Kelainan Kongenital Reproduksi Pria
Kelainan Kongenital Reproduksi Pria
Penentuan jenis kelamin pada anak melalui tiga tahap, yaitu tahap genetik, tahap
gonad, dan tahap fenotip.
1. Tahap genetik : tahap yang bergantung pada kombinasi genetik pada saat
pembuahan. Jika sperma yang membawa kromosom Y yang membuahi
oosit maka akan menjadi anak laki-laki. Namun sebaliknya, apabila
sperma yang membawa kromosom X yang membuahi oosit maka akan
menjadi anak perempuan.
2. Tahap gonad : tahap perkembangan testis atau ovarium
3. Tahap fenotip : tahap diferensiasi membentuk sistem reproduksi
Pada akhir bulan ketiga, kedua lipatan uretra menutupi lempeng uretra dan
menjadi uretra penis. Kemudian, bagian paling distal penis terbebtuk saat saat
ektoderm dari ujung glans menembus ke arah dalam membentuk korda epitel
pendek dan pada akhirnya akan membentuk ostium uretra eksterna pada
bulan keempat.
Dalam hal ini, apabila penyatuan lipatan uretra tidak sempurna, maka akan
menyebabkan terbentuknya muara meatus uretra yang abnormal di
permukaan inferior penis. Kelainan ini disebut sebagai Hipospadia. Insidensi
penyakit ini terjadi pada 3-5 kasus/1000 kelahiran.
Penurunan Testis
Pada awalnya testis berada pada rongga abdomen bagian posterior. Namun,
karena beberapa hal menyebabkan testis dapat turun ke kantong skrotum. Faktor-
faktor yang dapat mengendalikan turunnya testis adalah :
1. Peningkatan tekanan intraabdomen
akibat pertumbuhan organ pada
abdomen
2. Pertumbuhan keluar bagian
ekstraabdomen gubernakulum ke
arah skrotum
3. Pengaruh hormon androgen
(testosteron)
Pada akhir bulan kedua akan terbentuk
ligamentum genitale kaudal, yang berasal
dari degenerasi mesonefros dan terbentuk
pula gubernakulum. Sebelum testis turun
gubernakulum berada di regio inguinal
antara musculus oblikus internus abdominis
dan musculus oblikus eksternus abdominis. Sewaktu testis mulai turun ke cincin
inguinal, gubernakulum tumbuh dari regio inguinal ke arah penebalan skortum
dan disebut sebagai gubernakulum ekstra abdomen. Ketika testis melalui kanalis
inguinalis, gubernakulum ekstra abdomen bersentuhan dengan dasar skrotum.
Pada keadaan normal, penurunan testis dari abdomen ke regio inguinal terjadi
pada minggu ke-12, dan melalui kanalis inguinalis pada minggu ke-28, kemudian
mencapai skrotum pada minggu ke-33.
Selain peritoneum, lapisan otot dan fasia dinding tubuh juga mengalami evaginasi
ke arah penebalan skrotum. Selanjutnya lapisan otot dan fasia yang mengalami
evaginasi ini juga akan melingkupi testis, dan membentuk lapisan-lapisan yaitu:
Fasia transversalis akan membentuk fasia spermatica interna
2. Penis
3. OUE
4. Testis
5. Epididmis
6. Ductus deferens
7. Ductus ejakulatorius
8. Prostat
SCROTUM
Lapisan Scrotum:
1. Cutis
2. Fascia
superficialis
3. Fascia spermatica
eksterna
4. Fascia
cremasterica
6. Tunika veginalis
Pendarahan :
Plexus subcitaneus &anastomiasis arteriovenosa à ↓ suhu & membantu
mengontrol temperature lingkungan.
Arteri : a. pudenda eksterna,a.femoralis,& rami scrotales arteriae pudenda interna
Persarafan :
Anterior à n.ilio inguinalis & ramus genitalis n.genitofemoralis.
PENIS
Mempunyai radix penis yg terfiksasi dan corpus yg bergantung bebas.
1. Radix penis :
2. Corpus penis:
a.Dorsalis penis.
EPIDIDIMIS
Panjang : 6m (berkelok-kelok)
Terdiri dari :
Caput ,corpus,cauda
DUCTUS DEFERENS
Panjang : 45 cm
Sal. yg menyalurkan sperma matang dr epididimis ke ductus ejaculatorius
& uretra.
DUCTUS
EJAKULATORIUS
Panjang < 1 inchi
Dibentuk dr gab. Ductus deferens & ductus vesicula seminalis
PROSTAT
Kel. Fobromuskular
yg mengelilingi uretra
pars prostatica
Panjang : 3 cm
Letak : antara
collum vesicae &
diafragma urogenital
di bawah
Pendarahan
Arteri : cabang a.vesicalis inferior & a.rectalis media
Vena : membntk plexus prostaticus
Persarafan : asalnya dr hypogastricus inferior.Saraf simpatis merangsang otot
polos prostata saat ejakulasi.
FISIOLOGI REPRODUKSI PRIA
Gambar 1. Spermatogenesis
Sel Sertoli yang terdekat dengan membran basal menciptakan sawar darah
testis yang menghalangi substansi darah langsung masuk ke dalam lumen tubulus
seminiferus, sehingga menciptakan kompisisi yang unik dari cairan dalam
tubulus. Sekret ini juga yang akan mendorong sperma dari tubulus ke epididimis.
Selain itu, sawar darah ini berfungsi untuk mencegah pembentukan antibodi pada
spermatozoa. Sel Sertoli juga berfungsi untuk memberi nutrisi pada sel sperma
yang berkembang dengan mengubah glukosa menjadi laktat, karena sel sperma
menggunakan laktat sebagai sumber energi. Androgen-binding protein merupakan
struktur penting yang dimiliki sel sertoli, yang berfungsi untuk menahan
testosteron agar tidak terbuang dari lumen tubulus karena testosteron dibutuhkan
dalam jumlah yang banyak dalam testis untuk produksi sperma. Sel Sertoli adalah
kontrol spermatogenesis yang diatur oleh testosteron dan FSH. Sertoli akan
menghasilkan hormon inhibin, yang merupakan feedback negatif untuk FSH.
