Anda di halaman 1dari 49

Cara melakukan pemasangan kateter

Alat dan bahan:

1.selang kateter 6.perlak

2.urine bag 7.plester

3.spuit 10 cc 8.gunting

4.duk bolong 9.bengkok

5.gel 10.kom

11.handscoon

Cara pemasangan kateter :

1.pemasangan yang steril.

2 Kulit di area pemasangan kateter harus dibersihkan terlebih dahulu menggunakan cairan steril.

3.Menggunakan pelumas atau gel anestetik sekali pakai yang steril.

4.Mengeluarkan urine dari dalam kateter dapat dilakukan dengan dua metode. Metode pertama
menggunakan kateter eksternal, sedangkan metode lainnya adalah dengan menggunakan kateter
sementara yang disebut intermittent urethral catheterization.

5.Tenaga medis harus segera mengamankan posisi kateter yang telah dipasang untuk mencegah
pergerakan dan daya tarik dari saluran kemih.

Sumber: https://youtu.be/1XClEXQH0XQ

Cara melakukan perawatan kateter:

Cara merawat kateter untuk mencegah infeksi

Bakteri juga dapat menginfeksi saluran kemih pada hari kedua dan ketiga setelah kateter
dipasang. Karena itu, Anda juga harus memastikan bahwa Anda telah merawat kateter dengan
benar. Sebagai upaya mencegah infeksi, Anda dapat menerapkan cara berikut:

Selalu membersihkan tangan sebelum dan sesudah merawat kateter.

Tidak menekuk, meliukkan, atau melepaskan kateter dari selang pembuangan Memastikan
bahwa posisi kantung penampungan urine lebih rendah dari kandung kemih untuk mencegah
aliran balik.
Menjauhkan selang dan kantung penampungan urine dari kaki agar tidak tertarik.

Memastikan agar ujung selang kateter tidak menyentuh apa pun saat mengosongkan kantung
penampungan.

Sumber: https://youtu.be/yveIcqdtAzQ

Cara melakukan bladder training :

Penerapan teknik bladder training dilakukan dengan cara mengeklem selang kateter dengan
penjepit klem selama 2-3 jam atau disesuaikan dengan respon pasien bisa merasakan sensasi
berkemih atau belum, dan responden diberikan minum 200ml hingga 4 siklus sebelum kateter
dilepas.

Sumber: https://youtu.be/9KcXNvcRaYQ

Langkah-langkah pengambilan urine dilakukan dengan cara berikut:

1.Cuci tangan Anda sampai bersih.

2.Bersihkan organ kelamin dengan tisu pembersih yang diberikan dokter. Bagi pria, bersihkan
bagian lubang saluran kemih di ujung penis. ...

3.Saat buang air kecil, buanglah urine di wadah steril khusus yang sudah disediakan.

Sumber: https://youtu.be/MrEVeXKriEQ

Cara mencegah munculnya gangguan sistem endokrin :

1.Tetap menjaga berat badan yang ideal.


2.Konsumsi makanan bergizi seimbang atau terapkan diet sehat.

3.Rutin berolahraga. ...

4.Sertakan yodium dalam diet. Ini dapat membantu mencegah masalah tiroid yang umum terjadi
di negara berkembang.

Sumber: https://youtu.be/D0GfxA726m0

Cara melakukan perawatan pasien yang baru meninggal:

1. Petugas bangsal menginformasikan bahwa di ruang rawat inap (x) ada pasien meninggal.

2. Petugas pemulasaran jenazah mengambil jenazah ke ruang rawat inap (x)

3. Setelah 2 (dua) jam jenazah berada di ruang pulasaran jenazah, petugas melakukan tindakan
perawatan/pengruktian jenazah .

4. Petugas pemulasaran jenazah bersama driver mengantar jenazah ke rumah duka.

Setelah jenazah berada di ruang pemulasaraan jenazah, kemudian petugas piket jaga memberikan
informasi /penjelasan tentang tindakan-tindakan pelayanan yang bisa diberikan di ruang
pemulasaran jenazah kepada keluarga / penanggung jawab jasad pasien, dalam hal ini tentang
pengruktian jenazah.

Setelah keluarga pasien / jenazah tersebut mengerti / memahami terhadap tindakan perawatan /
pengruktian jenazah tersebut maka jenazah siap untuk dirukti sesuai dengan permintaan keluarga
/ sesuai dengan agama / kepercayaan yang dianutnya.

Petugas piket jaga kemudian mempersiapkan tempat maupun peralatan yang akan dipergunakan :

• Petugas mengecek terlebih dahulu meja yang akan dipergunakan untuk memandikan jenazah,
dipastikan fix, tidak bergeser-geser, baik dan siap dipergunakan.

• Petugas mengecek kembali sumber air yang akan dipergunakan (kran air, slang dan
showernya), dipastikan lancar tidak ada permasalahan.

• Mengecek saluran drainage pembuangan air limbah, dipastikan lancar tidak ada permasalahan.

• Menyiapkan perlengkapan mandi antara lain wash lap minimal 2 buah, shampoo, sabun mandi
dan cairan desinfektan (kalau perlu) serta handuk mandi minimal dua buah (besar dan kecil).

• Menyiapkan peralatan pendukung lainnya antara lain pasta gigi berikut sikat giginya, tusuk
gigi untuk membersihkan kuku, gunting kuku, cottonbud.
Petugas melakukan tindakan perawatan / pengruktian jenazah yang sebelumnya bisa
berkoordinasi terlebih dahulu dengan petugas rohaniawan agama apabila perlu.

Perawatan / Pengruktian jenazah secara agama Islam.

1. Petugas memakai APD (alat pelindung diri) seperlunya antara lain masker, sarung tangan
(kalau perlu panjang sampai ke siku), celemek (scort pelindung tubuh bagian depan) dan sepatu
boot (kalau perlu).

2. Jenazah dipindahkan dari brankard ke meja pemandian jenazah (posisi jenazah terlentang).

3. Selimut / penutup jenazah diganti dengan kain basahan (linen tipis, kain kebaya) untuk
menutupi daerah auratnya.

4. Jenazah mulai dimandikan, dimulai dari membersihkan dubur terlebih dahulu dan setelah itu
petugas cuci tangan sampai bersih.

5. Jenazah diguyur, dimulai dari daerah wudhlu : telapak tangan, bibir/mulut, hidung, raut
muka/wajah, kedua tangan sampai siku-sikum, rambut, kedua daun telinga dan kedua kaki (lutut
sampai dengan telapak kaki).

6. Jenazah diguyur dengan air bersih seluruh bagian tubuhnya dari bagian atas (kepala) sampai
bagian bawah (kaki).

7. Rambut kepala dikeramas pakai shampoo sampai bersih.

8. Wajah / raut muka disabun, dibersihkan dengan washlap apabila ada bekas-bekas plester yang
masih melekat / menempel pada kulit wajah, kemudian diguyur dengan air bersih denga terlebih
dahulu menutup kedua lubang hidung dan mulut jenazah dengan telapak tangan petugas, sampai
bersih dari busa sabun.

9. Leher sampai dengan kedua daun telinga disabun dan dibersihkan dengan washlap dan
diguyur air sampai bersih dari busa sabun. Bagian dada sampai dengan perut ke samping kanan
kiri disabun dan dibersihkan dengan washlap dan diguyur air sampai bersih dari busa sabun.

10. Kedua tangan mulai dari lipatan ketiak, lengan bagian atas, lengan bawah sampai telapak
tangan dan jari-jari disabun dan sibersihkan dengan washlap dan diguyur air sampi bersih dari
busa sabun.

11. Kuku-kuku jari tangan dibersihkan dengan tusuk gigi sampai bersih.

12. Bagian rambut pubis dan alat kelamin termasuk dubur / anus disabun dan dibersihkan
dengan washlap dan diguyur air sampai bersih dari busa sabun.

13. Kedua kaki mulai dari lipat paha, paha sampai dengan telapak kaki disabun dan dibersihkan
dengan washlap dan diguyur air sampai bersih dari busa sabun.
14. Kuku-kuku jari kaki dibersihkan dengan tusuk gigi sampai bersih.

15. Kemudian jenazah dimiringkan kesalah satu sisi (bisa kekanan atau kekiri)

16. Tubuh bagian belakag muali dari leher ke bawah sampai dengan kaki disabun dan
dibersihkan dengan washlap dan diguyur air sampai bersih dari busa sabun.

