasikan kebentuk eksponensial :

d2ip ( t ) dip ( t )
2
+ 10 + 9 ip ( t ) = 500 e j10 t
dt dt
Karena sumber tegangan berbentuk gelombang eksponensial,
dimisalkan aru partikuler juga berbentuk eksponensial:

ip (t ) = I0 e j10 t

81
Rangkaian Elektrik II

d2 (I0  e j10 t ) d(I0  e j10 t )


2
+ 10 + 9 (I0  e j10 t ) = 500 e j10 t
dt dt

I0  e j10 t ( j10)2 + 10 I0  e j10 t ( j10) + 9 I0  e j10 t = 500 e j10 t

{ I0  ( j10)2 + 10 I0  ( j10) + 9 I0  }e j10 t = 500 e j10 t


{ I0  ( j10)2 + 10 I0  ( j10) + 9 I0  }e j10 t = 500 e j10 t

{ I0  [ ( −100) + ( j100) + 9 I0 ] }e j10 t = 500 e j10 t


I0  [ − 99 + j100 ] = 500

I0  [ 135,20 − 47,46 ] = 500


135,20 I0  − 47,46 ] = 500

135,20 I0 = 50
I0 = 0,369
 − 47,46 = 0
 = 47,460

Sehingga diperoleh :

ip ( t ) = 0,36947,460 e j10 t
ip ( t ) = 0,369 cos(10t + 47,460 )

2). Solusi Komplementer

d 2iC ( t ) diC ( t )
+ 10 + 9 iC ( t ) = 0
dt 2 dt
Misalkan :
iC (t) = I0est
d2I0 e st dIo e st
2
+ 10 + 9I0 e st = 0
dt dt
I0 e s + 10I0 e s + 9I0 e st = 0
st 2 st

I0 e st (s 2 + 10s + 9) = 0

82
Rangkaian Elektrik II

(s 2 + 10s + 9) = 0
diperoleh : s1 = −9
s 2 = −1
Arus alamiah :

i(t) = I01e−9t + I02e−t

i(t ) = ip (t ) + iC (t )

i( t ) = 0,369 cos(10t + 47,46 0 ) + I01e −9 t + I02 e − t ………………(5)

3). Syarat awal pada saat t=0+

Diketahui i (0) = 5 A pada saat t = 0

di
= 0 pada saat t = 0
dt

5 = 0,369 cos(10 x 0 + 47,46 0 ) + I01e −9 x 0 + I02 e −1x 0


5 = 0,369 cos 47,46 0 + I01 + I02
5 = 0,369 x 0,67 + I01+ I02

5 = 0,369 x0,67 + I01+ I02


5 = 0,25 + I01 + I02
5 = 0,25 + I01 + I02
---------------- (6)
4,75 = I01 + I02

Turunan dari persamaan (5)

i( t ) = 0,369 cos(10t + 47,46 0 ) + I01e −9 t + I02 e − t


di(t )
= 0,369x − 10 sin(10t + 47,460 ) − 9I01e− 9t − I02 e− t
dt
Pada saat t = 0 maka :

0 = 3,69 sin(10 x0 + 47,46 0 ) − 9I01e −9 x 0 − I02 e −1x 0


0 = 3,69 sin 47,46 0 − 9 I01 − I02
0 = 2,72 − 9I01 − I02

9I01 + I02 = 2,72 ……………(7)

83
Rangkaian Elektrik II

Subtitusi persamaan (6) dan persamaan (7) :

I01 + I02 = 4,75


9I01 + I02 = 2,72

Diperoleh :

I01 = − 0,25
I02 = 5

Arus lengkapnya :

i( t ) = 0,369 cos(10t + 47,46 0 ) − 0,25e −9 t + 5e − t

84
Rangkaian Elektrik II

SOAL-SOAL
1. Hitung arus lengkap i(t), dengan PD dan gambarkan gelombang arusnya

Sumber tegangan :
v(t ) = 10 cos (100t ) volt

Diketahui : i (0) = 0 pada saat t =0

di
= 0 pada saat t = 0
dt

t=0 2Ω

i(t)

+
5H
v 100 mF

2. Pada rangkaian elektrik dibawah, hitung arus transien dan gambar


gelombang arusnya

v(t) = 40 cos t volt

Saklar tertutup waktu lama (t<0) Saklar dibuka saat t = 0 detik

Hitung tegangan Vx(t), Gambar gelombangnya

85
Rangkaian Elektrik II

BAB IV
JALA-JALA KUTUB EMPAT

4.1. Fungsi Jala-Jala


Rangkaian yang rumit dapat disederhanakan dan umumnya disebut
Jala-jala (Network), Dalam mencari tanggapan suatu sistem jala-jala yang
rumit, sering membantu jika jala-jala tersebut dipisahkan atas sejumlah unit
yang saling berhubungan dan unit tersebut disebut blok.
Fungsi jala-jala terdiri dari jala-jala kutub dua dan jala-jala kutub empat, sifat
umum dari jala-jala yang seluruhnya terdiri dari unsur unsur yang pasif, tidak
terdapat sumber tegangan ideal serta linier besarnya parameter tidak
tergantung dari besarnya arus yang mengalir. Jala-jala digambarkan dalam
bentuk Blok seperti terlihat pada gambar 4.I berikut ini.
Rangkaian elektrik dapat digambarkan (direpresentasikan) dalam bentuk, Jala-
jala kutub 2 (1 port / 1 gerbang), Jala-jala kutub 4 (2 port / 2 gerbang), Jala-jala
kutub banyak (2 port / 2 gerbang)

Gambar 4.1 Blok Jala-Jala kutub 2 dan Kutub 4

Aplikasi Jala-jala kutub dua dan kutub empat banyak digunakan pada
rangkaian elektronik, rangkaian telekomunikasi, sistem kontrol. sistem
energi elektrik
Pada Jala-jala kutub dua terdapat fungsi jala-jala yaitu fungsi impedansi,
merupakan pembagian antara tegangan input dan arus input, fungsi
admitansi merupakan pembagian antara arus input dan tegangan input, hal
ini ditunjukkan pada 4.2 jala-jala kutub dua

86
Rangkaian Elektrik II

Gambar 4.2 Jala-Jala Kutub Dua

Fungsi impedansi dinyatakan dengan impedansi Z(s) satuan ohm :


V1 ( s)
Z ( s) =
I1 ( s)

Fungsi admitansi dinyatakan dengan admitansi Y(s) satuan mho :


I1 (s)
Y( s ) =
V1 (s)
s - frekuensi komplek
Jala-jala kutub empat terlihat pada gambar 4.3. terdapat fungsi jala-
jala yaitu : Fungsi pemindah tegangan merupakan perbandingan antara
tegangan output dengan tegangan input, fungsi pemindah arus merupakan
perbandingan antara arus output dengan arus input, Impedansi pemindah
merupakan perbandingan antara tegangan output dengan arus input,
admitansi pemindah merupakan perbandingan antar arus output dengan
tegangan input.

Gambar 4.3 Jala-jala Kutub Empat

Fungsi pemindah tegangan:


V0 (s)
H ( s) =
Vi (s)

87
Rangkaian Elektrik II

Fungsi pemindah arus:


I0 (s)
H ( s) =
Ii (s)
Impedansi pemindah :
V0 (s)
H ( s) =
Ii (s)
Admitansi pemindah :
I 0( s )
H ( s) =
Vi ( s)
4.2. Parameter Jala-Jala Kutub Empat
Pada jala-jala kutub empat terdapat empat parameter antara lain :
Parameter Impedansi, Parameter Admitansi, Parameter Transmisi,
Parameter Hibrida , yang ditunjukkan pada gambar 4.4 berikut ini.

