Anda di halaman 1dari 12

BAB III

ASET TETAP

KOMPETENSI DASAR YANG DIPELAJARI :


3.15 Mengevaluasi pengeluaran untuk pemeliharaan/pengembangan asset tetap dan
penghentian asset tetap
4.15 Membuat keputusan pengeluaran untuk pemeliharaan/pengembangan asset tetap dan
penghentian asset tetap

A. PENGHENTIAN ASET TETAP


Penghentian aktiva tetap adalah memberhentikan penggunaan aktiva tetap dalam
aktivitas usaha perusahaan. Banyak hal atau peristiwa yang menjadi alasan penghentian
aktiva tetap, antara lainkarena dijual, kerusakan, ditukar dengan aktiva lain, atau karena
masa penggunaannya habis.
Tujuan Penghentian Aset Tetap
• Agar rekening-rekening yang berhubungan dengan aktiva tetap dapat menyajikan
informasi mengenai perolehan harga aktiva tetap, akumulasi penyusutan aktiva dan
nilai buku aktiva tetap dibuat secara layak.
• Agar rekening laba-rugi dapat menyajikan informasi mengenai penghasilan dan biaya
secara layak, termasuk di dalamnya laba atau rugi pemberhentian pemakaian aktiva
tetap. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka setiap terjadi pemberhentian
pemakaian aktiva tetap semua biaya, laba atau rugi yang sehubungan dengan aktiva
tetap tersebut harus diakui.

Perhitungan dan pencatatan menyangkut penghentian aktivat tetap sebagai berikut:


1. Pencatatan Transaksi Penjualan Aktiva Tetap
Apabila suatu aktiva tetap dijual, harga perolehan dan akumulasi depresiasi aktiva
tetap yang bersangkutan dikeluarkan dari catatan pembukuan. Selisih antara hasil
penjualan dan harga buku aktiva tetap yang dijual, dicatat sebagai “laba atau rugi
penjualan aktiva tetap” .
Contoh :
PT. BUANA mempunyai kendaraan yang diperoleh dengan harga
Rp120.000.000,00 telah disusutkan sebesar Rp72.000.000,00. Pada tanggal 5 Januari
2020, kendaraan tersebut dijual tunai seharga Rp60.000.000,00.
Laba/rugi penjualan kendaraan dari data tersebut di atas, dihitung sebagai berikut :
Hasil penjualan Rp 60.000.000,00
Harga buku kendaraan:
Harga perolehan Rp120.000.000,00
Akumulasi depresiasi kendaraan (Rp72.000.000,00)
Harga buku kendaraan Rp48.000.000,00
Laba penjualan aktiva tetap Rp12.000.000,00

Dari perhitungan di atas, jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi penjualan
kendaraan sebagai berikut.
Jan 5 Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp72.000.000,00 -
Kendaraan - Rp72.000.000,00
(Jurnal untuk memindahkan saldo/menutup akun Akumulasi deprsiasi kendaraan)
Jan 5 Kas Rp60.000.000,00 -
Kendaraan - Rp48.000.000,00
Laba penjualan kendaraan - Rp12.000.000,00
(Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dan laba penjualan kendaraan)

Atau dapat juga dicatat dengan satu pos jurnal sebagai berikut :
Jan 5 Kas Rp60.0000.000,00 -
Akumulasi depresiasi kendaraan Rp72.000.000,00 -
Kendaraan - Rp120.000.000,00
Laba penjualan kendaraan - Rp12.000.000,00

Dengan pos jurnal di atas, harga perolehan dan akumulasi depresiasi kendaraan
akan hilang dari catatan, seperti tampak dalam buku besar berikut. Anggap disediakan
satu akun buku besar untuk tiap jenis kendaraan.
Akun : Kendaraan
Tgl Keterangan Ref DEBIT KREDIT SALDO
Jan 1 Saldo - - Rp120.000.000,00
Jan 5 Posting - Rp60.000.000,00 60.000.000,00
Jan 5 Posting - 60.000.000,00

