Anda di halaman 1dari 1

Cara Menghindari Plagiarisme dalam penulisan akademik

Plagiarisme adalah penggunaan tulisan atau gagasan orang lain dalam tulisan anda tanpa izin atau
tanpa izin. Dalam dunia akademis, plagiarisme merupakan hal yang serius karena ide-ide berupa
penelitian, karya kreatif, dan pemikiran orisinal sangat dihargai. Hukuman untuk plagiarisme sangat
berat, mulai dari pemberian nilai “gagal” untuk karya jiplakan, nilai gagal untuk matakuliah, atau
pemberhentian dari lembaga.
Anda mungkin tidak menyadari bahwa plagiarisme dapat memiliki beberapa bentuk berbeda.
Plagiarisme yang sengaja adalah menyerahkan karya yang ditulis oleh orang lain dan
mengumpulkannya sebagai milik anda, menyalin tulisan yang sama persisi dari majalah atau jurnal,
atau mengunduh dari Internet tanpa menyebutkan sumbernya.
Plagiarisme yang tidak disengaja adalah hasil dari parafrase yang tidak tepat, meringkas, atau cara
mengutip yang tidak benar dalam tulisan akademis anda. Umumnya, ini terjadi karena mereka tidak
tahu atau tidak bisa mengikuti aturan untuk menghargai gagasan orang lain dalam tulisan mereka.
Kedua jenis plagiarism itu salah, melanggar aturan, dan dapat mengakibatkan hukuman yang berat.
Mengabaikan atau tidak mengetahui aturan tentang bagaimana untuk tidak menjiplak dan mengutip
sumber atau bukti dengan benar mungkin bisa menjadi penjelasan, tapi itu bukan alas an. Untuk itu
kita harus bisa menghindari keduanya. Bagaimana caranya?
Pertama: Selalu kutip sumber anda dengan jelas dan lengkap sesuai aturan penulisan sumber yang
diminta.
Contoh: Pierre Lévy (2019, p. 23) claims that “Those who denounce cyberculture today
strangely resemble those who criticized rock music during the fifties and sixties”.

Kedua: Gunakan teknik menulis paraphrasing untuk menghindari kesamaan. Berikut cara yang bisa
dilakukan dimulai dari yang paling mudah.
a. Teknik 1: Ganti kosakata yang pas dan sesuai.

Contoh: People who condemn cyberculture nowadays surprisingly look like individuals who
complained about rock music in the mid of 20th century (Pierre Lévy, 2019, p. 23).

b. Teknik 2: Ubah kelas kata.


Contoh: According to Pierre Lévy (2019, p. 23), critics of today’s cyberculture seem like
rock music challengers fifty or sixty years ago.

c. Teknik 3; Ubah urutan kata/kalimat.


Contoh: A similar tone can be noticed by Pierre Lévy (2019, p. 23) from the current
criticisms towards cyberculture and those against rock music in the previous half century.

Anda mungkin juga menyukai