DI POLI MATA
MYOPIA
DISUSUN OLEH :
1911311004
KELOMPOK A
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata jatuh di
depan retina pada mata yang istirahat (tanpa akomodasi). Gambaran kelainan pemfokusan
cahaya di retina pada miopia, dimana cahaya sejajar difokuskan didepan retina
2. Etiologi
1. Jarak terlalu dekat membaca buku, menonton televisi, bermain videogames, main
komputer, main ponsel, dan lain-lain. Mata yang dipaksakan dapat merusak mata.
Pelajari jarak aman aktivitas mata kita agar selalu terjaga kenormalannya.
2. Terlalu lama beraktifitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di depan
komputer, di depan layar monitor, di depan mesin, di depan berkas, dan lain-lain. Mata
butuh istirahat yang teratur dan sering agar tidak terus berkontraksi yang monoton.
3. Tinggal di tempat yang sempit penuh sesak karena mata kurang berkontraksi melihat
yang jauh-jauh sehingga otot mata jadi tidak normal. Atur sedemikian rupa ruang rumah
kita agar kita selalu bisa melihat jarak pandang yang jauh.
4. Kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti membaca sambil
tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca di bawah sinar matahari
langsung yang silau, menatap sumber cahaya terang langsung, dan lain sebagainya.
5. Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok untuk mata dapat
mengganggu kesehatan mata seperti sering kelamaan memakai helm, lama memakai
kacamata yang tidak sesuai dengan mata normal kita, dan sebagainya.
6. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata sehingga kurang
mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja terlalu diporsir.
Vitamin A, betakaroten, ekstrak billberry, alpukat, dan lain sebagainya bagus untuk mata
3. Manifestasi Klinis
Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan
jarak jauh (anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi mereka dapat
dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku. Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan
untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua
mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini
mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen) . Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap,
sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia). Apabila terdapat miopi pada satu mata jauh
lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia pada mata yang myopianya lebih tinggi.
Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia).
Pasien dengan miopi akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling
dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia mempunyai kebiasaan
mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole
(lubang kecil). Pasien myopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat
jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan
menimbulkan keluhan astenopia konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita
akan terlihat juling kedalam atau esoptropia.
1. Terapi Non-Farmakologi
a. Kacamata
Pada pasien miopi ini diperlukan lensa kaca mata baca tambahan atau lensa eddisi untuk
membaca dekat yang berkuatan tetentu. Pengobatan pasien dengan dengan miopi adalah
memberikan kaca mata sferis negative terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan
maksimal 33cm. Bila pasien dikoreksi dengan – 3.0D memberika tajam penglihatan 6/6, dan
demikian memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.
b. Lensa Kontak
Pengobatan biasanya ditolong dengan kacamata rangkap dan harus melakukan terapi
dengan cara menggunakan lensa eddisi untuk membaca dekat. Untuk jarak baca 33 cm, bila jarak
berubah maka pemberian lensa juga berubah. Pada umur 40 tahun lensa masih dapat
mengembang, tetapi sangat menurun. Pada umur 60 tahun, lensa menjadi sclerosic semua. Jadi
pemberian lensa addisi tergantung pada pada jarak baca dan umur pederita. Bifokus adalah
kacamata yang digunakan untuk mengatasi presbiopia. Kacamata ini memeliki 2 lensa, yaitu
untuk membaca dipasang dibawah dan untuk melihat jarak jauh dipasang diatas. Jika pelihat
jarak jauh masih baik, bisa digunakan kacamata untuk baca yang dijual bebas.
c. Bedah Keratorefraktif
Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat miopi
dengan menggunakan laser.
Terapi ini menggunakan konsep yang sama dengan penggantian kembali kornea mata tetapi
menggunakan prosedur yang berbeda.
Orang-orang dengan miopi rendah akan lebih baik jika menggunakan teknik ini. Orthokeratologi
menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian sementara lekukan kornea.
Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan bahan-bahan plastik yang ditanamkan kedalam
kornea mata untuk mengganti kornea yang rusak.
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran
yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada penderita myopia
6. Komplikasi
Komplikasi lain dari miopia sering terdapat pada miopia tinggi berupa ablasio retina,
perdarahan vitreous, katarak, perdarahan koroid dan juling esotropia atau juling ke dalam
biasanya mengakibatkan mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling ke luar
mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.
7. WOC
B. Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan pandangannya kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat.
Klien datang ke RS dengan keluhan pandangan kabur pada jarak jauh dan jelas pada jarak dekat,
klien mengatakan padangan kabur setiap saat.
Klien mengatakan ibu klien mengalami hal yang sama seperti yang dialami klien.
4) Riwayat Kebiasaan
Klien mengatakan sering membaca buku dengan jarak yang sangat dekat dan dalam keadaan
tidak terlalu terang.
Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya tentang pengetahuan
dan penatalaksanaan penderita diabetes mellitus dengan ganggren kaki.
Pola nutrisi
Penderita diabetes melitus mengeluh ingin selalu makan tetapi berat badanya justru turun
karena glukosa tidak dapat ditarik ke dalam sel dan terjadi penurunan massa sel.
Pola eliminasi
Data eliminasi untuk buang air besar (BAB) pada klien daibetes mellitus tidak ada
perubahan yang mencolok. Sedangakan pada eliminasi buang air kecil (BAK) akan
dijumpai jumlah urin yang banyak baik secara frekuensi maupun volumenya.
Pola tidur dan istirahat
Sering muncul perasaan tidak enak efek dari gangguan yang berdampak pada gangguan
tidur (insomnia).
Pola aktivitas
Pada pasien dengan diabetes mellitus gejala yang ditimbulkan antara lain keletihan
kelelahan, malaise, dan seringnya mengantuk pada pagi hari.
Nilai dan keyakinan
Gambaran pasien diabetes melitus tentang penyakit yang dideritanya menurut agama dan
kepercayaanya, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya
2. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan head to toe Menurut (Suddarth, 2014), pemeriksaan fisik pada pasien dengan
ulkus, antara lain :
Kepala : wajah dan kulit kepala bentuk muka, ekspresi wajah gelisah dan pucat,
rambut, bersih/tidak dan rontok/tidak, ada/tidak nyeri tekan.
Mata : mata kanan dan kiri simetris/tidak, mata cekung/tidak, konjungtiva
anemis/tidak, selera ikterit/tidak, ada/tidak sekret, gerakan bola mata normal/tidak, ada
benjolan/tidak, ada/tidak nyeri tekan/ fungsi pengelihatan menurun/tidak.
Hidung : ada/tidak polip, ada/tidak sekret, ada/ tidak radang, ada/ tidak benjolan,
fungsi penghidu baik/buruk,
Telinga : canalis bersih/kotor, pendengaran baik/menurun, ada/tidak benjolan pada
daun telinga, ada/tidak memakai alat bantu pendengaran,
Mulut : gigi bersih/kotor, ada/tidak karies gigi, ada /tidak memakai gigi palsu,
gusi ada/ tidak peradangan, lidah bersih/kotor, bibir kering/lembab.
Leher : ada/tidak pembesaran thyroid, ada/tidak nyeri tekan , ada/tidak
bendungan vena jugularis dan ada/tidak pembesaran kelenjar limfe.
Paru : bentuk dada normal chesr simetris/tidak, kanan dan kiri.
Inspeksi : pada paru-paru didapatkan data tulang iga simetris /tidak kanan,
payudara normal/tidak, RR normal atau tidak, pola nafas regular/tidak, bunyi
vesikuler/tidak, ada/tidak sesak napas. Palpasi : vocal fremitus anteria kanan dan kiri
simetris/tidak, ada/tidak nyeri tekan. Auskultasi : suara napas vesikuler/tidak, ada/ tidak
ronchi maupun wheezing, ada/tidak. Perkusi : suara paru-paru sonor/tidak pada paru
kanan da kiri.
Abdomen : abdomen simetris/tidak, datar dan ada/tidak luka auskultasi: peristaltik
25x/menit. Palpasi ada/tidak nyeri, dan kuadran kiri atas. Perkusi : suar hypertimpani.
Genitalia : data tidak terkaji, terpasang kateter/tidak.
Musculoskeletal: ekstremitas atas : simetris /tidak, ada/tidak odema atau lesi, ada/tidak
nyeri tekan, ekstremitas bawah : kaki kanan dan kaki kiri simetris ada/ tidak kelainan.
Ada atau tidak luka
Integumentum : warna kulit, turgor kulit baik/jelek/kering ada lesi/tidak, ada/tidak
pengurasan kulit, ada/tidak nyeri tekanan.
3. Diagnosa Keperawatan
4. Perencanaan
3. Edukasi
5. Evaluasi
Untuk lebih mudah melakukan pemantauan dalam kegiatan evaluasi keperawatan maka kita
menggunakan komponen SOAP, yaitu :
S : Data subyektis
O : Data objektif
A : Analisis , interpretasi dari data subyektif dan data objektif. Analsisis merupakan suatu
masalah atau diagnosis yang masih terjadi, atau masalah atau diagnosis yang baru akibat adanya
perubahan status kesehatan klien.
P : Planning, yaitu perencanaan yang akan dilakukan, apakah dilanjutkan, ditambah atau
dimodifikasi
Daftar Pustaka
Ilyas, Sidarta.2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI; Jakarta. Crick and
Khaw.2003.A Textbook of Clinical Ophthalmology 3rd edition. World
ScientificPublisching;Singapore.