Akun : Akumulasi Depresiasi Kendaraan


Tgl Keterangan Ref DEBIT KREDIT SALDO
Jan 1 Saldo - - Rp720.000.000,00
Jan 5 Posting - Rp72.000.000,00 -
Apabila transaksi penjualan aktiva tetap terjadi dalam suatu periode yang telah
berjalan beberapa bulan, dalam arti saat terjadi transaksi penjualan, aktiva tetap yang
dijual telah dioperasikan beberapa bulan, sementara depresiasi aktiva tetap biasa
dicatat pada akhir periode. Berarti untuk aktiva yang dijual, pada saat terjadi transaksi
penjualan, terdapat depresiasi yang belum dicatat. Depresiasi selama penggunaan
dalam periode yang sedang berjalan harus dicatat lebih dahulu.

Contoh :
Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp130.000.000,00, disusutkan menurut
metode garis lurus. Taksiran usia ekonomis 8 tahun dan nilai residu Rp10.000.000,00.
Sampai dengan tanggal 31 Desember 2019, telah disusutkan sebesar Rp67.500.000,00.
Pada tanggal 5 Juni 2020, mesin yang bersangkutan dijual dengan harga
Rp52.500.000,00.

Sampai dengan tanggal 31 Desember 2019, mesin tersebut sudah disusutkan


sebesar Rp67.500.000,00. Jumlah tersebut sudah tercatat dalam akun Akumulasi
depresiasi mesin. Depresiasi mesin untuk masa 1 Januari sampai 5 Juni 2020 (5 bulan),
pada saat mesin dijual belum dicatat. Besarnya depresiasi mesin untuk masa tersebut
adalah:
5 Rp130.000.000,00 − Rp10.000.000,00
× = Rp6.250.000,00
12 8

Jumlah depresiasi mesin tersebut harus dicatat lebih dahulu dengan jurnal:

Jan 5 Beban depresiasi mesin Rp6.250.000,00


Akumulasi depresiasi mesin - Rp6.250.000,00

Dengan pos jurnal di atas, pada saat transaksi penjualan mesin, depresiasi mesin
yang bersangkutan sudah tercatat dalam akun Akumulasi depresiasi, sehingga
laba/rugi penjualan mesin dihitung sebagai berikut:
Hasil penjualan Rp52.500.000,00
Harga buku mesin:
Harga perolehan Rp130.000.000,00
Akumulasi depresiasi
s.d 31 Des 2019 Rp67.500.000,00
Depresiasi tahun 2020, Rp 6.250.000,00
Akumulasi depresiasi mesin saat dijual (Rp73.750.000)
Harga buku mesin saat dijual Rp56.250.000,00
Rugi penjualan aktiva tetap Rp 3.750.000,00
Transaksi penjualan mesin di atas, dicatat dengan jurnal umum seperti di bawah ini.
Jan 5 Kas Rp52.500.000,00 -
Akumulasi depresiasi mesin Rp73.750.000,00 -
Rugi penjualan mesin Rp 3.750.000,00 -
Mesin - Rp130.000.000,00
Apabila mesin yang digunakan lebih dari satu jenis, saldo akun Mesin dalam buku
besar per tanggal 1 Januari 2020 misalnya Rp350.000.000,00, dan saldo akun Akumulasi
depresiasi mesin Rp180.000.000,00 maka setelah penjualan meisn pada tangal 5 Juni
2020, akun-akun tersebut tampak dalam buku besar seperti di bawah ini:
Akun: Mesin
Tgl Keterangan Ref DEBIT KREDIT SALDO
Jan Saldo - - Rp350.000.000,00
1
Jan Penjualan mesin - Rp130.000.000,00 220.000.000,00
5 CX-1

Akun: Akumulasi Depresiasi Mesin


Tgl Keterangan Ref DEBIT KREDIT SALDO
Jan Saldo - - Rp180.000.000,00
1
Jan Penyesuaian - Rp6.250.000,00 186.250.000,00
5
Jan Penjualan Rp73.750.000,00 112.500.000,00
mesin CX-1

Setelah transaksi penjualan mesin, baik saldo akun Mesin maupun saldo akun
Akumulasi depresiasi mesin, pada contoh di atas tampak berkurang masing-masing
sebesar harga perolehan dan akumulasi depresiasi mesin yang dijual.

