Appendiks Post Operasi
Appendiks Post Operasi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendiksitis merupakan kasus bedah yang sering ditemukan.
Umumnya terjadi pada masa remaja, tetapi kasus ini juga banyak ditemukan
pada orang dewasa.
Banyak hal yang mendasari timbulnya peradangan, erat kaitannya
dengan pola nutrisi dan eliminasi kebiasaan makan makanan yang pedas dan
rendah serat merupakan salah satu penyebab timbulnya apendiksitis. Dugaan
sementara adalah terjebaknya serpihan tinja keras ataupun biji kecil yang
termakan di dalam apendiks. Seperti dipaparkan situs Nerdoctor.co.uk,
apendiksitis bisa terjadi pada segala usia. Kasus terbanyak pada usia 8-25
tahun, hanya pada anak di bawah dua tahun jarang terjadi
(http://www.kompas.com/kompas/0212/03/iptek/36403.htm). Sedangkan
menurut data statistik dari angka kejadian penderita apendiksitis yang dirawat
di unit Lukas PK. Sint Carolus sejak Januari-Juli 2005 sebanyak 103 pasien.
Maka pencegahan yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan
mengenai bagaimana mengatur pola nutrisi yang baik dan mendukung
kesehatan. Pada kesempatan ini pula penulis membahas tentang apendiksitis
dengan harapan agar masyarakat lebih banyak mengenal dan mengetahui
bagaimana penyakit itu terjadi, upaya pencegahan dini melalui penyuluhan
dari tenaga kesehatan.
Adapun peran perawat selain memberikan informasi adalah
memberikan asuhan keperawatan pada pasien apendiksitis pre maupun post
operasi dengan memperlihatkan prinsip-prinsipnya dengan harapan dapat
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk memperdalam pengetahuan tentang apendiksitis dan penerapannya
pada kasus nyata di bangsal.
2. Memperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien sesuai dengan
konsep dasar yang diperoleh selama proses belajar di kelas maupun dari
literatur yang ada.
3. Untuk menerapkan asuhan keperawatan berdasarkan konsep dan
disesuaikan kondisi dan keunikan pasien.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah:
1. Studi kepustakaan
Mengambil beberapa literatur sebagai sumber dan acuan teori dalam
penulisan makalah mengenai apendiktomi post operasi.
2. Studi kasus
Penulis melakukan pengamatan langsung pada pasien apendiktomi post
operasi di unit Lukas melalui pengkajian, observasi serta intervensi
keperawatan.
D. Sistematika Penulisan
Dimulai dengan bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II tinjauan
teoritis yang berisi konsep dasar medik dan konsep asuhan keperawatan,
patoflowdiagram dan perencanaan pulang. Bab III pengamatan kasus terdiri
dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab IV Pembahasan kasus yang
menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus. Bab V kesimpulan dari
seluruh materi yang telah ditulis.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4. Patofisiologi
Obstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi
mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak
dan menekan dinding apendiks sehingga mengganggu aliran limfe dan
menyebabkan dinding apendiks edema serta merangsang tunika serosa dan
peritoneum viseral dan dirasakan sakit di daerah sekitar perut kanan
bawah/titik Mc Burney.
Mukus yang terkumpul terinfeksi bakteri dan menjadi nanah
kemudian timbul gangguan sirkulasi. Karena terjadi gangguan sirkulasi
darah maka timbul gangren, dan dapat terjadi kerapuhan dinding apendiks
yang menyebabkan perforasi.
Bila semua proses di atas hingga timbul suatu massa lokal yang
disebut infiltrat apendicularis, peradangan apendiks tersebut ditambah
dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya
perforasi. Seringkali perforasi ini terjadi dalam 24-36 jam. Bila proses ini
berjalan lambat, organ-organ di sekitar ileum terminal, sekum, dan
omentum dalam membentuk dinding mengitari apendiks sehingga
berbentuk abses yang terlokalisasi.
6. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan darah lengkap: menunjukkan adanya peningkatan jumlah
leukosit.
- Pemeriksaan urin rutin: ditemukan sejumlah kecil eritrosit dan leukosit.
- Foto abdomen: gambaran fekalit, adanya massa jaringan lunak di
abdomen kanan bawah, dan mengandung gelembung-gelembung udara.
- USG menunjukkan gambaran apendiksitis.
- Pemeriksaan fisik nyeri tekan pada titik Mc Burney.
7. Komplikasi
- Abses akibat dari perforasi dinding apendiks.
