Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KAPITA SELEKTA MATEMATIKA SMP/MTs

“Kesebangunan dan Kekongruenan”

Dosen pengampu mata kuliah: Tika Karlina Rachmawati, M.Pd.

DI SUSUN OLEH:

Meisya Merdiana NIM 1202050069

Nabilah Siti Nurul Shafa NIM 1202050081

Qaila Arinda Alfaren S NIM 1202050093

KELAS: PMTK 3C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
T.A 2021/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi taufik dan
hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kesebangunan dan
Kekongruenan”.

Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kapita
selekta matematika SMP/MTs di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Matematika. Dalam menyusun makalah ini banyak
hambatan yang ditemui, namun berkat petunjuk dan pertolongan-Nya, serta bantuan dari berbagai
pihak, syukur alhamdulillah penulis dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Dengan segala
ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan baik secara moral maupun
material, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Terutama ucapkan terima kasih ini
penulis sampaikan kepada:

1. Secara khusus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang tercinta kedua orang tua
yang telah banyak memberikan motivasi baik spiritual maupun materiel sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Tika Karlina Rachmawati, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah kapita selekta
matematika SMP/MTs yang telah membimbing penulis hingga penulisan makalah ini selesai.
3. Sahabat-sahabat: PMTK 3C dan rekan-rekan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
4. Pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan makakah ini.

Tanpa bantuan ini, penulis yakin bahwa penulisan ini tidak akan terwujud. Semoga Allah
SWT memberikan imbalan yang setimpal kepada semua pihak yang membantu penulisna makalah
ini. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangannya dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh dan pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk
memperbaiki makalah ini. Akhirul kalam, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca umumnya.

Kesebangunan dan Kekongruenan i


Bandung, September 2021

Penulis

Kesebangunan dan Kekongruenan ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................................ 2

BAB II METODE PENELITIAN ................................................................................................ 3

2.1 Metode yang Digunakan ....................................................................................................... 3


2.2 Data yang Diperlukan ........................................................................................................... 3
2.3 Sumber Data ......................................................................................................................... 3
2.4 Analisis Data ......................................................................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................ 4

3.1 Kesebangunan ....................................................................................................................... 4


A. Pengertian Kesebangunan ................................................................................................ 4
B. Kesebangunan Bangun Datar ........................................................................................... 4
C. Kesebangunan Segitiga .................................................................................................... 5
3.2 Kekongruenan ....................................................................................................................... 6
A. Pengertian Kekongruenan ................................................................................................ 6
B. Kekongruenan Bangun Datar ........................................................................................... 7
C. Kekongruenan Segitiga .................................................................................................... 7
3.3 Perbedaan Kesebangunan dan Kekongruenan ...................................................................... 9
3.4 Penerapan Kesebangunan dan Kekongruenan ...................................................................... 9