B. Pengaturan Hormon
Testis dikontrol oleh LH (Luteinizing hormone)
dan FSH (follicle stimulating hormone), yang
kerjanya mengaktifkan cAMP pada gonad. LH
bekerja pada sel Leydig, mengatur sekresi testosteron.
FSH bekerja pada sel Sertoli untuk meningkatkan
spermatogenesis. Sekresi FSH dan LH distimulasi
oleh GnRH (Gonadotropin releasing hormone)
hipotalamus.
FISIOLOGI BERKEMIH
MIKSI (BERKEMIH)
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Proses ini terdiri dari dua langkah utama: (1) kandung kemih secara progresif
terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat di atas nilai ambang, yang
kemudian mencetuskan langkah kedua; (2) timbul refleks saraf yang disebut
refleks miksi (Refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih
atau jika ini gagal setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk
berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis,
refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau
batang otak.
Transpor Urin dari Ginjal melalui Ureter dan Masuk ke dalam Kandung
Kemih
Urin mengalir ke kaliks renalis, kemudian meregangkan kaliks renalis dan
meningkatkan aktivitas pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi
peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter.
Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis. Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi
peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan dihambat
oleh simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum
kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih
cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urin dari
kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat selama berkemih
atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih.
Sensasi Rasa Nyeri Pada Ureter dan Refleks Ureterorenal.
Ureter dipersarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila ureter tersumbat
(contoh, oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang kuat sehubungan dengan
rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga menyebabkan refleks simpatis
kembali ke ginjal untuk mengkonstriksi arteriol-arteriol ginjal, dengan demikian
menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks ureterorenal and
bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang berlebihan ke dalam pelvis
ginjal yang ureternya tersumbat.
Refleks Berkemih
Keinginan berkemih disebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh
reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih. Sinyal sensorik dari
reseptor regang kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis
melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung
kemih melalui serat saraf parasimpatis melalui saraf yang sama ini. Ketika
kandugn kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara
spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi,
dan tekanan turun kembali. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih
menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat.
Mekanisme refleks berkemih
Dimulai dengan kontraksi otot polos dinding vesica urinaria:
Serabut afferent dan efferent n.pelvicus.
Pusat Pons dan Medula oblongata
Pengaliran urine ke dalam uretra:
Serabut afferent : n. pudendus
Serabut efferent n. pelvicus
Peregangan pangkal uretra
Serabut afferent dan efferent : n. hypogastricus
Relaksasi m. sphincter urerethrae externus
Serabut afferent dan efferent : n. pudendus
Relaksasi otot polos bagian 1/3 atas urethra:
Serabut afferent dan efferent: n. pelvicus
Pusat refleks: segmen sacral medulla spinalis.
FIMOSIS
Definisi:
Suatu kelainan dimana prepusium penis yang tidak dapat diretraksi(ditarik) ke
proksimal sampai ke korona glandis
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir krn terdapat adhesi
alamiah antara prepusium dgn glans penis(hanya 4% yg tdk)
Epidemiologi:
>> pd bayi/anak2 hingga usia 3 atau 4 thn
Klasifikasi:
1. Fimosis kongenital/fisiologi
Timbul sejak lahir
Saat lahir,kulit prepusium sll melekat erat pd galns penis&tdk dpt ditarikseiring b+
+ usia (+ hormon&f.pertumbuhan)keratinisasi lap epitel&deskuamasi antara glans
penis&lap dlm prepusium(smegma mengumpul)kulit prepusium terpisah dari glans
penis
Ereksi penis yg tjd scr berkalaprepusium terdilatasi perlahan2prepusium jd
retraktil&dpt ditarik ke proksimal
Tapi dapat terjadi kegagalan prepusium utk melonggar dlm proses
pertumbuhanpatologik
2. Fimosis didapat/patologik
adlh ketidakmampuan utk menarik prepusium stlh sblmnya dpt ditarik.
Disebabkan sempitnya muara di ujung kulit kemaluan scr anatomis
Patofisiologi:
Etiologi:
1. kebersihan/higiene yg buruk
2. Peradangan kronik glans penis(balanitis)&kulit prepusiumbalanopostitis
3. Penarikan berlebihan kulit prepusium pd fimosis kongenital
Manifestasi klinis:
Ujung prepusium penis menggelembung krn tumpukan urin(balloning)
saat BAK
Sulit kencing
Air seni keluar tdk lancar,kdg menetes,kdg memancar dgn arah tdk
terduga(pancaran mengecil)
Iritasi pd penis
Diagnosis:
Anamnesis
Pf fisik
Talak :
1. Terapi konservatif
salep kortikoid(0,05-0,1%) 2x shri slm 20-30 hri
o Indikasi :anak usia 3 thn
o Kontra indikasi:bayi&anak yg msih pakai popok
salep deksametason 0,1% 3/4x slm 6 mgg
o Indikasi:fimosis yang disertai BXO
2. Sirkumsisi (dhn teknik dorsumsisi)
Indikasi:
Fimosis patologik
Komplikasi:
Nyeri
Retensi urin
Ballonitis
Diagnosis banding:
Parafimosis
Prognosis:
Baik bila cepat didiagnosis&ditangani
PARAFIMOSIS
Definisi
Etiologi
Epidemiologi
Terjadi pada laki-laki semua usia, namun tersering pada massa bayi dan remaja
yang belum di sirkumsisi
Manifestasi klinis
Patogenesis
Diagnosis
Anamnesis
anak kecil yang prepusiumnya di turunkan secara paksa dan lupa di
kembalikan ke posisi semula
remaja yang melakukan aktifitas seksual berlebihan
pria dengan balanoposthisis kronis
Px Fisik
jeratan ini akan menyebebakan kongesti vena
pada px fisik di dapatkan edema dan pembesaran glans penis
pada proses perjalan penyakit juga dapat di temukan oklusi arteri dan
nekrosis dari glans penis
Penatalaksanaan
Komplikasi
Definisi
Kelainan congenital dengan asosiasi tiga anomali penis:
1. abnormalitas letak meatus uretra yang dapat ditemukan di mana saja dari
aspek ventral glans hingga perineum.
