Anda di halaman 1dari 4

Kisah Bandung Lautan Api

Peristiwa  January 14, 2015  0  Admin Sejarahri.com

Sore tanggal 23 Maret 1946 adalah detik-detik menegangkan bagi Jenderal A.H Nasution,
Sjafruddin Prawiranegara, Didi Kartasasmita dan ribuan penduduk Bandung. Mereka bertiga harus
ke Jakarta menghadap perdana menteri Sjahrir membahas ultimatum dari tentara Inggris atas
pengosongan kota Bandung sejauh 11 KM. A.H Nasution sebelumnya meminta Inggris
memperpanjang waktu Ultimatum pengosongan, tapi tentara dari negara Ratu Elizabeth itu ngotot,
kota harus kosong pada 24 Maret tepat pukul 24.00 Wib.

Saat menghadap Sjahrir, kata sepakat tak kunjung tercapai. Sjahrir membujuk Nasution supaya
lekas meninggalkan kota. Sebab, dalam pandangan Sjahrir Pasukan Tentara Republik Indonesia
(TRI) belum mampu melawan tentara dari Brigade Macdonald tersebut. Akhirnya pada hari itu juga
Nasution kembali ke Bandung. Ia mengumpulkan Komandan TRI, Pasukan Laskar dan jajaran
pemerintah kota. Mereka menginisiasikan perlawan terhadap tentara Inggris.

Pukul 21.00 Wib 24 Maret, 3 jam menjelang batas ultimatum Inggris, perlawanan mereka akhirnya
terwujud. Nasution dan pasukan TRI membakar gedung-gedung di kota Bandung. Api berkobar di
seluruh penjuru bumi parahyangan malam itu. Gedung pertama yang dibakar Bank Rakjat, disusul
beberapa gedung di Banceuy, Braga, Cicadas dan Tegallega. Bagi mereka, opsi membakar kota
adalah simbol penentangan atas instruksi Inggris. Lagipula, tidak mungkin memindahkan ribuan
pasukan dalam jangka waktu yang sangat sempit.

Malam itu, bukan hanya TRI yang meninggalkan kota, masyarakat berbondong-bondong melangkah
kakinya menjauhi Kota. Yang tersisa bagi Inggris hanya puing-puing gosong yang tak bermakna.
Bandung diterangi api, setelahnya sunyi senyap menyelimuti seluruh penjuru kota.

Seluruh permukaan yang ada mejadi berwarna merah, bahkan langit pun diliputi udara kemerahan.
Terjelma ucapan Mayor Rukmana, bahwa “Bandung menjadi Lautan Api”.

Peristiwa Bandung Lautan Api bisa dibilang hanyalah “klimaks” dari serangkaian pertempuran yang
dilakukan warga Bandung terhadap sekutu yang membonceng NICA. Peristiwa ini terjadi kurang
lebih 8 bulan setelah proklamasi kemerdekaan, sehingga tidak bisa dilepaskan dari kejadian-
kejadian sebelumnya.
Drs. HME. Karmas dalam buah karyanya “Sekilas Sejarah Peristiwa Perjuangan Bandung Lautan
Api” menjelaskan aksi bumi hangus itu sebagai bentuk kemarahan warga Bandung ketika Inggris
secara sepihak mengklaim kawasan di utara jalan kereta api sebagai kawasan mereka, tanpa
menyebutkan batas-batasnya di utara sehingga Lembang diterobos kaki tangan NICA. Mereka
mengusir penduduk Bandung yang tinggal di kawasan tersebut.

Situasi di Bandung saat itu sebenarnya cukup unik karena pada dasarnya pertempuran tidak terjadi
setiap hari melainkan hanya terjadi insiden-insiden provokasi yang cukup mengganggu baik bagi
kedua pihak. Pertempuran langsung memang dihindari pejuang karena mereka sadar kekuatan
yang dimiliki tidak akan sebanding dengan pasukan Inggris, Belanda dan Gurkha yang memiliki
persenjataan lengkap. Tapi dalam satu peristiwa di Ciroyom, persenjataan canggih ini ternyata bisa
‘kalah’ juga.