17. Masih pada posisi miring, hidung dibersihkan memakai kapas basah, bibir, mulut dan gigi
dibersihkan pakai sikat gigi (kalau perlu dan memungkinkan) atau memakai kapas basah dan
kemudian diguyur dengan air sampai bersih, terutama dari sisa-sisa makanan atau muntahan.

18. Kemudian jenazah dikembalikan ke posisi semula yaitu terlentang kembali.

19. Setelah selesai semua disabun kemudian dibilas / diguyur dengan air bersih sekali lagi dari
bagian atas yaitu kepala kemudian turun ke dada, perut dan terakhir kedua kaki.

20. Keluarga / kerabat (yang semuhrim dengan jenazah) diberi kesempatan untuk yang terakhir
kalli ikut memandikan /mengguyur jenazah. Kemudian diberi wewangian (air bersih diberi daun
bidara, air bersih diberi bubuk kapur barus / napthaline).

21. Jenazah dikeringkan dengan handuk sampai kering semua bagian tubuhnya.

22. Jenazah ditutup terlebih dahulu dengan kain bersih sambil menunggu petugas menyiapkan
kain kafan untuk mengkafaninya.

23. Petugas menyiapkan (memotong) kain kafan yang akan dipakai :

• Memotong kain untuk tali (dengan ukuran panjang 1-2 m x lebar 5 cm, sebanyak delapan
buah (7 untuk tali tubuh jenazah dan 1 untuk tali kain celana).

• Memotong kain berbentuk segitiga (seperti stangen leher ) untuk penutup kepala.

• Memotong kain sepanjang leher sampai dengan perut bagian bawah ditambah 30-40 cm untuk
penutup dada sampai dengan perut (untuk baju).

• Memotong kain sepanjang pusat sampai dengan mata kaki (untuk sarung).

• Memotong kain sepanjang kurang lebih 70-80 cm x lebar 20-30 cm untuk penutup alat
kelamin (celana).

24. Petugas menyiapkan (menata) kain kafan yang telah dipotong tersebut di meja pengkafanan :

• Tali ditata dimeja sedemikian rupa sebanyak 7 buah (paling atas tali untuk atas kepala, tali
untuk leher, tali untuk dada dan lengan, tali untuk perut, tali untuk lutut, tali untuk di atas mata
kaki, dan tali paling bawah dibawah kaki ).

• Satu lembar diletakkan dimeja agak kesisi sebelah kanan.


• Satu lembar diletakkan dimeja agak kesisi sebelah kiri.

• Satu lembar diletakkan dimeja ditengah-tengah kedua lembar sebelumnya tersebut.


• Kain berbentuk segitiga diletakkan dibagian atas (kepala), ujung segitiga berada dibagian
bawah. Kain untuk baju diletakkan dibagian bawah dari kain segitiga.

• Kain untuk sarung diletakkan dibagian bawah.

• Kain untuk celana diletakkan dibagian tengah agak ke bawah.

25. Jenazah dipindahkan dari meja pemandian ke meja pengkafanan oleh petugas.

26. Jenazah diletakkan sedemikian rupa di atas kain kafan yang telah ditata di atas meja
pengkafanan tersebut.

27. Kedua lubang hidung dan telinga ditutup dengan kapas sampai rapat.

28. Lubang dubur juga ditutup / ditampo dengan kapas.

29. Bagian-bagian sendi, atau lipatan sendi diberi / dialas dengan kapas dan diberi wewangian
seperti bubuk kayu cendana atau bubuk kapur barus (napthaline).

30. Kain celana dipakaikan dengan cara dilipat ke depan sehingga menutupi bagian alat kelamin
jenazah.

31. Kain sarung dipakaikan dengan melipat ke depan kedua sisi dari samping kanan dan kiri.

32. Kain penutup kepala dipakaikan dengan cara melipat ujung-ujung bagian alas kain segitiga
tersebut dan ditalikan dibawah dagu jenazah (seperti orang memakai jilbab). 33. Kain untuk baju
dipakaikan dibagian depan dada sampI dengan perut sehingga bertemu denga bagian sarung, dan
menutupi seluruh jenazah bagian depan.

34. Bagian muka jenazah ditutup dengan kapas selebar wajah jenazah tersebut (menutupi semua
wajahnya).

35. Kain yang tiga lembar tadi kemudian secara berurutan dilipat sedemikian mulai dari samping
kanan jenazah kemudian samping kiri jenazah sampai membungkus jenazah seluruhnya.

36. Tali yang telah disiapkan kemudian ditalikan ke bagian tubuh jenazah dan simpul talinya
berada disebelah sisi kiri jenazah.

37. Apabila keluarga menghendaki akan mempergunakan peti jenazah maka petugas menyiapkan
peti dan selanjutnya jenazah sudah siap / bisa dipindahkan / dimasukkan kedalam peti jenazah
tersebut. Untuk jenis peti yang berkriteria untuk penerbangan pihak rumah sakit belum
menyediakan namun petugas piket jaga bisa memberikan informasi dengan pihak ketiga untu
penyediaan peti seperti yang dibutuhkan tersebut sesuai dengan kriteriannya.
38. Petugas mencuci tangan dengan menggunakan cairan desinfektan misalnya hibiscrub, savlon
atau Lysol sebelum keluar meninggalkan ruangan pemandian.

39. Pemandian, pengkafanan sudah selesai dan jenazah siap diserahkan kepada keluarganya.

40. Petugas piket jaga memasukkan tagihan biaya tindakan kedalam billing system (entry data
tagihan).

B. Perawatan / Pengruktian jenazah secara agama nasrani (Kristen Katholik / Kristen Protestan).

1. Petugas memakai APD (alat pelindung diri) seperlunya antara lain masker, sarung tangan
(kalau perlu panjang sampai ke siku), celemek (scort pelindung tubuh bagian depan) dan sepatu
boot (kalau perlu).

2. Jenazah dipindahkan dari brankard ke meja pemandian jenazah (posisi jenazah terlentang).

3. Selimut / penutup jenazah diganti dengan kain basahan (linen tipis, kain kebaya) untuk
menutupi daerah alat kelaminnya.

4. Jenazah mulai dimandikan, dimulai dari membersihkan dubur terlebih dahulu dan setelah itu
petugas cuci tangan sampai bersih.

5. Jenazah diguyur dengan air bersih seluruh bagian tubuhnya dari bagian atas (kepala) sampai
bagian bawah (kaki).

6. Rambut kepala dikeramas pakai shampoo sampai bersih.

7. Wajah / raut muka disabun, dibersihkan dengan washlap apabila ada bekas-bekas plester yang
masih melekat / menempel pada kulit wajah, kemudian diguyur dengan air bersih denga terlebih
dahulu menutup kedua lubang hidung dan mulut jenazah dengan telapak tangan petugas, sampai
bersih dari busa sabun. Leher sampai dengan kedua daun telinga disabun dan dibersihkan dengan
washlap dan diguyur air sampai bersih dari busa sabun.

8. Bagian dada sampai dengan perut ke samping kanan kiri disabun dan dibersihkan dengan
washlap dan diguyur air sampai bersih dari busa sabun.

9. Kedua tangan mulai dari lipatan ketiak, lengan bagian atas, lengan bawah sampai telapak
tangan dan jari-jari disabun dan sibersihkan dengan washlap dan diguyur air sampi bersih dari
busa sabun.

10. Kuku-kuku jari tangan dibersihkan dengan tusuk gigi dan kalau perlu dipotong supaya
bersih.

11. Bagian rambut pubis dan alat kelamin termasuk dubur / anus disabun dan dibersihkan
dengan washlap dan diguyur air sampai bersih dari busa sabun.
12. Kedua kaki mulai dari lipat paha, paha sampai dengan telapak kaki disabun dan dibersihkan
dengan washlap dan diguyur air sampai bersih dari busa sabun.

13. Kuku-kuku jari kaki dibersihkan dengan tusuk gigi dan kalua perlu dipotong supaya bersih.

14. Kemudian jenazah dimiringkan kesalah satu sisi (bisa kekanan atau kekiri)

15. Tubuh bagian belakag muali dari leher ke bawah sampai dengan kaki disabun dan
dibersihkan dengan washlap dan diguyur air sampai bersih dari busa sabun.

16. Masih pada posisi miring, hidung dibersihkan memakai kapas basah, bibir, mulut dan gigi
dibersihkan pakai sikat gigi (kalau perlu dan memungkinkan) atau memakai kapas basah dan
kemudian diguyur dengan air sampai bersih, terutama dari sisa-sisa makanan atau muntahan.

