Pangeran Taliwang (ke-1) merupakan gelaran yang diberikan kepada Raden Subangsa alias
Raden Marabut yang datang dari Kesultanan Banjarmasin ke Seleparang kemudian menetap
di Karang Banjar, negeri Taliwang, pulau Sumbawa. Raden Subangsa merupakan menantu
Raja Seleparang-Sumbawa (Kamutar Ampat).[1][2][3][4][5][6][7][8][9][10][11]
Datu Pangeran Taliwang
juga sebutan untuk Raja-raja Taliwang. Raja-raja di Taliwang yang merupakan keturunan raja-
raja Banjar, biasanya bergelar Pangeran atau Gusti.[12][13][14][15]
Menurut silsilah raja-raja Banjar yang terdapat di museum Candi Agung di kota Amuntai,
Kalimantan Selatan, terdapat seorang putera raja Banjar yang bernama Raden Arya Banjar
Tatas (P. Dipati Antasari) yang tinggal di pulau Bali (Gelgel ?) dan mengabdi pada raja Bali
(raja Gelgel - Dalem Waturenggong ?). Di Bali, Pangeran ini lebih dikenal sebagai Arya Banjar.
Jejak keturunan Banjar sampai sekarang masih dapat ditemukan di desa Kampung
Kusamba, kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.[16]
Jejak keturunan Banjar juga ditemukan di bagian barat pulau Lombok tepatnya di Kampung
Banjar di kecamatan Ampenan, kota Mataram. Menurut Hikayat Banjar-Kotawaringin,
kerajaan Banjar juga memiliki hubungan perdagangan yang baik dengan kerajaan Selaparang
yang terdapat di bagian timur pulau Lombok. Kerajaan Selaparang ini merupakan incaran
Kerajaan Gowa untuk ditaklukan. Baru pada tahun 1640 Selaparang Lombok dapat
ditaklukkan oleh Kerajaan Gowa (mungkin sebagian dari Kerajaan Selaparang). Tetapi
kedudukan Gowa di Selaparang tidak selalu kuat dan bertahan lama, sebab dalam Babad
Selaparang disebutkan cucu dari Deneq Mas Kertajagat yaitu Raja Kertabumi dapat
membangun Kerajaan Selaparang kembali. Kertabumi menyusun pemerintahan dengan
teratur dan membangun masyarakatnya sehingga kehidupan rakyat menjadi makmur.
Kerajaan Seleparang memiliki hubungan dagang yang baik dengan Kesultanan Banjarmasin.
Sehingga banyak pedagang dan bangsawan Banjar (termasuk Raden Subangsa) yang datang
di kerajaan Seleparang, dan sebagian menikah dengan wanita setempat. Suatu ketika Arya
Sudarsana (Arya Banjar), patih kerajaan Seleparang memberontak kepada Prabu Kertabumi
dan berhasil membunuh dua orang panglima kerajaan. Prabu Kertabumi sangat penasaran
dengan si Arya ini. Telah banyak korban yang jatuh dalam usaha melenyapkan manusia kutu
negeri ini. betapa tidak, permaisuri yang dibuatnya gila kasmaran telah menimbulkan
cemburu besar di hati raja. Kekalahan para prajurit andalan Selaparang melawan pasukan
Arya Sudarsana (Suranggana) yang cuma seratus orang lebih memanaskan hati baginda.
Karenanya pula raja Selaparang harus minta bantuan ke Banjarmasin. Raja Banjarmasin
mengutus Patih Pilo dan Patih Laga ke Selaparang. Sedang menurut versi lain, patih yang
dikirim Raja Banjarmasin ialah Patih Pilo dan patih Sudarbaya. Setelah pasukan bantuan dari
Banjarmasin ini tiba maka barulah pasukan Arya Banjar Getas (Arya Sudarsana) dikalahkan.
Karena terdesak dan tidak dapat mengalahkan kedua patih dari Kerajaan Banjarmasin. Ariya
Banjar (Arya Sudarsana) meminta perlindungan Raja Pejanggik. Di Kerajaan Pejanggik Ariya
Banjar di angkat menjadi patih (bergelar Dipati Patinglaga) dan mendapat anugerah seorang
isteri, yaitu Dewi Junti dari negeri Parigi. Pada suatu saat Ariya Banjar yang berganti nama
menjadi Banjar Getas. Tahun 1691 Patih Banjar Getas memberontak rajanya di Pejanggik.