Gambar 4.4 Jala-jala Kutub Empat dengan Parameter

Sifat jala-jala yaitu pasif (tidak ada sumber tegangan dalam/teg ideal) dan
Linier (besar parameter tidak tergantung dari arus yg mengalir)

4.2.1. Jala-Jala Kutub Empat dengan Parameter Impedansi


Jala-jala dengan parameter impedansi terlihat pada Gambar 4.5.
mempunyai persamaan tegangan :

V1 = z11 I1 + z12 I2
V2 = z 21 I1 + z 22 I2

88
Rangkaian Elektrik II

Gambar 4.5 Jala-jala Kutub Empat dengan Parameter Impedansi


Apabila persamaan tegangan dituliskan dalam bentuk matrik sebagai berikut

 V1   z11 z12  I1 


 V  = z z 22  I2 
 2   21
z11 − z12 − z 21 − z 22 adalah parameter impedansi
Parameter impedansi (ohm) yang harus dihitung terlebih dahulu dalam
suatu rangkaian elektrik
Cara menghitung parameter impedansi dari rangkaian elektrik dengan
melihat persamaan tegangan dengan salah satu arus dimatikan ( I = 0)

1. Impedansi Z11 adalah pembagian antara tegangan V1 dan arus I1,


keadaan I2 = 0 (output hubung buka)
V1
z11 =
I1
2. Impedansi Z21 adalah pembagian antara tegangan V2 dan arus I1,
keadaan I2 = 0 (output hubung buka)
V2
z 21 =
I1
3. Impedansi Z12 adalah pembagian antara tegangan V1 dan arus I2,
keadaan I1 = 0 (input hubung buka)

V1
z12 =
I2
4. Impedansi Z22 adalah pembagian antara tegangan V2 dan arus I2,
keadaan I1 = 0 (input hubung buka)

V2
z 22 =
I2

89
Rangkaian Elektrik II

CONTOH SOAL :
1. Pada rangkaian elektrik berikut ini, untuk semua frekuensi (s) :
1). Hitung parameter impedansi
2). Tentukan persamaan impedansi

10 Ω 20 Ω

2F

Solusi :
Semua parameter dibawa ke bentuk impedansi fungsi (s)
ZR1 = 10 
ZR 2 = 20 
1 1
ZC = = 
sC 2s

10 Ω 20 Ω
I1 I2
+ +

V1 V2
1/2s Ω

- -

V1
z11 =
I1
10 Ω 20 Ω
I1 I2=0
+
+
V1 V2
- 1/2s Ω

90
Rangkaian Elektrik II

1
(10 + )I1
V1 2s
z11 = =
I1 I1
1 20s + 1
z11 = 10 + = 
2s 2s
1
I
V2 2s 1 1
z 21 = = = 
I1 I1 2s
V1
z12 =
I2
I1=0 10 Ω 20 Ω I2
+
+
V1 V2
1/2s Ω -

1
I
V1 2s 2 1
z12 = = = 
I2 I2 2s
1
( 20 + )I2
V2 2s
z 22 = =
I2 I2
1 40s + 1
z 22 = 20 + = 
2s 2s
Persamaan impedansi jala-jala kutub empat :

V1 = z11 I1 + z12 I2
V2 = z 21 I1 + z 22 I2
20s + 1 1
V1 = ( )I1 + ( ) I2
2s 2s
1 40s + 1
V2 = ( ) I1 + ( )I2
2s 2s

91
Rangkaian Elektrik II

2. Hitung parameter impedansinya

Solusi :
Semua parameter dibawa ke bentuk impedansi fungsi (s)
ZR1 = 3 
ZR 2 = 6 
ZL = sL = 4s 

4s Ω

V1 (3 + 6 + 4s)I1
z11 = = = ( 4s + 9) 
I1 I1
V2 2I1 + 6I1 + 4sI1 ( 4s + 8)I1
z 21 = = =
I1 I1 I1
z 21 = ( 4s + 8) 
V1 ( 4s + 6)I2
z12 = = = ( 4s + 6) 
I2 I2
V2 ( 4s + 6)I2
z 22 = = = ( 4s + 6) 
I2 I2

92
Rangkaian Elektrik II

4.2.2. Jala-Jala Kutub Empat dengan Parameter Admitansi


Jala-jala dengan parameter admitansi seperti terlihat pada Gambar
4.6. mempunyai persamaan arus :

I1 = y11 V1 + y12 V2
I2 = y 21 V1 + y 22 V2

Gambar 4.6 Jala-jala Kutub Empat dengan Parameter Admitansi

Apabila persamaan tegangan dituliskan dalam bentuk matrik sebagai berikut

I1   y11 y12   V1 


I  =  y y 22   V2 
 2   21
y11 − y12 − y 21 − y 22 adalah parameter admi tan si

Parameter admitansi (mho) Adalah parameter yang harus dihitung


terlebih dahulu dalam suatu rangkaian elektrik
Cara menghitung parameter admitansi dari rangkaian elektrik dengan melihat
persamaan arus dengan salah satu tegangan dimatikan ( V=0)

1. Admitansi y11 adalah pembagian antara Arus I1 dan tegangan V1,


keadaan V2 = 0 (output hubung singkat)
I1
y11 =
V1
2. Admitansi y21 adalah pembagian antara arus I2 dan tegangan V1,
keadaan V2 = 0 (output hubung singkat )

I2
y 21 =
V1

93
Rangkaian Elektrik II

3. Admitansi y12 adalah pembagian antara arus I1 dan tegangan V2,


keadaan V1 = 0 (input hubung singkat)

I1
y12 =
V2
4. Admitansi y22 adalah pembagian antara arus I2 dan tegangan V2,
keadaan V1 = 0 (input hubung singkat)

I2
y 22 =
V2

CONTOH SOAL :
1. Pada rangkaian elektrik berikut ini, untuk semua frekuensi (s) :
1). Hitung parameter impedansi
2). Tentukan persamaan impedansi
10 Ω 20 Ω

2F

Solusi :

ZR1 = 10 
ZR 2 = 20 
1 1
ZC = = 
sC 2s
10 Ω 20 Ω
I1 I2
+ +

V1 V2
1/2s Ω

- -

I1
y11 =
V1

94
Rangkaian Elektrik II

I1 10 Ω 20 Ω I2

+
V1 V2=0
- 1/2s Ω

I1 I1
y11 = =
V1 (10 + 20 x1 / 2s )I
20 + 1 / 2s
1

1 1
y11 = =
10 20
10 +
10 + s 40s + 1
40s + 1
2s
1 40s + 1
y11 = =( ) mho
400s + 30 400s + 30
40s + 1
I2
y 21 =
V1
Dihitung arus I2 dengan pembagian arus :

1 1
2s 1
I2 = − I1 = − 2s I1 = − I1
1 40s + 1 40s + 1
+ 20
2s 2s
Dihitung V1, lihat perhitungan y11

400s + 30
v1 = I1
40s + 1
1
− I1
y 21 = 40 s + 1 = −(
1
) mho
400s + 30 400 s + 30
I1
40s + 1