2. abnormalitas dari kelengkungan penis (chordee) jadi penis angulasi ke ventral
3. tidak didapatkan prepusium ventral sehingga prepusium dorsal menjadi
berlebihan (dorsal hood)
Tapi Karakteristik kedua dan ketiga tidak selalu hadir dalam semua kasus
Klasifikasi
• Menurut MCDP (metropolitan congenital defects program)
• Derajat 1 : OUE terletak pada permukaan ventral glans penis dan atau
korona glans.
• Derajat 2: OUE terletak pada ventral korpus penis.
• Derajat 3: OUE terletak pada permukaan ventral skrotum/perineum
Pada derajat 2/3 dapat disertai angulasi penis ke arah penis (chordee penis)
Etiologi
• Abnormalitas produksi androgen oleh testis janin
• Keterbatasan sensitivitas androgen pada jaringan utk perkembangan genitalia
eksterna (kurangnya reseptor androgen atau kurngnya enzim 5α reduktase)
• Kembar monozigot: pada perkembangan janin hormon hcg terbagi 2 karena
plasenta Cuma 1 jadi gangguan perkembangan dan pembentukan
uretra.resiko meningkat jadi 8 kali lipat.
• Mutasi 5α reduktase enzim utk mengkonversi testosteron menjadi DHT
Manifestasi Klinis
• Lubang ada di bagian bawah penis
• Penis melengkung kebawah
• Glans penis lebih datar
• Prepusium menumpuk di bagian punggung penis
Tatalaksana (Operasi)
• Dengan tindakan bedah dengan tujuan:
1. Membuat penis lurus dgn memperbaiki chordee
2. Membentuk uretra dan meatusnya yg muaranya pada ujung glans
penis (uretroplasti)
3. Untuk mengembalikan aspek normal dari genialia eksterna
(kosmetik)
Pembedahan paling baik dilakukan pada usia prasekolah
EPISPADIA
Definisi
Merupakan kelainan kongiental berupa tidak adanya dinding uretra bagian atas.
Kelainan ini terjadi pada laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering pada
laki-laki. Ditandain dengan terdapat nya lubang uretra di suatu tempat pada
permukaan dorsum penis
Etiologi
1. Idiopatik.
2. Dapat dihubungkan dengan faktor genetik, lingkungan atau pengaruh
hormonal.
Manifestasi Klinis
• Uretra terbuka pada saat lahir, posisi dorsal
• Terdapat penis yg melengkung ke arah dorsal, tampak jelas pada saat ereksi
• Terdapat chordae
• Terdapat lekukan pada ujung penis
• Inkontinesia urin timbul pd epispadia penopubis (95%) dan penis (75%)
karena perkembangan yang salah dari sfingter urinarius
Klasifikasi
• Epispadi kelenjar meatus terletak pada permukaan, alur dari meatus di
puncak kepala penis
• Epispadi penis meatus uretra terletak di titik variabel antara kelenjar
dan simfisis pubis
• Epispadi penopubica Uretra terbuka sepanjang perpanjangan seluruh
hingga leher kandung kemih yang lebar dan pendek
Tatalaksana
• Pemanjangan penis
• Uretroplasti
UNDESENSUS TESTIS ATAU KRIPTORKISMUS
Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan
orchis (latin) yang berarti testis. Nama lain dari kriptorkismus adalah
undescended testis, tetapi harus dijelaskan lanjut apakah yang di maksud
kriptorkismus murni, testis ektopik, atau pseudokriptorkismus. Kriptorkismus
murni adalah suatu keadaan dimana setelah usia satu tahun, satu atau dua testis
tidak berada didalam kantong skrotum, tetapi berada di salah satu tempat
sepanjang jalur penurunan testis yang normal. Sedang bila diluar jalur normal
disebut testis ektopik, dan yang terletak di jalur normal tetapi tidak didalam
skrotum dan dapat didorong masuk ke skrotum serta naik lagi bila dilepaskan
disebut pseudokritorkismus atau testis retraktil
Epidemiologi
Besar insidensi UDT berbeda pada tiap-tiap umur. Bayi baru lahir (3 – 6%), satu
bulan (1,8%), 3 bulan (1,5%), Satu tahun (0,5 – 0,8%). Bayi lahir cukup bulan 3%
diantaranya kriptorkismus, sedang lahir kurang bulan sekitar 33% . Pada berat
badan bayi lahir (BBL) dibawah 2000 gram insidensi UDT 7,7% BBL 2000-2500
(2,5%), dan BBL diatas 2500 (1,41%) Insidensi kriptorkismus unilateral lebih
tinggi dibanding kriptorkismus bilateral. Sedang insidensi sisi kiri lebih besar (kiri
52,1% vs kanan 47,9%). Di Inggris, insidensinya meningkat lebih dari 50% pada
kurun waktu 1965 – 1985. di FKUI – RSUPCM kurun waktu 1987 – 1993
terdapat 82 anak kriptorkismus, sedang di FKUSU – RSUP. Adam Malik Medan
kurun waktu 1994 – 1999 terdapat 15 kasus.