Ketika Banjar Getas kewalahan menghadapi raja, ia meminta bantuan Raja Karangasem
untuk menghadapi lawannya. Pejanggik pun takluk akibat serangan pasukan gabungan
Banjar Getas dan Raja Karangasem.[17][18][19][20][21]
Biografi
Pangeran Taliwang (ke-1) adalah Raden Subangsa (sebelumnya bernama Raden Marabut).
Raden Subangsa digelari Pangeran Taliwang oleh orang Seleparang dan Sumbawa. Raden
Subangsa seorang bangsawan Banjar yang menjadi menantu Raja Seleparang-Sumbawa
(Datu Mutar). Raden Subangsa alias Raden Marabut putera dari Pangeran Martasari (Marta
Sahary) yang dinikahkan dengan Mas Surabaya puteri dari Raja Selaparang-Sumbawa
(Kamutar 4). Pasangan Raden Subangsa dan Mas Surabaya ini dianugerahi seorang putera
bernama Raden Mataram alias Amas Mattaram atau Maes Materan. Mas Surabaya
kemudian meninggal dunia.
Raden Subangsa yang ditinggal mati isterinya ini kemudian dinikahkan lagi oleh Raja
Selaparang-Sumbawa dengan puterinya Mas Panghulu yang tinggal di Sumbawa Besar. Buah
pernikahan ini memperoleh seorang putera yang bernama Raden Bantan alias Amas Bantani
atau Maes Bantam. Raden Subangsa oleh orang Selaparang dan orang Sumbawa Besar
digelari Pangeran Taliwang (Datu Taliwang), karena ibunda Raden Mataram/Amas Mattaram
(yakni Mas Surabaya) itu berdiam di negeri Taliwang. Mas Surabaya dan Mas Panghulu
merupakan saudara perempuan dari Mas Goa (Sultan Sumbawa).
Ketika di Tanah Banjar dahulu, dari isterinya yang tinggal di sana Raden Subangsa telah
memperoleh tiga orang puteri yaitu Gusti Yada, Gusti Tika dan Gusti Pika.
Seorang putera dari Pangeran Taliwang (Raden Subangsa) yang bernama Raden Bantan atau
Dewa Mas Bantan Datu Loka Dewa Dalam Bawa kemudian dinobatkan menjadi Sultan
Sumbawa ke-3.[22][23]
Raden Subangsa (bekas Raden Marabut) yang kini bergelar Pangeran Taliwang merupakan
anak tiri Putri Busu (Ratu Hayu) binti Sultan Mustain Billah Raja Banjar IV bin Sultan
Hidayatullah 1 Raja Banjar III.
Putri Busu telah menikahi sepupunya dari keluarga ayahnya yang bernama Raden Timbakal
bergelar Pangeran Martasari (bin Pangeran Mangkunagara).
Buah dari perkawinan Putri Busu dengan Pangeran Martasari maka lahirnya Raden Pamekas
(Raden Sutarta) dan Raden Sutasoma Pangeran Singamarta.[3][24][25][26]
Pangeran Martasari (bekas Raden Timbakal) kemudian menikah lagi dengan dua orang
gundik (selir) yang berasal dari pulau Jawa yang bernama Si Jawa dan Si Pasupit.
Nyai Si Jawa kemudian melahirkan tiga orang anak, salah satunya adalah Raden Subangsa.
Jadi hubungan darah antara Raden Subangsa Pangeran Taliwang dengan Raden Sutasoma
Pangeran Singamarta merupakan saudara sebapak lain ibu.
Kabar berita tentang keadaan Raden Subangsa di pulau Sumbawa diketahui oleh kerabat
kesultanan Banjar pada masa pemerintahan Sultan Ri'ayatullah (1660-1663) yang dibawa
beritanya oleh Raden Subantaka (yang ikut bersama rombongan Patih Pelo dan Patih
Laga/Sudarbaya) yang dahulu disuruh memperisterikan Raden Subangsa ke Selaparang.
Raden Subantaka adalah anak Pangeran Martasari. Jadi Raden Subantaka merupakan
paman dari Pangeran Singamarta dan Pangeran Taliwang ini.
