DI SUSUN OLEH:
KELAS: PMTK 3C
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi taufik dan
hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kesebangunan dan
Kekongruenan”.
Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kapita
selekta matematika SMP/MTs di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Matematika. Dalam menyusun makalah ini banyak
hambatan yang ditemui, namun berkat petunjuk dan pertolongan-Nya, serta bantuan dari berbagai
pihak, syukur alhamdulillah penulis dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Dengan segala
ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan baik secara moral maupun
material, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Terutama ucapkan terima kasih ini
penulis sampaikan kepada:
1. Secara khusus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang tercinta kedua orang tua
yang telah banyak memberikan motivasi baik spiritual maupun materiel sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
2. Ibu Tika Karlina Rachmawati, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah kapita selekta
matematika SMP/MTs yang telah membimbing penulis hingga penulisan makalah ini selesai.
3. Sahabat-sahabat: PMTK 3C dan rekan-rekan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
4. Pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan makakah ini.
Tanpa bantuan ini, penulis yakin bahwa penulisan ini tidak akan terwujud. Semoga Allah
SWT memberikan imbalan yang setimpal kepada semua pihak yang membantu penulisna makalah
ini. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangannya dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh dan pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk
memperbaiki makalah ini. Akhirul kalam, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca umumnya.
Penulis
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
3.1 Kesebangunan
A. Pengertian Kesebangunan
Menurut (Tiyas, 2021) kesebangunan merupakan sebuah bangun datar di mana
sudut–sudutnya memiliki kesesuaian yang sama besarnya dan panjang sisi–sisi sudutnya
juga bersesuaian dengan memiliki sebuah perbandingan yang sama. Dengan kata lain,
kesebangunan merpuakan dua buah bangun yang memiliki sudut serta panjang sisi yang
sama.
B. Kesebangunan Bangun Datar
Dua bangun datar di atas adalah dua bangun yang sebangun, dengan memiliki
beberapa sifat seperti yang ada di bawah ini:
1. Pasangan sisi-sisinya yang bersesuaian mempunyai perbandingan nilai yang sama
𝐶𝐷 4
Sisi CD dan RS merupakan = =½
𝑅𝑆 8
𝐷𝐵 4
Sisi DB dan SQ merupakan = =½
𝑆𝑄 8
𝐴𝐵 4
Sisi AB dan PQ merupakan = =½
𝑃𝑄 8
𝐴𝐶 4
Sisi AC dan PR merupakan = =½
𝑃𝑅 8
Jadi, dua atau lebih bangun dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
𝑃𝑅 2
Sisi PR dan AC merupakan = =½
𝐴𝐶 4
𝑅𝑄 3
Sisi RQ dan CB merupakan = =½
𝐶𝐵 6
𝑃𝑄 4
Sisi PQ dan AB merupakan = =½
𝐴𝐵 8
𝑷𝑹 𝑹𝑸 𝑷𝑸
sehingga, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa = = .
𝑨𝑪 𝑪𝑩 𝑨𝑩
2. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar (Sudut-Sudut-Sudut)
3.2 Kekongruenan
A. Pengertian Kekongruenan
Menurut (tiyas, 2021) kekongruenan merupakan dua buah bangun datar yang di
mana kedua bangunnya sama– sama memiliki bentuk dan juga ukuran yang sama.
Kekongruenan ini biasa dilambangkan dengan pemakaian simbol ≅.
Pada kedua bangun di atas adalah bangun yang kongruen, karena panjang KL =
PQ, Panjang LM = QR, panjang MN = RS, panjang NK = SP maka oleh karena itu, pada
bangun KLMN dan PQRS dapat dikatakan adalah kongruen karena memiliki bentuk dan
ukuran yang sama.
Jadi, dua atau lebih bangun dikatakan kongruen jika memenuhi syarat sebagai
berikut:
Dua bangun atau lebih dikatakan kongruen jika bangun-bangun tersebut memiliki
bentuk dan ukuran yang sama serta sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.
C. Kekongruenan Segitiga
Secara geometris, dua segitiga yang kongruen merupakan dua buah bangun
segitiga yang saling menutupi dengan tepat.
1. Tiga sisi yang bersesuaian sama besar (Sisi-Sisi-Sisi)
Panjang sisi AC = PR
Panjang sisi AB = PQ
Panjang sisi CB = RQ
2. Sudut dan dua sisi yang bersesuaian sama besar (Sisi-Sudut-Sisi)
Kita perhatikan terlebih dahulu pada gambar bangun segitiga ABE dan segitiga ACD!