17. Kemudian jenazah dikembalikan ke posisi semula yaitu terlentang kembali.

18. Setelah selesai semua disabun kemudian dibilas / diguyur dengan air bersih sekali lagi dari
bagian atas yaitu kepala kemudian turun ke dada, perut dan terakhir kedua kaki. Keluarga /
kerabat dekata diberi kesempatan untuk yang terakhir kalli ikut memandikan / mengguyur
jenazah.

19. Kemudian diberi wewangian (air bersih diberi daun bidara, air bersih diberi bubuk kapur
barus / napthaline).

20. Jenazah dikeringkan dengan handuk sampai kering semua bagian tubuhnya.

21. Jenazah ditutup terlebih dahulu dengan kain bersih sambil menunggu petugas menyiapkan
pakaian yang akan dipakaikan.

22. Setelah pakaian siap kemudian jenazah dipindahkan ke meja rias, untuk dikenakan pakaian
dan dirias seperlunya sampai dengan selesai rapi semua.

23. Apabila keluarga menghendaki akan mempergunakan peti jenazah maka petugas
menyiapkan peti dan selanjutnya jenazah sudah siap / bisa dipindahkan / dimasukkan ke dalam
peti jenazah tersebut.

24. Untuk jenis peti yang berkriteria untuk penerbangan pihak rumah sakit belum menyediakan
namun petugas piket jaga bisa memberikan informasi dengan pihak ketiga untu penyediaan peti
seperti yang dibutuhkan tersebut sesuai dengan kriteriannya.

25. Petugas mencuci tangan dengan menggunakan cairan desinfektan misalnya hibiscrub, savlon
atau Lysol sebelum keluar meninggalkan ruangan pemandian.

26. Pemandian dan pangruktian sudah selesai dan jenazah siap diserahkan kepada keluarganya.
27. Petugas piket jaga memasukkan tagihan biaya tindakan kedalam billing system (entry data
tagihan).

Sumber: https://youtu.be/jqAxoMZWxNE

Cara memberikan pendidikan kesehatan klien dengan kondisi terminal:

Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit/ sakit yang tidak
mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses
kematian.Respon pasiendalam kondisi terminal sangat individual tergantung  kondisi fisik,
psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga
berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien
terminal.Perawat harus memahami apa yang dialami pasiendengan kondisi terminal, tujuannya
untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi pasien sehingga pada saat-saat terakhir
dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damaiSumber:
https://youtu.be/Tv_Ei86tItE

Cara melakukan pemeriksaan refleks:

1. Letakan lengan penderita di atas lengan pemeriksa.

2. Tempatkan lengan bawah penderita dalam posisi antara fleksi dan ekstensi.

3. Minta klien untuk merilekskan lengan bawah.

4. Raba triseps untuk memastikan bahwa otot tidak tegang.

5. Pukul tendo triseps yang lewat fosa olekrani dengan refleks hammer.

Sumber: https://youtu.be/z6YyzVJ41ow

Cara menyiapkan alat untuk lumbal pungsi:

Lumbar puncture atau lumbal pungsi adalah prosedur pengambilan cairan tulang belakang dan


otak (serebrospinal). Prosedur ini dilakukan dengan menusukkan jarum ke celah tulang belakang
di punggung bagian bawah.

Alat-alat yang disiapkan untuk pungsi lumbal terdiri dari:


1. Sterile dressing.

2. Sarung tangan steril.

3. Duk steril.

4. Cairan antiseptik (lebih disarankan menggunakan alcohol swab)

5. Lidocaine 1% tanpa epinefrin.

6. Spuit 3 cc.

7. Jarum spinal berukuran 20-25 G (Pilih jarum berukuran terkecil jika tersedia. ... 

8. Three-way stopcock.

9. Manometer

10. 4 buah test tube dari plastik yang diberikan nomor 1 hingga 4 dengan tutupnya

11. Spuit 10 cc

Posisi Pasien

Pasien diposisikan telentang menghadap ke lateral (lateral recumbent) dengan pinggang, lutut
dan dagu fleksi ke arah dada untuk membuka rongga interlamina. Bantal dapat digunakan untuk
menopang kepala.

Alternatif yang lain adalah posisi duduk terutama pada pasien dengan obesitas untuk
mempermudah memastikan garis tengah. Untuk membuka rongga interlamina, pasien sebaiknya
membungkuk ke depan dan disarankan untuk memeluk bantal dan ditopang oleh orang lain. Bila
prosedur dilakukan pada posisi duduk dan diperlukan tekanan pembuka (termasuk pada kasus
pseudotumor serebri), maka ganti stylet dan mintalah bantuan asisten untuk memposisikan pasien
telentang menghadap ke lateral kiri dan pastikan untuk tidak mengubah orientasi dari jarum
spinal saat manuver ini dilakukan.[1]

Prosedural

Langkah-langkah untuk melakukan pungsi lumbal: 

1. Gunakan sarung tangan nonsteril


2. Lokasi intervertebra L3-L4 ditentukan dengan palpasi pada crista iliaca superior kanan
dan kiri dan menggerakkan jari ke arah medial menuju ke tulang vertebra.
3. Palpasi intervertebra L3-L4, L2-L3 dan L4-L5 untuk membandingkan dan menentukan
intervertebra yang terbesar
4. Tandai daerah tersebut
5. Untuk membantu membuka daerah interlamina, minta pasien untuk membantu
mencondongkan badan terutama pada daerah interlamina ke arah dokter
6. Dekatkan alat-alat yang digunakan untuk pungsi lumbal
7. Ganti sarung tangan nonsteril dengan sarung tangan steri

Buka keempat test tube dan posisikan tega

8. Desinfeksi pada lokasi penyuntikan dengan informasi pada pasien bahwa cairan
desinfektan akan terasa dingin
9. Letakkan duk steril dan atur posisinya (beberapa duk steril memiliki selotip)
10. Dengan menggunakan spuit 10 cc berikan anestesi lokal, mula-mula menggunakan jarum
25G untuk membentuk wheal dan kemudian ganti menjadi jarum berukuran 20 G untuk jaringan
yang lebih dalam. Dorong jarum terus ke arah dalam Aspirasi untuk memastikan jarum tidak
berada pada pembuluh darah. Injeksikan cairan anestesi sambil menarik jarum pelan-pelan.
Prosedur anestesi ini dilakukan pula pada sisi atas, bawah dan kedua sisi lateral (proses ini
menganestesi seluruh area sekitar vertebra sehingga bila diperlukan untuk mengarahkan ulang
jarum spinal, maka daerah tersebut sudah teranestesi. Jarum 20 G juga digunakan sebagai
penuntun arah apakah jarum mengenai tulang atau tidak)

11.Stabilkan posisi dari jarum 20 G dengan jari kedua dan dorong menggunakan jempol ke arah
umbilica

12.Arahkan bevel jarum paralel dengan serabut dural longitudinal.

13.Dorong pelan-pelan hingga jarum dirasa telah menembus duramater atau tarik stylet bila telah
masuk sedalam 4-5  cc
14.Cairan serebrospinal akan keluar bila berada pada posisi yang benar. Bila cairan tidak keluar,
ganti stylet dan posisikan jarum maju atau mundur beberapa milimeter hingga cairan
serebrospinal keluar
15.Untuk melakukan pengukuran tekanan keluar cairan serebrospinal pasien harus berada dalam
posisi telentang menghadap ke lateral dan manometer dipasang pada three-way stopcock dan
kemudian diukur besar tekanannya. Pastikan pula kaki pasien dalam posisi lurus
16.Tampung sekitar 10 tetes cairan serebrospinal pada masing-masing tube dimulai pada tube
pertama dan dilanjutkan sesuai urutan.
17.Bila aliran teralu pelan, mintalah pasien untuk batuk atau minta bantuan asisten untuk
menekan abdomen pasien secara intermiten
18. Bila cairan sudah cukup, tarik jarum pelan-pelan, tutup dengan sterile dressing, posisikan
pasien telentang
Follow Up

Bila cairan serebrospinal dikumpulkan dalam keadaan steril, studi mikrobiologi dapat dilakukan.
Umumnya pada cairan serebrospinal dilakukan pewarnaan, kultur dan uji titer immunoglobulin.
Protokol ini kemungkinan dapat berbeda pada masing-masing institusi. Pendekatan klasik yang
sering dilakukan yaitu: 

 Tube 1: hitung jumlah sel dan differensiasi

 Tube 2: kadar glukosa dan protein

 Tube 3: pewarnaan gram, kultur dan sensitivitas

 Tube 4: hitung jumlah sel dan differensiasi[1]


Sumber: https://youtu.be/THxXmBXI4MY

Cara mengukur GCS:

Penilaian GCS terdiri dari 2 aspek kesadaran yaitu terjaga, sadar akan lingkungan, dan
menunjukkan pemahaman dalam berkomunikasi. Penjumlahan skor GCS minimumnya
adalah 3, yang menunjukkan koma atau dalam keadaan mati otak. Skala maksimum adalah
15, menunjukkan pasien sadar dan terjaga sepenuhnya. Penilaian ini dilakukan dengan
mengevaluasi tiga respon perilaku, antara lain:

Mata

Penilaian pembukaan mata dievaluasi dari aspek berikut ini, antara lain:

 4: Mata terbuka secara spontan.