Menurut Amir Hasan Kiai Bondan (1953), Pangeran Singamarta (bekas Raden Sutasoma)
adalah seorang Menteri Besar yang pernah diutus Sultan Banjar kepada pihak Kesultanan
Bima pada tahun 1701. Dalam lawatan ke pulau Sumbawa tersebut, Pangeran Singamarta
menikahi puteri dari Adipati Thopati Tlolouang (Taliwang?).[27]
Raden Subangsa merupakan saudara sepersusuan (saudara angkat) dengan Raden Kasuma
Lalana yang bergelar Pangeran Dipati Anom II yang setelah menjadi raja Banjar disebut
Sultan Dipati Anom.
Pangeran ini juga disebut Pangeran Suria Nata II bergelar Sultan Agung. Pangeran Suria
Nata II atau Sultan Agung alias Sultan Dipati Anom merupakan Sultan Banjar yang
memerintah tahun 1663-1679.[28] Sultan Dipati Anom inilah yang menyuruh memperisterikan
Raden Subangsa ke Selaparang dan demikian juga sanak-saudaranya yang lain juga
dinikahkan dengan putera/puteri dari kerajaan lain.[3][29]
Silsilah
— Hikayat Banjar.[3]
“ .....Kemudian daripada itu Pangeran Martasari lawan Ratu Hayu itu beranak
pula laki-laki dinamai Raden Pamakas. Banyak tiada tersuratkan. Kemudian
daripada itu maka Pangeran Dipati Antasari sumalah. Sudah kemudian
daripada itu maka Pangeran Martasari itu menggundik orang Jawa namanya Si
Jawa itu beranak laki-laki dinamai Raden Marabut. Sudah itu Pangeran Dipati
Tuha lawan Gusti Timbuk itu beranak laki-laki dinamai Raden Kasuma Lalana.
Ia itu sesusu dengan Raden Marabut itu.[3] ”
Hikayat Banjar-Kotawaringin menyebutkan tentang saudara-saudara Raden Marabut yang
sekandung dan sebapak:
“ Yang lain daripada itu maka gundik Pangeran Martasari Si Jawa itu beranak
pula dua orang laki-laki, namanya Raden Modin, yang muda bernama Raden
Chatib, seibu sebapa lawan Raden Marabut itu. Gundik seorang itu orang Jawa
jua itu namanya Si Pasupit itu beranak dua orang, seorang perempuan
namanya Gusti Bajah, seorang laki-laki namanya Raden Pakih.[3] ”
Hikayat Banjar-Kotawaringin menyebutkan tentang Raden Sutasoma yang kini bergelar
Pangeran Singamarta mengganti nama adik tirinya yaitu dari nama Raden Marabut kini
bernama Raden Subangsa:
“ Sudah itu maka Ratu Agung bekerja akan menggelar sekalian raja-raja yang
memegang pekerjaan. Maka Raden Sutasoma itu digelar oleh Ratu Agung:
Pangeran Singamarta. Sudah itu Pangeran Dipati Anta-Kasuma itu digelar oleh
Ratu Agung dinamai Ratu Kota Waringin. Maka Raden Kasuma Taruna itu
digelar oleh Ratu Agung dinamai Pangeran Dipati Kasuma Mandura; itu masih
di Martapura. Pangeran Dipati Anom itu disuruh Ratu Agung disebut Pangeran
di Darat pada orang karena tempatnya diam di darat pada istana itu; maka
segala orang menyebutnya Pangeran di Darat. Sudah itu maka Raden Kasuma
Raga digelar oleh Ratu Agung, Pangeran Mas Dipati. Sudah demikian maka
Pangeran Singamarta menggelar Raden Pamakas - Raden Sutarta, Raden
Marabut - Raden Subangsa.[3] ”
Kekerabatan Sultan Banjar dan Sultan Sumbawa
Kekerabatan Sultan Banjar (Panembahan Kuning) dengan Sultan Sumbawa (Dewa Mas
Bantan) diberitakan dalam laporan pelaut Inggeris dalam buku "Notices of the Indian
archipelago & adjacent countries: being a collection of papers relating to Borneo, Celebes,
Bali, Java, Sumatra, Nias, the Philippine islands" (1837:99), menyebutkan:[33][31]
"Sekitar tahun 1700, Inggris "About the year 1700, the English
memperbaiki diri di Banjar, fixed themselves in Banjar, with
dengan sekitar 40 orang Inggris about 40 English and 100 Bugis, at
dan 100 Bugis, pada saat itu kepala which time the chief of Banjar had
Banjar memiliki gelar the title of Panambahan, and of the
Panembahan, dan dari keluarga family of Sumbawa..