Pertempuran makin besar, dimana sebuah tank baja Inggris dapat dibakar dan dihancurkan
sehingga tak dapat dipergunakan lagi. Keberhasilan ini ternyata ada keterlibatan seorang penarik
becak bernama Emen yang dengan keberanian dan rela berkorban demi kemerdekaan negara dan
bangsa Indonesia ia melompat ke atas tank seraya menumpahkan bensin dan melemparkan obor
api ke dalam kokpit, sehingga tank tersebut meledak tampak menghamburkan api sehingga tank
hangus berkeping-keping. Emen sendiri tewas seketika dan jenazahnya tidak menentu.

Tidak hanya rakyat kecil seperti Emen tadi dengan segala keterbatasannya berusaha melawan
kekuatan sekutu, kaum wanita pun berupaya menunjukkan sumbangsih mereka terhadap
perjuangan kemerdekaan.

Di tempat lain beberapa pejuang berhasil membunuh seorang serdadu Gurkha dan menebas
lehernya dengan samurai. Seorang di antara pejuang terdapat gadis bernama Susilawati, seorang
perwira dari polisi (Polisi Tentara) yang bermarkas di Jl. Pajagalan, ia yang kemudian mengangkat
kepala Gurkha tadi lalu menjinjingnya bahkan dibawa dan diperlihatkan di sepanjang jalan
Sudirman, jalan Cibadak menuju pulang ke markasnya di Jalan Pajagalan.

Perjuangan ini bukan hanya dilakukan oleh pemuda bersenjatakan senjata sederhana saja, para
pedagang pasar hingga pedagang asongan pun turut berjuang dengan memboikot pembeli dari
kawasan Bandung Utara.
Walaupun tampaknya tidak seberapa tapi aksi ini ternyata sangat merepotkan karena akibatnya
Inggris harus mendatangkan bahan makanan dari Jakarta. Itu pun tidak mudah karena konvoi
logistik seringkali mendapatkan serangan di sepanjang jalan provinsi menuju Bandung.

Satu peristiwa yang paling bersejarah adalah ketika konvoi Inggris berkekuatan besar bisa
dihancurkan oleh pejuang dan rakyat Sukabumi di Bojong Kokosan.

Peristiwa itu membuat malu kerajaan Inggris, hal mana dikemukakan dalam sidang Parlemen
Inggris, yang langsung memecat menteri Pertahanan Inggris. Mereka kehilangan muka di dunia
internasional, mengingat pasukan Inggris yang dikirim ke Indonesia tersebut, adalah pemenang
Perang Dunia ke-II yang baru saja mengalahkan pasukan Jerman pimpinan Hitler di medan perang
Afrika Utara, tapi terkalahkan oleh yang mereka sebut gerombolan ekstrimis.

Pasukan Inggris yang diantaranya terdiri dari Pasukan Gurkha sedikit banyak membantu perjuangan
karena tidak jarang diantaranya yang bersimpati kepada perjuangan pemuda.

Demikianlah sedikit kejadian yang mengantar kepada peristiwa Bandung Lautan Api tanggal 24
Maret 1946. Emosi Sekutu yang kewalahan atas serangan sporadis pejuang akhirnya memuncak
dan mengultimatum masyarakat bersenjata untuk mundur sejauh 11 KM dari batas yang ditentukan.

Ultimatum ini didukung oleh pemerintah pusat yang menginginkan agar pejuang “mengikuti” saja
keinginan sekutu guna menghindari jatuhnya korban. Seruan ini direspons TRI dan majelis satuan
perjuangan dengan keputusan melakukan strategi bumi hangus yang dikenal sebagai “Bandung
Lautan Api”.

Peristiwa tersebut membuktikan tekad segenap penduduk Bandung untuk menolak kembali berada
dalam genggaman penjajah. Dengan itu, semangat Bandung Lautan Api menurutku harus
dipandang sebagai Semangat Mempertahankan Bandung dari Cengkeraman Asing.

“Lebih baik membumihanguskan Bandung daripada menyerahkannya kembali kepada penjajah”.

(sumber: ayogitabisa.com

 51Share

 15Share

 Share
 Share
 Share

  bandung,  bandung lautan api, belanda,  penjajahan inggris,  sejarah penjajahan

Anda mungkin juga menyukai