Anda di halaman 1dari 34

Transformasi Sustainability Reporting Menuju

Integrated Reporting (IR) sebagai Cerminan


Semakin Luasnya Akuntabilitas dalam
Corporate Governance

Oleh:
Daeng M. Nazier & Indah Umiyati
(Dosen Tetap STIE Sutaatmadja Subang)

Abstrak
Dalam kerangka stakeholder theory, perusahaan melalui
mekanisme corporate governance diharapkan dapat
menjaga akuntabilitasnya selain kepada shareholder juga
kepada pada stakeholder lainnya. Perusahaan mulai
menyadari kebutuhan untuk mengkombinasikan semua
aspek dalam sustainability reporting dan laporan
keuangan kedalam sebuah laporan tunggal, yang
kemudian disebut dengan istilah integrated reporting
<IR>. Tulisan ini mencoba untuk mengkaji transformasi
sustainability reporting menjadi <IR>, dukungan dan
kritik atas aplikasi <IR> oleh perusahaan sebagai
cerminan akuntabilitas, penelitian mengenai aplikasi
<IR> oleh perusahaan serta sejauhmana aplikasi <IR>
oleh perusahaan di Indonesia. Transformasi Sustainability
Report menuju <IR> membutuhkan kerangka berfikir
yang terintegrasi sehingga menghasilkan <IR> yang

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 1


Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
sebenarnya bukan hanya sekedar window dressing dan
laporan kombinasi. Disamping manfaat yang dirasakan
oleh perusahaan yang mengaplikasikan <IR>, terdapat
beberapa kritik atas kerangka <IR> yang masih dalam
tahap perkembangan. Hal ini memberi ruang kepada pada
akademisi untuk mengkaji lebih lanjut mengenai tradeoff
antara manfaat dan biaya dari aplikasi <IR> oleh
perusahaan serta mengkaji pengembangan kerangka <IR>
yang benar-benar efektif mencerminkan integrasi
informasi keuangan dengan strategi berbasis
sustainability dari perusahaan. Penerapan <IR> di
Indonesia masih memerlukan usaha keras baik dari pihak
internal perusahaan maupun eksternal perusahaan dan
masih cenderung merupakan tambahan biaya dengan
manfaat yang belum pasti karena pasar modal di
Indonesia belum efektif dan efisien.

Abstract
Within the framework of stakeholder theory, companies
through corporate governance mechanisms are expected
to maintain accountability either to the shareholders and
the other stakeholders. The company began to realize the
need to combine all aspects of sustainability reporting
and financial reports into a single report, which is then
referred to as integrated reporting <IR>. This paper
attempts to examine the transformation of sustainability
reporting towards <IR>, support and criticism of
application of <IR> by the company as a reflection of
accountability, research on application of <IR> by the
company as well as the extent of application of <IR> by
company in Indonesia. Transformation from

2 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


Sustainability Report towards <IR> requires an
integrated framework of thinking resulting in real <IR>,
which is not just window dressing and the combination
report. In addition to the benefits perceived by companies
that apply <IR>, there is some criticism of the framework
<IR> that is still in the developmental stage. This gives
space for academics to study more about the tradeoff
between the benefits and costs of application of <IR> by
the company as well as assessing the development of
framework of <IR> that are really effective to reflect the
integration between financial information and
sustainability-based strategy of the company. Application
<IR> in Indonesia still requires great effort from both
internal and external of corporation and still tend to be
additional costs with uncertain benefits for the capital
market in Indonesia has not been effective and efficient.

1. Pendahuluan
Dalam kerangka stakeholder theory, perusahaan
melalui mekanisme corporate governance diharapkan
dapat menjaga akuntabilitasnya selain kepada
shareholder juga kepada pada stakeholder lainnya.
Stakeholder yang berbeda-beda (seperti: karyawan,
pelanggan, pemasok, kreditur, pemerintah) memiliki
kepentingan yang berbeda dari segi ekonomi, lingkungan
dan sosial dalam menilai kesuksesan sebuah perusahaan.
Harapan stakeholder kepada perusahaan semakin
berkembang tidak hanya dalam profit namun juga laporan
kepada stakeholder terkait dengan informasi yang
Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 3
Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
diperlukan dilakukan untuk mencapai komunikasi yang
efektif. Sehingga laporan perusahaan harus berisi
informasi yang relevan dan terintegrasi bagi semua
stakeholder (Hindley and Buys, 2012).
Perhatian terhadap dampak dari aktivitas bisnis
terhadap lingkungan dan sosial telah mendorong
perusahaan untuk mulai mempublikasilan laporan yang
memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan
terkait lingkungan dan sosial (Hahn and Kuhnen, 2013).
Laporan ini mempunyai sebutan yang berbeda-beda
misalnya: corporate citizenship report, environmental
report dan sustainability report (Roth, 2014). Walaupun
biasanya aspek lingkungan dan sosial termasuk ke dalam
laporan tahunan perusahaan kepada para pemegang
sahamnya, namun laporan keuangan dan laporan kinerja
lingkungan dan sosial masih merupakan dua laporan yang
terpisah. Tren sekarang, perusahaan mulai menyadari
kebutuhan untuk mengkombinasikan semua aspek dalam
sustainability reporting dan laporan keuangan kedalam
sebuah laporan tunggal, yang kemudian disebut dengan
istilah integrated reporting <IR> (Roth, 2014).
<IR> yang mulai berkembang sejak tahun 2010
dan dikuatkan dengan kerangka yang dikeluarkan oleh
International Integrated Reporting Council (IIRC) pada
Desember 2013 cukup menarik untuk dikaji. Oleh karena
itu, tulisan ini mencoba untuk mengkaji transformasi
sustainability reporting menjadi <IR>, dukungan dan

4 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


kritik atas aplikasi <IR> oleh perusahaan sebagai
cerminan akuntabilitas, penelitian mengenai aplikasi
<IR> oleh perusahaan serta sejauhmana aplikasi <IR>
oleh perusahaan di Indonesia.

2. Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran

2.1. Stakeholders Theory


Berdasarkan stakeholder theory perusahaan
harus menciptakan kekayaan untuk semua stakeholders,
hal ini berbeda dengan model keuangan tradisional yang
mencipakan nilai hanya untuk agent dan principle
(pemegang saham). Teori ini menyatakan kesepakatan
antara perusahaan dengan masyarakat, yang mengijinkan
perusahaan untuk mengkonsumsi sumberdaya alam,
manusia dan sumberdaya lain untuk menghasilkan barang
dan jasa dan menghasilkan limbah (dengan cara yang
dapat mempertahankan keberlangsungan masyarakat dan
lingkungan) sehingga pada saat yang sama harus
menciptakan kekayaan juga bagi semua stakeholders dan
pihak lain yang berkepentingan. Proposisi utama dari
stakeholders theory adalah perusahaan dapat bertahan
tergantung pada keberhasilan dari manajemen perusahaan
untuk menjaga hubungan dengan pada stakeholdernya,
yang kemudian membutuhkan informasi terkait ekonomi,
sosial, dan lingkungan yang terpengaruh oleh kinerja

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 5


Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
perusahaan, apabila perusahaan terus menerus
menggunakan sumber dayanya atau dampak terhadap
kinerja apabila perusahaan tidak lagi menggunakan
sumberdaya tersebut.

2.2. Corporate Governance


Corporate governance memiliki peranan penting
dalam organisasi, setiap bisnis memerlukan sebuah badan
pengelola yang menjamin perusahaan tersebut berjalan
dalam arah yang baik dan benar. Pentingnya corporate
governance meningkat pada awal abad ke 20 setelah
berbagai peristiwa fraud yang terjadi di perusahaan,
kesalahan pengelolaan manajerial dan kasus pelanggaran
hukum yang menyebabkan kerugian besar dari kekayaan
pada pemegang saham.
Corporate Governance didefinisikan sebagai
proses dan prosedur yang menjadi acuan bagi untuk
mengarahkan dan mengendalikan organisasi (Krechovska
and Procazkova, 2014 dari Cadbury Report). Corporate
governance mencakup aktifitas dari governing body
(dewan komisaris dan direksi) dan hubungannya dengan
pemegang saham, manajer dan pihak eksternal seperti
auditor, regulator dan stakeholder perusahaan lainnya.
Stuktur corporate governance mendistibusikan secara
spesifik hak dan kewajiban diantara berbagai pihak dalam
organisasi (seperti dewan komisaris, direksi, pemegang
saham dan stakeholders) dan membuat aturan dan

6 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


prosedur untuk pengambilan keputusan. OECD
(Organisation for Economic Cooperation and
Development) menyatakan bahwa corporate governance
merupakan salah satu elemen utama dalam meningkatkan
efisiensi ekonomi perusahaan dan pertumbuhan serta
meningkatkan kepercayaan investor. Prinsip corporate
governance menurut OECD mencakup transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kesetaraan.

2.3. Akuntabilitas
Akuntabilitas sebagai salah satu prinsip
corporate governance dapat didefinisikan sebagai
kewajiban untuk menyediakan akun atau rekening untuk
setiap tindakan yang harus dipertanggungjawabkan,
konsep utama dari akuntabilitas mencakup: kepada siapa
perusahaan bertanggungjawab dan untuk apa perusahaan
bertangungjawab (Zyl, 2013).
Sebagai salah satu prinsip dari konsep good
corporate governance Kaihatu (2006) mendefinisikan
akuntabilitas sebagai sebuah kejelasan fungsi, struktur,
sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif. Penerapan konsep ini semata-mata untuk
meningkatkan kinerja perusahaan melalui supervisi atau
pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 7


Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya,
berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.

2.4. Sustainability Reporting


Sustainability adalah konsep yang abstrak yang
maknanya tergantung pada individunya, dimana individu
yang berbeda akan mempunyai makna yang berbeda.
Sustainability bisa diartikan evaluasi terhadap aktifitas
suatu entitas terkait dengan dampaknya terhadap generasi
di masa datang juga stakeholders sekarang (Roth, 2014).
Akuntansi dan laporan untuk sustainability
perusahaan berasal dari praktik akuntansi tradisional
dimana akuntansi manajemen terlibat dalam praktek
internal organisasi yang membantu pengelolaan sebuah
organisasi dan pelaporan keuangan memberikan dimensi
keuangan dari kinerja sebuah organisasi. Sejalan dengan
praktik tradisional tersebut, akuntansi dan pelaporan
sustainability mencakup komponen internal yang
mengharuskan pengelolaan atas permasalahan
sustainability dan elemen pelaporan eksternal yang biasa
disebut sustainability reporting (Lodhia dan Hess, 2014).
Salah satu pendekatan dari sustainability
reporting adalah konsep triple bottom line yaitu dampak
aktifitas perusahaan terhadap aspek lingkungan, sosial
dan ekonomi. Pendekatan ini mengembangkan praktek
pelaporan organisasi. Yang mulanya bersifat tradisional,
dimana laporan tahunan hanya berfokus utama pada