 3: Mata terbuka setelah mendapat rangsangan suara berupa memanggil nama
pasien.

 2: Mata terbuka hanya sebagai respon terhadap nyeri seperti cubitan.

 1: Mata tidak terbuka saat terkena rangsangan suara atau teriakan dan respon
nyeri berupa cubitan.

Verbal
Penilaian terhadap suara untuk mengevaluasi tingkat kesadaran, antara lain:

 5: Dapat berbicara dengan baik.


 4: Bingung dengan arah pembicaraan, namun masih bisa merespon.

 3: Bisa memberikan jawaban namun tidak sesuai, cenderung melantur.

 2: Tidak dapat berbicara, lebih terdengar seperti rintihan.

 1: Tidak ada respon suara, benar-benar diam. Motorik

Penilaian berdasarkan kemampuan untuk mengikuti perintah dengan melakukan gerakan,


sebagai berikut:

 6: Dapat melakukan dua gerakan yang berbeda sesuai dengan perintah.


 5: Bisa bergerak karena rangsangan nyeri, tapi masih bisa terkontrol.

 4: Bergerak menjauh karena reflek setelah dilakukan rangsangan nyeri.

 3: Tubuh menekuk dan kaku, sehingga reaksi hanya berupa sedikit gerakan
setelah rangsangan nyeri yang diberikan.

 2: Seluruh tubuh kaku, tanggapan terhadap nyeri hampir tidak ada.

 1: Tidak ada reaksi sama sekali terhadap rangsangan yang menyakitkan.

Saat menerapkan GCS, skor akhir ditentukan dengan menjumlahkan nilai dari E+V+M (skor
membuka mata + skor respon verbal + skor respon motorik). Angka tersebut membantu tim
medis untuk mengkategorikan kemungkinan tingkat pasien dalam bertahan hidup. Pada
angka yang lebih rendah menunjukkan cedera yang pasien derita sangat parah.

Berikut adalah ringkasan dari hasil skornya:

 13 – 15: menunjukkan bahwa pasien telah membaik dan terjaga.


 9 – 12: masih bisa menunjukkan kesadaran dan respon pasien terhadap
rangsangan cenderung rendah.

 8-1: menunjukkan bahwa pasien tidak sadar atau lebih parahnya dalam
keadaan koma.

Sumber: https://youtu.be/7_eLwdLDOgo

MEMERIKSA SYARAF KRANIAL


Nervus Olfaktori (N. I):

Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman

Cara Pemeriksaan: pasien memejamkan mata, disuruh membedakan bau yang dirasakan (kopi,
teh,dll)

NervusOptikus (N. II)

Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan

Cara Pemeriksaan: Dengan snelend card, dan periksa lapangpan dang

Nervus Okulomotoris (N. III), nervustrokhlearis (N. IV), dannervusAbdusen (N. VI) dijaki
bersama.

Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, dan sebagian
gerakan ekstraokuler.

Cara Pemeriksaan: Tes putaran bola mata, menggerakan konjungtiva, refleks pupil danin speksi
kelopak mata

NervusTrochlearis (N. IV)

Fungsi: saraf motorik, gerakan mata ke bawah dan kedalam

Cara Pemeriksaan: Samase pertinervus III

Nervus Trigeminus (N. V)

Fungsi: saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan gigi, refleks korenea
danreflekskedip

Cara Pemeriksaan: menggerakanrahangkesemuasisi, pasienmemejamkanmata,


sentuhdengankapaspadadahiataupipi. menyentuhpermukaankorneadengankapas.

NervusAbdusen (N. VI)

Fungsi: sarafmotorik, deviasimatake lateral

Cara pemeriksaan: samasepertinervus III

NervusFasialis (N. VII)

Fungsi: sarafmotorik, untukekspresiwajah


Cara pemeriksaan: senyum, bersiul, mengngkatalismata, menutupkelopakmatadengantahanan,
menjulurkanlidauntukmembedakanguladangaram

NervusVerstibulocochlearis (N. VIII)

Fungsi: sarafsensorik, untukpendengrandankeseimbangan

Cara pemeriksaan: test webberdanrinne

NervusGlosofaringeus (N. IX)

Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa

Cara pemeriksaan: membedakan rasa manis dan asam

NervusVagus (N. X)

Fungsi: sarafsensorikdanmotorik, refleksmuntahdanmenelan

Cara pemeriksaan: menyentuh faring posterior, pasienmenelan saliva, disuruh mengucap ah…

Nervus Asesoris (N. XI)

Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan bahu

cara pemeriksaan:suruh pasien untuk menggerakan bahu da lakukan tahanan sambil pasien
melawan tahanan tersebut.

Nervus Hipoglosus

Fugsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah

cara pemeriksaan: pasien disuruh menjulurkan lidah dan menggerakan dari sisi kesisi.

Link video : https://youtu.be/5p_I9K6TZpg

MEMBANTU PASIEN LATIHAN PASIF DAN AKTIF MEMBANTU AMBULASI

1. Cara melakukantindakan AMBULASI

1.dudukdiatastempattidur

2. Jelaskanpadapasienprosedur yang akandilakukan

3.Tempatkanklienpadaposisiterlentang
4. Pindahkansemuabantal

5. Posisimenghadapkepalatempattidur

6.regangkankedua kaki perawatdengan kaki paling dekatkekepalatempattidurdibelakang kaki


yang lain.

7. Tempatkantangan yang lebihjauhdarikliendibawah bahuklien,


sokongkepalanyadanvetebraservikal.

8. tanganperaw at yang lain padapermukaantempattidur.

10. Angkatklienkeposisidudukdenganmemindahkanberatbadanperawat daridepan kaki


kebelakang kaki.

B. Dudukditepitempattidur

1. Jelaskanpadapasienprosedur yang akandilakukan

2. Tempatkanpasienpadaposisi miring, menghadapperawat disisitempattidurtempatiaakanduduk.

3. Pasangpagartempattidurpadasisi yang berlawanan.

4 .Tinggikankepalatempattidurpadaketinggian yang dapatditoleransipasien.

5.Berdiripadasisipanggulklien yang berlawanan.

6. Blikkansecara diagonal
sehinggaperawatberhadapandenganpasiendanmenjauhdarisuduttempattidur.

7. Regangkan kaki perawatdengan kaki palingdekatkekepalatempattidurdidepan kaki yang lain

8.empatkan lengan yang lebihdekatkekepalatempattidurdiba=ah bahupasien,


sokongkepaladanlehernya

9. Tempattanganperawatyang lain diataspahapasien.

10. Pindahkantungkaibawah kliendan kaki ketepitempattidur.

11 .Tmpatkanporoskearahbelakang kaki, yang


memungkinkantungkaiataspasienmemutarkebawah.

12. Padasaatbersamaan, pindahkanberatbadanperawat kebelakangtungkaidanangkatpasien.

13.etapdidepanpasiensampaimencapaikeseimbangan.

14. Turunkantinggitempattidursampai kaki menyentuhlantai


MEMINDAHKAH PASIEN KE TEMPAT TIDUR

1. Bantu pasienkeposisidudukditepitempattidur. Buatposisikursipadasudut 01


derajatterhadaptempattidur.Jikamenggunakankursiroda,yakinkan bah=a
kusirodadalamposisiterkunci.

2.pasangsabukpemindahanbilaperlu, sesuaikebijakanlembaga.