Dilihat dair prinsip kesebangunan, maka bisa kita dapatkan jika EB/DC = AB/AC,
sehingga:
1,5 4
= 14
𝐷𝐶
1,5 ×14
DC = 4
DC = 5,25 m
Jadi, tinggi gedung adalah 5,25 m.
Berdasarkan gambar bangun persegi panjang ABCD dan PQRS di atas ialah sebagun.
Sehingga hitunglah:
a. Berapa panjang PQ?
b. Berapa luas dan juga keliling persegi panjang PQRS?
Penyelesaian
Dit:
Jawab:
𝑃𝑄 𝐴𝐵
=
𝑃𝑆 𝐴𝐷
𝑃𝑄 16
=
6 4
6 ×16
PQ = = 24 cm
4
PQ x PS = 24 cm x 6 cm = 144 cm²
Jadi, luas persegi panjang PQRS adalah 144 cm² dan keliling persegi panjang PQRS
adalah 60 cm.
3. “Lebar Sungai”
Sinta ingin mengetahui lebar sungai. Di seberang sungai terdapat sebuah pohon. Untuk
itu dia menancapkan tongkat, sehingga berada pada posisi A, B, C, dan D dengan ukuran
seperti pada gambar.
Penyelesaian
Dik: CD = 6 m
DA = 4 m
AB = 8 m
Dit: Lebar sugai?
Jawab:
Perhatikan sketsa berikut!
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan mengenai kesebangunan dan
kekongruenan ditinjau dari beberapa aspek, antara lain:
1. Suatu benda dikatakan sebangun apabila memiliki bentuk yang sama. Syarat kesebangunan
pada bangun datar yaitu panjang sisi-sisi yang bersesuaian pada bangun-bangun tersebut
memiliki perbandingan yang senilai dan sudut-sudut yang bersesuaian pada bangun-
bangun tersebut sama besar. Syarat kesebangunan pada segitiga, yaitu perbandingan sisi-
sisi yang bersesuaian sama, sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, dan dua sisi yang
bersesuaian memiliki perbandingan yang sama dan sudut bersesuaian yang diapit sama
besar.
2. Benda yang dikatakan kongruen apabila memiliki ukuran dan bentuk yang sama, bentuk-
bentuk tersebut merupakan duplikat yang persis sama satu sama lain.Syarat kekongruenan
bangun datar, yaitu memiliki bentuk, ukuran yang sama, dan sudut-sudut yang bersesuaian
sama besar. Syarat kekongruenan pada segitiga, yaitu sisi-sisi yang bersesuaian sama
panjang, dua sisi yang bersesuaian sama panjang dan satu sudut yang diapit oleh kedua sisi
tersebut sama besar, serta dua sudut yang bersesuaian sama besar dan satu sisi yang
bersesuaian sama panjang.
3. Perbedaan kesebangunan dengan kekongruenan, yaitu membedakan kongruen dan
sebangun, yaitu bangun dikatakan kongruen jika sisi-sisi yang bersesuaian harus sama
panjang. Sementaa jika bangun dikatakan sebangun apabila perbandingan sisi-sisi yang
bersesuaian harus sama besar
4. Penerapan kesebangunan dan kekongruen banyak kia temukan dalam kehidupan sehari-
hari, seperti mengukur tinggi tiang bendera, kita tidak perlu memanjat tiang bendera
tersebut. Kita dapat mengukurnya dengan cara membandingkan dengan tongkat. Selain itu
mengukur lebar sungai, lebar lapangan sepakbola. Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga
banyak menemukan bentuk-bentuk bangun datar dalam sebuah bangunan rumah.
Misalnya, jendela dan pintu berbentuk persegi panjang, lubang ventilasi berbentuk segitiga,
dan ubin lantai berbentuk persegi.
Hidayah, Chamila Kurnia. 2016. Penerapan Kesebangunan Dalam Kehidupan Sehari hari,
Makalah Kesebangunan Bangun Datar dan Segitiga serta Penerapanya. Jakarta: Blogspot.
Rich, Barnett, dkk. 2005. Geometri. Jakarta: Erlangga.
Sudwiyanto dkk. 2001. Terampil Berhitung Matematika . Jakarta: Erlangga.
Susanah dan Hartono. 2010. Geometri. Surabaya: Unesa University Press.
Tiyas. 2021. Kongruen dan Kesebangunan. Jakarta: Yuksinau.