Etiologi
Faktor Resiko
Karena penyebab pasti kriptorkismus tidak jelas, maka kita hanya dapat
mendeteksi faktor resikonya. Antara lain :
Patogenesis
Skrotum adalah regulator suhu yang efektif untuk testis, dimana suhu
dipertahankan sekitat 1 derajat Celsius (1,8 derajat Fahrenheit) lebih dingin
dibanding core body temperature. Sel spermatogenesis sangat sensitif terhadap
temperatur badan. Mininberg, Rodger dan Bedford (1982) mempelajari
ultrastruktur kriptorkismus dan mendapatkan perubahan pada kurun satu tahun
kehidupan. Pada umur 4 tahun didapatkan deposit kolagen masif. Kesimpulan
mereka adalah testis harus di skrotum pada umur 1 tahun
Klasifikasi
3. Herediter/genetik
Berdasarkan lokasi :
2. Intrakanalikuli (inguinal) : 20 %
3. Intraabdominal (abdomen) : 10 %
4. Terobstruksi : 30%
Ada juga yang membagi lokasi sebagai berikut : (1) intraabdominal (2) Inguinal
(3) Preskrotal (4) Skrotal (5) Retraktil
Testis bergerak bolak-balik antar bagian terbawah skrotum dan anulus inguinalis
eksternus.
Diagnosis
Anamnesis
Diagnosis UDT dapat dibuat oleh orangtua anak atau dokter pemeriksa pertama.
Umumnya diawali orangtua membawa anak ke dokter dengan keluhan skrotum
anaknya kecil. Dan bila disertai dengan hernia inguinalis akan dijumpai
pembengkakan atau nyeri berulang pada skrotum. Anamnesis ditanyakan :
Tanda kardinal UDT ialah tidak adanya satu atau dua testis dalam skrotum. Pasien
dapat mengeluh nyeri testis karena trauma, misal testis terletak di atas simpisis
ossis pubis. Pada dewasa keluhan UDT sering dihubungkan dengan infertilitas
Pemeriksaan Fisik
1. Testis teraba
Bila testis palpable beberapa kemungkinan antara lain : (1) testis retraktil (2)
UDT (3) Testis ektopik (4). Ascending Testis Syndroma . Ascending Testis
Syndroma ialah testis dalam skrotum /retraktil, tetapi menjadi lebih tinggi karena
pendeknya funikulus spermatikus. Biasanya baru diketahui pada usia 8 -10 tahun.
Bila testis teraba maka tentukan posisi, ukuran, dan konsistensi. Bandingkan
dengan testis kontralateralnya.
1. Ultrasonografi (USG)
Alasan :
USG hanya efektif untuk mendeteksi testis di kanalis inguinalis ke superfisial, dan
tidak dapat mendeteksi testis di intraabdominal. Di luar negeri keberhasilannya
cukup tinggi (60-65%), sementara FKUI hanya 5,9%3. Hal ini dipengaruhi oleh
pengalaman operator.
1. CT Scan
3. Angiografi
Akurat tetapi invasif sehingga tidak disukai. Venografi Gadolium dengan MRI
lebih akurat dibanding MRI tunggal
Penanganan
1. Meningkatkan vertilitas
Berupa terapi hormonal. Terapi ini dipilih untuk UDT bilateral palpabel inguinal.
Tidak diberikan pada UDT unilateral letak tinggi atau intraabdomen. Efek terapi
berupa peningkatan rugositas skrotum, ukuran testis, vas deferens, memperbaiki
suplay darah, dan diduga meningkatkan ukuran dan panjang vasa funikulus
spermatikus, serta menimbulkan efek kontraksi otot polos gubernakulum untuk
membantu turunnya testis. Dianjurkan sebelum anak usia 2 tahun, sebaiknya
bulan 10 – 24. Di FKUI terapi setelah usia 9 bulan karena hampir tidak dapat lagi
terjadi penurunan spontan.
a. HCG
Hindari dosis tinggi karena menyebabkan efek refrakter testis terhadap HCG,
udem interstisial testis, gangguan tubulus dan efek toksis testis. Kadar testosteron
diperiksa pre dan post unjeksi, bila belum ada respon dapat diulang 6 bulan
berikutnya. Kontraindikasi HCG ialah UDT dengan hernia, pasca operasi hernia,
orchydopexy, dan testis ektopik. Miller (16) memberikan HCG pada pasien
sekaligus untuk membedakan antara UDT dan testis retraktil. Hasilnya 20% UDT
dapat diturunkan sampai posisi normal, dan 58% retraktil testis dapat normal.
b. LHRH
Evaluasi terapi.
Berdasar waktu : akhir injeksi, 1 bulan, 3 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
Berdasar posisi : respon komplet bila testis berada di skrotum, sedang respon
inkomplet bila testis posisi inguinal rendah Efek samping bersifat reversibel.
Ujud kelainan berupa bertambah ukuran testis, pembesaran penis, ereksi,
meningkatnya rugositas skrotum, tumbuhnya rambut pubis hiperpigmentasi dan
gangguan emosi
Terapi Bedah
Indikasi pembedahan :
5. Testis ektopik
Tahapan :satu tahap atau 2 tahap tergantung vasa spermatika apakah panjang atau
pendek.
Orchydopexy Standar
1. Funikulolisis
Beberapa metode yang digunakan untuk menurunkan testis ke skrotum antara lain
Ombredonne, Bevas, Torek, Cobot – Nesbit, Longord, Gersung, Denis Browne.
George Major menolak metode Mauclain (menurunkan testis ke kontralateral),
juga tidak setuju UDT bilateral dikerjakan sekaligus dalam satu tahap oleh karena
ancaman infeksi dari kesulitan fiksasi pada septum skrotum
Teknik funikulolisis menurut Beran (1903) memotong vasa testis bila vasa
tersebut sangat pendek dan diharapkan vaskularisasi yang adequat dari vasa vas
defferens. Tetapi teknik ini kurang bagus dengan alasan maturasi normal
memerlukan suplay vaskuler yang optimal.
Funikulolisis :
Bagian skrotum yang akan ditempati testis telah kosong dan menjadi lebih kecil
dibanding ukuran normal. Regangkan dinding skrotum dengan diseksi jari-jari
sehingga menciptakan suatu ruangan. Traksi ditempatkan pada gubernakulum
Testis yang telah bebas dan funikulus spermatikusnya cukup panjang, ditempatkan
pada skrotum, bukan ditarik ke skrotum.