2. Pencatatan Penghentian Aktiva Tetap Karena Kerusakan


Apabila aktiva tetap diberhentikan dari pemakaiannya karena rusak harga buku
aktiva pada saat dihentikan pemakaiannya dicatat sebagai kerugian pengehentian
aktiva tetap. Jika aktiva tetap yang bersangkutan dibuang atau dipindahkan, biaya
pembuangan atau pemindahannya juga dicatat sebagai kerugian penghentian aktiva
tetap.
Contoh:
Pada tanggal 2 Juli 2020, sebuah mesin dihentikan dari pemakaiannya karena
rusak berat. Harga perolehan mesin tersebut Rp120.000.000,00 dan telah disusutkan
Rp96.000.000,00. Biaya untuk pemindahan Rp3.000.000,00 dibayar tunai. Kerugian
akibat penghentian mesin, dihitung sebagai berikut.

Harga buku mesin, Rp120.000.000,00−Rp96.000.000,00 = Rp24.000.000,00


Biaya pemindahan Rp 3.000.000,00
Jumlah kerugian penghentian aktiva tetap Rp27.000.000,00

Transaksi penghentian mesin di atas, dicatat dengan jurnal sebagai berikut:


Juli 2 Akumulasi depresiasi mesin Rp96.000.000,00 -
Rugi penghentian aktiva tetap Rp27.000.000,00 -
Mesin - Rp120.000.000,00
Kas - Rp 3.000.000,00
3. Pencatatan Transaksi Pertukaran dengan Aktiva Lain
Adakalanya aktiva tetap yang belum habis masa penggunaannya ditukar dengan
aktiva tetap yang baru. Kekurangan dari harga aktiva tetap yang baru, dibayar dengan
uang tunai. Transaksi demikian bisa disebut dengan transaksi “tukar tambah” (trade
in). Dalam transaksi tukar tambah, harga perolehan aktiva tetap yang diterima adalah
harga pasarnya. Selisih antara harga buku aktiva tetap yang diserahkan dengnan
harga “pertukarannya”, dicatat sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap.
Apabila dalam transaksi pertukaran aktiva tetap disertai dengan tambahan uang
tunai, harga pertukaran aktiva tetap yang diserahkan adalah selisih antara harga
pasar aktiva yang diterima dengan jumlah uang tunai yang diserahkan sebagai
tambahan.
Contoh:
Pada tanggal 5 Januari 2020, PT. SOGA menukarkan sebuah kendaraan lama
dengan kendaraan baru yang harga pasarnya Rp150.000.000,00. Kendaraan lama
diperoleh dengan harga Rp100.000.000,00, telah disusutan sebesar
Rp40.000.000,00. Dalam pertukaran tersebut, PT. SOGA menyerahkan tambahan
uang tunai Rp85.000.000,00.
Laba/rugi pertukaran aktiva tetap dihitung sebagai berikut.
Harga perolehan kendaraan lama Rp100.000.000,00
Akumulasi depresiasi pada saat pertukaran (Rp 40.000.000,00)
Harga buku kendaraan yang diserahkan Rp 60.000.000,00
Harga pertukaran kendaraan lama:
Harga pasar kendaraan baru yang diterima Rp150.000.000,00
Tambahan uang tunai yang diserahkan (Rp 85.000.000,00)
Harga pertukaran kendaraan lama Rp65.000.000,00
Laba pertukaran aktiva tetap Rp 5.000.000,00

Transaksi pertukaran kendaraan tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut.


