Abstrak
2. STUDI PUSTAKA
Pada praktikum modul 3 Rangkaian Logika ini, kita
Rangkaian gerbang logika dapat dibagi menjadi
akan mendesain beberapa rangkaian sederhana dan melihat
beberapa jenis, ada rangkaian logika
waktu delaynya berdasarkan perbedaan bentuk gelmbang
kombinasional dan rangkaian logika sekuensial.
fungsional dan timing. Berdasarkan waktu delay tersebut,
Contoh pendalaman rangkaian kombinasional
kita akan menghitung worst case delay path nya. Hal ini
adalah Adder, encoder, decoder, dan substractor.
bertujuan untuk memberi kita gambaran bagaimana
Pada modul ini kita akan melihat apakah
mendesain rangkaian digital yang terbaik. Selanjutnya,
rangkaian tersebut ideal(secara real time), atau
untuk penggunaan Bahasa VHDL, praktikan diharapkan
tidak dan mencari total delay, delay terburuk, dan
mampu mengenal level abstraksi dalam perancangan digital.
tau bagaiamana membuat rangkaian dengan delay
Kata kunci: Rangkaian Logika Kombinasional, worst terbaik.
case delay, BCD-7-segment, simulasi fungsional,
simulasi timing, level abstraksi. 2.1 RANGKAIAN KOMBINASIONAL
Rangkaian kombinasional didefinisikan sebagai
1. PENDAHULUAN
tipe rangkaian logika yang diimplementasikan
Pada praktikum modul 3 rangkaian logika menggunakan persamaan boolean, dengan
kombinasional ini, praktikan merancang keluaran adalah fungsi murni masukan,[2].
rangkaian digital pada software Altera Quartus II Rangkaian kombinasional tidak memiliki memori
6.0. Praktikan akan mengimplementasikan fungsi penyimpanan logika, sehingga hasil keluaran
gerbang logika pada rangkaian dengan rangkaian gerbang logika hanya dipengarhi masukannya
logika kombinasional. Rangkaian logika saja. Pada percobaan ini, kita akan menggunakan
kombinasional hanya melihat masukan yang salah satu aplikasi dari rangkaian kombinasional,
diterima tanpa dipengaruhi keluaran fungsi yaitu BCD-to-7-Segment, yang akan dijelaskan
gerbang logika sebelumnya, sehingga dapat pada bagian berikut. Berikut adalah bentuk
dikatakan bahwa rangkaian ini merupakan salah subfungsi yang merepresentasikan logika pada
satu rangkaian yang memiliki cara kerja paling FPGA[1] :
sederhana.
Pada rangkaian logika kombinasional ini, kita juga
akan meninjau, waktu delaynya, terkhusus worst
case delay untuk mendesain rangkaian yang terbaik.
Sehingga kita akan membandingkan hasil
percobaan dengan simulasi timing dan fungsional.
Karena rangkaiannya tidak ideal, maka aka nada
delay dan aka nada perkiraan delay paling buruk.
Prosedur percobaan pada modul 3 ini adalah :
Pembuatan project sederhana dan BCD-to-7-
segmen, Memasukan desain skematik atau VHDL,
Kompilasi, Pembuatan Netlist dan simulasi
fungsional, Simulasi Timing, Simulasi Worst Case
Delay, dan menghubungkan dengan FPGA Altera
DE1 Cyclone II EP2C20F484C7 .
1
2.2 BCD-TO-7-SEGMENT behavioral adalah tingkat abstraksi yang
mengimplementasikan sesuai dengan perilaku
BCD-to-7-Segment adalah rangkaian
sistem, bukan interkoneksi antara komponen yang
kombinasional yang menerima 4 buah masukan (4
digunakan.
bit) dan menghasilkan keluaran berupa gambar
visual yang merepresentasikan angka biner Level abstraksi struktural adalah tingkat abstraksi
tersebut dalam basis desimal,[3]. dengan implementasi menggunakan fungsi
gerbang logika, baik secara skematik maupun
Berikut adalah konvensi penomoran 7 segment
bahasa VHDL.