Adalah hal prinsip bahwa testis berada di skrotum bukan karena tarikan dan testis
tetap berada di habitat barunya, sehingga menjadi kurang tepat bila keberadaan
testis di skrotum itu karena tarikan dan fiksasi testis.
Orchydopexy bertahap
Autotransplantasi
Protesis Testis
Komplikasi
Praoperasi
1. Hernia Inguinalis
Sekitar 90% penderita UDT mengalami hernia inguinalis lateralis ipsilateral yang
disebabkan oleh kegagalan penutupnan processus vaginalis. Hernia repair
dikerjakan saat orchydopexy. Hernia inguinal yang menyertai UDT segera
dioperasi untuk mencegah komplikasi
2. Torsio Testis
Kejadian torsio meningkat pada UDT, diduga dipengaruhi oleh dimensi testis
yang bertambah sesuai volume testis. Juga dipengaruhi abnormalitas jaringan
penyangga testis sehingga testis lebih mobil
3. Trauma testis
4. Keganasan
Insiden tumor testis pada populasi normal 1 : 100.000, dan pada UDT 1 : 2550.
Testis yang mengalami UDT pada dekade 3-4 menpunyai kemungkinan
keganasan 35-48 kali lebih besar . UDT intraabdominal 6 kali lebih besar terjadi
keganasan dibanding letak intrakanalikuler. Jenis neoplasma pada umumnya ialah
seminoma. Jenis ini jarang muncul sebelum usia 10 tahun. Karena alasan ini maka
ada pendapat yang mengatakan UDT usia diatas 10 tahun lebih baik dilakukan
orchydectomy dibandingkan orchydopexy(4). Menurut Gilbert & Hamilton sekitar
0,2 – 0,4 % testis ektopik menjadi ganas. Sedang testis dystopik angka
keganasannya 8-15%. Campbell menyebut 0,23% untuk ektopik testis dan 11%
untuk dystopik testis. Sementara UDT intrabdominal keganasan 5% dan inguinal
1,2%.
5. Infertilitas
Penyebabnya ialah gangguan antara germ cell . Infertilitas UDT bilateral 90%,
sedang UDT unilateral 50% (2). Lipschultz, 1976 menunjukkan adanya
spermatogenesis yang abnormal post orchydopexy pada laki-laki umur 21-35
tahun UDT unilateral. Dan menduga bahwa ada abnormalitas bilateral testis pada
UDT unilateral
6. Psikologis
Timbul perasaan rendah diri fisik atau seksual akibat body image yang muncul.
Biasanya terjadi saat menginjak usia remaja (adoloscence) orang tua biasanya
mencemaskan akan fertilitas anaknya.
Pasca Operasi
1. Infeksi
Sangat jarang bila tindakan antiseptik baik, diseksi yang smooth dan gentle akan
meminimalkan terjadinya hematom
2. Atropi Testis
Karena funikulolisis tak adequat, traksi testis berlebihan, atau torsio funikulus
spermatikus saat tranposisi testis ke skrotum
Prognosis
Menurut Docimo kesuksesan operasi UDT letak distal anulus inguinalis internus
sebesar 92%, letak inguinal (89%), orchidopexy teknik mikrovaskuler (84%),
orchidopexy abdominal standar (81%) staged Fowler-Stephens orchidopexy
(77%), Fowler-Stephens orchidopexy standar (67%)
UDT biasanya turun spontan tanpa intervensi pada tahun pertama kehidupan.
Resiko terjadinya keganasan lebih tinggi di banding testis normal. Fertilitas pada
UDT bilateral: 50% punya anak, sedang UDT unilateral 80%
TESTIS MALDESENSUS
Pada masa janin, testis berada di rongga abdomen dan beberapa saat sebelum bayi
dilahirkan, testis mengalami desensus testikulorum atau turun ke dalam kantung
skrotum. Diduga ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan testis ke
dalam skrotum, antara lain: (1) adanya tarikan dari gubernakulum testis dan
refleks dari otot kremaster, (2) perbedaan pertumbuhan gubernakulum dengan
pertumbuhan badan, dan (3) dorongan dari tekanan intraabdominal.
Oleh karena sesuatu hal, proses desensus testikulorum tidak berjalan dengan baik
sehingga testis tidak berada di dalam kantong skrotum (maldesensus). Dalam hal
ini mungkin testis tidak mampu mencapai skrotum tetapi masih berada pada
jalurnya yang normal, keadaan ini disebut kriptorkismus, atau pada proses
desensus, testis tersesat (keluar) dari jalurnya yang normal, keadaan ini disebut
sebagai testis ektopik.
Testis yang belum turun ke kantung skrotum dan masih berada dijalurnya
mungkin terletak di kanalis inguinalis atau di rongga abdomen yaitu terletak di
antara fossa renalis dan anulus inguinalis internus. Testis ektopik mungkin berada
di perineal, di luar kanalis inguinalis yaitu diantara aponeurosis obligus eksternus
dan jaringan subkutan, suprapubik, atau di regio femoral.
Epidemiologi
Angka kejadian kriptorkismus pada bayi prematur kurang lebih 30% yaitu 10 kali
lebih banyak daripada bayi cukup bulan (3%). Dengan bertambahnya usia, testis
mengalami desensus secara spontan, sehingga pada saat usia 1 tahun, angka
kejadian kriptorkismus tinggal 0,7– 0,9 %. Setelah usia 1 tahun, testis yang
letaknya abnormal jarang dapat mengalami desensus testis secara spontan.
Etiologi
Testis maldesensus dapat terjadi karena adanya kelainan pada (1) gubernakulum
testis, (2) kelainan intrinsik testis, atau (3) defisiensi hormon gonadotropin yang
memacu proses desensus testis.
Suhu di dalam rongga abdomen ± 10C lebih tinggi daripada suhu di dalam
skrotum, sehingga testis abdominal selalu mendapatkan suhu yang lebih tinggi
daripada testis normal; hal ini mengakibatkan kerusakan sel-sel epitel germinal
testis. Pada usia 2 tahun, sebanyak 1/5 bagian dari sel-sel germinal testis telah
mengalami kerusakan, sedangkan pada usia 3 tahun hanya 1/3 sel-sel germinal
yang masih normal. Kerusakan ini makin lama makin progresif dan akhirnya testis
menjadi mengecil.