Jan 5 Kendaraan Rp150.000.000,00 -
Akumulasi depresiasi kendaraan Rp 40.000.000,00 -
Kendaraan - Rp100.000.000,00
Kas - Rp 85.000.000,00
Laba pertukaran aktiva tetap - Rp 5.000.000,00

Akun kendaraan didebit Rp150.000.000,00. Jumlah tersebut adalah harga


perolehan kendaraan baru. Akun Akumulasi depresiasi didebit Rp40.000.000,00,
untuk menghilangkan catatan akumulasi depresiasi kendaraan lama. Akun Kendaraan
dikredit Rp100.000.000,00 untuk menghilangkan catatan harga perolehan kendaraan
lama. Akun Kas dikredit Rrp85.000.000,00 uang tambahan yang diserahkan. Laba
pertukaran kendaraan Rp5.000.000,00 dicatat kredit akun Laba pertukaran aktiva
tetap.

Apabila transaksi pertukaran terjadi dalam periode yang telah berjalan beberapa
bulan, beban depresiasi aktiva tetap yang ditukar untuk periode yang sedang berjalan
(1 Januari sampai tanggal pertukaran) harus dicatat lebih dahulu.

Contoh:
Pada tanggal 25 Juni 2020, PT. SEMAR menukar mesin lama dengan mesin baru
yang harga pasarnya Rp200.000.000,00. PT. SEMAR menambah dengan uang tunai
Rp115.000.000,00.

Data mesin lama sebagai berikut:


• Harga perolehan Rp150.000.000,00
• Mulai dioperasikan tanggal 1 Mei 2016
• Disusutkan menurut metode garis lurus, usia ekonomi ditaksir selama 8 tahun
taksiran nilai residu Rp30.000.000,00.
Dari data di atas, akumulasi depresiasi mesin lama saat pertukaran belum diketahui
Sehingga laba-rugi pertukaran dihitung sebagai berikut

Depresiasi tahunan menurut metode garis lurus

Rp150.000.000,00−Rp30.000.000,00
= Rp15.000.000,00
8

Laba rugi pertukaran:


Harga perolehan mesin lama Rp150.000.000,00
Akumulasi depresiasi sampai saat pertukaran:
2016, 8 bulan = Rp10.000.000,00
2017, 12 bulan = Rp15.000.000,00
2018, 12 bulan = Rp15.000.000,00
2019, 12 bulan = Rp15.000.000,00
2020, 6 bulan = Rp 7.500.000,00 (+)
Jumlah (Rp62.500.000,00)
Harga buku mesin lama saat pertuakaran Rp87.500.000,00
Harga pertukaran mesin lama:
Harga pasar mesin baru Rp200.000.000,00
Tambahan uang tunai (Rp115.000.000,00)
Jumlah Rp85.000.000,00
Rp 2.500.000,00

Beban depresiasi mesin tahun 2020 (masa 1 Januari – 25 Juni) selama 6 bulan, belum
dicatat karena depresiasi aktiva tetap biasa dicatat pada tiap akhir periode akuntansi. Oleh
karena itu, transaksi pertukaran mesin dicatat dengan jurnal sebagai berikut.

Juni 25 Beban Depresiasi Mesin Rp 7.500.000,00 -


Akumulasi Depresiasi Mesin - Rp 7.500.000,00
(Mencatat depresiasi mesin yang ditukar tahun 2020 selama 6 bulan)