8 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


pengukuran kinerja dari aspek keuangan, dengan konsep
triple bottom line, perusahaan juga melaporakan
pengukuran non keuangan mengenai dampak aktivitasnya
terhadap lingkungan dan masyarakat.
Laporan tahunan sebaiknya tidak hanya terbatas
pada sudut pandang keuangan dari sebuah bisnis, tetapi
juga analisis dari dari aspek lingkungan dan sosial sangat
penting diungkapkan, untuk memahami perkembangan
organisasi, kinerja dan posisinya (Dumitru, et al., 2013).
Organisasi internasional yang mengusulkan konsep
Sustainability Report adalah Global Reporting Initiative
(GRI) melalui kerangka yang disajikan dalam G3 dan
G3.1 Guideline, yang kemudiaan diperbaharui dengan G4
Guideline. G4 terdiri dari Reporting Principles and
Standard Disclosure yang menjelaskan apa yang harus
dilaporkan dan Implementation Manual yang
menjelaskan mengenai bagaimana cara melaporkan
informasi terkait Sustainability Report (Hrebicek,et al.,
2014).
Namun sustainability report yang terpisah dari
laporan keuangan cenderung window dressing bukan
merupakan hal substantif dilakukan perusahaan sehingga
tidak mempengaruhi keputusan alokasi sumberdaya
perusahaan (Eccles, 2012)

2.5. Integrated Reporting


Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 9
Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
Intergrated Reporting <IR> dikembangkan
dalam praktek pelaporan keuangan dan ESG
(Environmental, Social and Governance) sebagai alat
bagi perusahaan untuk secara strategis mengelola operasi,
merk dan reputasinya terhadap stakeholders dan
mempersiapkan dengan lebih baik untuk mengelola
berbagai resiko yang mungkin timbul dalam
keberlangsungan bisnis jangka panjang (King, 2010).
<IR> adalah pembuatan laporan tunggal yang
menyediakan informasi yang memadai bagi stakeholders
mengenai resiko, peluang dan strategi yang berhubungan
dengan kondisi sosial, lingkungan, ekonomi dan
keuangan dari organisasi, sehingga bisa membuat
stakeholder bisa menilai kemampuan organisasi dalam
menciptakan dan mempertahankan nilai dalam jangka
pendek, menengah dan jangka panjang (Leuner, 2012).
<IR> adalah sebuah laporan yang menyajikan
informasi mengenai semua aspek perusahaan termasuk
keuangan, lingkungan, sosial dan aspek lain yang penting
menurut manajemen untuk disampaikan kepada
stakeholders (Roth, 2014). <IR> merupakan hasil dari
cara berfikir dari manajemen perusahaan yang
terintegrasi, oleh karena itu untuk menghasilkan <IR>
komisaris, direksi dan manajemen perusahaan harus
terlibat dalam dalam strategi, pengelolaan dan
pengambilan keputusan dalam penggunaan sumberdaya
perusahaan dan menganalisis hubungan dan saling
ketergantungan diantara sumber daya yang dimiliki

10 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


perusahaan yang mempunyai dampak yang cukup besar
terhadap kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai
dari waktu ke waktu (Roberts, 2013).
Visi dari pembuatan <IR> menurut International
Integrated Reporting Council (IIRC) adalah menyajikan
informasi mengenai strategi organisasi, governance,
kinerja dan potensi perusahaan secara bersama-sama
yang menggambarkan sisi komersial, sosial dan
lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi.
Laporan tersebut menyajikan presentasi yang jelas dan
ringkas mengenai bagaimana perusahaan tersebut bisa
bernilai sekarang dan dimasa datang. <IR>
menggabungkan elemen penting dari informasi yang
sekarang dilaporkan secara terpisah (keuangan, pendapat
manajemen, governance dan remunerasi serta
sustainability) secara komprehensif dan yang lebih
penting bisa menunjukkan hubungan diantara semua
elemen tersebut dan menjelaskan bagaimana elemen
tersebut bisa mempengaruhi kemampuan organisasi untuk
menciptakan dan mempertahankan nilai dalam jangka
pendek, menengah dan panjang (IIRC, 2011).

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 11


Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
Gambar 1. Proses Penciptaan Nilai Perusahaan dalam Kerangka <IR>

Sumber : IIRC 2013

12 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


Pada Desember 2013 IIRC mengeluarkan
kerangka <IR> versi pertama yang bisa dijadikan acuan
bagi perusahaan yang akan mengadopsi <IR> secara
sukarela. Kerangka tersebut mencoba menyeimbangkan
anatara fleksibilitas dan batasan-batasan yang ditetapkan
(Busco, et al., 2014). IIRC menyatakan bahwa <IR>
menganut principles based yang memberikan fleksibilitas
kepada perusahaan untuk mendeskripsikan keunikan
masing-masing sesuai dengan elemen yang dibutuhkan
untuk diungkapkan dalam <IR>. IIRC juga menyatakan
bahwa penciptaan nilai oleh perusahaan tidak hanya oleh
organisasi perusahaan tetapi juga dipengaruhi lingkungan
eksternal, melalui hubungan antar elemen dan tergantung
pada sumberdaya yang yang tersedia. IIRC memberikan
petunjuk bahwa <IR> harus mencakup beberapa hal
seperti:
a. Fokus pada strategi dan orientasi masa depan.
b. Hubungan antar Informasi.
c. Tanggapan Stakeholder.
d. Material dan ringkas.
e. Reliabel dan lengkap.
f. Konsisten dan bisa dibandingkan.
Elemen yang terkandung dalam <IR> menurut
panduan IIRC adalah :
a. Deskripsi organisasi dan lingkungan eksternal.
b. Governance.
c. Peluang dan Resiko.