Karena sel-sel Leydig sebagai penghasil hormon androgen tidak ikut rusak, maka
potensi seksual tidak mengalami gangguan.
Akibat lain yang ditimbulkan dari letak testis yang tidak berada di skrotum adalah
mudah terpluntir (torsio), mudah terkena trauma, dan lebih mudah mengalami
degenerasi maligna.
Gambar 9-1. Letak testis maldesensus. Gambar di sebelah kanan adalah beberapa
letak testis kriptorkismus yaitu 1. Testis retraktil, 2. Inguinal, dan 3. Abdominal,
sedangkan gambar di sebelah kiri menunjukkan testis ektopik, antara lain: 4.
Inguinal superfisial, 5. Penil, 6. Femoral
Gambaran klinis
Pasien biasanya dibawa berobat ke dokter karena orang tuanya tidak menjumpai
testis di kantong skrotum, sedangkan pasien dewasa mengeluh karena infertilitas
yaitu belum mempunyai anak setelah kawin beberapa tahun. Kadang-kadang
merasa ada benjolan di perut bagian bawah yang disebabkan testis maldesensus
mengalami trauma, mengalami torsio, atau berubah menjadi tumor testis.
Inspeksi pada regio skrotum terlihat hipoplasia kulit skrotum karena tidak pernah
ditempati oleh testis. Pada palpasi, testis tidak teraba di kantung skrotum
melainkan berada di inguinal atau di tempat lain. Pada saat melakukan palpasi
untuk mencari keberadaan testis, jari tangan pemeriksa harus dalam keadaan
hangat.
Jika kedua buah testis tidak diketahui tempatnya, harus dibedakan dengan
anorkismus bilateral (tidak mempunyai testis). Untuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan hormonal antara lain hormon testosteron, kemudian dilakukan uji
dengan pemberian hormon hCG (human chorionic gonadotropin).
Pemakaian ultrasonografi untuk mencari letak testis sering kali tidak banyak
manfaatnya sehingga jarang dikerjakan. Pemeriksaan flebografi selektif adalah
usaha untuk mencari keberadaan testis secara tidak langsung, yaitu dengan
mencari keberadaan pleksus Pampiniformis. Jika tidak didapatkan pleksus
pampiniformis kemungkinan testis memang tidak pernah ada.
Melalui laparoskopi dicari keberadaan testis mulai dari dari fossa renalis hingga
anulus inguinalis internus, dan tentunya laparoskopi ini lebih dianjurkan daripada
melakukan eksplorasi melalui pembedahan terbuka..
Diagnosis Banding
Seringkali dijumpai testis yang biasanya berada di kantung skrotum tiba-tiba
berada di daerah inguinal dan pada keadaan lain kembali ke tempat semula.
Keadaan ini terjadi karena reflek otot kremaster yang terlalu kuat akibat cuaca
dingin, atau setelah melakukan aktifitas fisik. Hal ini disebut sebagai testis
retraktil atau kriptorkismus fisiologis dan kelainan ini tidak perlu diobati.
Selain itu maldesensus testis perlu dibedakan dengan anorkismus yaitu testis
memang tidak ada. Hal ini bisa terjadi secara kongenital memang tidak terbentuk
testis atau testis yang mengalami atrofi akibat torsio in utero atau torsio pada saat
neonatus.
Tatalaksana
Medikamentosa
Operasi
Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis
dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di
dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi
dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
Epidemiologi
Mayoritas pada bayi atau sangat umum di jumpai pada neonatus. Biasanya
berkembang selama 5 minggu kehamilan. Di Amerika Serikat Hidrokel
diperkirakan mempengaruhi 1% dari pria dewasa. Lebih dari 80% dari anak laki-
laki yang baru lahir memiliki prosesus vaginalis paten, tapi yang paling dekat
secara spontan dalam waktu 18 bulan. Insiden hidrokel meningkat dengan tingkat
peningkatan survival bayi prematur dan dengan meningkatnya penggunaan rongga
peritoneal untuk ventriculoperitoneal (VP) shunts, dialisis, dan transplantasi
ginjal. Hydroceles Kebanyakan kongenital dan dicatat pada anak usia 1-2 tahun.
Kronis atau hydroceles sekunder biasanya terjadi pada pria yang lebih tua dari 40
tahun.
Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau belum sempurnanya sistem limfatik di
daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. Pada bayi laki-laki
hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu,
testis turun dari rongga perut bayi ke dalam skrotum, dimana setiap testis ada
kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis
tersebut.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.
Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan
di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau
trauma pada testis atau epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi
cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di
dalam funikulus spermatikus.
Klasifikasi
Hidrokel funikulus
Hidrokel Komunikan
Menurut onset :
o Hidrokel akut
o Hidrokel kronis
Patofisiologi
Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus vaginalis
yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan melalui saluran
mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk katup. Dengan demikian
cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke dalam kantong hidrokel dan sukar
kembali ke rongga peritoneum. Pada kehidupan fetal, prosesus vaginalis dapat
berbentuk kantong yang mencapai scrotum. Hidrokel disebabkan oleh kelainan
kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus
vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum dengan
prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan
cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari
sistem limfatik disekitar. Cairan yang seharusnya seimbangan antara produksi
dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah
terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah
penimbunan di tunika vaginalis tersebut.Akibat dari tekanan yang terus-menerus,
mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.
Dan terjadilah atrofi testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang
ada di daerah sekitar testis tersebut.
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus spermatikus,
juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam rongga perut pada
undensensus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan menghilang dalam tahun
pertama, umumnya tidak memerlukan pengobatan, jika secara klinis tidak disertai
hernia inguinalis. Hidrokel testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa
kantong yang saling berhubungan sepanjang processus vaginalis peritonei.