Jun 25 Kendaraan Rp200.000.000,00 -


Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp 62.500.000,00 -
Rugi Pertukaran Aktiva Tetap Rp 2.500.000,00 -
Kendaraan - Rp150.000.000,00
Kas - Rp115.000.000,00
(Mencatat transaksi pertukaran mesin)
4. Penghentian Aktiva Tetap Karena Habis Masa Penggunaannya
Kemungkinan perlakuan terhadap aktiva tetap yang telah habis masa
penggunaannya yaitu sebagai berikut.
a. Dijual; apabila aktiva tetap yang telah habis masa penggunaannya dijual, selisih
antara hasil penjualan dan harga bukunya dicatat sebagai laba atau rugi
penjualan aktiva tetap.
b. Disingkirkan (dibesituakan); dalam hal ini harga perolehan dan akumulasi
depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan harus dihilangkan dari catatan
pembukuan. Nilai buku aktiva tetap yang bersangkutan dicatat sebagai kerugian
penghentian aktiva tetap.

Contoh:
Pada tanggal 10 Juli 2020 peralatan kantor yang harga perolehannya
Rp15.000.000,00 dan telah disusutkan sebesar Rp12.000.000,00, disingkirkan
karena telah habis masa penggunaannya. Jurnalnya adalah..

Juli 10 Akumulasi Depresiasi Peralatan Kantor Rp12.000.000,00 -


Rugi Penghentian Aktiva Tetap Rp 3.000.000,00 -
Peralatan Kantor - Rp15.000.000,00

c. Diberhentikan dari penggunaannya tetapi tidak dilepas. Dalam hal demikian,


akumulasi depresiasi aktiva yang bersangkutan harus dikeluarkan dari catatan
pembukuan, yaitu dengan mendebit akun Akumulasi depresiasi dan kredit akun
aktiva tetap yang bersangkutan. Jika aktiva tetap yang bersangkutan masih
mempunyai nilai buku dan tidak disingkirkan, diinformasikan dalam neraca
sebagai aktiva lain-lain. Aktiva tetap yang tidak digunakan, diperlakukan sebagai
aktiva lain-lain (PSAK).

Contoh:
Pada tanggal 25 Juli 2020, sebuah mesin yang harga perolehannya
Rp100.000.000,00, telah disusutkan Rp80.000.000,00, dan dihentikan dari
kegiatan operasi karena masa penggunaannya telah habis. Jika mesin yang
bersan gkutan tidak dilepas, jurnal yang diperlukan sebagai berikut.

Juli 25 Akumulasi Depresiasi Mesin Rp80.000.000,00


Mesin Rp80.000.000,00

B. Pengeluaran Kas Pada Masa Penggunaan Aktiva Tetap


`Pengeluaran-pengeluaran kas yang berhubungan dengan penggunaan aktiva tetap
secara garis besar dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah pengeluaran yang mempunyai
manfaat dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Karena masa
manfaatnya lebih dari satu periode akuntansi, pengeluaran modal diakui sebagai
aktiva (dikapitalisasi). Dalam hubungan dengan penggunaan aktiva tetap,
pengeluaran modal dicatat sebagai penambah harga perolehan; artinya dicatat debit
akun aktiva tetap yang bersangkutan atau debit akun akumulasi penyusutannya.
2. Pengeluaran penghasilan (revenue expenditures) adalah pengeluaran yang
mempunyai manfaat dalam waktu tidak lebih dari satu periode akuntansi.

Dalam pengertian di atas, masa manfaat pengeluaran menjadi kriteria untuk


menentukan apakah suatu pengeluaran diperlakukan sebagai pengeluaran modal
atau manfaat dari pengeluaran dapat diukur. Dalam praktik, bisa terjadi kesulitan
dalam menentukan apakah suatu pengeluaran diakui sebagai pengeluaran modal
atau sebagai pengeluaran penghasilan. Mengenai kriteria pengakuan suatu
pengeluaran, dalam PSAK disebutkan, “pengeluaran setelah perolehan awal suatu
aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar
memberi manfaat keekonomian di masa yang akan dalam bentuk peningkatan
kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada
jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan”. Dalam pernyataan tersebut, kriteria
pengeluaran modal lebih ditekankan pada manfaat pengeluaran.