- Peritonitis akibat infeksi dari perforasi dinding apendiks yang
menyebar ke seluruh rongga perut.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan peradangan pada apendiks.
2) Resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan muntah
pembatasan cairan peroral (pre op).
3) Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ruptur apendiks.
5) Hipertermi berhubungan dengan peradangan apendiks.
6) Kurang pengetahuan mengenai persiapan pre operatif dan
perawatan post operatif.
b. Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2) Resiko tinggi kurang volume cairan berhubungan dengan intake
kurang, pembatasan pemasukan cairan secara oral (puasa post op).
3) Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, puasa post op.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan peradangan pada apendiks.
HYD: - Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, intensitas
2-3.
- Ekspresi wajah dan posisi tubuh tampak relaks.
- Mampu tidur atau istirahat
Rencana Tindakan:
a) Observasi tanda-tanda vital.
Rencana: Deteksi dini terhadap tanda-tanda komplikasi.
b) Kaji dan catat kualitas, lokasi dan intensitas nyeri.
Rencana: Karakteristik nyeri dapat menunjukan bahaya dari
proses apendiksitis.
c) Pertahankan istirahat, beri posisi semi fowler.
Rencana: Sebagai teknik relaksasi dan menghilangkan tegangan
dengan posisi terlentang.
d) Ajarkan teknik nafas dalam.
Rencana: Untuk mengurangi tekanan dan membantu otot-otot
untuk relaksasi.
e) Berikan aktivitas hiburan seperti baca koran, baca buku.
Rencana: Meningkatkan teknik relaksasi dan meningkatkan
kemampuan koping.
f) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional: Therapi analgetik dapat mengurangi atau
menghilangkan nyeri.
b. Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
HYD: - Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, intensitas
2-3.
- Ekspresi wajah dan posisi tubuh tampak relaks.
- Mampu tidur atau istirahat
Rencana Tindakan:
a) Observasi tanda-tanda vital.
Rencana: Dapat mengidentifikasi rasa sakit dan ketidak-
nyamanan.
b) Kaji dan catat kualitas, lokasi dan intensitas nyeri.
Rencana: Menentukan intervensi selanjutnya.
c) Pertahankan istirahat, beri posisi semi fowler.
Rencana: Sebagai teknik relaksasi dan menghilangkan tegangan
dengan posisi terlentang.
d) Ajarkan teknik nafas dalam.
Rencana: Untuk mengurangi tekanan dan membantu otot-otot
untuk relaksasi.
e) Tekan daerah insisi dengan bantal selama/pada saat aktivitas.
Rencana: Mengurangi keluhan nyeri saat beraktivitas.
f) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional: Therapi analgetik dapat mengurangi atau
menghilangkan nyeri.
4. Perencanaan Pulang
a. Klien diinstruksikan untuk membuat janji menemui ahli bedah yang
akan mengangkat jahitan hari ke-5 dan 7.
b. Aktivitas normal biasanya dapat kembali dilakukan 2-4 minggu.
c. Jaga balutan luka operasi agar tetap kering dan tidak lembab.
d. Pasien dan keluarga diajarkan cara merawat luka.
e. Memperhatikan nutrisi yang bergizi untuk perbaikan jaringan yang
sudah rusak.
C. PATOFLOWDIAGRAM
- Fekalit
- Tumor atau benda asing Tertahan di apendiks
- Pembengkakan usus, besar
- Kekakuan pada apendiks
- Obstruksi lumen
Peradangan
Iskemia
Gangren Abses
Pengamatan kasus dilakukan di unit Lukas kamar 66-2 pada Nn. MS,
berusia 12 tahun, beragama Islam, suku Jawa. Klien masuk rumah sakit pada
tanggal 31 Agustus 2005 melalui UGD PKSC dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah dan diagnosa masuk Apendiksitis Akut.
Klien mengatakan sejak 4 hari yang lalu setelah berolah raga di sekolah
mengeluh nyeri abdomen kanan bawah, hilang timbul, ada demam dan mual.
Minum Panadol sedikit membantu. Sejak 2 hari yang lalu nyeri tidak dapat
ditahan, muntah 1x kuning cair, demam kemudian klien memutuskan berobat ke
UGD PKSC dan dianjurkan untuk dirawat dan pada tanggal 1 Agustus 2005
dilakukan operasi Apendiktomi atas indikasi apendiksitis akut.