95
Rangkaian Elektrik II

I1
y12 =
V2
I1 10 Ω 20 Ω I2

+
V1=0 V2
1/2s Ω -

Dihitung arus I1 dan tegangan V2 :

1 1
2s 1
I1 = − I2 = − 2s I2 = − I2
1 20s + 1 20 s + 1
+ 10
2s 2s
10 x1 / 2s
V2 = ( 20 + )I2
10 + 1 / 2s
5
V2 = ( 20 + s )I
20s + 1 2
2s
10 400s + 30
V2 = ( 20 + )I2 = ( )I2
20s + 1 20s + 1
1
− I2
y12 =
I1
= 20 s + 1
V2 400s + 30
I2
20s + 1
1
y12 = −( ) mho
400s + 30
I2 I2 20s + 1
y 22 = = =( ) mho
V2 400s + 30 400 s + 30
I2
20s + 1
Persamaan admitansi jala-jala kutub empat :
I1 = y11 V1 + y12 V2
I2 = y 21 V1 + y 22 V2

96
Rangkaian Elektrik II

40s + 1 1
I1 = ( ) V1 − ( ) V2
400s + 30 400s + 30
1 20s + 1
I2 = − ( ) V1 + ( ) V2
400s + 30 400s + 30
2. Hitung parameter admitansi rangkaian berikut ini

Solusi :
ZR1 = 3 
ZR 2 = 6 
ZL = sL = 4s 

I1
y11 =
V1

I2

+
Ix
V1 V2=0
- 4s Ω

V1 = 3I1 − 2 I1 = I1
I1
y11 = = 1 mho
I1
I2
y 21 =
V1

97
Rangkaian Elektrik II

I2 = Ix − I1
2I1 2 + 4s + 6
I2 = − − I1 = − ( )I1
4s + 6 4s + 6
4s + 8
−( )I1
y 21 =
I2
= 4s + 6 = −( 4s + 8 )
V1 I1 4s + 6
2s + 4
y 21 = − ( ) mho
2s + 3
I1
y12 =
V2
I2

V2 = 0 V2

4s Ω -

I1 I1 I
y12 = = = 1 = −1 mho
V2 2I1 − 3I1 − I1
I2
y 22 =
V2
4s + 8
−( )I1
y 22 = 4s + 6 = ( 4s + 8 ) mho
− I1 4s + 6
4.2.3. Jala-Jala Kutub Empat dengan Parameter Hibrida
Jala-jala dengan parameter hibrida seperti terlihat pada Gambar 4.7.
mempunyai persamaan tegangan dan arus :

V1 = h11 I1 + h12 V2
I2 = h21 I1 + h22 V2

98
Rangkaian Elektrik II

Gambar 4.7 Jala-jala Kutub Empat dengan Parameter Hibrida

Apabila persamaan tegangan dan arus dituliskan dalam bentuk matrik


sebagai berikut :

 V1  h11 h12   I1 
 I  = h h22   
 2   21   V2 
h11 − h12 − h21 − h22 adalah parameter hibrida

Parameter hibrida Adalah parameter yang harus dihitung terlebih


dahulu dalam suatu rangkaian elektrik
Cara menghitung parameter hibrida dari rangkaian elektrik dengan melihat
persamaan tegangan dan arus dengan salah satu tegangan dimatikan ( V= 0)
atau arus dimatikan (I = 0)

1. Parameter hibrida h11 adalah pembagian antara tegangan V1 dan arus I1


keadaan V2 = 0 (output hubung singkat)

V1
h11 =
I1
2. Parameter hibrida h21 adalah pembagian antara arus I2 dan arus I1,
keadaan V2 = 0 (output hubung singkat )
I2
h 21 =
I1

99
Rangkaian Elektrik II

3. Parameter hibrida h12 adalah pembagian antara tegangan V1 dan tegangan


V2, keadaan I1 = 0 (input hubung buka)
V1
h12 =
V2
4. Parameter hibrida h22 adalah pembagian antara I2 dan tegangan V2,
keadaan I1 = 0 (input hubung buka)
I2
h 22 =
V2
Transistor mempunyai tiga terminal base, emiter dan colektor, maka antara
base dan emiter sebagai input , antara colektor dan emiter sebagai output,
sehingga transistor dapat dgambarkan sebagai jala-jala kutub empat seperti
terlihat pada gambar berikut

V1 = h11 I1 + h12 V2
I2 = h21 I1 + h22 V2

Gambar 4.8 Contoh Transistor dengan Parameter Hibrida

100
Rangkaian Elektrik II

CONTOH SOAL
1. Hitung parameter hibrida

Solusi :

V1
h11 =
I1
10/s Ω
I1
I2
+

V1 10 Ω V2=0

100
10 x10 / s s
V1 = I1 = I
10 + 10 / s 10s + 10 1
s
100 10
V1 = I1 = I1
10s + 10 s +1
10
I1
h11 = s + 1 =
10
ohm
I1 s +1
I2
h 21 =
I1

101
Rangkaian Elektrik II

10 10
I2 = − I1 = − I
10 + 10 / s 10s + 10 1
s
10s
I2 = − I1
10s + 10
10s
− I1
h21 = 10s + 10 = s
I1 s +1

V1
h12 =
V2
10/s Ω
I1=0
I2
+ +

V1 10 Ω V2

- -

10
V2
h12 = 10 + 10 / s =
10
=
10s
V2 10s + 10 10s + 10
s
s
h12 =
s +1

I2 I2 1
h22 = = =
V2 (10 + 10 / s)I2 10s + 10
s
s
h22 = mho
10s + 10

102
Rangkaian Elektrik II

2. Hitung parameter hibrida

Solusi :

V1
h11 =
I1

I2

V1 Ix
V2=0

3I1 − 2I1 I1
h11 = = = 1 ohm
I1 I1
I2
h 21 =
I1

I2 = Ix − I1
2I1 2 + 4s + 6
I2 = − − I1 = − ( )I1
4s + 6 4s + 6
4s + 8
I2 = −( )I1
4s + 6

103
Rangkaian Elektrik II

4s + 8
−( )I1
h 21 = 4s + 6
I1
4s + 8
h 21 = −( )
4s + 6
V1
h12 =
V2

I1=0 I2

+
V1
V2
-
4s Ω

V1 V2
h12 = = =1
V2 V2

I2 I2 1
h22 = = = mho
V2 ( 4s + 6)I2 4s + 6

4.2.4. Jala-Jala Kutub Empat dengan Parameter Transmisi


Jala-jala dengan parameter hibrida seperti terlihat pada Gambar 4.8.
mempunyai persamaan tegangan dan arus :
V1 = AV2 − B I2
I1 = C V2 − D I2

Gambar 4.9. Jala-jala Kutub Empat dengan Parameter Transmisi

104
Rangkaian Elektrik II

Apabila persamaan tegangan dan arus dituliskan dalam bentuk matrik


sebagai berikut :

 V1   A B   V2 
 I  = C D  
 1    − I2 
A − B − C − D adalah parameter Transmisi
Parameter transmisi Adalah parameter yang harus dihitung terlebih
dahulu dalam suatu rangkaian elektrik
Cara menghitung parameter transmisi dari rangkaian elektrik dengan melihat
persamaan tegangan dan arus dengan salah satu tegangan dimatikan ( V=0)
atau arus dimatikan (I=0)