Hidrokel akan tampak lebih besar dan kencang pada sore hari karena banyak
cairan yang masuk dalam kantong sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi
kemudian akan mengecil pada esok paginya setelah anak tidur semalaman.
Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorpsi cairan
di kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu tumor, infeksi atau trauma
pada testis atau epididimis. Dalam keadaan normal cairan yang berada di dalam
rongga tunika vaginalis berada dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorpsi dalam sistem limfatik.
Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di kantong
skortum yang tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh benjolan yang berat dan
besar di daerah skortum. Benjolan atau massa kistik yang lunak dan kecil pada
pagi hari dan membesar serta tegang pada malam hari. Tergantung pada jenis dari
hidrokel biasanya benjolan tersebut berubah ukuran atau volume sesuai waktu
tertentu.
Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya kantong hidrokel tidak
berubah sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan, kantong hidrokel besarnya
dapat berubah-ubah yang bertambah besar pada saat anak menangis. Pada riwayat
penyakit dahulu, hidrokel testis biasa disebabkan oleh penyakit seperti infeksi atau
riwayat trauma pada testis.
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi Skrotum akan tampak lebih besar dari yang lain. Palpasi pada
skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau lunak
tergantung pada tegangan di dalam hidrokel, permukaan biasanya halus. Palpasi
hidrokel seperti balon yang berisi air. Bila jumlah cairan minimum, testis relatif
mudah diraba. Sedangkan bila cairan minimum, testis relatif mudah diraba. Juga
penting dilakukan palpasi korda spermatikus di atas insersi tunika vaginalis.
Pembengkakan kistik karena hernia atau hidrokel serta padat karena tumor.
Normalnya korda spermatikus tidak terdapat penonjolan, yang membedakannya
dengan hernia skrotalis yang kadang-kadang transiluminasinya juga positif. Pada
Auskultasi dilakukan untuk mengetahui adanya bising usus untuk menyingkirkan
adanya hernia.
Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi massa hidrokel
dengan cahaya di dalam ruang gelap. Sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum.Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia, penebalan tunika
vaginalis dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai
bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel. Hidrokel berisi cairan jernih, straw-colored dan mentransiluminasi
(meneruskan) berkas cahaya.
Hidrokel biasanya menutupi seluruh bagian dari testis.Jika hidrokel muncul
antar 18 – 35 tahun harus dilakukan aspirasi. Massa kistik yang terpisah dan
berada di pool atas testis dicurigai spermatokel. Pada aspirasi akan didapatkan
cairan kuning dari massa skortum. Berbeda dengan spermatokel, akan didapatkan
cairan berwarna putih, opalescent dan mengandung spermatozoa.
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan
membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel atau spermatokel),
vena abnormal (varikokel), dan kemungkinan adanya tumor.
Diagnosis Banding
Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang
hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu
diagnosis banding hidrokel adalah :
1. Varikokel
Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran
darah balik vena spermatika interna.
Gambaran klinis :
a. Anamnesa
1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun
menikah.
2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri.
3. Terasa berat pada testis
b. Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava).
Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di dalam
kantung, yang letaknya di sebelah kranial dari testis, permukaan testis licin,
konsistensi elastis.
2. Torsio Testis
Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi
gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan aliran
darah daripada testis.
Gambaran klinis :
a. Anamnesa
1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum.
2. Sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.
3. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
b. Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi
Testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus
spermatikus terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih
tinggi dan lebih horizontal jika dibandingkan testis sisi yang sehat.
2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus.
3. Spermatokel
Adalah benjolan kistik yang berasal dari epididimis dan berisi sperma.
Gambaran klinis :
a. Anamnesa : Benjolan kecil, tidak nyeri
b. Pemeriksaan fisik :
– teraba masa kistik
– mobile
– lokasi di cranial dari testis
– transluminasi (+)
– aspirasi: cairan encer, keruh keputihan
4. Hematokel
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh
trauma.
a. Gambaran klinik : benjolan pada testis
b. Pemeriksaan Fisik :
- Masa kistik
- Transiluminasi (-)
b. Pemeriksaan fisik :
- Terdapat benjolan di lipat paha/ skrotum pada bayi saat menangis dan
bila pasien diminta untuk mengedan. Benjolan menghilang atau dapat
dimasukkan kembali ke rongga abdomen.
- Transiluminasi (-)
6. Tumor Testis
Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun.
Gambaran klinis :
a. Anamnesa :
- Keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri.
- Terasa berat pada kantong skrotum
b. Pemeriksaan Fisik :
- Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi.
- Transiluminasi (-)
Terapi
Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan
jika penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika
hidrokelnya sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke testis.
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh
sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan
untuk dilakukan koreksi.
Pengobatannya bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan bantuan
sebuah jarum atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi, kemungkinan
besar hidrokel akan berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan aspirasi,
bisa disuntikkan zat sklerotik tetrasiklin, natrium tetra desil sulfat atau urea untuk
menyumbat/menutup lubang di kantung skrotum sehingga cairan tidak akan
tertimbun kembali. Hidrokel yang berhubungan dengan hernia inguinalis harus
diatasi dengan pembedahan sesegera mungkin. Hidrokel pada bayi biasanya
ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan harapan setelah prosesus
vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri, tetapi jika hidrokel masih tetap
ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah :
1. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah
2. Indikasi kosmetik
3. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien
dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa
dilakukan anestesi umum ataupun regional (spinal).
Hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali
hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel,
sekaligus melakukanherniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan
pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel
sesuai cara Winkelman atau plikasi kantonghidrokel sesuai cara Lord. Pada
hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto. Pada hidrokel
tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat laun akan diserap,
biasanya menghilang sebelum umur 1 tahun.
Teknik Operasi
Secara singkat tehnik dari hidrokelektomi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dengan pembiusan regional atau umum
Posisi pasien terlentang (supinasi).
Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
Insisi kulit pada raphe pada bagian skrotum yang paling menonjol lapis
demi lapis sampai tampak tunika vaginalis.