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 13

4.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 13

Kesebangunan dan Kekongruenan iii


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 14

Kesebangunan dan Kekongruenan iv


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam, kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan bentuk-bentuk bangun datar
dalam sebuah bangunan rumah. Misalnya, jendela dan pintu berbentuk persegi panjang,
lubang ventilasi berbentuk segitiga, dan ubin lantai berbentuk persegi. Bangun datar dengan
bentuk dan ukuran yang sama ini disebut sebangun jika memenuhi persyaratan.
Kongruen dan kesebangunan merupakan salah satu bagian dari materi ilmu
geometris. Membandingkan dua benda secara geometis dapat dilihat dari dua aspek, yaitu
bentuk dan ukurannya. Satu benda yang memiliki bentuk yang sama tapi dengan ukuran
berbeda banyak dijumpai atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, miniatur
bangunan dan bangunan itu sendiri, peta suatu daerah dengan daerah sesungguhnya dan lain-
lain.
Dua benda yang memiliki bentuk yang sama tetapi ukurannya berbeda disebut
sebangun. Adanya kesebangunan antara dua benda akan berguna untuk mengungkapkan
informasi berkaitan dengan benda kedua dengan memanfaatkan informasi pada benda pertama
atau sebaliknya. Untuk lebih mengetahuinya, kita akan mempelajari kesebangunan dan
kekongruenan melalui pembahasan berikut ini. Kesebangunan dan kongruensi berbeda satu
sama lainnya. Jika kesebangunan harus memenuhi syarat sudut-sudutnya yang bersesuaian
sama besar dan sisi-sisi yang bersesuaian sebanding, maka kekongruenan harus memenuhi
syarat bahwa dua bangun yang kongruen diimpitkan maka akan tepat saling menutupi, atau
bagian-bagian yang bersesuaian akan saling menempati dengan tepat. Kita dapat melihat
benda dengan bentuk sama tetapi ukuran yang berbeda. Perbedaan ukuran terjadi melalui
pembesaran atau pengecilan objek dengan menggunakan perbandingan skala tertentu.
Kesebangunan dan kongruensi bangun datar merupakan bagian dari materi
matematika yang dinilai relatif sulit bagi siswa. Siswa pasti kesulitan untuk menentukan
kesebangunan segitiga. Salah satu kompetensi dasar yang dimiliki siswa adalah
mengidentifikasi sifat-sifat kesebangunan dan kekongruenan. Melalui pembelajaran
kesebangunan dan kongruen ini akan dapat membantu memecahkan masalah sehari-hari.

Kesebangunan dan Kekongruenan 1


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka
perlu diidentifikasi masalah tentang Kesebangunan dan Kekongruenan. Sehubung dengan hal
tersebut, masalah-masalah yang akan diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kesebangunan?
2. Apa yang dimaksud dengan kekongruenan?
3. Apa perbedaan kesebangunan dan kekongruenan?
4. Bagaimana penerapan kesebangunan dan kekongruenan?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara jelas dan
menyeluruh mengenai Kesebangunan dan Kekongruenan, yaitu dengan cara mendeskripsikan
dan menganalisis unsur-unsur yang dapat menggambarkan permasalahan seperti yang
tercantum dalam rumusan masalah.
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengertian kesebangunan.
2. Mengetahui pengertian kekongruenan.
3. Mengetahui dengan jelas perbedaan kesebangunan dan kekongruenan.
4. Memeroleh gambaran mengenai penerapan kesebangunan dan kekongruenan.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran yang
bermanfaat bagi kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkenaan
dengan Kesebangunan dan Kekongruenan.

Kesebangunan dan Kekongruenan 2


BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Metode yang Digunakan


Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif.

2.2 Data yang Diperlukan


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau meruppakan data pendukung yang dapat
dipereoleh dari literatur-literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

2.3 Sumber Data


Dalam penelitian ini sumber data yang diperlukan untuk membantu pelaksanaan
penelitian adalah studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang bersifat teoritis serta
berhubungan dengan pembahasan masalah penelitian yang diperoleh dari literatur.

2.4 Analisis Data


Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis. Pengolahan dan
penganalisisan data pada penelitian kualitatif dilakukan melalui tahapan mengategorasikan
data, mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang penting, mencari pola dan informasi yang diperoleh dan
membuang informasi yang tidak perlu. Melaui penyajian data, maka data terorganisasikan,
tersusun dalam pola hubungan sehingga mudah dipahami. Adapun proses penarikan
kesimpulan dan verifikasi dilakukan untuk menemukan bukti-bukti yang kuat sampai
diperoleh simpulan yang dapat dipercaya.