Pada saat pengkajian, post operasi hari kedua, keadaan umum klien tampak
sakit sedang, kesadaran compos mentis, terpasang infus three way. DIR dan DIR +
Novalgin 1 ampul 12 jam/kolf pada lengan sebelah kiri. Observasi tanda-tanda
vital suhu: 37oC, nadi: 80 kali/menit, HR: 84 kali/menit, pernafasan: 21
kali/menit, tekanan darah: 110/80 mmHg, bising usus: 11 kali/menit, distensi
abdomen tegang, tampak balutan luka operasi di abdomen kuadran kanan bawah,
kering tidak ada rembesan, belum boleh makan, diet minum bebas cair II. Klien
mengeluh nyeri di daerah luka operasi abdomen kuadran kanan bawah intensitas
6, terus menerus, mual.
Hasil laboratorium tanggal 1 Agustus 2005; leukosit 4600 /uL, fosfatase
alkali: 265 u/L, massa protrombin: 17,1 detik, APTT: 42,9 detik. USG: kesan
Apendiks berdiameter 7,5 cm (kemungkinan apendiksitis akut) USG organ-organ
lain tidak ditemukan.
Terapi yang didapat: Inpepsa 3x15 cc, Gastridine 2x1 gram, Broadced 2x1
gram, Tramal 3x1 ampul, Panadol 3x1 tablet. Dari hasil data di atas ditemukan
beberapa diagnosa keperawatan yaitu: nyeri berhubungan dengan insisi
pembedahan, Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan,
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Setelah melakukan pengamatan kasus di unit Lukas kamar 66-2 pada Nn.
MS berusia 12 tahun, penulis membandingkan antara teori dan pengamatan kasus
secara langsung di lapangan, di dapatkan beberapa hal, yaitu:
Dalam pengkajian asuhan keperawatan pada teori, dikatakan bahwa
Apendiksitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adanya benda
asing pada apendiks, sedangkan ditinjau dari penyebab pada kasus penyebab yang
terjadi dari pola makan yang sering mengkonsumsi sambal, yang mengandung
biji-bijian sehingga menyebabkan adanya benda asing pada apendiks. Tanda dan
gejala yang ditampilkan oleh klien sesuai dengan teori yaitu nyeri tekan abdomen
kuadran kanan bawah, mual, muntah, demam. Dari hasil pemeriksaan diagnostik
menunjukkan apendiksitis (hasil USG abdomen), sedangkan pada pemeriksaan
darah ditemukan leukopeni dimana leukosit 4.600 /uL. Pada saat post operasi
klien menunjukkan keluhan nyeri pada daerah luka operasi abdomen kuadran
kanan bawah intensitas 6 dan mual. Mual dikarenakan efek samping dari anestesi
saat operasi.
Sedangkan dalam memutuskan diagnosa keperawatan yang tepat untuk
klien Nn. MS diangkat 4 diagnosa keperawatan sesuai dengan keadaan klien saat
menerapkan asuhan keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan analisa data yang diperoleh yaitu : Nyeri berhubungan dengan insisi
pembedahan, resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi
pembedahan. Hal ini sesuai dengan teori yang didapat. Diagnosa resiko tinggi
kurang volume cairan tubuh tidak diangkat karena pada saat pengamatan klien
sudah mendapatkan diet minum bebas cair II.
Setelah mengangkat diagnosa keperawatan, adapun perencanaan yang
dilakukan disesuaikan dengan diagnosa keperawatan. Dalam melakukan
implementasi keperawatan disesuaikan dengan keadaan klien pada saat perawatan
sangat kooperatif dalam menjalani terapi dan pemberian asuhan keperawatan.
Setelah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan penerapan asuhan
keperawatan yang telah diberikan kepada klien didapatkan bahwa ada
keberhasilan dari setiap tindakan yang diberikan klien mengungkapkan secara
verbal bahwa nyeri pada luka operasi berkurang intensitas 5, mual masih ada
sedikit berkurang, balutan luka operasi kering dan tidak ada rembesan, dan tubuh
merasa membaik ditandai dengan klien dapat beraktivitas mandi di kamar mandi
dibantu oleh ibunya. Semua rencana tindakan keperawatan untuk semua diagnosa
keperawatan tetap dilanjutkan oleh perawat ruang karena keterbatasan waktu.
BAB V
KESIMPULAN
Doengoes, Marilynn E. (1993). Nursing Care Plans Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care. Ahli Bahasa I Made Kariasa (2000). Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta: EGC.
Noer Sjaifoellah (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI Jakarta.