3. yakinkanbahwaklienmenggunakansepatu yang stabildanantislip

4. Regangkankedua kaki perawat

5. Feksikanpangguldanlututperawat, sejajarkanlututperawatdenganpasien

6.Regangsabukpemindahandaribawahataugapaimelaluiaksilapasiendantempatkantanganpadaskap
ulapasien.

7. Angkatpasiensampaiberdiripadahitungan / sambilmeluruskanpangguldan kaki,


pertahankanlututagakfleksi.

8.Pertahankanstabilitas kaki yang lemahatausejajarkandenganlututpera=at.

9. Perporospada kaki yang lebihjauhdarikursi, pindahkanpasiensecaralangsungkedepankursi

10. Instruksikanpasienuntukmenggunakanpenyanggatanganpadakursiuntukmenyokong.

11. Fleksikanpanggulpera=at danlututsaatmenurunkanpasienkekursi.

12. Kajiklienuntukkesejajaran yang tepat.

13. Stabilkantungkaidenganselimutmandi

14. Ucapkanterimakasihatasupayapasiendanpujipasienuntukkemajuandanpenampilannya.

Membantuberjalan

1.Anjurkanpasienuntukmeletakkantangandisampingbadanataumemegangtelapaktanga nperawat.

2. Terdiri disamping pasien dan pegang telapak dan lengan bahu pasien.

3. Membantupasienberjalan
Memindahkanpasiendaritempattidurkebrancard

Merupakantindakankeperawatandengancaramemindahkanpasien yang
tidakdapatatautidakbolehberjalansendiridaritempattidurkebranchard.

1.Aturposisibrancharddalamposisiterkunci

2.bantupasiendengan 2-3 perawat

3.berdirimenghadappasien

4.Silangkantangandidepan dada

5.tekuklututanda, kemudianmasukkantangankebawahtubuhpasien.

6. Perawatpertamameletakkantangandibawahleherbahudanbawahpinggang,
perawatkeduameletakkantangandibawahpinggangdanpinggulpasien,
sedangkanperawatketigameletakkantangandibawahpingguldan kaki.

7.angkatbersamasamadanpindahkankebranchard

MelatihBerjalandenganmenggunakanAlat Bantu Jalan

Kruk
dantongkatseringdiperlukanuntukmeningkatkanmobilitaspasien.Melatihberjalandenganmenggun
akanalatbantujalanmerupakanketenanganteamfioterapi. ;amunpera=at
tetapbertanggungjawabuntukmenindaklanjutidalammenjaminperawatan yang
tepatdandokumentasi yang lengkapdilakukan.

Link video : https://youtu.be/fBdQmJLdGPM

MELAKUKAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Sembilan LangkahdalamPerencanaanPenyuluhanPomosiKesehatan:
1. Mengenalmasalah, masyarakat, danwilayah.

2. Menentukanprioritas

3. Menentukantujuanpenyuluhan

4. Menentukansasaranpenyuluhan

5. Menentukanisipenyuluhan

6.Menentukanmetodepenyuluhan yang akandipergunakan

7. alatperagaatau media penyuluhan yang dibutuhkan

8. Menyusunrencanapenilaian

9. Menyusunrencanakerja/pelaksanaannya.

Link video : https://youtu.be/QsUh9FHL9so

MEMBERIKAN OBAT TETES MATA

Langkahlangkah :

1.Cocokkankartuobatdengan status

2.Cucitangan (sesuai SPO cucitangan)

3.Identifikasi pasien (sesuai SPO identifikasipasien).

4.Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan dan jenis obat yang akan diberikan pada

5.Siapkan obat

6 .Atur posisi pasien

7.Pakai sarung

8.Bersihkan mata dengan ckapas

9.Usapujung tube dengan kapas steril kemudian tuang salep sedikit pada kapas steril kemudian
tuang sedikit pada kapas
10.Buka conjungtiva kelopak mata bawah dengan ibujari/ dua jari dengan melakukan tekanan
kearah bawah terhadap bagian pipi yang bertulang menonjol, anjurkan pasien untuk melihat ke-
atas

11.Oleskan sepanjang sisi dalam dari kelopak mata bawah, pada conjungtiva bagian bawah dan
anjurkan pasien untuk menutup dan mengedipkan kelopak

12.Bersihkan sisa obat salep/ tetes yang ada disekitar mata dengan dan Bila perlu tutup mata
dengan kasa steril

13. Lepas sarung

14.Bereskan alat-alat dan cuci tangan.

15. Bereskan alat-alat dan cuci tangan

16. Catat ke Rekam Medis Pasien, bubuh kan tanda tangan.

17. Tulisan / paraf hanya dibuat oleh perawat yang sudah menyiapkan dan memberikan obat

18. Sesudah dicek, kembalikan kartu obat ke kotak obat, sesuai jam pemberian obat berikutnya

Link video : https://youtu.be/SPtxk78WJKQ

PENGKAJIAN KLIEN DENGAN GANGGUAN MATA

A.Pengkajian

Pengkajianyangdapatdilakukanpadakliendengankatarakadalah:

keteranganlainmengenaiidentitaspasien.Padapasiendengankatarakkonginetalbiasanyasudahterliha
tpadausiadibawah1tahun,sedangakanpasiendengankatarakjuvenileterjadipadausia<40tahun,pasie
ndengankatarakpresenilterjadipadausiasesudah30-
40tahun,danpasiendengankatarksenilisterjadipadausia>40tahun.

3.1.2Riwayatpenyakitsekarang
Merupakanpenjelasandarikeluhanutama.Misalnyayangseringterjadipadapasiendengankatarakadal
ahpenurunanketajamanpenglihatan.

3.1.3Riwayatpenyakitdahulu

AdanyariwayatpenyakitsistemikyangdimilikiolehpasiensepertiDM,hipertensi,pembedahanmatase
belumnya,danpenyakitmetaboliclainnyamemicuresikokatarak.

3.1.4Aktifitasistirahat

Gejalayangterjadipadaaktifitasistirahatyakniperubahanaktifitasbiasanyaatauhobiyangberhubunga
ndengangangguanpenglihatan.

3.1.5Neurosensori

Gejalayamgterjadipadaneurosensoriadalahgamgguampenglihatankabur/tidakjelas,sinarterangmen
yebabkansilaudengankehilanganbertahappenglihatanperifer,kesulitanmemfokuskankerjadengand
ekatataumerasadirunaggelap.Penglihatanberawan/kabur,tampaklingkarancahaya/pelangidisekitar
sinar,perubahankacamata,pengobatantidakmemperbaikipenglihatan,fotophobia(glukomaakut).Ge
jalatersebutditandaidenganmatatampakkecoklatanatauputihsusupadapupil(katarak),pupilmenyem
pitdanmerahataumatakerasdankorneaberawan(glukomaberatdanpeningkatanairmata).

3.1.6Nyeri/kenyamanan

Gejalanyayaituketidaknyamananringan/ataumataberair.Nyeritiba-
tiba/beratmenetapatautekananpadaatausekitarmata,dansakitkepala.

3.1.7Pembelajaran/pengajaran
kajiriwayatkeluargaapakahadariwayatdiabetesataugangguansistemvaskuler,kajiriwayatstress,aler
gi,gangguanvasomotorsepertipeningkatantekananvena,ketidakseimbanganendokrindandiabetes,s
ertariwayatterpajanpadaradiasi,steroid/toksisitasfenotiazinB.