1. Parameter transmisi A adalah pembagian antara tegangan V1 dan


tegangan V2, keadaan I2 = 0 (output hubung buka)
V1
A=
V2
2. Parameter transmisi C adalah pembagian antara arus I1 tegangan V2
keadaan I2 = 0 (output hubung buka)
I1
C=
V2
3. Parameter transmisi B adalah pembagian antara tegangan V1 dan arus I2
keadaan V2 = 0 (output hubung singkat)
V1
−B =
I2
4. Parameter transmisi D adalah pembagian antara arus I1 dan arus I2
keadaan V2 = 0 (output hubung singkat)
I1
−D =
I2

105
Rangkaian Elektrik II

CONTOH SOAL

Hitung parameter transmisi

Solusi :
10/s Ω
I1
I2=0
+

+
V1 10 Ω V2
-
-

V1 V
A= = 2 =1
V2 V2
I1 I 1
C= = 1 = mho
V2 10 I1 10

10/s Ω
I1
I2

+
V1 10 Ω V2 = 0
-

V1
−B =
I2

106
Rangkaian Elektrik II

100
10 x10 / s s
V1 = I1 = I
10 + 10 / s 10s + 10 1
s
100
V1 = I1
10s + 10
10
I2 = − I1
10 + 10 / s
10 10s
I2 = − I1 = − I1
10s + 10 10s + 10
s
100
I1
−B = 10 s + 10 =−
100
=−
10
10s 10s s
− I1
10s + 10
10
B= ohm
s

I1 I1 10s + 10
−D = = =−
I2 − 10s 10s
I1
10s + 10
s +1
−D = −
s
s +1
D=
s

4.3. Hubungan Jala-Jala kutub Empat


Secara umum jala-jala kutub empat dapat dihubungkan secara seri,
dihubungkan secara paralel dan dihubungkan secara kaskade
Dalam hubungan seri digunakan parameter impedansi , hubungan paralel
digunakan parameter admitansi dan hubungan kaskade digunakan parameter
transmisi

4.3.1. Jala-Jala Kutub Empat Hubungan Seri


Beberapa Jala-jala kutub empat dapat dihubungkan secara seri dengan
menggunakan parameter impedansi, sebaga contoh pada Gambar .. dua kutub

107
Rangkaian Elektrik II

empat dengan parameter impedansi ZA dan kutub empat dengan parameter ZB


ditunjukkan pada Gambar
I1 I1a I2a I2
I1 I2
+ + + +
V1a ZA V2a + +
- - V1 Z V2
V1 - -
V2
I1b I2b
+ + V1 = Z11 I1 + Z12 I2
V1b ZB V2b
- - - - V2 = Z 21 I1 + Z 22 I2

Gambar 4.10 Hubungan Seri Kutub Empat dan Rangkaian Ekivalen

Jala-jala kutub empat dengan parameter (ZA), mempunyai persamaan:

V1a = Z11a I1a + Z12 a I2a


V2a = Z 21a I1a + Z 22 a I2a …………… (1)
Jala-jala kutub empat dengan parameter (ZB), mempunyai persamaan

V1b = Z11b I1b + Z12 b I2b


V2b = Z 21b I1b + Z22 b I2b ……………(2)
Pada jala-jala kutub empat yang dihubungkan seri pada gambar 4.10.
persamaan arus :

I1 = I1a = I1b
I2 = I2a = I2b ………….. (3)
Persamaan tegangan :
V1 = V1a + V1b
V2 = V2a + V2b ………….(4)
Subtitusi persamaan (1), (2), (3), dan (4) :
V1 = V1a + V1b = Z11aI1a + Z12 aI2a + Z11bI1b + Z12bI2b
V1 = ( Z11a + Z11b )I1 + ( Z12 a + Z12b )I2 ………..(5)
V1 = Z11I1 + Z12I2

108
Rangkaian Elektrik II

V2 = V2a + V2b = Z 21aI1a + Z 22 aI2a + Z 21bI1b + Z 22bI2b


V2 = ( Z 21a + Z 21b )I1 + ( Z 22 a + Z 22b )I2 ……..(6)
V2 = Z 21I1 + Z 22I2
Dari persamaan (5) dan persamaan (6) diperoleh :

Z11 = Z11a + Z11b


Z12 = Z12 a + Z12 b
Z 21 = Z 21a + Z 21b
Z 22 = Z 22 a + Z 22 b
4.3.2. Jala-Jala Kutub Empat Hubungan Paralel

I1 I1a I2a I2 I1 I2
+ + + + + +
V1 V1a YA V2a V2 V1 Y V2
- - - - - -

I1b I2b
I1 = y11 V1 + y12 V2
+ +
V1b YB V2b I2 = y 21 V1 + y 22 V2
- -

Gambar 4.11 Hubungan Paralel Kutub Empat dan Rangkaian Ekivalen

Jala-jala kutub empat dengan admitansi (yA), mempunyai persamaan:

I1a = y11a V1a + y12 a V2a


I2a = y 21a V1a + y 22 a V2a ……………(1)
Jala-jala kutub empat dengan admitansi (yB), mempunyai persamaan:

I1b = y11b V1b + y12 b V2b


I2b = y 21b V1b + y 22 b V2b ……………(2)

Pada jala-jala kutub empat yang dihubungkan seri pada gambar 4.11.
persamaan tegangan :

V1 = V1a = V1b
V2 = V2a = V2b …………. (3)

109
Rangkaian Elektrik II

Persamaan arus :

I1 = I1a + I1b
I2 = I2a + I2b …………..(4)
Subtitusi persamaan (1), (2), (3) dan (4)
I1 = I1a + I1b = y11a V1a + y12 a V2a + y11b V1b + y12b V2b
I1 = ( y11a + y11b ) V1 + ( y12 a + y12b ) V2 ……….(5)
I1 = y11 V1 + y12 V2
I2 = I2a + I2b = y 21a V1a + y 22 a V2a + y 21b V1b + y 22b V2b
I2 = ( y 21a + y 21b )V1 + ( y 22 a + y 22b )V2 ………(6)
I2 = y 21V1 + y 22 V2
Dari persamaan (5) dan persamaan (6) diperoleh :

y11 = y11a + y11b


y12 = y12 a + y12 b
y 21 = y 21a + y 21b
y 22 = y 22 a + y 22 b

4.3.3. Jala-Jala Kutub Empat Hubungan Kaskade

I1 I2
I1 I1a I2a I1b I2b I2 + +
+ + + + + + V1 T V2
V1 V1a TA V2a V1b TB V2b V2 - -
- - - - - -
V1 = AV2 − B I2
I1 = C V2 − DI2

Gambar 4.12. Hubungan Kaskade Kutub Empat dan Rangkaian Ekivalen

 V1   A B   V2 
 I  =  C D  − I 
 1    2
Persamaan parameter transmisi (TA)
V1a = A a V2a − Ba I2a
…………..(1)
I1a = Ca V2a − Da I2a

110
Rangkaian Elektrik II

Persamaan parameter transmisi (TB)


V1b = A b V2b − Bb I2b
……………(2)
I1b = Cb V2b − Db I2b
Pada gambar 4.12 dapat dibuat persamaan sebagai berikut.
V1 = V1a V2a = V1b I2 = I2b
……….(3)
V2 = V2b I2a = −I1b I1 = I1a
Subtitusi persamaan (1), (2) dan (3) :
V1 = A a ( A b V2b − BbI2b ) − Ba x( −)(Cb V2b − DbI2b )
V1 = ( A a A b + BaCb )V2b − ( A aBb + BaDb )I2b
V1a = A a V2a − Ba I2a
V1 = A a V1b − Ba ( −I1b )
= A a ( A b V2b − BbI2b ) − Ba x( −)(Cb V2b − DbI2b )
V1 = ( A a A b + BaCb )V2 − ( A aBb + BaDb )I2