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 13


Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
d. Strategi dan alokasi sumber daya.
e. Model bisnis
f. Kinerja
g. Pandangan untuk masa yang akan datang.

Gambar 2. Elemen-elemen yang harus


dipersiapkan dalam membuat <IR>

Sumber: Devi (2014)


Kerangka yang diberikan oleh IIRC terkait
dengan <IR>, bahwa laporan tersebut harus
menggambarkan sumberdaya yang dimiliki perusahaan
dan hubungan antar sumber daya tersebut. Sumber daya
tersebut mencakup:

14 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


1. Financial: dana yang tersedia untuk digunakan dalam
produksi barang dan jasa, termasuk dana yang
diperoleh melalui utang, modal atau yang berasal dari
aktfitas operasi.
2. Manufactured: objek fisik manufaktur yang tersedia
untuk digunakan dalam memproduksi barang dan jasa
termasuk didalamnya gedung, peralatan dan
infrastruktur.
3. Intellectual: asset tak berwujud berupa pengetahuan
dari organisasi termasuk asset intelektual, system,
prosedur dan reputasi.
4. Human: sumber daya manusia termasuk kompetensi,
kemampuan, pengalaman dan motivasi untuk
berinovasi.
5. Social and Relationship: institusi dan hubungan
didalam dan antar komunitas dan stakeholder
termasuk norma, nilai-nilai, perilaku, kepercayaan
dan izin dari masyarakat untuk organisasi melakukan
operasinya.
6. Natural: sumberdaya alam yang bisa dan tidak bisa
diperbaharui, sumber daya yang mendukung
tersedianya barang dan jasa di masa lalu, sekarang
dan masa yang akan datang (seperti: udara, air, tanah,
mineral, hutan, keanekaragaman hayati dan
ekosistem).

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 15


Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
3. Metode dan Pendekatan
Tulisan ini menggunakan pendekatan literatur
review dengan mengkaji tulisan baik berupa penelitian
kuantitatif maupun analisis kualitatif dari berbagi sumber
seprti jurnal ilmiah dan majalah dari tahun 2010 s.d.
2014. Hal ini untuk memenuhi tujuan yang dimaksud
yaitu mengetahui:
1. Transformasi sustainability reporting menjadi <IR>,
2. Dukungan dan kritik atas aplikasi <IR> oleh
perusahaan sebagai cerminan akuntabilitas,
3. Penelitian mengenai aplikasi <IR> oleh perusahaan,
serta
4. Sejauhmana aplikasi <IR> oleh perusahaan di
Indonesia.

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Transformasi Sustainability Reporting menuju


Integrated Reporting <IR>
Perkembangan awal untuk melaporkan
permasalahan lingkungan dan sosial memisahkan antara
pelaporan keuangan dan pelaporan sosial (sustainability
report). Pemisahan penyajian informasi keuangan dengan
sustainability report tidak menggambarkan hubungan
ketergantungan yang signifikan antara tatakelola
organisasi dan strategi serta hasil keuangan dan non
keuangan (James, 2012).

16 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


Sustainability report yang terpisah dari laporan
keuangan cenderung hanya berupa formalitas tidak
bersifat substantif sehingga tidak mempengaruhi
keputusan alokasi sumber daya perusahaan (Eccles,
2012). Apabila perusahaan memang secara substantif
memiliki sudut pandang bahwa mengelola lingkungan,
sosial dan tatakelola adalah cara utama dalam
menciptakan nilai perusahaan maka <IR> adalah salah
satu cara mengkomunikasikannya.
Pemisahan antara pelaporan keuangan dengan
ESG (environmental, social and governance) akan
membuat analisis pemikiran yang terpisah antara manajer
dan stakeholder (Roth, 2014). Namun kemudian fokus
pendekatan berkembang untuk menintegrasikan semua
informasi termasuk informasi keuangan dan non
keuangan ke dalam sebuah laporan yang dikenal dengan
Intergrated Reporting <IR>. Modal financial, social and
relationship dan natural yang tergambar dalam <IR>
konsisten dengan konsep triple bottom line yang
mencakup keuangan, sosial dan lingkungan.
Untuk membuat sustainability report terintegrasi
membutuhkan kerangka berfikir yang komprehensif dari
perusahaan (Robert, 2013). Dalam mengintegrasikan data
dan informasi dalam perusahaan dibutuhkan bantuan
system informasi, beberapa yang bisa digunakan
diantaranya Enterprise Resource Planning (ERP),

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 17


Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
penggunaan kertas kerja elektronik dan aplikasi cloud
data server (Robinson, 2014).