PASIEN DENGAN GANGGUAN SYSTEM PENGINDERAAN


3. Melakukan irigasi (mata)

Persiapan alat :

 Handsrub
 Bengkok
 Perlak/alas
 Handscoon
 Plaster
 Cairanmatasteril/aquades
 Spuit 20cc
 Kapas steril
 Komkecil (cairansteril)

Cara kerja :

 Cucitangan /handsrubmenggunakanhandsanitizer
 Memakaihandscoon/sarungtangan
 Aturposisiklien/ posisikepala miring (senyamanklien)
 Pasangperlakmenutup dada klien
 Letakanbengkokdisampingkepalaklien
 Basahikapasdengancairansteril, laluusapmatakliendaridalamkeluarmata
 Ambil air sterilmenggunakanspuit 20 cc,
masukancairansecaraperlahandimatakliendarisisimatadalamkeluar
 Setelahitu lap bagianmatamenggunakankapas
 Cekmataklienapakahsudahbersihataubelum
 Tanyakankondisi/keadaanklien
 Setelahtindakanselesai, bereskanalat
 Lalukembalikanposisiklien
 Cucitangan/handsrub

Sunber: https://youtu.be/Rzlzdg8iLxk
Memberizalfmata

Persiapanalat :

 Handscoon/sarungtangan
 Bengkok
 Perlak/alas
 Salepmata
 Kasabasahsteril

Cara kerja :

 Cucitanganmenggunakansabundan air mengalir


 Memakaihandscoon/sarungtangan
 Aturposisiklien
 Pasangperlakdibawahkepalaklien
 Lalubersihkanmatamenggunakankasa yang sudahdibasahicairansteril
 Suruhmataklienmelihatkeatas ,laluoleskansalepmatadibagiankonjungtiva,
setelahitusuruhpasienmemejamkanmata
 Tanyakankondisi/keadaankliensetelahtindakan
 Bereskanalat,lalucucitangan

Sumber : https://youtu.be/FhdQv2yujFg

Merawat pre operasimata

 Konsultasimata (anamnesa)
 Pemeriksaanfisik
- Tajampenglihatan
- Slit lamp
- Infeksimata
 Pemeriksaantekanan bola mata
 Pemeriksaankeratometri
 Pemeriksaanbiometri
 Pemeriksaanpenunjang (lab)
 Konsultasidokterpenyakitdalam

Setelahsiapsemua, sebelumoperasiperiksalagiTTV ,jikaadaobatpreindikasibolehdiminum,


sebelumdioperasi pupil akanditetessampai pupil melebar.

Sumber : https://youtu.be/oGBd6Rit25w
Merawat post operasimata

 Dilarangmembasuhmuka /terkena air (mandibolehhanyasebataslehersampai kaki saja)


Sholatdianjurkanuntuktayamumdulusaja
 Dilarangmengejansaatbuang air besar
 Dilarangmembungkuk,sujud, danrukuk
 Dilarangbatuk (segeraberiobat)
 Dilarangmerokok ( asaprokokbahayauntukmata)
 Makan yang bergizidanbanyakminum air putih
 Dilarangtarak ( tidakadapenyakitbawaan yang melarangmakanmakanantertentu)
 Selamasatubulandilarangmengangkatbarang /bendaberatmaksimal 2 kg
 Kontrolrutinsesuaianjurandokter :
-1 hari
-1 minggu
-1 bulan
Setelahoperasi
 Menjagakebersihandiri (wajibcucitangansebelumdansesudahpegangmata
 Tidurharusterlentang, kalaucapek miring kemata yang sehat
 Dilarangmendorongbaramgberatmaksimal 2kg
 Dilarangmengemudisepeda motor (bolehdiboncengtetapiwajibmemakaikacamata)
 Wajibkacamata

Sumber : https://youtu.be/DPh69jMLgm0

MEMBANTU LATIHAN AKTIF DAN PASIF

Persiapan Tempat dan Alat

1. Tempat tidur
2. Bantal
3. Balok drop food
4. Hanskoon

Persiapan Pasien

1. Menjelaskan tujuan pelaksanaan


2. Mengatur posisi lateral lurus (terlentang biasa)
Persiapan Lingkungan

1. Menutup pintu dan jendela


2. Memasang tabir dan tirai

Pelaksanaan Aktif dan Pasif

1. Leher
o Letakkan tangan kiri perawat di bawah kepala pasien dan tangan kanan pada
pipi/wajah pasien.
o Lakukan gerakan:

 Rotasi: tundukkan kepala, putar ke kiri dan ke kanan.


 Fleksi dan ekstensi: gerakkan kepala menyentuh dada kemudian kepala
sedikit ditengadahkkan.
 Fleksi lateral: gerakkan kepala ke samping kanan dan kiri hingga telinga
dan bahu hampir bersentuhan.
o Observasi perubahan yang terjadi.

2. Bahu
o Fleksi/Ekstensi

 Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
 Angkat lengan pasien pada posisi awal.
 Lakukan gerakan mendekati tubuh.
 Lakukan observasi perubahan yang terjadi. Misalnya: rentang gerak bahu
dan kekakuan.
o Abduksi dan Adduksi

 Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan
pasien dengan tangan lainnya.
 Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat (ke arah
samping).
 Kembalikan ke posisi semula.
 Catat perubahan yang terjadi. Misal: rentang gerak bahu, adanya
kekakuan, dan adanya nyeri.
o Rotasi Bahu

 Atur posisi lengan pasien menjauhi dari tubuh (ke samping) dengan siku
menekuk.
 Letakkan satu tangan perawat di lengan atas dekat siku pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan lainnya.
 Lakukan rotasi bahu dengan lengan ke bawah sampai menyentuh tempat
tidur.
 Kembalikan lengan ke posisi awal.
 Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke atas.
 Kembalikan ke posisi awal.
 Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak bahu, adanya
kekakuan, dan adanya nyeri.
3. Siku
o Fleksi dan Ekstensi

 Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak
mengarah ke tubuh pasien.
 Letakkan tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya
 Tekuk siku pasien sehingga tangan pasien mendekat ke bahu.
 Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
 Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya, rentang
gerak pada siku, kekakuan sendi, dan adanya nyeri.
4. Lengan bawah
o Pronasi dan Supinasi

 Atur posisi lengan pasien dengan siku menekuk/lurus.


 Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan tangan pasien dan pegang
tangan pasien dengan tangan lainnya.
 Putar lengan bawah pasien ke arah kanan atau kiri.
 Kembalikan ke posisi awal sebelum dilakukan pronasi dan supinasi.
 Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak
lengan bawah dan kekakuan.
5. Pergelangan tangan
o Fleksi dan Ekstensi

 Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk.
 Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien.
 Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
 Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya, rentang
gerak pergelangan dan kekakuan sendi.
6. Jari-jari
o Fleksi dan Ekstensi

 Pegang jari-jari tangan pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang pergelangan.
 Bengkokkan (tekuk/fleksikan) jari-jari ke bawah.
 Luruskan jari-jari (ekstensikan) kemudian dorong ke belakang
(hiperekstensikan).
 Gerakkan kesamping kiri kanan (Abduksi-adduksikan).
 Kembalikan ke posisi awal.
 Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak, dan adanya kekakuan
sendi.
7. Paha
o Rotasi

 Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki pasien dan satu
tangan yang lain di atas lutut pasien.
 Putar kaki ke arah pasien.
 Putar kaki ke arah pelaksana.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Observasi perubahan yang terjadi.
o Abduksi dan Adduksi
 Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada
tumit.
 Angkat kaki pasien kurang lebih 8 cm dari tempat tidur dan pertahankan
posisi tetap lurus. Gerakan kaki menjauhi badan pasien atau ke samping ke
arah perawat.
 Gerakkan kaki mendekati dan menjauhi badan pasien.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
 Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan adanya
kekakuan sendi.
8. Lutut
o Fleksi dan Ekstensi

 Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien
dengan tangan yang lain.
 Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
 Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada pasien sejauh mungkin dan
semampu pasien.
 Turunkan dan luruskan lutut dengan tetap mengangkat kaki ke atas.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
 Observasi perubahan yang terjadi. Missal, rentang gerak dan adanya
kekakuan sendi.
9. Pergelangan kaki
o Fleksi dan Ekstensi

 Letakkan satu tangan pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di
atas pergelangan kaki, jaga kaki lurus dan rileks.
 Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada atau ke bagian
atas tubuh pasien.
 Kembalikan ke posisi awal.
 Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien. Jari dan telapak kaki
diarahkan ke bawah.
 Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan.
o Infersi dan Efersi

 Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan tangan kita (pelaksana)
dan pegang pergelangan kaki pasien dengan tangan satunya.
 Putar kaki dengan arah ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke
kaki lainnya.
 Kembalikan ke posisi semula.
 Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
 Kembalikan ke posisi awal
 Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak, dan adanya
kekakuan sendi.
10. Jari-jari
o Fleksi dan Ekstensi Jari-jari

 Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain
memegang kaki.
 Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah.
 Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
 Gerakan ke samping kiri kanan (Abduksi-adduksikan).
 Kembalikan ke posisi awal.
 Observasi perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak, dan adanya
kekakuan sendi.
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
 Catat perubahan yang terjadi. Misal: rentang gerak, dan adanya kekakuan
sendi.

PERAWATAN PRE DAN POST OPERASI ORTOPEDIK

Tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang
terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi.

PERSIAPAN FISIK
1.MAKANAN

Pasien yang akan dioperasi diberi makanan yang berkadar lemak rendah, tetapi tinggi
karbohidrat, protein dan vitamin. Untuk mempertahankan masuknya makanan di dalam tubuh
sampai saat operasi tiba dan segera setelah operasi, pasien diberikan makanan secara
parenteral/infus

PERSIAPAN FISIK

2. GastrointestinalPemberian lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran


pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2
kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.