A = ( A a A b + BaCb )
B = ( A aBb + BaDb )
IIa = Ca V2a − Da I2a
I1 = Ca V1b − Da ( −I1b )
I1 = Ca ( A b V2b − BbI2b ) + Da (Cb V2b − DbI2b )
I1 = Ca ( A b V2b − BbI2b ) + Da (Cb V2b − DbI2b )
I1 = ( A bCa + CbDa )V2b − (BbCa + DaDb )I2b
I1 = ( A bCa + CbDa )V2 − (BbCa + DaDb )I2

C = ( A bCa + CbDa )
D = (BbCa + DaDb )
Dari hasil perhitungan diperoleh hasil :
A = A a A b + B a Cb
B = A a Bb + B a Db
C = A b C a + Cb D a
D = B b C a + D a Db
Hasil tersebut sama dengan mengalikan dua matrik (TA) dan matrik (TB)
secara berurutan sebagai berikut ini.

111
Rangkaian Elektrik II

A B A a Ba  A b Bb 
C D = C D  C D 
   a a  b b

4.4. Konversi Parameter Jala - Jala kutub Empat


Berbagai jenis parameter kutub empat dapat saling dikonversikan
1. Parameter (Z) dikonversi ke parameter (Y)
I1 I2 I1 I2
+ + + +
V1 Z V2 V1 Y V2
- - - -

V1 = Z11 I1 + Z12 I2
V2 = Z 21 I1 + Z 22 I2

 V1   Z11 Z12  I1 


 V  = Z Z 22  I2 
 2   21
V1 Z12
V2 Z 22 Z 22 V1 − Z12 V2
I1 = =
Z11 Z12 Z
Z 21 Z 22
Z 22 Z
I1 = V1 − 12 V2
Z Z
Z 22
y11 =
Z
Z12
y12 = −
Z

Z11 V1
Z 21 V2 − Z 21 V1 + Z11 V2
I2 = =
Z11 Z12 Z
Z 21 Z 22

− Z 21 Z
I2 = V1 + 11 V2
Z Z

112
Rangkaian Elektrik II

Z 21
y 21 = −
Z
Z11
y 22 =
Z

2. Parameter (Y) dikonversi ke parameter (Z)


I1 I2 I1 I2
+ + + +
V1 Y V2 V1 Z V2
- - - -

I1 = y11 V1 + y12 V2
I2 = y 21 V1 + y 22 V2
I1   y11 y12   V1 
I  =  y y 22   V2 
 2   21
I1 y12
I2 y 22 y I − y12I2
V1 = = 22 1
y11 y12 Y
y 21 y 22
y 22 y
V1 = I1 − 12 I2
Y Y
y 22
Z11 =
Y
y12
Z12 = −
Y

y11 I1
y 21 I2 − y 21I1 + y11I2
V2 = =
y11 y12 Y
y 21 y 22

113
Rangkaian Elektrik II

− y 21 y
V2 = I1 + 11 I2
Y Y
y 21
Z 21 = −
Y
y11
Z 22 =
Y
3. Parameter (T) dikonversi ke parameter (Z)
I1 I2 I1 I2
+ + + +
V1 Z V2 V1 Z V2
- - - -

 V1   A B   V2 
 I  = C D − I2 
 1 

V1 = AV2 − B I2
I1 = C V2 − D I2
I1 + D I2
V2 =
C
 I DI 
V1 = A  1 + 2  − B I2
C C 
A  AD 
V1 = I1 +  − B  I2
C  C 
A  AD − B C 
V1 = I1 +   I2
C  C 
A  
V1 = I1 +  T  I2
C  C 
A
Z11 =
C

Z12 = T
C
I1 + D I2
V2 =
C
1 D
V2 = I1 + I2
C C
114
Rangkaian Elektrik II

1
Z 21 =
C
D
Z 22 =
C
Semua konversi parameter dapat dihitung dengan matematika yang
sederhana, dari hasil perubahansemua konversi parameter dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Z y T h
 y 22 y12  A T   h h12 
  − C 
Z  Z11 Z12  Y  C  h h 22 
 Y  1 D   22 
Z Z 22  − y 21 y11    − h 21 1 
 21   Y  Y  C C   h 22 h 22 

 Z 22 Z12   D T   1 h12 
  − − −
Z   B B  h h11 
y  Z   y11 y12   1 A   11 
− Z 21 Z11 
y  −   h21 h 
  Z  Z   21 y 22   B B   h11 h11 

 Z11 Z   y 22 1   h h11 
Z Z 21  − y −
y 21  − h −
T  21    A B h21 

21
 21 
 1 Z 22  − Y −
Y11  C D − h22 1 
 Z 21   y 21 y 21   −
 Z 21   h21 h21 

 Z Z12   1 y12   B T 
 Z Z 22  y −
h  22  y11   D D h11 h12 
 11   1
− Z 21 1 
Y  C h
 Z 22 Z 22   y 21
 y11
− 
 21 h22 
y11   D D

115
Rangkaian Elektrik II

CONTOH SOAL
1. Pada rangkaian elektrik berikut ini.
1). Hitung parameter Transmisi TA dan TB
2). Hitung parameter transmisi totalnya
3). Hitung tegangan inputnya, apabila sisi output diberi beban
tahanan 10 ohm, dengan tegangan 120 V, Frekuensi sudut
ω =1 rad/sec

1Ω 1Ω 1Ω


1H

A B
Solusi :
Menghitung parameter transmisi T(A)

I1 1Ω 1Ω I2 = 0
+

+

V1 V2
-
-

V1 V1 s +1
A= = =
V2 s s
V1
s +1
I1 I 1
C= = 1 =
V2 sI1 s

116
Rangkaian Elektrik II

I1 1Ω 1Ω I2

+

V1 V2 = 0
-

V1
−B =
I2
sx1 2s + 1
V1 = (1 + )I1 = ( )I1
s +1 s +1
s
I2 = − I1
s +1
2s + 1
.I1
s + 1 2s + 1
−B = =−
s s
− .I1
s +1
2s + 1
B=
s
I1 I1 s +1
−D = = =−
I2 − s I s
s +1
1

s +1
D=
s
Parameter transmisi T(A):
s +1
Aa =
s
2s + 1
Ba =
s
1
Ca =
s
s +1
Da =
s

117
Rangkaian Elektrik II

Menghitung parameter transmisi T(B)


I1 I2 = 0
+
+
V1 1Ω V2
-

V1 V
A= = 1 =1
V2 V1
I1 I
C= = 1 =1
V2 1.I1


I1 I2

+
V1 1Ω V2 = 0
-

V1
−B =
I2
1x1 1
V1 = I1 = I1
1+1 2
1 1
I2 = − I1 = − I1
1+1 2
1
I1
−B = 2 = −1
1
− I1
2
B =1

118
Rangkaian Elektrik II

I1 I
−D = = 1 = −2
I2 − 1 I
1
2
D=2
Parameter transmisi T(B):
A b =1

Bb = 1
Cb = 1

Db = 2
Parameter transmisi total hubungan kaskade :
T= T( A )T(B)
A B A a Ba   A b Bb 
C D = C Da  Cb Db 
   a
A = A a A b + B a Cb
s +1 2s + 1
=( )x1 + ( )x1
s s
3s + 2
=
s
B = A aBb + BaDb
s +1 2s + 1
=( )x1 + ( )x 2
s s
5s + 3
=
s
C = A bC a + CbDa
1 s +1
= 1x + 1x
s s
s+2
=
s
D = BbCa + DaDb
1 s +1
= 1x + x2
s s
2s + 3
=
s