Contoh:
Sebuah mesin memiliki harga perolehan Rp50.000.000,00. Dua tahun menjelang
habis manfaatnya, sebagian komponen mesin tersebut digantin dengan tujuan
meningkatkan kualitas produksi dan menambah usia penggunaannya. Jumlah
pengeluaran kas untuk pembelian komponen dan pemasangan Rp10.000.000,00.
Setelah komponen mesin diganti, mesin yang bersangkutan dapat meningkatkan
kualitas produksi dan ditaksir dapat dioperasikan selama tiga tahun. Pengeluaran
tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal, dicatat dengan mendebit akun
Akumulasi depresiasi mesin dan mengkredit akun Kas.

Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan penggunaan aktiva tetap, pada


umumnya terdiri atas lima macam sebagai berikut.
1. Pengeluaran untuk Pemeliharaan (Manitenance)
Pengeluaran untuk pemeliharaan tujuannya adalah untuk mempertahankan
aktiva tetap pada kondisi baik.
2. Pengeluaran untuk Reparasi (Repair)
Pengeluaran untuk reparasi ini adalah tujuannya untuk mengembalikan aktiva
tetap pada kondisi semula.
3. Pengeluaran untuk Mengganti Komponen yang Rusak (Replacement)
Replacement bertujuan untuk mengganti sebagian atau seluruh komponen aktiva
tetap yang rusak berat. Pengeluaran ini biasanya mengakibatkan penambahan
terhadap masa manfaat aktiva tetap.
4. Pengeluaran untuk Perbaikan (Betterment)
Pengeluaran untuk perbaikan adalah bertujuan untuk meningkatkan manfaat dan
kondisi yang lebih baik dari aktiva tetap yang bersangkutan, misalnya untuk
memperpanjang usia penggunaan aktiva tetap.
5. Pengeluaran untuk Penambahan (Addition)
Pengeluaran untuk penambahan adalah bertujuan untuk meningkatkan fasilitas
yang sudah ada, misalkan untuk perluasan tempat parkir, dan lain sebagianya.

C. Perubahan Harga Perolehan dan Usia Ekonomis


Harga perolehan aktiva tetap dalam masa penggunaannya akan beruabh apabila
jumlah pengeluaran sehubungan dengan penggunaannya memenuhi kriteria untuk
dikapitalisai. Artinya, diperlakukan sebagai penambah harga perolehan. Penambahan
harga perolehan aktiva tetap, mengakibatkan perubahan terhadap besarnya depresiasi.
Apabila penambahan harga perolehan tidak mengakibatkan penambahan terhadap usia
penggunaan aktiva tetap, penambahan harga perolehan dicatat debit akun aktiva tetap
yang bersangkuta. Besarnya depresiasi sejak adanya penambahan harga perolehan, harus
ditetapkan kembali.
Contoh:
Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp90.000.000,00 disusutkan menurut
metode garis lurus, taksiran usia penggunaan 8 tahun, dan nilai residu Rrp10.000.000,00.
Mesin tersebut mulai dioperasikan pada awal tahun 2017. Pada tanggal 5 Januari 2020
mesin yang bersangkutan diperbaiki dengan Rp15.000.000,00. Pengeluaran untuk biaya
tersebut, tidak mengakibatkan penambahan usia penggunaan mesin.
Biaya perbaikan mesin sebesar Rp15.000.000,00 pada contoh di atas, dipandang
cukup berarti sehingga diperlakukan sebagai penambah harga perolehan mesin
(dikapitalisasi). Jurnal yang dibuat sebagai berikut.
Jan 5 Mesin Rp15.000.000,00 -
Kas - Rp15.000.000,00
Penambahan besarnya depresiasi mesin tiap tahun selama sisa penggunaannya
(mulai tahun 2020) dihitung sebagai berikut.
Harga perolehan mesin sebelum perubahan Rp90.000.000,00
Nilai residu Rp10.000.000,00
Jumlah yang harus disusutkan Rp80.000.000,00
Depresiasi s.d tanggal 31 Desember 2019 (2017 s.d 2019=3 tahun)
90.000.000−10.000.000
3× Rp30.000.000,00
8
Jumlah yang belum disusutkan Rp50.000.000,00
Penambahan harga perolehan Rp15.000.000,00
Jumlah harus disusutkan dalam sisa usia penggunaan mesin (5 tahun) Rp65.000.000,00
Depresiasi mesin tiap tahun setelah penambahan harga perolehan:
Rp65.000.000
= Rp13.000.000,00
8