4.2. Dukungan untuk Integrated Reporting <IR>


sebagai Cerminan Akuntabilitas Perusahaan
Dalam mengambarkan akuntabiltas perusahaan
kepada stakeholdernya, <IR> dapat mempengaruhi cara
perusahaan menambah dan mengkomunikasikan nilai
perusahaan dalam jangka pendek dan panjang dengan
menunjukkan bagaimana perusahaan berinteraksi dengan
sosial, lingkungan dan investor di sekitarnya yang bisa
berdampak pada penciptaan nilai perusahaan (Leuner,
2012; Marcy and Burkholder, 2013). Selain itu, <IR>
dapat memberikan manfaat bagi perusahaan untuk
mendorong kemampuannya dalam menciptakan nilai bagi
pemegang saham dalam jangka panjang, meningkatkan
ketertarikan investor luar negeri dan menciptakan
masyarakat yang berkelanjutan di negara tempat
perusahaan beroperasi (Armbester and Clay, 2011; Hicks,
2014)
<IR> dapat bermanfaat baik bagi pihak internal
maupun eksternal perusahaan (James, 2012, Beal, 2014).
Bagi internal perusahaan manfaat <IR> adalah sebagai
berikut:
1. Membantu pemilik, manajer dan karyawan dalam
mengembangkan dan mendukung strategi untuk

18 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


penggunaan sumber daya secara efisien dalam jangka
pendek dan panjang.
2. Meningkatkan kepuasan dan komitmen karyawan.
3. Meningkatkan dan mempertahankan produk dan jasa
yang dihasilkan.
Bagi pihak eksternal seperti investor, kreditor
dan pemerintah <IR> dapat menyediakan informasi yang
relevan bagi pengambilan keputusan karena dalam <IR>
informasi keuangan dihubungkan dengan kemapuan
perusahaan untuk menciptakan nilai dalam jangka
panjang.
<IR> adalah peluang bagi perusahaan untuk
melakukan komunikasi dan mengimplementasikan
strategi berkelanjutan yang artinya perusahaan
menciptakan nilai bagi pemegang saham dalam jangka
panjang serta memberikan kontribusi bagi masyarakat
(Eccles, 2012). Manfaat dari <IR> menurut berdasarkan
survey yang dilakukan Fellow (2012) adalah:
1. Memberi pemahaman yang lebih baik mengenai
bagaimana perusahaan menciptakan nilai dari waktu
ke waktu.
2. Komunikasi dengan pihak eksternal yang lebih
konsisten.
3. Memungkinkan analisis yang bermanfaat untuk masa
yang akan datang.
4. Bermanfaat bagi perusahaan.

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 19


Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
Manfaat yang bisa diperoleh organisasi dengan
menerbitkan <IR> menurut Roth (2014) bisa dibagi
kedalam tiga dimensi manfaat yaitu dari segi komunikasi,
manajemen resiko dan biaya. Manfaat dari segi
komunikasi dengan dibuatnya <IR> adalah:
1. Informasi yang dilaporkan lebih sesuai dengan
kebutuhan investor.
2. Informasi non keuangan yang lebih akurat untuk
penyedia data.
3. Kesepakatan yang lebih besar dengan investor dan
stakeholder lainnya.
4. Pengembangan bahasa informasi yang sama.
5. Kolaborasi yang lebih kuat diantara fungsi yang
berbeda dalam organisasi,
6. Kejelasan mengenai hubungan dan komitmen antara
berbagai fungsi dalam organisasi
7. Pelaporan internal dan eksternal yang lebih konsisten
dan efisien.
Manfaat <IR> dari segi manajemen resiko
adalah:
1. Kepercayaan yang tinggi dari pemegang saham
utama.
2. Meningkatkan kemampuan untuk mengidentifikasi
dan mengelola resiko.
3. Reputasi resiko yang rendah.
Manfaat <IR> dari segi biaya adalah:
1. Keputusan alokasi sumberdaya yang lebih baik.

20 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


2. Identifikasi peluang yang lebih baik untuk efisieni
operasional, diferensiasi merk dan inovasi.
3. Cost of capital yang lebih rendah karena disclosure
yang lebih baik.
Pada perkembangannya <IR> dianggap sebagai
respon atas permintaan pasar terhadap peluang bisnis
perusahaan, dimana bisnis dan investor dari lebih 25
negara telah menjadi pionir dalam pengembangan konsep
<IR> oleh IIRC dan memberikan kontribusi bagi
pengembangan kerangka <IR> (Roberts, 2014).
Perusahaan yang terlibat dalam pilot project <IR>
tersebut memperoleh manfaat berupa meningkatnya
analisis professional untuk investasi (Polson, 2014).

4.3. Kritik atas Integrated Reporting <IR> sebagai


Cerminan Akuntabilitas Perusahaan
Ketika cara berfikir yang tidak terintegrasi tidak
diaplikasikan dalam organisasi tidak mungkin untuk
menghasilkan <IR> yang sebenarnya dan yang dihasilkan
adalah laporan kombinasi yang cenderung window
dressing untuk terlihat seperti <IR> (Watson, 2013).
<IR> dalam aplikasinya dapat menimbulkan beberapa
permasalahan (Roth: 2014), seperti:
1. Perusahaan perlu mengidentifikasi informasi yang
relevan dan signifikan untuk setiap tujuan strategis.
2. Karyawan membutuhkan pendidikan dan pelatihan
mengenai <IR>.
Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 21
Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
3. Data yang diperlukan untuk membuat <IR> berasal
dari banyak sumber yang berbeda.
4. Perusahaan yang belum membuat sustainability report
sebelumnya memerlukan usaha yang besar ketika
akan mencoba membuat <IR> seperti pendidikan,
pelatihan, system dan informasi yang digunakan
untuk menintegrasikan berbagai data yang diperlukan.
Cheney (2013) mempertanyakan apakah <IR>
bisa memberikan manfaat dan nilai bagi stakeholder dan
organisasi yang membuatnya. Bahkan Flower (2014)
memberikan kritik yang cukup keras bagi kerangka <IR>
yang dikembangkan oleh IIRC, Flower (2014)
menyatakan bahwa IIRC telah gagal dalam beberapa hal
sebagai berikut:
a. IIRC menyatakan bahwa <IR> adalah single report,
menurut Flower (2014) justru <IR> bukan laporan
utama dari perusahaan bahkan menjadi laporan ekstra
disamping laporan keuangan konvensional dan
sustainability report sehingga hal ini malah
membingungkan, mengacaukan dan membuat
perpecahan konsep.
b. <IR> tidak mencakup konsep sustainability.
c. <IR> tidak mencakup bentuk komprehensif dari
dampak aktifitas perusahaan terhadap stakeholders.
d. <IR> yang diusulkan oleh IIRC hanya tidak banyak
bermanfaat bagi keuangan perusahaan yang
membuatnya.