untuk konversi biner ke output 7 segment:
Level abstraksi physical adalah implementasi
langsung, seperti menggunakan FPGA maupun
rangkaian digital lainnya
Dalam perancangan fungsi gerbang logika, ada Gambar-3.1 Flowchart Umum Pembuatan Desain [1]
tiga level abstraksi (gambar 2.3) yang dapat
digunakan, yaitu level abstraksi behavioral,
struktural, serta physical,[4]. Level abstraksi
2
Berikut adalah tahapan rinci untu sub modul ini : LIBRARY ieee;
USE ieee.std_logic_1164.all;
USE ieee.numeric_std.all;
Lakukan manajemen file
ENTITY bcd IS PORT (
SW : IN STD_LOGIC_VECTOR (3
DOWNTO 0);
HEX1 : OUT STD_LOGIC_VECTOR (1 TO
Buat new project, dan buat projest 7));
sederhana dengan mengkode dan END bcd;
merancang desain skematik
rangkaian. ARCHITECTURE behavioral OF bcd IS
CONSTANT NOL :
STD_LOGIC_VECTOR (3 DOWNTO 0) := "0000";
Compile project dan simulasikan CONSTANT SATU :
dalam timing dan fungsional STD_LOGIC_VECTOR (3 DOWNTO 0) := "0001";
CONSTANT DUA :
STD_LOGIC_VECTOR (3 DOWNTO 0) := "0010";
CONSTANT TIGA :
STD_LOGIC_VECTOR (3 DOWNTO 0) := "0011";
Catat hasilnya CONSTANT EMPAT :
STD_LOGIC_VECTOR (3 DOWNTO 0) := "0100";
CONSTANT LIMA :
Diagram-3.1 Langkah percobaan 3.1 STD_LOGIC_VECTOR (3 DOWNTO 0) := "0101";
CONSTANT ENAM :
STD_LOGIC_VECTOR (3 DOWNTO 0) := "0110";
CONSTANT TUJUH :
STD_LOGIC_VECTOR (3 DOWNTO 0) := "0111";
CONSTANT DELAPAN :
STD_LOGIC_VECTOR (3 DOWNTO 0) := "1000";
CONSTANT SEMBILAN :
Gambar 3.2 Skematik Rangkaian Sederhana STD_LOGIC_VECTOR (3 DOWNTO 0) := "1001";
END behavioral;
Diagram-3..2 Membuat Rangkaian BCD
3
LIBRARY ieee;
USE ieee.std_logic_1164.all;
USE ieee.std_logic_unsigned.all;
ENTITY tb_bcd IS
END tb_bcd;
COMPONENT bcd IS
PORT( SW : IN
STD_LOGIC_VECTOR (3 DOWNTO 0);
HEX1: OUT
STD_LOGIC_VECTOR (1 TO 7));
ENDCOMPONENT;
BEGIN
clock : PROCESS
BEGIN
WAIT FOR 50 ps; clk <= not clk;
end PROCESS clock; Gambar 3.6 Pemasangan Kaki Untuk VHDL dan Skematik BCD 7
Segment
increment: PROCESS (clk)
BEGIN
IF (clk'EVENT AND clk =
'1') THEN 3.3 MERANCANG BCD 7SEG DENGAN
SW <= SW + "0001"; LEVEL ABSTRAKSI BEHAVIORAL
END IF;
END PROCESS;
END behavioral;
A <= NOT (D1 OR D3 OR ((NOT D0) AND (NOT Buatlah file testbench dan
D2)) OR (D0 AND D2)); jalankan di modelsim.
B <= NOT ((NOT D2) OR (D0 AND D1) OR ((NOT
D0) AND (NOT D1)));
C <= NOT (D0 OR (NOT D1) OR D2);
D <= NOT (D3 OR (D1 AND (NOT D2)) OR ((NOT
D0) AND (NOT D2)) OR (D0 AND (NOT D1) AND Simulasikan program, dan
D2) OR (D1 AND (NOT D0))); variasikan simulasinya.
E <= NOT (((NOT D0) AND (NOT D2)) OR ((NOT
D0) AND D1));
F <= NOT (D3 OR ((NOT D0) AND (NOT D1)) OR
((NOT D0) AND D2) OR ((NOT D1) AND D2)); Analisis data dan perbedaan nya
G <= NOT (D3 OR (D1 AND (NOT D2)) OR ((NOT dengan ercobaan 3.2
D1) AND D2) OR ((NOT D0) AND D2));
Diagram-3.3 Merancang BCD 7SEG dengan abstraksi
Gambar 3.4. SOP/POS dari 7 Segment Behavioral.
4
Diagram-3.4 Langkah Percobaan Mendesain 4-Bit Ripple Carry
Adder Dengan Skematik
5
Gambar 4.8 Hasil output Altera DE1 Percobaan 1
A B F
0 0 0
0 1 1
Gambar 4.12 Tampilan Simulation waveform Run Timing
1 0 1
1 1 1
Percobaan 2
6
A B F
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Gambar 4.16 Tabel Kebenaran Percobaan 2
Percobaan 3
Gambar 4.20 Tampilan Masukan Pin Planner
Gambar 4.17 Rangkaian Logika Percobaan 3 Gambar 4.21 Tampilan pada Programmer setelah di input ke Altera
DE1
A B F
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Gambar 4.23 Tabel Kebenaran Percobaan 3
7
Percobaan 4
Gambar 4.27 Tampilan Masukan Pin Planner Gambar 4.31 Hasil output Altera DE1 Percobaan 4
8
Gambar 4.36 Hasil Compile yang sudah diberi pin planner
A B F
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Percobaan 5
A B F
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Gambar 4.40.Tabel Kebenaran Percobaan 5
9
Worst case delay didapat dari akumulasi delay per
proses, sehingga untuk meminimalisir delay perlu
adanya pengefisiennan rangkaian.
Dalm menyusun rangkaian digital (dalam hal ini
dilakukan rangkaian kombinasional) terdapat
level abstrasksi yang berbeda (structural,
behavioral, dan physical), dan setiap level itu
memiliki tujuan dan fungsi khusus masing-
masing.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hutabarat, Mervin T, Petunjuk Praktikum
Sistem Digital, 2018
[2] http://en.wikipedia.org/wiki/Combinational
_logic, 04 Oktober 2018, 21.07
[3] R.H. Katz, Contemporary Logic Design
Second Edition, Pearson Prentince-Hall, NJ,
2005
[4] http://rizkia.wordpress.com/2011/01/08/vh
dl-level-abstraksi/, 04 Oktober 2018, 21.15
1
0