[penguasa] Sumbawa."[33]
— Notices of the Indian
Dalam "The Asiatic Journal and Monthly archipelago & adjacent countries
Register for British India and Its (1837:99) .[33]
Dependencies" (1816:571) tertulis:[34]
"Sekitar tahun 1700, Inggris "About the year 1700, the English
memperbaiki diri mereka di fixed themselves in Banjar, with
Banjar, dengan sekitar empat about forty English and one
puluh orang Inggris dan seratus hundred Bugis-men, at which time
orang Bugis, yang pada saat itu the chief of Banjar had the title of
kepala Banjar memiliki gelar Panambahan, and was of the
Panembahan, dan berasal dari family of Sumbawa."
keluarga [penguasa] Sumbawa."[34]
— The Asiatic Journal and Monthly
Raja Sumbawa pada tahun 1700 adalah Mas Register for British India and Its
Bantan Datu Loka Dewa Dalam Bawa Dependencies" (1816:571).[34]
(memerintah 1675-1701; wafat 1713).[35]
https://pl.wikipedia.org/wiki/W%C5%82adcy_Sumbawy#Su%C5%82tani_Sumbawy
Ketika Mas Goa diturunkan dari tahta raja Sumbawa, maka ada usulan untuk menjadikan raja
Sumbawa penggantinya yakni Amas Malin dan Amas Atchin, tetapi mereka tidak pantas
mereka menjadi raja, karena mereka bukan dari garis keturunan raja Sumbawa terdahulu,[39]
tapi dari (ibu orang) Bali. Maka diusulkan, keponakan Mas Goa bernama Amas Mattaram dan
Amas Bantani (=Datu Loka).[40][41][42]
Penerbit Martinus Nijhoff (1971:58) dalam "Rijks geschiedkundige publicatiën: Grote serie",
Volume 134, menyebutkan: [43]
Mas Bantam dan Mas Mataram, " Mas Bantam en Mas Mataram,
putra dari dua saudara zoons van twee zusters van den
perempuan Raja Sumbawa dan Koning van Sumbawa en van den
Raden Subangsa dari Bandjarmasinsen Raden Subangsa.
Bandjarmasin. Mas Bantam Mas Bantam volgde na de afzetting
berhasil [menjadi raja] setelah van Mas Gowa in Sumbawa op; hij
deposisi (menggeser) Mas Goa di was gehuwd met een dochter van
Sumbawa; dia menikah dengan den Vorst van Tello en werd in
seorang putri Pangeran Tallo dan 1705 opgevolgd door zijn zoon Mas
digantikan pada tahun 1705 oleh Madura; hij stierf in mei 1713.
putranya Mas Madura (Amas
— Rijks geschiedkundige
Madina); dia meninggal pada Mei
publicatiën: Grote serie", volume
1713.
134.[43]
[44][43]
Silsilah
Silsilah menurut naskah hikayat Cerita Turunan Raja-raja
Banjar dan Kotawaringin yang juga disebut Hikayat Raja
Banjar dan Kotawaringin, Raden Subangsa Pangeran
Taliwang merupakan keturunan ke-5 dari Sultan Banjar I
Suriansyah,
Trah RAJA
MAJAPAHIT[45]
RAJA NEGARA
DIPA 4
♂ Maharaja
Suria-Nata
Raden Putra
Raden Suria-
Cipta
Raden Aria
Gegombak
Janggala Rajasa
↓(beristeri)
♀ Putri Junjung
Buih RAJA
NEGARA DIPA
3
Raden Galuh
Cipta-Sari
Putri Ratna
Janggala Kadiri
RAJA NEGARA
DIPA 5
♂ Maharaja
Suria-
Ganggawangsa
↓(beristeri)
♀ Putri
Huripan
binti
Lambung
Mangkurat
RAJA NEGARA
DIPA 2
bin
Empu Jat-Maka
Maharaja di
Candi RAJA
NEGARA DIPA
1
♀ Putri
Kalarang
↓(bersuami)
♂ Pangeran
Suria-Wangsa
bin
Maharaja
Suria-Nata
RAJA NEGARA
DIPA 6
♂ Maharaja
Carang Laleyan
↓(beristeri)
♀ Putri
Kalungsu RAJA
NEGARA DIPA
7
binti
Maharaja
Suria-
Ganggawangsa
RAJA NEGARA
DAHA 1
♂ Maharaja
Sari
Kaburungan
Raden Sekar
Sungsang
RAJA NEGARA
DAHA 2
♂ Maharaja
Sukarama
♂ Maharaja ♂ Pangeran
Mangkubumi
↓(bersuami) Tumenggung
bin
Raden
Bangawan
bin
Raden Sekar
Sungsang
SULTAN
BANJAR 1
m. 1500-
1540/46[46][47]
♂ Raden Jaya
Sutera
Raden Raga
Samudera
Pangeran Jaya
Samudera
Sultan
Suryanullah
Sultan
Suriansyah
anumerta:
Susunan
Panembahan
Batu Habang
♂ Pangeran SULTAN ♀ Putri
Anom
BANJAR 2
Norhayati
Pangeran di ♂ Sultan
Hangsana Rahmatullah
anumerta:
Susunan
Panembahan
Batu Hirang m.