22 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


Thomson (2014) juga menyampaikan kritik
terhadap <IR> yang memberi jalan bagi perusahaan yang
unsustainable menjadi terlihat sustainable. Tren
penggunaan <IR> sebagai sumber pengambilan
keputusan utama pun belum terbukti. Rensburg dan
Botha (2014) menunjukkan bahwa hanya sedikit
stakeholder yang menggunakan <IR> sebagai sumber
utama informasi keuangan dan investasi dalam
pengambilan keputusan, mereka masih menggunakan
laporan keuangan tahunan sebagai sumber utama
informasi dalam pengambilan keputusan. Tantangan
dalam penyajian <IR> juga salah satunya menemukan
format yang mudah dipahami oleh pembaca dari berbagai
level pendidikan, tidak hanya mudah dipahami oleh
pembaca yang mempunyai latar belakang pendidikan
yang tinggi (Resnburg dan Botha, 2014).

4.4. Penelitian Mengenai Aplikasi Integrated


Reporting <IR>
Tren Integrated Reporting <IR> yang baru
berkembang sejak tahun 2010 belum menghasilkan
banyak penelitian terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan <IR> di perusahaan. Namun
pada dasarnya <IR> adalah pengintegrasian laporan
keuangan dengan sustainability reporting. Hahn dan
Kuhnen (2013) merangkum beberapa hal yang
mempengaruhi aplikasi dari sustainability report

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 23


Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
perusahaan yang dibagi menjadi faktor internal yaitu
ukuran dan kinerja keuangan perusahaan (yang diukur
dengan berbagai proksi misalnya total asset, profitabilitas
dan leverage) serta faktor eksternal yang terdiri dari
corporate visibility (yang digambarkan dengan tekanan
media, posisi dari supply chain dan aspek yang berkaitan
dengan merk), kelompok industri, asal negara dan hukum
yang berlaku.
Beberapa penelitian dilakukan untuk melihat
faktor eksternal perusahaan dalam konteks negara
terhadap aplikasi <IR>. Aceituon et al. (2013)
membuktikan bahwa dari hasil analisis yang dilakukan
kepada 750 perusahaan internasional dari tahun 2008 –
2010 menunjukkan bahwa perusahaan yang berlokasi di
negara civil law dan dengan indeks penegakan hukum
yang tinggi cenderung lebih cepat mengadopsi dan
mempublikasikan <IR> dalam jangkauan yang luas.
Namun, tingkat pengungkapan <IR> lebih tinggi pada
negara common law dibandingkan dengan negara civil
law (Tiron dan Dragu, 2014). Dragu and Tudor (2013)
menemukan bahwa faktor politik (civil law political
system), budaya (responsibility index) dan ekonomi
(gross national income per capita) mempengaruhi
penerbitan <IR> oleh perusahaan. Sanchez, et al. (2013)
menemukan bahwa perusahaan yang berlokasi pada
masyarakat dengan nilai kolektivisme (saling
ketergantungan antar manusia) dan feminisme

24 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


(kesetaraan gender) yang tinggi merupakan pelopor dari
integrasi informasi dalam laporan kepada stakeholders.
Selain beberapa faktor tadi, implementasi
teknologi juga akan membantu dalam implementasi <IR>
(Devi, 2014). Salah satunya adalah penggunaan bahasa
pelaporan XBRL (eXtensible Business Reporting
Language) dapat digunakan sebagai teknologi yang
dijadikan standar pengungkapan informasi secara digital
(Monterio, 2013).
Hrebicek, et al. (2014) memberikan sebuah
model ekonomi terkait dengan kinerja dan pelaporan
sustainability perusahaan yang meliputi indikator
lingkungan (yang mengukur dampak lingkungan terhadap
sumberdaya), indikator sosial (kesehatan dan keamanan,
hak asasi manusia, perilaku etik, dsb.), indicator
corporate governance (berhubungan dengan efisiensi,
struktur dan tanggung jawab dari governance) dan nilai
ekonomi perusahaan. Semua aspek tersebut
dikombinasikan ke dalam metode Sustainable Value
Added, Economic Value Added dan Data Envelopment
Analysis.
<IR> yang masih dalam tahap perkembangan,
memberikan potensi perubahan cara berfikir perusahaan
menuju integrasi yang lebih baik antara tindakan atas
dasar sustainability dan dampaknya terhadap perencanaan
dan pembuatan keputusan strategis (Adams, 2014). Hal
ini memberikan peluang kepada pada akademisi untuk
Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 25
Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
terlibat dalam proses tersebut dan memberikan kontribusi
dalam pengembangan bentuk baru dalam akuntansi untuk
menjamin potensi tersebut bisa tercapai. Adams (2014)
menyatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan
akademisi terkait dengan pengembangan kerangka <IR>:
a. Proses dalam menentukan tingkat materialitas dan
mengidentifikasi resiko yang akan diungkapan dalam
<IR>.
b. Mengembangkan konsep komunikasi unternal dan
cara berfikir yang terintegrasi.
c. Faktor-faktor yang memperngaruhi adopsi awal <IR>
termasuk faktor kualitatif seperti misalnya peranan
dari kepemimpinan/gaya kepemimpinan.
d. Bagaimana cara mengubahn system, proses dan
pengambilan keputusan internal ketika akan
mengadopsi <IR>.
e. Akuntansi untuk menyajikan capital yang harus
diungkapkan dalam <IR>.
f. Peranan konsep multiple capitals dalam
mengidentifikasi resiko dan peluang.
g. Implikasi dari adopsi awal <IR> untuk sustainability
management dan praktek pelaporan.
h. Peranan dan adopsi awal <IR> pada sektor publik dan
nirlaba.
i. Bagaimana faktor politik mempengaruhi adopsi <IR>
serta hubungannya dengan kerangka pelaporan yang
lain, peraturan pasar modal dan negara.