Dilakukan preparasi tumpul untuk meluksir hidrokel, bila hidrokelnya
besar sekali dilakukan aspirasi isi kantong terlebih dahulu.
Insisi bagian yang paling menonjol dari hidrokel, kemudian dilakukan:
Teknik Jaboulay: tunika vaginalis parietalis dimarsupialisasi dan bila
diperlukan diplikasi dengan benang chromic cat gut.
Teknik Lord: tunika vaginalis parietalis dieksisi dan tepinya diplikasi
dengan benang chromic cat gut.
Luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan benang chromic cat gut.
Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan dan infeksi luka operasi.
Komplikasi
Hidrokel dapat mempengaruhi pasokan darah testis. Jika pasokan darah testis
kurang maka akan terjadi Iskemia yang dapat menyebabkan penurunan
kesuburan. Perdarahan ke dalam hidrokel dapat menyebabkan trauma testis.
Hidrokel menetap atau berhubungan dengan rongga peritoneum dapat
menyebabkan terjadinya Hernia Inguinalis. Pada saat bedah dapat terjadi
komplikasi sebagai berikut, cedera ke vas deferens saat operasi ingunal, 2% pasca
operasi dapat terjadi luka, hemoragik pasca operasi, cedera langsung ke pembuluh
spermatika
1. Kompresi pada peredaran darah testis
2. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis
sehingga menimbulkan atrofi testis.
3. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi.
4. Sekunder Infeksi.
Prognosis
Prognosis untuk hidrokel kongenital sangat baik. Sebagian besar kasus bawaan
menyelesaikan pada akhir tahun pertama kehidupan. Persistent hidrokel
kongenital adalah mudah diperbaiki melalui pembedahan. Prognosis hidrokel
menyajikan kemudian dalam kehidupan tergantung pada etiologi dari hidrokel
tersebut. Dewasa-onset hidrokel ini tidak jarang dikaitkan dengan keganasan yang
mendasarinya.
TESTIS RETRAKTIL
Disebut juga testis yang hypermobile, adalah testis yang telah turun ke
skrotum tetapi dapat berbalik lagi ke atas dengan mudah, yaitu ke arah
selangkangan di dalam kanalis inguinalis. Untuk kebanyakan anak laki-laki,
masalah testis retraktil kadang-kadang akan hilang sebelum atau selama pubertas,
yakni waktu ketika testis keluar/pindah tempat ke lokasi yang benar di skrotum
dan tinggal di sana secara permanen. Sekitar seperempat waktu, testis retraktil
tetap di pangkal paha dan tidak lagi bergerak. Ketika ini terjadi, kondisi ini
disebut testis menaik.
Gejala
Testis terbentuk di perut selama perkembangan janin. Selama bulan-bulan
terakhir pertumbuhan, testis secara bertahap turun ke dalam skrotum. Jika anak
anda memiliki testis retraktil, testis awalnya turun sebagaimana mestinya, tetapi
kemudian tidak tinggal di tempat.
Tanda dan gejala dari testis retraktil meliputi:
Testis dapat dipindahkan dengan tangan dari pangkal paha ke dalam
skrotum dan tidak akan segera mundur ke pangkal paha.
Testis dapat muncul secara spontan dalam skrotum dan tetap ada untuk
sementara waktu.
Testis dapat menghilang lagi secara spontan untuk sementara waktu.
Gerakan testis hampir selalu terjadi tanpa rasa sakit atau tidaknyaman.
Oleh karena itu, testis retraktil ketahuan hanya bila ketika tidak lagi terlihat atau
terasa dalam skrotum. Posisi satu testis biasanya lebih independen dari posisi yang
lain. Misalnya, anak laki-laki mungkin memiliki satu testis normal dan satu testis
retraktil. Testis retraktil berbeda dari testis yang tidak turun (kriptorkismus). Testis
yang tidak turun adalah kondisi salah satu testis yang tidak pernah masuk
skrotum. Jika dokter mencoba untuk memandu sebuah testis yang tidak turun, itu
akan menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri.
Penyebab
Otot yang terlalu aktif menyebabkan testis menjadi testis retraktil. Otot
cremaster adalah kantong tipis-seperti otot di mana testis terletak. Ketika otot
cremaster berkontraksi, hal tersebut akan menarik testis ke atas ke arah tubuh.
Tugas utama dari otot cremaster adalah untuk mengontrol suhu testis. Agar testis
dapat tumbuh dan berfungsi dengan baik, diperlukan suhu yang sedikit lebih
dingin dari suhu tubuh normal. Ketika lingkungan hangat, otot cremaster akan
santai, ketika lingkungan dingin, otot berkontraksi dan menarik testis menuju
kehangatan tubuh. Refleks cremaster juga dapat dirangsang dengan menggosok
saraf genitofemoral pada paha bagian dalam dan oleh emosi yang ekstrim, seperti
kecemasan. Jika refleks cremaster cukup kuat, hal itu dapat mengakibatkan testis
ditarik, menarik testis keluar dari skrotum dan sampai ke pangkal paha.
Komplikasi
Testis ditarik tidak menimbulkan rasa sakit, hanya terdapat risiko yang
lebih besar dari testis ditarik menjadi testis menaik.
Remaja laki-laki dan laki-laki yang memiliki perawatan untuk mengoreksi testis
menaik atau retraktil harus memantau posisi testis untuk memastikan tidak naik di
lain waktu.
Gaya hidup & perawatan di rumah
Periksa posisi testis secara teratur selama mengganti popok anak atau pada
waktu mandi. Tetap catat jika ada perubahan.
Berikan anak perbendaharaan kata untuk berbicara tentang skrotum dan
testis. Jelaskan bahwa biasanya ada dua testis dalam skrotum.
Ketika anak akan mencapai pubertas, biasanya sekitar kelas enam SD, dan
orangtua sedang berbicara tentang perubahan fisik yang diharapkan,
jelaskan bagaimana ia dapat memeriksa testisnya sendiri.
lnguinal Inguinal
Normal {prcpubic}
of testicles