PERSIAPAN FISIK

3. Hygiene

•Mulut harus dibersihkan dan sikat gigi


•Mandi atau di mandikan
•Rambut harus di cuci dengan sampo karena setelah operasi pasien dalam keadaan
kesakitan sehingga tidak bisa mencuci rambut dalam beberapa hari.

4. DAERAH LOKASI OPERASI

a. Dilakukan pencukuran pada waktu malam menjelang operasi.b.Lemak dan kotoran harus
terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasic. Luas daerah yang dicukur sekurang- kurangnya
10-20 cm2.

PERAWATAN PASIEN DENGAN TRAKSI

Traksi merupakan pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh, traksi harus di berikan dengan arah
dan besaran yang di inginkan untuk mendapatkan efek-efek trapeutik, faktor-faktor yang
mengganggu keefektifan traksi harus di hilangkan, efek traksi harus di evaluasi dengan sinar X
atau rongen

Tujuan :

Mengurangi dislokasi atau sublukasi

Memeprtahankan ke sejajajaran tulang

Mengurangi spasme otot, Mengistirahatkan bagian yang sakit/trauma agar tidak terjadi
kerusakan jaringan lunak

Memperluas bagian sendi untuk prosedur arthroscopy


Mekanisme

Statis atau countinues, traksi harus statis beban traksi tidak boleh di buka-buka

Balanced suspension; traksi harus memungkinkan pasien bisa bergerak tanpa mengubah tarikan
traks

Cara perawatan dengan traksi:

Pertahankan kontertraksi, kontertraksi yaitu tarikan traksi, cara mempertahankan kontertraksi


yaitu dengan cara mengubah posisi bed pasien menjadi posisi teledenburg(kepala lebih rendah
dari kaki) atau memakan bohler) atau meninggikan tempat tidur bagian kaki 15 derajat jika ada
indikasi

Beban harus menggantung bebas tidak boleh menempel di lantai ataupun di buka-buka

Garis tarikan traksi harus sejajar dengan axsis tulang(garis tengah tulang) atau sumbu tulang

Bagian tubuh pasien yang di traksi jangan menyentuh katrol, usahakan ada jarak

Tali tidak terurai

Alat tenun tidak mengenai traksi

SOP MEMBERIKAN INJEKSI INSULIN

Standar Operasional Prosedur (SOP)


Tindakan Keperawatan : Memberikan Terapi Injeksi Insulin/ Insulin Pen
1 Pengertian Insulin adalah hormon yang digunakan untuk menurunkan kadar
gula darah pada Diabetes Mellitus
Insulin Pen : adalah insulin yang dikemas dalam bentuk pulpen
insulin khusus yang berisi 3 cc insulin
2 Tujuan   Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus.
3 Hal-hal yang 1. Vial insulin yang tidak digunakan sebaiknya disimpan dilemari es.
harus 2. Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan (misalnya : adanya
diperhatikan perubahan warna).
3. Pastikan jenis insulin yang akan digunakan dengan benar.
4. Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting insulin) harus diberikan
dalam 15 menit sebelum makan. Interval waktu yang
direkomendasikan antara waktu pemberian injeksi dengan waktu
makan adalah 30 menit.
5. Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali hasil
laboratorium (kadar gula darah).
6. Amati tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia.
Khusus Untuk Insulin Pen :
1.   Insulin Pen yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam
suhu 2 – 8 °C dalam lemari pendingin (tidak boleh didalam
freezer).
2.   Insulin Pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan
dalam lemari pendingin. Insulin Pen dapat digunakan/dibawa oleh
perawat dalam kondisi suhu ruangan (sampai dengan suhu 25 °C)
selama 4 minggu.
3.   Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api,
sinar matahari langsung, dan tidak boleh dibekukan.
4.   Jangan menggunakan Insulin Pen jika cairan didalamnya tidak
berwarna jernih lagi.
5.   Kontraindikasi : Klien yang mengalami hipoglikemia dan
hipersensitivitas terhadap human insulin.
4 Alat yang1.    Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).
dibutuhkan 2.    Vial insulin.
3.    Kapas + alkohol / alcohol swab.
4.    Handscoen bersih.
5.    Daftar / formulir obat klien.
Pelaksanaan Tahap Pra Interaksi
1.    Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana pemberian
terapi injeksi insulin (Prinsip 6 benar : Nama klien, obat/jenis
insulin, dosis, waktu, cara pemberian, dan pendokumentasian).
2.    Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan, waktu
kerja, dan masa efek puncak insulin, serta efek samping yang
mungkin timbul.
3.    Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.
4.    Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau alergi
terhadap human insulin.
5.    Mengkaji riwayat medic dan riwayat alergi.
6.    Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada
pengerasan atau penurunan jumlah jaringan.
7.    Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan pemberian
terapi insulin.
8.    Mengkaji obat-obat yang digunakan waktu makan dan makanan
yang telah dimakan klien.

Tahap Orientasi
1.    Memberi salam pada pasien
2.    Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan tujuan prosedur
pemberian injeksi insulin.
3.    Menutup sampiran (kalau perlu).

Tahap Interaksi
1.    Mencuci tangan.
2.    Memakai handscoen bersih.
3.    Penyuntikan insulin

Pemakaian spuit insulin


a.    Megambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang diperlukan
untuk klien (berdasarkan daftar obat klien/instruksi medik).
b.    Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya
terdapat kebiruan, inflamasi, atau edema.
c.    Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan
perawat sebelumnya.
d.    Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol
swab, dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
e.    Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan
regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak
dominan.
f.     Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang
dominan secara lembut dan perlahan.
g.    Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya
dilalukan penekanan pada area penyuntikan dengan
menggunakan kapas alkohol.
h.    Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan dalam keadaan
jarum yang sudah tertutup dengan tutupnya.
Pemakaian Insulin Pen
a.    Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang sesuai dengan
kebutuhan.
b.    Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum yang baru.
c.    Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0) terletak sejajar
dengan indikator dosis.
d.    Memegang novolet secara horizontal dan menggerakkan insulin
pen (bagian cap) sesuai dosis yang telah ditentukan sehingga
indicator dosis sejajar dengan jumlah dosis insulin yang akan
diberikan kepada klien.
Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 unit (setiap rasa
”klik” yang dirasakan perawat saatb memutar  cap Insulin Pen
menandakan 2 unit insulin telah tersedia).
e.    Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan kulitnya
terdapat kebiruan, inflamasi, atau edema.
f.     Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin. Lihat catatan
perawat sebelumnya.
g.    Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas alcohol/alcohol
swab, dimulai dari bagian tengah secara sirkuler ± 5 cm.
h.    Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang kurus dan
regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan tangan yang tidak
dominan.
i.      Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang
dominan secara lembut dan perlahan. Ibu jari menekan bagian
atas Insulin Pen sampai tidak terdengar lagi bunyi ‘klik ’ dan tinggi
Insulin Pen sudah kembali seperti semula (tanda obat telah
diberikan sesuai dengan dosis).
j.      Tahan jarum Insulin pen selama 5-10 detik di dalam kulit klien
sebelum dicabut supaya tidak ada sisa obat yang terbuang.
k.    Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage, hanya
dilalukan penekanan pada area penyuntikan dengan
menggunakan kapas alkohol.

Tahap Terminasi
4.    Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah dilaksanakan
5.    Membereskan alat
6.    Cuci tangan

Tahap Evaluasi
7.    Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi yang diberikan 30
menit setelah injeksi insulin dilakukan.
8.    Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping pada klien.
9.    Menginspeksi tempat penyuntikan dan mengamati apakah terjadi
pembengkakan atau hematoma.
Tahap Dokumentasi
10.  Mencatat respon klien setelah pemebrian injeksi insulin.
11.  Mencatat kondisi tempat tusukan injeksi insulin.
12.  3.  Mencatat tanggal dan waktu pemberin injeksi insulin
5 Referensi Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan
Gangguan Siatem Endokrin. Jakarta. Salemba Medika
http://nersrisal.blogspot.com/2015/07/sop-memberikan-terapi-injeksi-
insulin.html
(S.O.P) MENGAMBIL SAMPEL URINE UNTUK PEMERIKASAAN

PENGERTIAN

         Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan laboratorium.
TUJUAN

         Mengambil sampel urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa urine rutin atau test diagnostik
yang meliputi test kultur dan sensitivitas.