1546-1570
SULTAN
BANJAR 3 m.
1570-1595
♂ Pangeran
♂ Sultan
Demang
♂ Raden
Hidayatullah 1
Dipati Zakaria
anumerta:
Demang
Susunan
Panembahan
Batu Putih
Mustain Mangkunagara
(cucu dari
Billah
(anak dari Kiyai Di
Marhum Putri Nur Alam Podok)
Panembahan
binti Pangeran
Raden di Laut)
Senapati
Gusti Kecil
Raden Kushil
(cucu dari
Tuan Khatib
Banun)
♂ Raden
Timbakal
Pangeran
♂ Raden Dipati
Timbako
Martasari ♂ Raden
Pangeran Subantaka
Singasari
↓(beristeri)
♀ nyai Si Jawa
KEDATUAN
TALIWANG
Pangeran
Taliwang 1
♂ Raden
♂ Raden Marabut
♂ Raden
Modin Raden Khatib
Subangsa
Leluhur
16. ♂ Sultan Rahmatullah
Banjar I [49]
8. ♂ Sultan
Hidayatullah 1
17. ♀
4. ♂ Pangeran
Mangkunagara
(Raden
Subamanggala)
18. ♂ Pangeran di Laut
9. ♀ Putri Nur
Alam
19. ♀
2. ♂ Pangeran
Martasari
(Raden
Timbakal)
20. ♂
10. ♂
21. ♀
5. ♀
22. ♂
11. ♀
23. ♀
1. ♂
Pangeran
Taliwang
(Raden
Subangsa)
Raden
Marabut
24. ♂
12. ♂
25. ♀
6. ♂
26. ♂
13. ♀
27. ♀
3. ♀ Nyai Si
Jawa (selir
orang Jawa)
28. ♂
14. ♂
29. ♀
7. ♀
30. ♂
15. ♀
31. ♀
Hubungan Silsilah
Hubungan Silsilah dengan Sultan
Muhammad Kaharuddin IV
Raden Marabut
Raden Subangsa
↓(beristeri)
♂ Raden Bantan
Amas Bantani
(+ Mei 1713)
binti
Amas Madina
↓(beristeri) menikah 29
November 1702
binti
Karaeng Bontowa 02
↓(bersuami)
♂ I Mappasempa' Ahmad
Daeng Mamaro Opu
Mangnguluang Karaeng
Bontolangkasa 06
♀ Siti Khadijah
Datu Baing
SULTAN SUMBAWA IX m.
1762-1765
♂ Datu Pengantin
Pangeran Anom
Mangkuningrat
Dewa Pangeran
SULTAN SUMBAWA X m. 1765
↓(beristeri)
♀ Ratoe Laija[53]
SULTAN SUMBAWA XI m.
1795-1816
Lalu Muhammad
↓(beristeri)
♀ Lala Amatollah
binti
SULTAN SUMBAWA XV m.