119
Rangkaian Elektrik II

Parameter transmisi gabungan/total :


3s + 2
A =( )
s
5s + 3
B=( )
s
s+2
C=( )
s
2s + 3
D=( )
s
I1 I2
+
+
V1 T 10 Ω V2

-
-

V2 = 120 V
s = j. = j.1
120
I2 = − = −12 A
10
Persamaan jala-jala dengan parameter transmisi :
3s + 2 5s + 3
V1 = ( )V2 − ( )I2
s s
s+2 2s + 3
I1 = ( ) V2 − ( )I2
s s
Persamaan tegangan :
3s + 2 5s + 3
V1 = ( )V2 − ( )I2
s s
3xj + 2 5xj + 3
=( )120 − ( )x − 12
j j
2 + j3 3 + j5
=( )120 + ( )12
j j

120
Rangkaian Elektrik II

2. Pada rangkaian elektrik, hitung tegangan V0 dan fungsi pemindah


tegangan

 2
 14 3
h=  2 1
− 
 3 9
Solusi :
1. Menghitung parameter transmisi (TA)
4Ω 9Ω

12 Ω

V1 = AV2 − B I2
I1 = C V2 − D I2
V1
A= Keadaan I 2 = 0
V2

4Ω 9Ω I2 = 0

I1 +
+
V1 V2
12 Ω
-
-

121
Rangkaian Elektrik II

V1 V1 16 4
A= = = = = 1,33
V2 12
V1 12 3
12 + 4
I1
C= Keadaan I2 = 0
V2
I1 I 1
C= = 1 = = 0,083
V2 12 I1 12
V1
−B = Keadaan V 2 = 0
I2

4Ω 9Ω I2

I1
+
V1 12 Ω V2 =0
-

9x12
V1 = ( 4 + ) I1 = 9,14 I1
9 + 12)
12
I2 = − I1 = − 0,57 I1
12 + 9

V1 9,14 I1
−B = = = − 16
I2 − 0,57 I1
B = 16
I1
−D = Keadaan V2 = 0
I2

I1 I1
−D = = = −1,75
I2 − 0,57 I1
D = 1,75
Jadi matrik parameter transmisi (TA)

 1,33 16 
TA =  
0,083 1,75

122
Rangkaian Elektrik II

Parameter tansmisi (TB)


 2
 14 3
h=  2 1
− 
 3 9

 h − h 22 
 h h 21 
TB =  21 
− h 22 −
1 
 h 21 h 21 
1 2 2
(14 x ) − ( x − )
h 9 3 3 = −3
A= =
h 21 2

3
− h11 − 14
B= = = 21
h 21 2

3
1

− h 22
C= = 9 = 0,16
h 21 2

3
−1 −1
D= = = 1,50
h 21 2

3
 − 3 21
TB =  
0,16 1,5

Parameter transmisi gabungan (TA) dan (TB)

1,33 16   − 3 21
TG = TATB =   
0,083 1,75 0,16 1,5
A G = (1,33x − 3) + (16 x 0,16) = −1,43
B G = (1,33x 21) + (16 x1,5) = 51,93
C G = (0,083x − 3) + (1,75x 0,16) = 0,031
D G = (0,083x 21) + (1,75x1,5) = 4,37

123
Rangkaian Elektrik II

− 1,43 51,93
TG =  
 0,031 4,37 

Persamaan parameter saluran transmisi sebai berikut :

V1 = − 1,43 V2 − 51,93 I2
I1 = 0,031 V2 − 4,37 I2
V2 = V0
I2 = 0
72 0 = −1,43 V0

720
V0 = = − 50,35 volt
− 1,43
V0 50,35
HV = = = 0,699
Vi 72

SOAL-SOAL
1. Pada rangkaian elektrik berikut ini :
1). Hitung Vo
2). Hitung fungsi pemindah tegangan dan pemindah arus

z= 
3 2

 2 3

124
Rangkaian Elektrik II

2. Pada rangkaian elektrik berikut :

1). Hitung parameter impedansi


2). Hitung parameter hibrida

3. Jala-jala kutub empat dihubungkan secara kaskade

Jala-jala kutub 4 (A), diketahui parameter impedansi :

Z11 = Z12 = Z 21 = Z 22 =10 

1). Hitung parameter impedansi gabungan


2). Apabila pada sisi output diberi tahanan 20 Ω dan tegangan output 100 V.
Hitung fungsi pemindah tegangan dan fungsi pemindah arus

125
Rangkaian Elektrik II

4. Pada jala-jala kutub empat berikut ini

2H
Z

z= 
3 2

 2 3

1). Hitung parameter impedansi gabungan untuk semua frekuensi


2). Pada sisi output diberi induktor 10 ohm, dengan tegangan 100 ∟0 V,
ω = 1 rad/det . Hitung fungsi pemindah tegangan dan fungsi pemindah
arus

126
Rangkaian Elektrik II

BAB V
RESPONS FREKWENSI

Suatu rangkaian elektrik mempunyai sifat yang menarik dan sangat


berguna adalah kemampuan menanggapi rangsangan yang diberikan dengan
frekuensi yang berbeda-beda.
Frekuensi respons adalah kemampuan dari rangkaian elektrikyang
mendapatkan sumber tegangan gelombang arus bolak-balik dengan frekuensi
yang berbeda-beda. Dalam respons frekuensi yang utama adalah respons
frekuensi amplitudo dan respons frekuensi sudut fasa
Respons Frekuensi (Tanggapan frekuensi) adalah perilaku rangkaian elektrik
dalam menanggapi perubahan frekuensi (gelombang sinusoida : s = jω )

Gambar 5.1.Gelombang sinusoida keadaan tunak (Steady state)

dengan frekuensi yang berubah

Respons frekuensi pada umumnya digambarkan sebagai perbandingan antara


respons output dan respons input (Transfer function)
Bentuk Fasor (fungsi alih/transfer function) :
1. Fungsi pemindah tegangan:
V0 (s)
H v ( s) =
Vi (s)
2. Fungsi pemindah arus :
I0 ( s )
H i( s) =
Ii ( s)
3. Impedansi pemindah :
V0 ( s)
H ( s) =
Ii ( s)

127
Rangkaian Elektrik II

4. Admitansi pemindah

I 0 ( s)
H ( s) =
Vi ( s)

5.1. Bentuk Umum Persamaan Respons Frekwensi


Respon frekwens/tanggapan frekwensi dinyatakan dalam bentuk Fasor (fungsi
alih/transfer function) yang terdiri dari respons frekwensi amplitudo dan respons
frekwensi sudut fasa.
Bentuk umum persamaan respons frekwensi :

H= H  
H − tan ggapan frekuensiamplitudo
 − tan ggapan frekuensi fasa
Tanggapan frekwensi amplitudo :

H = H( j)
Tanggapan frekwensi fasa :

 =  ( j)
5.2. Besaran Pada Respons Frekwensi
Terdapat beberapa besaran yang berhubungan dengan respons frekwensi
antara lain : Frekwensi resonansi, Frekwensi potong, Lebar jalur dan Faktor
kualitas
Besaran-besaran respons Frekwensi dapat dilustrasikan seperti terlihat pada
gambar 5.2 , suatu kurva respon frekwensi amplitudo yang mempuyai nilai
maksimum.