26 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


j. Dampak dari <IR> dalam pengambilan keputusan dan
outcome yang dihasilkan.
k. Analisis atas respon dari berbagai pihak terhadap
<IR>
l. Pendekatan dalam menjamin <IR>.

4.5. Aplikasi Integrated Reporting <IR> di Indonesia


Hingga Saat Ini
Banyak perusahaan telah mengumpulkan data
lingkungan dan sosial, namun perusahaan tersebut belum
mengintegrasikannya dengan data keuangan ke dalam
satu laporan. Survey terhadap perusahaan Fortune 500
pada tahun 2013 menunjukkan hanya 1,4% yang
membuat <IR> namun 499 diantaranya telah melakukan
pengungkapan sustainability pada laporan tahunannya.
Dalam kondisi ini masih dibutuhkan usaha yang keras
untuk mewujudkan aplikasi komprehensif pembuatan
<IR> di perusahaan Fortune 500 (Actuino, 2013).
Jika dibandingkan dengan di Indonesia hingga
akhir tahun 2013 hanya 50 perusahaan dari >500
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
membuat laporan sosial dan lingkungan dengan
menggunakan kerangka GRI (Sulaiman, 2013).
Berdasarkan kondisi ini tentu saja Indonesia
membutuhkan usaha yang keras baik dari internal
perusahaan maupun pihak eksternal seperti regulator
apabila ingin mengaplikasikan <IR>.
Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 27
Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
Apabila dikaitkan dengan hasil penelitian
menganai aplikasi <IR> yang menunjukkan bahwa
negara yang secara sukarela mengadopsi <IR> adalah
negara dengan tingkat penegakan hukum yang kuat, maka
Indonesia mau tidak mau harus membuat peraturan yang
mengatur perusahaan untuk mengaplikasikan <IR>.
Karena apabila tidak didorong oleh peraturan, akan sulit
untuk bisa menerapkan <IR> secara menyeluruh.
Manfaat <IR> hanya akan dirasakan jika
diterapkan di negara-negara dengan pasar modal yang
telah efektif dan efisienm dimana keputusan investasi
murni berdasarkan informasi yang ada dalam laporan
keuangan. Apabila <IR> diterapkan di Indonesia
kemungkinan menjadi tidak efektif, cenderung
memerlukan tambahan biaya dengan manfaat yang belum
pasti (Akuntan Indonesia, 2014).

5. Simpulan dan Rekomendasi


Berdasarkan pembahasan diatas mengenai
aplikasi <IR> dapat diambil beberapa kesimpulan dan
rekomendasi sebagai berikut:
1. Transformasi Sustainability Report menuju <IR>
membutuhkan kerangka berfikir yang terintegrasi
sehingga menghasilkan <IR> yang sebenarnya bukan
hanya sekedar window dressing dan laporan
kombinasi.

28 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


2. Disamping manfaat yang dirasakan oleh perusahaan
yang mengaplikasikan <IR>, terdapat beberapa kritik
atas kerangka <IR> yang masih dalam tahap
perkembangan. Hal ini memberi ruang kepada pada
akademisi untuk mengkaji lebih lanjut mengenai
tradeoff antara manfaat dan biaya dari aplikasi <IR>
oleh perusahaan.
3. Para akademisi juja mengambil peran untuk mengkaji
pengembangan kerangka <IR> yang benar-benar
efektif mencerminkan integrasi informasi keuangan
dengan strategi berbasis sustainability dari
perusahaan.
4. Penerapan <IR> di Indonesia masih memerlukan
usaha keras baik dari pihak internal perusahaan
maupun eksternal perusahaan.
5. Penerapan <IR> di Indonesia masih cenderung
merupakan tambahan biaya dengan manfaat yang
belum pasti karena pasar modal di Indonesia belum
efektif dan efisien.

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 29


Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
Daftar Pustaka

Aceituno, J.V.F, Ariza, L. R. and Sanchez, I. M.


G, (2013), Is Integrated Reporting Determined by A
Country Legal System? An Exploratory Study, Journal of
Cleaner Production, 44, 45-55.
Adams, C. A., (2014), The International
Integrated Reporting Council: A Call to Action, Critical
Perspective on Accounting, Article in Press, 1-6
Armbester, K and Clay, T (2011). Integrated
Reporting an Irreversible Tipping Point. Analysis. April
2011. 28-29
Beal, G., (2014), Pair of Studies Trumpet
Integrates Reporting, The Bottom Line, November 2014,
20
Busco, C., Frigo, M. L., Quattrone, P. dan
Riccaboni, A., (2014), Leading Practice in Integrated
Reporting, Strategic Finance, September 2014, 23-33
Cheney, G. A., (2013). Is Integrated Reporting
Worth or Extra Work?, Financial Executive, 29 (4), 83-
85.
Devi, R. U., (2014), Integrated Reporting – The
Future Phase of Corporate Reporting: An Analysis,
International Journal of Research in Social Science, 4(2),
393-409.