Kesebangunan dan Kekongruenan 3


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kesebangunan
A. Pengertian Kesebangunan
Menurut (Tiyas, 2021) kesebangunan merupakan sebuah bangun datar di mana
sudut–sudutnya memiliki kesesuaian yang sama besarnya dan panjang sisi–sisi sudutnya
juga bersesuaian dengan memiliki sebuah perbandingan yang sama. Dengan kata lain,
kesebangunan merpuakan dua buah bangun yang memiliki sudut serta panjang sisi yang
sama.
B. Kesebangunan Bangun Datar

Dua bangun datar di atas adalah dua bangun yang sebangun, dengan memiliki
beberapa sifat seperti yang ada di bawah ini:
1. Pasangan sisi-sisinya yang bersesuaian mempunyai perbandingan nilai yang sama
𝐶𝐷 4
 Sisi CD dan RS merupakan = =½
𝑅𝑆 8
𝐷𝐵 4
 Sisi DB dan SQ merupakan = =½
𝑆𝑄 8
𝐴𝐵 4
 Sisi AB dan PQ merupakan = =½
𝑃𝑄 8
𝐴𝐶 4
 Sisi AC dan PR merupakan = =½
𝑃𝑅 8

Kesebangunan dan Kekongruenan 4


𝑪𝑫 𝑫𝑩 𝑨𝑩 𝑨𝑪
sehingga, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa = = = .
𝑹𝑺 𝑺𝑸 𝑷𝑸 𝑷𝑹
2. Besar sudut – sudut yang bersesuaian sama
∠A = ∠P; ∠B = ∠Q; ∠C = ∠R

Jadi, dua atau lebih bangun dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:

 Panjang sisi-sisi yang bersesuaian pada bangun-bangun tersebut memiliki perbandingan


yang senilai.
 Sudut-sudut yang bersesuaian pada bangun-bangun tersebut sama besar.
C. Kesebangunan Segitiga
Berbeda dengan bangun datar yang lain, syarat-syarat untuk membuktikan
kesebangunan pada segitiga memiliki keistimewaan tersendiri.
1. Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian sama (Sisi-Sisi-Sisi)

𝑃𝑅 2
 Sisi PR dan AC merupakan = =½
𝐴𝐶 4
𝑅𝑄 3
 Sisi RQ dan CB merupakan = =½
𝐶𝐵 6
𝑃𝑄 4
 Sisi PQ dan AB merupakan = =½
𝐴𝐵 8
𝑷𝑹 𝑹𝑸 𝑷𝑸
sehingga, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa = = .
𝑨𝑪 𝑪𝑩 𝑨𝑩
2. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar (Sudut-Sudut-Sudut)

Kesebangunan dan Kekongruenan 5


∠R = ∠Q; ∠P = ∠M; ∠Q = ∠M
3. Dua sisi bersesuaian memiliki perbandingan yang sama dan sudut bersesuaian yang
diapit sama besar

Sisi AC = DF; ∠C = ∠F; Sisi BC = EF


Jadi, syarat kesebangunan pada segitiga sebagai berikut:

3.2 Kekongruenan
A. Pengertian Kekongruenan
Menurut (tiyas, 2021) kekongruenan merupakan dua buah bangun datar yang di
mana kedua bangunnya sama– sama memiliki bentuk dan juga ukuran yang sama.
Kekongruenan ini biasa dilambangkan dengan pemakaian simbol ≅.

Kesebangunan dan Kekongruenan 6


B. Kekongruenan Bangun Datar

Pada kedua bangun di atas adalah bangun yang kongruen, karena panjang KL =
PQ, Panjang LM = QR, panjang MN = RS, panjang NK = SP maka oleh karena itu, pada
bangun KLMN dan PQRS dapat dikatakan adalah kongruen karena memiliki bentuk dan
ukuran yang sama.

Jadi, dua atau lebih bangun dikatakan kongruen jika memenuhi syarat sebagai
berikut:

 Dua bangun atau lebih dikatakan kongruen jika bangun-bangun tersebut memiliki
bentuk dan ukuran yang sama serta sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.
C. Kekongruenan Segitiga
Secara geometris, dua segitiga yang kongruen merupakan dua buah bangun
segitiga yang saling menutupi dengan tepat.
1. Tiga sisi yang bersesuaian sama besar (Sisi-Sisi-Sisi)

 Panjang sisi AC = PR
 Panjang sisi AB = PQ
 Panjang sisi CB = RQ
2. Sudut dan dua sisi yang bersesuaian sama besar (Sisi-Sudut-Sisi)