1843-1882
↓(beristeri)
binti
↓(beristeri)
♀ Datu Balasari
↓(beristeri)
binti
↓(beristeri)
♀ Siti Khodijah Daeng Ante
Ruma Pa'duka
binti
Muhammad Abdurrahman
Daeng Rajadewa
Daeng Ewan
Datu Tenri
binti
↓(bersuami)
♂ ♂
Raehan Rayaka
♂ Raindra Saadya Ramadhan
Omar Ali
Priyanto
Hasani Kareem
Priyanto Priyanto
Raden Marabut
Raden Subangsa
↓(beristeri)
♂ Raden Bantan
(+ Mei 1713)
binti
♀ Dewa Iya
Datu Tengah
↓(bersuami)
♂ Datu Seppe
↓(beristeri)
♀ Ran Tambas
SULTAN SUMBAWA IX m.
1761-1752
↓(beristeri)
♂ Lalu Abdullah
Syahbandar
↓(bersuami)
♂ Sultan Abdullah
Muhammad Syah
♂ Sultan Ibrahim
↓(beristeri)
♀ Siti Fatimah
binti
♂ Sultan Muhammad
Salahuddin
anumerta: Marrbora di
Jakarta, Ma Kakidi Agama
(yang meninggal di Jakarta,
yang menegakkan agama)
↓(beristeri)
♀ Siti Aisyah
binti
Sultan Muhammad
Sirajuddin, Manuru Kupa
SULTAN DOMPU XX
SULTAN BIMA XV
anumerta:Ruma Ma Wa'a
Busi Ro Mawo
↓(beristeri)
♀ Hj. RM Zubaidah
♂ Putra (Iskandar)
Zulkarnain
Dae Ferry
↓(beristeri)
(Bupati Bima)
♂ Muhammad Putera
Ferryandi
↓(beristeri)
♀ ♂ ♂
Referensi
1. https://www.scribd.com/doc/190123982/Hikayat-Banjar
22. http://kesultananbanjar.com/id/hubungan-kesultanan-
sumbawa-dengan-kesultanan-banjar/
24. http://sejarahastrologimetafisika.blogspot.com/2011/06/silsila
h-kerajaan-banjar.html
25. https://plus.google.com/104506069717580147857/posts/gsKkm
G8PtcB
26. https://archive.kaskus.co.id/thread/4338834/12
29. http://suluhbanjar.blogspot.co.id/2010/11/sejarah-orang-
orang-banjar-di-pulau.html
31. "The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia" (htt
ps://www.google.co.id/books/edition/The_Journal_of_the_India
n_Archipelago_an/sJAaAQAAIAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=banjar
massing&pg=PA509&printsec=frontcover) (dalam bahasa
Inggris). 2. 1848: 509.
34. "The Asiatic Journal and Monthly Register for British India
and Its Dependencies" (https://books.google.co.id/books?id=gp
BNAAAAcAAJ&pg=PA561&dq=Panambahan,+and+was+of+th
e+family+of+Sumbawa&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjup9aSqc_
fAhUCTI8KHZNsDIwQ6AEIKjAA#v=onepage&q=Panambaha
n%2C%20and%20was%20of%20the%20family%20of%20Sum
bawa&f=false) (dalam bahasa Inggris). Black, Parbury &
Allen. 1816: 561.
35. http://www.mbojoklopedia.com/2018/04/perang-para-
pangeran-sumbawa.html?m=1
56. http://web.raex.com/~obsidian/seasiaisl.html#Bima
Lihat pula
Muhammad Jalaluddin II
Pranala luar
https://dapobud.kemdikbud.go.id/detail/cagar-budaya-
situs/603d165b55f806252251dcdd
http://suluhbanjar.blogspot.com/2010/11/sejarah-orang-
orang-banjar-di-pulau.html
http://opiniartikel.kampung-media.com/2017/04/15/situs-
sejarah-kesultanan-taliwang-di-anggaraksa-18272
Diarsipkan (https://web.archive.org/web/2018030804173
8/http://opiniartikel.kampung-media.com/2017/04/15/situ
s-sejarah-kesultanan-taliwang-di-anggaraksa-18272)
2018-03-08 di Wayback Machine.
http://aryheritage.blogspot.co.id/2016/11/makam-
makam-tua-di-pulausumbawa-nusa.html
http://gdefik.blogspot.co.id/2012/10/kedatuan-di-gumi-
sasak-1.html
https://www.myheritage.com/person-
1503365_223968631_223968631/raden-subangsa-
pangeran-datu-taliwang-raden-marabut-datu-taliwang-
Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Pangeran_Taliwang&oldid=19377001"
Terakhir disunting 3 hari yang lalu oleh Alamnirvana
Wikipedia