H = f ()

Gambar 5.2. Kurva Tanggapan Frekwensi Amplitudo puncak maksimum


128
Rangkaian Elektrik II

Keterangan gambar.
 0 − frekuensiresonansi
c1 − frekuensipotong(1 )
c 2 − frekuensipotong(2)
B w − lebar jalur lewat

Besaran-besaran respons Frekwensi dapat dilustrasikan seperti terlihat pada


gambar 5.3 , suatu kurva respon frekwensi amplitudo yang mempuyai nilai
puncak minimum.

H = f ()

Gambar 5.3 Kurva Tanggapan Frekwensi Amplitudo puncak minimum

Keterangan gambar.
0 − frekuensiresonansi
c1 − frekuensipotong(1 )
c 2 − frekuensipotong(2)
B w − lebar jalur stop

1. Frekwensi Resonansi

Pengertian frekwensi resonansi adalah Frekwensi gelombang sinusoida yang


bekerja pada rangkaian elektrik, yang menyebabkan nilai amplitudo maksimum
atau minimum.
Frekwensi gelombang sinusoida yang bekerja pada rangkaian elektrik, yang
menyebabkan fasanya sama dengan nol

129
Rangkaian Elektrik II

( 0) = ( j) = 0
Dalam rangkaian RLC frekwensi resonansi adalah suatu frekwensi yang
mengakibatkan reaktansi induktif sama dengan reaktansi kapasitif
XL = X C
XL = L = 2fL
1 1
XC = =
C 2fC

2. Frekwensi Potong
Pengertian frekwensi potong (ωc) adalah Frekwensi yang menyebabkan nilai
amplitudo dari tanggapan amplitudo sama dengan:
H maks
H() =
2
Atau sudut fasanya bernilai 45 derajat
+
 () = tan−1 1

3. Lebar Jalur
Lebar Jalur (Bw), adalah interval pada sumbu frekwensi yang didasarkan pada
nilai amplitudo sebagai berikut :
a). Lebar Jalur lewat (Bw) = lebar daerah yang dibatasi oleh nilai-nilai
amplitudo.
1
H  H maks
2
Kurva respons frekwensi amplitudo mempunyai nilai maksimum
b). Lebar Jalur stop (Bw) = lebar daerah yang dibatasi oleh nilai-nilai amplitudo.
1
H  H maks
2
Kurva respons frekwensi amplitudo mempunyai nilai minimum

4. Faktor Kualitas
Faktor kualitas (ditetapkan pada keadaan resonansi) dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
 Ereaktif
Q0 = 2 
 Eresistif

130
Rangkaian Elektrik II

 Ereaktif jumlah energi maksimum yg disimpan dalam seluruh komponen

reaktif
t t
 Ereaktif = WL ( t ) =  pL ( t ) dt =  v( t ). i( t ) dt
0 0

 Eresistif Jumlah energi yg terdisipasi dalam seluruh komponen resistif


selama satu periode
t t
 Eresistif = WR ( t ) =  PR ( t ) dt =  v( t ).i( t ) dt
0 0

Contoh :
1. Rangkaian RL seri, tentukan respons frekwensi amplitudo dan respons
frekwensi sudut fasa

Menghitung respons frekwensi :

V0 ( s)
H(s) =
Vi ( s)
sL
Vi (s)
H(s) = R + sL =
sL
Vi (s) R + sL
sL 1 / sL
H(s) = x
R + sL 1 / sL

1
H(s) =
 R
1 + 
 sL 

131
Rangkaian Elektrik II

1 1
H( j) = =
1+
R  R 
1− j 
jL  L 
10o
H( j) =
2
 R  −1  R 
1+    tan  − 
 L   L 
1  R 
H( j) =  − tan −1  − 
 R 
2
 L 
1+  
 L 
1). Respons frekwensi amplitudo :
1
H( j) =
2
 R 
1+  
 L 

 = 0  H( j) = 0

 =   H( j) =1
R 1
=  H( j) =
L 2
Respons frek. amplitudo
(HPF) – High Past Filter

2). Respons frekwensi sudut fasa

 R 
( j) = − tan −1  − 
 L 
 = 0,   = 90 0
 =    = 00
R
 =   = 450
L
Respons frek. Sudut fasa
(HPF) – High Past Filter

132
Rangkaian Elektrik II

2. Rangkaian RC seri, tentukan respons frekuensi amplitudo dan respons


frekwensi sudut fasa

+ +
Vi C Vo
- -

Menghitung respons frekwensi :

V0 ( s)
H( s) =
Vi ( s)
1
sC V
1 i 1
R+
H(s) = sC = sC
Vi 1
R+
sC
1
sC
H(s) = sC x
1 sC
R+
sC
1
H(s) =
1 + sCR

1 10 0
H( j) = =
1 + jCR 1 + (CR )  tan −1 (CR )
2

 − tan−1 (CR )
1
H( j) =
1 + (CR )
2

133
Rangkaian Elektrik II

1). Respons frekwensi amplitudo :


1
H( j) =
1 + (CR )
2

 = 0  H( j) =1

 =   H( j) = 0
1 1
=  H( j) =
CR 2
Respons frekwensi amplitudo
(LPF)- Low Past Filter

2). Respons Frekwensi Sudut fasa :

( j) = − tan−1 (CR )


 = 0,   = 0 0
 =    = − 90 0
1
=   = − 450
RC
Respons frekwensi sudut fasa
(LPF)- Low Past Filter

Macam-macam Filter

134
Rangkaian Elektrik II

CONTOH SOAL
1. Pada rangkaian elektrik berikut ini :
1). Tentukan tanggapan frekwensi H(s), H(jω)
2). Hitung frekwensi resonansi.(ωo dan fo )
3). Hitung nilai maksimumnya
4). Hitung frekwensi potong

Solusi :
ZR = 1 
1 1
ZC = = 
sC s
V0 ( s)
H( s) =
Vi ( s)
1/ s
V1 (s)
H(s) = 1 + 1 / s =
1/ s
Vi (s) 1 + 1/ s
1
H(s) =
1+ s
1 10
H( j) = =
1 + j 1 + 2  tan−1 
1
H( j) =  − tan −1 
1 + 2
Syarat frekwensi resonansi, sudut fasanya sama dengan nol
( 0) = ( j) = 0

− tan−1  = 0
0 = 0

135
Rangkaian Elektrik II

0 = 2f0
0 0
f0 = = =0
2 2
(karena rangkaian RC seri tidak terjadi resonansi)
Nilai amplitudo maksimum terjadi pada saat resonansi (ω0=0)
1
H( j) =
1 + 2
1
Hm ( j) = =1
1+ 0
Frekwensi potong, dihitung dengan syarat besar amplitudo :
H maks
H() =
2

H maks 1 1
= =
2 2 1 + C
1 1
=
2 1 + C
2 = 1 + C
C = 1

2. Pada rangkaian elektrik berikut ini :


1). Tentukan tanggapan frekwensi H(s), H(jω)
2). Hitung frekwensi resonansi.(ωo dan fo )
3). Hitung frekwensi potong