Kesebangunan dan Kekongruenan 7


Sisi AB = PQ; ∠B = ∠Q; sisi BC = QR
3. Satu sisi apit dan dua sudut yang bersesuaian sama besar (Sudut-Sisi-Sudut)

∠A = ∠P; sisi AC = PR; ∠Q = ∠R


Jadi, syarat kekongruenan pada segitiga sebagai berikut:

Kesebangunan dan Kekongruenan 8


3.3 Perbedaan Kesebangunan dan Kekongruenan
Hal mendasar yang membedakan kongruen dan sebangun, yaitu
 Bangun dikatakan kongruen jika sisi-sisi yang bersesuaian harus sama panjang
 Sementaa jika bangun dikatakan sebangun apabila perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian
harus sama besar
sehingga dapat disimpulkan bahwa, seluruh bangun yang kongruen sudah pasti sebangun,
namun jika sebangun belum tentu kongruen.

3.4 Penerapan Kesebangunan dan Kekongruenan


1. Gilang memiliki tinggi badan 150 cm. Gilang kemudian berdiri pada titik yang memiliki
jarak 10 m dari suatu gedung. Ujung bayangan dari Gilang berimpit dengan ujung
bayangan gedung. Jika panjang bayangan Febri yaitu 4 m, maka tinggi gedung tersebut
adalah…
Penyelesaian
Dik : Tinggi badan Gilang = 150 cm
Jarak Gilang ke gedung = 10 m
Panjang bayangan Febri = 4 cm
Dit: Tinggi gedung?
Jawab:

Kita perhatikan terlebih dahulu pada gambar bangun segitiga ABE dan segitiga ACD!
Dilihat dair prinsip kesebangunan, maka bisa kita dapatkan jika EB/DC = AB/AC,
sehingga:
1,5 4
= 14
𝐷𝐶
1,5 ×14
DC = 4
DC = 5,25 m
Jadi, tinggi gedung adalah 5,25 m.

Kesebangunan dan Kekongruenan 9


2. Perhatikan gambar bangun datar di bawah ini!

Berdasarkan gambar bangun persegi panjang ABCD dan PQRS di atas ialah sebagun.
Sehingga hitunglah:
a. Berapa panjang PQ?
b. Berapa luas dan juga keliling persegi panjang PQRS?

Penyelesaian

Dik: Pada pesergi panjang ABCD: AD = BC = 4 cm; AB = CD = 16 cm

Pada persegi panjang PQRS: PS = RQ = 6 cm

Dit:

a. Berapa panjang PQ?


b. Berapa luas dan juga keliling persegi panjang PQRS?

Jawab:

a. Perbandingan sisi AB dengan AD bersesuaian dengan sisi PQ dan PS, sehingga:

𝑃𝑄 𝐴𝐵
=
𝑃𝑆 𝐴𝐷

𝑃𝑄 16
=
6 4

6 ×16
PQ = = 24 cm
4

Jadi, panjang PQ adalah 24 cm.

b. Mencari luas dan juga keliling persegi panjang PQRS:

Luas persegi panjang menggunakan rumus: panjang x lebar, sehingga

Kesebangunan dan Kekongruenan 10


Luas persegi panjang PQRS, yakni:

PQ x PS = 24 cm x 6 cm = 144 cm²

Keliling persegi panjang PQRS, yakni:

Keliling persegi panjang PQRS = PQ + QR + RS + SP = 24 cm + 6 cm + 24 cm + 6


cm = 60 cm.

Jadi, luas persegi panjang PQRS adalah 144 cm² dan keliling persegi panjang PQRS
adalah 60 cm.

3. “Lebar Sungai”
Sinta ingin mengetahui lebar sungai. Di seberang sungai terdapat sebuah pohon. Untuk
itu dia menancapkan tongkat, sehingga berada pada posisi A, B, C, dan D dengan ukuran
seperti pada gambar.