30 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


Dragu, I. M. and Tudor, A. T. (2013) The
Integrated Reporting Initiative from an Institutional
Perspective: Emergent Factors, Procedia Social and
Behavioral Sciences, 92, 275 – 279.
Dumitru, M., Glavan, M. E., Gorgan, C., and
Dumitru, V. F., (2013), International Integrated Reporting
Framework: A Case Study in The Software Industry,
Annales Universitatis Apulensis Series Economica, 15(1),
24-39.
Eccles, R (2012). Get Ready: Mandated Integrated
Reporting is The Future of Corporate Reporting. MT
Sloan Management Review. March 2013. 1-5
Fellow, A (2012), Integrated Reporting Leads to
Better Business Understanding, Accounting Practice, 8
(25), 1026
Flower, J., (2013), The International Integrated
Reporting Council: A Story of Failure, Critical
Perspective of Accounting, Article in Press, 1-17
Hahn, R and Kuhnen, M (2013) Determinants of
sustainability Reporting: A Review of Results, Trend,
Theory and Opportunities in an Expanding Field of
Research, Journal of Cleaner Production, 59, 5-21.
Hicks, C., (2014), ‘Integrated Reporting’ Era
Begins, The Bottom Line, February 2014, 6

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 31


Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
Hrebicek, J., Soukopova, J. and Trenz, O. (2014),
Current Trend of Economic Modelling of Sustainable
Corporate Performance and Reporting – Review and
Research Agenda, Procedia Economics and Finance, 12,
234-242.
James, M. L. (2012). Sustainability and Integrated
Reporting – Opportunities for Small and Midsize Entities.
Proceedings of The Academy of Entrepreneurship. 18 (2),
15-19.
Kaihatu, T.S., (2006), Good Corporate
Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, 8 (1), 1-9.

King, M. (2010). International Integrated


Reporting Committee Forms, Business and The
Environment, September 2010, 6-8.
Krechovska, M dan Prochazkova, P. T. (2013),
Sustainability and its Integration into Corporate
Governance Focusing on Corporate Performance
Management and Reporting, Procedia Engineering, 69,
1144-1151
Leuner, J. B. (2012). Integrated Reporting Takes
Hold. Communication World. 29 (2). 33 – 34.
Lodhia, S. dan Hess, N., (2014), Sustainability
Accounting and Reporting in The Mining Industry:

32 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34


Current Literature and Directions for Future Research,
Journal of Cleaner Production, Article in Press, 1-8
Marcy, S and Burkholder, S, (2013), Financial
Reporting Advocate Group Issues Proposed Framework
for Integrated Reporting, Accounting Policy and Practice
Report, 9 (9), 344-345.
Monterio, B. J. (2013). Integrated Reporting and
the Potential Role of XBRL, Strategic Finance, June
2013, 62-65.
Polson, C., (2014), Pilot Reporting Project Gets
Positive Reviews, The Bottom Line, November 2014, 21
Rensburg, R dan Botha, E., (2014), Is Integrated
Reporting the Silver Bullet of Financial Communication?
A Stakeholder Perspective from South Africa, Public
Relation Review, 40, 144-152.
Roberts, L (2013). Integrated Reporting is
Changing How Companies Communicate with
Stakeholders. But This Process has Just Begun, With
New Benchmark Planned for Release in 2013.
Accountancy SA, Des/Jan 2013, 32.
Roberts, L., (2014), The New Integrated
Reporting Framework, Accountancy SA, March 2014, 28-
29.
Robinson, F. R., (2014), Integrated Sustainable
Reporting, Accountancy SA, February 2014, 30-31.

Transformasi Sustainability Reporting Menuju Integrated 33


Reporting (IR) Sebagai Cerminan Semakin Luasnya
Akuntabilitas dalam Corporate Governance.
Roth, H. P. (2014). Is Integrated Reporting in the
Future?. The CPA Journal. March 2014. 62-67
Sanchez, I.M.G, Ariza, L, R and Aceituno, J. V. F.
(2013). The Cultural System and Integrated Reporting,
International Business Review, 22, 828-838.
Sulaiman, (2013), 34 Perusahaan Bersaing
Rebutkan Indonesia Sustainability Reporting Award,
www. Lampung. co
Thomson, I., (2014), ‘But Does Sustainability
Need Capitalism or an Integrated Report’ A Commentary
on ‘The International Integrated Reporting Council: A
Story of Failure’ by Flower J, Critical Perspective on
Accounting, Article in Press, 1-5
Tiron, A. T., (2014), From Sustainability to
Integrated Reporting – The Political Perspective of
Institutional Theory, Studia Universitatis Babes-Bolyai
Oeconomica, 59 (2), 20 -33.
Watson, A. (2013). Early Days Yet for Integrated
Reporting, But Excellent Examples Are Emerging.
Accountancy SA, Des/Jan 2013, 33.
Zyl, A. S. V., (2013). Sustainability and Integrated
Reporting In The South African Corporate Sector,
International Business and Economics Research Journal,
12 (8), 903-926.
_ _., (2014), Integrated Reporting, Benefit atau
Biaya?, Akuntan Indonesia, September 2014, 24-25.

34 Dimensia Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 : 1-34

Anda mungkin juga menyukai