136
Rangkaian Elektrik II

Solusi :
ZR = 2 
1 1 100
ZC = = = 
sC 0,01s s
ZL = sL = s 
V0 ( s) V2
H( s) = =
Vi ( s) V1

2
V1
H(s) = s + 2 + 100 / s
V1
2
H(s) =
s + 2s + 100
2

2s
H(s) =
s + 2s + 100
2

j.2
H( j) =
( j ) + j 2 + 100
2

j 2
H( j) =
(100 − 2 ) + j 2

290 0
H( j) =
2
(100 − 2 ) 2 + ( 2) 2  tan −1
100 − 2

2 2
H( j) = 90 0 − tan−1
(100 − 2 )2 + 42 100 − 2

Syarat frekwensi resonansi, sudut fasanya sama dengan nol


( 0) = ( j) = 0

137
Rangkaian Elektrik II

2
90 0 − tan −1 =0
100 − 2
2
tan −1 = 90 0
100 −  2

2
=
100 − 2
100 −2 = 0
2 = 100
0 = 10 rad / det
0 = 2 f0
0 10
f0 = = = 1,59 Hz
2 2x3,14
Frekwensi potong, dihitung dengan syarat besar amplitudo :
H maks
H() =
2

1 2C
=
2 (100 − C2 )2 + 4C2
1 4C2
=
2 (100 − C2 )2 − 4C2
Misalkan :

C2 = p
1 4p
=
2 (100 − p)2 − 4p
8p = 10000 − 200p + p 2 − 4p

p 2 − 212p + 10000 = 0
− ( −212)  ( 212)2 − 4.10000
p1,2 =
2
212  4944 212  70,31
p1,2 = =
2 2
p1 = 70,85. maka C1 = 70,85 = 8,42 rad / sec
p 2 = 141,15, maka C 2 = 141,15 = 11,88 rad / sec

138
Rangkaian Elektrik II

3. Hitung faktor qualitas rangkaian elektrik berikut ini.

R
+

Vs
-
L

Misalkan arus yang mengalir :

i( t ) = Im sin( t + 00 )
Tegangan pada induktor.
di d[I sin(t )]
vL (t ) = L =L m = ImL cos (t )
dt dt
1). Energi pada induktor (L)
t t
w L ( t ) =  pL ( t ) dt =  v L ( t ).i( t ) dt
0 0
t
w L ( t ) =  Im L cos( t ).Im sin( t ) dt
0
t
w L ( t ) =  Im2 L sin( t ) cos( t )
0

I2 L
t
1 2
wL (t) = m
2 0 sin( 2t ) dt =
2
Im L sin 2 t

Energi maksimum yang disimpan :


1 2
w L (mak ) = L Im
2

139
Rangkaian Elektrik II

2). Energi pada resistor (R)

t t
w R ( t ) =  pL ( t ) dt =  i2 ( t ) dt
0 0
t
w L ( t ) =  R Im2 sin 2 (t ) dt
0

(1 − cos 2t )
t t
w L ( t ) = I R  sin (t ) dt = I R 
2
m
2 2
m dt
0 0
2

Im2 R 1
w L (t) = [t − sin( 2)]
2 2

Karena :
1 1
T= = (t − sin 2)
f 2

Energi yang didisipasi per cycle


1 2 1
Energi per cycle = RIm .
2 f
Faktor Qualitas :

Energi maksimum yang disimpan


Q = 2
Energi yang didisipasi per cycle
1 2
L Im
2 2f L L
Q = 2 = =
1 2 1 R R
R Im
2 f

140
Rangkaian Elektrik II

SOAL-SOAL

1. Pada rangkaian elektrik berikut ini :


1). Tentukan frekwensi resonansi
2). Tentukan frekwensi potong
3). Gambarkan respons frekwensi amplitudo
V = 10 0 volt

1F

I
+
V 1H

-

2. Pada rangkaian elektrik berikut :


1). Tentukan tanggapan frekwensi (arus Is)
2). Hitung arus maksimumnya
10 Ω

Is
+
Vs 10 H
-
10 F

Vs =100 volt
3. Hitung frekwensi resonansi untuk rangkaian elektrik pada gambar.

R L C

141
Rangkaian Elektrik II

5 mF

C R
10 mH

4. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung besarnya resistansi RL agar


terjadi resonansi

RL 10 Ω
+

Vs
-
10 Ω 5Ω

5. Pada rangkaian elektrik berikut, hitung frekwensi resonansi

4Ω 6Ω
+

Vs
-
1 mH 20 µF

142
Rangkaian Elektrik II

6. Hitung dan gambarkan frekwensi amplitudo, serta jenis filter rangkaian


elektrik berikut.

R1

+
+
Vin R2
C Vout
- -

7. Hitung dan gambarkan frekwensi amplitudo, serta jenis filter rangkaian


elektrik berikut.

Vs
- 10 H

15 µ F

8. Hitung faktor qualitas, rangkaian elektrik berikut.

R
+ +

Vs
Vs
- 10 H
-
C

15 µ F

143
Rangkaian Elektrik II

DAFTAR PUSTAKA

1. Mismail, Budiono, Rangkaian Listrik , Jilid Kedua, Bandung, Penerbit ITB,


1995

2. Irwin, J.D., Basic Engineering Circuit Analysis, Upper Saddle River,


Prentice Hall Internatinal Inc., 1996

3. Hayt, W.H, Kemmerly, J.E., Engineering Circuit Analysis, Terjemahan :


Rangkaian Listrik, 1990

4. Boylestad, Robert. Essential Of Circuit Analysis, Upper Saddle River,


New Jersey, Pearson Education Inc.,2004

5. Gisson , Tildon. Introduction to Circuit Analysisand Design, Amsterdam,


SpringerScience, 2011

6. Johnson D E. Electric Circuit Analysis . Upper Saddle River, Prentice Hall


International Inc.,1997

7. Naeem, Wasef. Concept in Electric Circuit. Wasef Naeem and Ventus


Publishing Aps., 2009

144
Rangkaian Elektrik II

Penulis dilahirkan dikota Pacitan, kota kabupaten yang


berada di pantai selatan pulau Jawa, yang merupakan
perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dilahirkan Tanggal 8 Juli 1955.
Pendidikan dasar sampai pendidikan menengah
diselesaikan di Kota Pacitan, SD Negeri Ardjowinangun,
SMP Neg. dan SMA Neg. Pacitan.
Penulis menempuh sarjana (S1) Fakultas Teknik.
Elektro ITS Surabaya.
(Tahun 1975 s/d 1980)

Pendidikan Magister Teknik Elektro di Fakultas Pasca Sarjana Universitas


Brawijaya Lulus tahun 2007 dibidang Teknik Elektro Terapan.
Penulis bekerja sebagai dosen di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya sejak tahun 1982, pernah menjabat sebagai Kepala
Laboratorium Mesin Listrik, Kepala Laboratorium Dasar Elektro dan
Pengukuran, serta sebagai Sekretaris Jurusan Teknik Elektro.
Matakuliah yang diajarkan adalah Transmisi Daya Elektrik, Mesin Elektrik,
Penggunaan Mesin Elektrik, Sistem Pentanahan dan Proteksi Tenaga Elektrik,
Rangkaian Elektrik.

145

Anda mungkin juga menyukai