Sinta ingin mengukur lebar sungai dari


tongkat D sampai pohon. Berapa lebar
sungai tersebut?

Penyelesaian
Dik: CD = 6 m
DA = 4 m
AB = 8 m
Dit: Lebar sugai?
Jawab:
Perhatikan sketsa berikut!

Kesebangunan dan Kekongruenan 11


Lebar sungai dapat dihitung dengan
memanfaatkan kesebangunan segitiga.
Lebar sungai = DP
𝐷𝑃 𝐷𝐶
=
𝐴𝑃 𝐴𝐵
𝐷𝑃 6
=8
4 + 𝐷𝑃
8DP = 6 x (4 + DP)
8DP = 24 + 6DP
8DP – 6DP = 24
2DP = 24
24
DP = = 12 m
2
Jadi, lebar sungai adalah 12 m.

Kesebangunan dan Kekongruenan 12


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan mengenai kesebangunan dan
kekongruenan ditinjau dari beberapa aspek, antara lain:
1. Suatu benda dikatakan sebangun apabila memiliki bentuk yang sama. Syarat kesebangunan
pada bangun datar yaitu panjang sisi-sisi yang bersesuaian pada bangun-bangun tersebut
memiliki perbandingan yang senilai dan sudut-sudut yang bersesuaian pada bangun-
bangun tersebut sama besar. Syarat kesebangunan pada segitiga, yaitu perbandingan sisi-
sisi yang bersesuaian sama, sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, dan dua sisi yang
bersesuaian memiliki perbandingan yang sama dan sudut bersesuaian yang diapit sama
besar.
2. Benda yang dikatakan kongruen apabila memiliki ukuran dan bentuk yang sama, bentuk-
bentuk tersebut merupakan duplikat yang persis sama satu sama lain.Syarat kekongruenan
bangun datar, yaitu memiliki bentuk, ukuran yang sama, dan sudut-sudut yang bersesuaian
sama besar. Syarat kekongruenan pada segitiga, yaitu sisi-sisi yang bersesuaian sama
panjang, dua sisi yang bersesuaian sama panjang dan satu sudut yang diapit oleh kedua sisi
tersebut sama besar, serta dua sudut yang bersesuaian sama besar dan satu sisi yang
bersesuaian sama panjang.
3. Perbedaan kesebangunan dengan kekongruenan, yaitu membedakan kongruen dan
sebangun, yaitu bangun dikatakan kongruen jika sisi-sisi yang bersesuaian harus sama
panjang. Sementaa jika bangun dikatakan sebangun apabila perbandingan sisi-sisi yang
bersesuaian harus sama besar
4. Penerapan kesebangunan dan kekongruen banyak kia temukan dalam kehidupan sehari-
hari, seperti mengukur tinggi tiang bendera, kita tidak perlu memanjat tiang bendera
tersebut. Kita dapat mengukurnya dengan cara membandingkan dengan tongkat. Selain itu
mengukur lebar sungai, lebar lapangan sepakbola. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga
banyak menemukan bentuk-bentuk bangun datar dalam sebuah bangunan rumah.
Misalnya, jendela dan pintu berbentuk persegi panjang, lubang ventilasi berbentuk segitiga,
dan ubin lantai berbentuk persegi.

Kesebangunan dan Kekongruenan 13


DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Chamila Kurnia. 2016. Penerapan Kesebangunan Dalam Kehidupan Sehari hari,
Makalah Kesebangunan Bangun Datar dan Segitiga serta Penerapanya. Jakarta: Blogspot.
Rich, Barnett, dkk. 2005. Geometri. Jakarta: Erlangga.
Sudwiyanto dkk. 2001. Terampil Berhitung Matematika . Jakarta: Erlangga.
Susanah dan Hartono. 2010. Geometri. Surabaya: Unesa University Press.
Tiyas. 2021. Kongruen dan Kesebangunan. Jakarta: Yuksinau.

Kesebangunan dan Kekongruenan 14

Anda mungkin juga menyukai