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, depresiasi mesin tahun 2020, 2021, 2022, 2023
dan tahun 2024 (tahun terakhir usia penggunaan mesin) masing-masing Rp13.000.000,00.
Pada tanggal 31 Desember 2024, harga perolehan mesin Rp90.000.000,00+Rp15.000.000,00
=Rp105.000.000,00, jumlah akumulasi depresiasi mesin Rp30.000.000,00+Rp65.000.000,00
=Rp95.000.000,00. Harga buku mesin Rp105.000.000,00−Rp95.000.000,00=
Rp10.000.000,00. Jumkah tersebut sama dengan jumlah taksiran nilai residu.
Apabila biaya perbaikan aktiva tetap ditaksir dapat menambah usia penggunaannya,
biaya perbaikan dicatat debit dan akun Akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan.

Contoh:
Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp160.000.000,00 taksiran usia penggunaan 10
tahun, dan nilai residu Rp10.000.000,00. Disusutkan dengan metode garis lurus. Setelah
dioperasikan selama 6 tahun, mesin tersebut diperbaiki dengan biaya Rp15.000.000,00. Usia
penggunaan mesin tersebut setelah diperbaiki ditaksir akan bertambah selama 2 tahun.
Biaya perbaikan mesin pada contoh di atas, dicatat dengan jurnal debit akun Akumulasi
depresiasi mesin Rp15.000.000,00 dan kredit akun Kas Rp15.000.000,00. Depresiasi mesin
setelah diperbaiki dihitung sebagai berikut.
Rp(160.000.000−10.000.000)
Depresiasi mesin sebelum perbaiki = =Rp15.000.000
10
Akumulasi depresiasi mesin setelah 6 tahun = 6×Rp15.000.000,00=Rp90.000.000,00
Depresiasi mesin tiap tahun setelah perbaikan:
Harga perolehan mesin Rp160.000.000,00
Nilai residu Rp 10.000.000,00
Nilai mesin yang harus disusutkan Rp150.000.000,00
Ditambah biaya perbaikan Rp 15.000.000,00
Nilai mesin yang harus disusutkan setelah perbaikan Rp165.000.000,00
Dikurangi akumulasi depresiasi untuk 6 tahun Rp 90.000.000,00
Sisa nilai mesin yang harus disusutkan Rp 75.000.000,00
Sisa usia penggunaan mesin: 10-6+2=6 tahun
Depresiasi mesin tiap tahun setelah perbaikan Rp75.000.000,00 : 6 = Rp12.500.000,00
Dalam buku besar, akun Mesin tidak berubah, tetap menunjukkan harga perolehan
sebesar Rp160.000.000,00. Adapun akun Akumulasi depresiasi mesin secara garis besar akan
tampak sebagai berikut.
Keterangan DEBIT KREDIT SALDO
s.d tahun ke-6 total - - Rp90.000.000,00
Biaya perbaikan Rp15.000.000,00 - Rp75.000.000,00
Setelah perbaikan (6 - Rp75.000.000,00 Rp150.000.000,00
tahun)

Pada akhir masa penggunaannya, harga buku mesin:


Rp160.000.000,00−Rp150.000.000,00=Rp10.000.000,00.
Jumlah ini sama dengan taksiran nilai residu.

Anda mungkin juga menyukai