         Mengetahui adanya mikroorganisme dalam urine.


N TINDAKAN BOBOT NILAI BOBOT KETERANGAN
O X
NILAI
I PENGKAJIAN 2
         Mengkaji instruksi / pesanan medik
untuk pemeriksaan diagnostik.

         Mengkaji intake dan pola eliminasi


klien.

         Mengkaji tingkat pengetahuan klien


akan prosedur dan tujuan
pemerikasaan urine.

         4.   Mengkaji tujuan pengambilan


sampel urine, untuk menetukan
metode yang tepat dalam
pengambilan sampel urine.
II INTERVENSI 3
A.   Persiapan Alat :

         Bokal/botol/wadah tempat sampel


urine.
o   Bokal/botol/wadah steril untuk
pemeriksaan urine kultur dan
sensitivitas.
o   Bokal/botol/wadah bersih untuk
pemeriksaan urine rutin atau urine
lengkap.

         Handscoen bersih.


         Pot/urinal.
         Nierbeken/bengkok.
         Perlak/alas.
         Etiket.
         Formulir pemeriksaan.
         Menurut cara pengambilan sampel
urine :
o   Melalui kateter :
  Spuit 10 cc
  Klem penjepit.
  Kapas alkohol 70%.
o   Dengan cara mid stream :
  Baskom berisi air hangat, sabun,
washlap dan handuk.
  Pinset steril dan kapas betadine.
BPersiapan Klien :

         Menjelaskan prosedur dan tujuan


dilakukannya pengambilan sampel
urine.

II IMPLEMENTASI
I          Menutup sampiran.
3
         Mencuci tangan.
         Memakai handscoen bersih.
         Melakukan pengambilan sampel
urine :
a.   Melalui Kateter :

         Mengklem selang urine bag selama


kurang lebih 30 menit.
         Meletakkan perlak/pengalas
dibawah tempat pengambilan urine.

         Melakukan pengambilan urine :


a)   Kateter dengan port :
  Mendesinfeksi lokasi penusukan
dengan kapas alkohol 70%.

  Menusukkan jarum dengan sudut 90°


pada port.
  Melakukan aspirasi urine sebanyak ± 3
– 5 cc untuk pemeriksaan kultur
urine, atau ± 10 – 20 cc untuk
pemeriksaan urine lengkap.
  Memindahkan urine dari spuit kedalam
bokal/botol steril.
b)   Kateter tanpa port :
  Membuka tutup bokal/botol urine dan
meletakkannya diatas
perlak/pengalas.
  Mendesinfeksi sambungan kateter –
selang  urine bag dengan kapas
alkohol 70%.
  Membuka sambungan tersebut dengan
hati-hati, pegang selang diatas
sambungan ± 5 c, jaga jarak agar
tidak terkontaminasi.
  Memasukkan urine kedalam bokal/botol
urine (jangan sampai bersentuhan
dengan ujung kateter).
  Mendesinfeksi selang kateter dengan
kapas alkohol 70% kemudian
sambungkan kembali urine bag
dengan kateter.

         4)   Membuka klem penjepit.


b.   Dengan Cara Mid Stream :

         Meletakkan perlak/pengalas


dibawah bokong klien, lepaskan
pakaian bawah klien dan atur posisi
yang sama seperti saat
membersihkan vulva/perineum (bila
klien harus dibantu).

         Membersihkan daerah perineum


dan alat genitalia dengan
menggunakan air hangat + sabun
dan washlap, kemudian keringkan
dengan handuk.

         Membersihkan daerah meatus


urethra eksternus dengan
menggunakan kapas betadine dan
pinset steril.

         Menganjurkan kepada klien untuk


berkemih dan tampung urine yang
pertama keluar dalam pot/urinal,
kemudian tampung urine yang keluar
selanjutnya kedalam bokal/botol
urine sampai 10 – 20 cc dan
anjurkan klien untuk menuntaskan
berkemihnya kedalam pot/urinal.

         Menempatkan bokal/botol urine


ditempat yang aman, setelah urine
untuk pemeriksaan ditampung.

         Menutup bokal/botol urine.


         Merapihkan klien dan alat.
         Melepaskan handscoen.
         Menempelkan etiket pemeriksaan
urine pada bokal/botol urine, dan
buatkan formulir pemeriksaannya.

         Membuat formulir pmerikasaan.


         Membawa sampel urine beserta
formulir pemeriksaannya ke
laboratorium.
I EVALUASI 1
V          Mengevaluasi hasil pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui hasil
test.

         Mengevaluasi respon klien selama


pelaksanaan prosedur.
         Mengobservasi karakteristik urine :
warna, kepekatan dan bau.
V DOKUMENTASI 1
         Mencatat jumlah, warna, baud an
konsistensi urine.

         Mencatat waktu dan cara


pengambilan sampel urine.

         Mencatat respon klien selama


prosedur.
V SIKAP
I          Sistematis.
         Hati-hati.
         Berkomunikasi.
         Mandiri.
         Teliti.
         Tanggap terhadap respon klien.
         Rapih.
         Menjaga privacy.
         Sopan.
TOTAL 10

Referensi :
https://www.academia.edu/32314336/296123343_SOP_Pengambilan_Urine_doc
SOP MELAKUKAN PERAWATAN KATETER PASIEN

Pengertian
Suatu tindakan perawatan kateter menetap/DC guna mencegah terjadinya infeksi

Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan perawatan kateter
internus

PERSIAPAN ALAT
 Kom berisi air hangat + sabun + waslap + handuk bawah
 Kapas lidi steril
 Cairan antiseptik  (mis : betadin 2% )
 Kom + kapas +pinset steril
 Perlak
 Bengkok dan kantong plastik
 Korentang
 Salep (bila ada instruksi)

PERSIAPAN PASIEN
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan perawat
 Atur ketinggian tempat tidur sejajar dengan area kerja perawat
PERSIAPAN PETUGAS
Sarung tangan steril 1 pasang dan sarung tangan bersih 1 pasang
PELAKSANAAN TINDAKAN
 Perawat memperkenalkan diri kepada pasien & keluarga serta menjelaskan
mengenai prosedur yang akan dilakukan
 Perawat meminta persetujuan tindakan secara tertulis/lisan kepada
pasien/keluarganya
 Perawat menjaga privacy pasien dengan cara memasang tirai
 Perawat melakukan identifikasi pasien sesuai dengan prosedur
 Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai dengan prosedur
 Perawat mengenakan APD sesuai dengan prosedur
 Perawat membuang urin yang ada di urin bag serta mengukur urin yang ada
 Perawat membuka pakaian bawah pasien dan menutup dengan selimut
 Perawat memasang perlak di bawah bokong pasien
 Perawat memberikan posisi pasien :
 Wanita :
 Dorsal recumbent, alternatif : sims (pada pasien tua atau mengalami kontraktur
berat dengan kaki bagian atas flexi)
 Pria :
 Supinase
 Perawat membersihkan daerah perineum dengan menggunakan air hangat
+sabun+waslap dan keringkan dengn handuk bawah (bila pasien mampu dapat
dilakukan sendiri)
 Perawat mengkaji daerah meatus uretra dan jaringan sekitar perineum (perih,
radang, pembengkakan)
 Perawat membuka sarung tangan
 Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur
 Perawat menyiapkan kom+kapas+pinset steril dan masukkan cairan antiseptik.
 Perawat memakai sarung tangan steril
 Perawat membuka labia mayor dan minor atau menarik preputium dengan
tangan yang tidak dominan sehingga spincter meatus uretra kelihatan dengan
jelas.
 Perawat membersihkan daerah meatus uretra dengan cairan antiseptik dengan
pinset.
 Perawat membersihkan ujung kateter dekat meatus uretra sepanjang +10 cm
dengan cairan antiseptik dengan arah melingkar keluar.
 Perawat memberikan antiseptik (betadin 2% atau salep antibiotik) pada daerah
meatus uretra dan ujung kateter sepanjang 2,5cm
 Perawat mengganti plester yang ada pada kateter dan bersihkan bekas plester
pada kulit pasien.
 Perawat mengganti urin bag + selang bila diperlukan dengan menggunakan
prinsip antiseptik
 Perawat memeriksa kembali aliran urin dalamselang untuk meyakinkan :
 Selang tidak boleh tertekuk atau menggulung
 Selang tidak boleh macet, kaku dan aman tergantung di tempat tidur
 Perawat merapikan alat yang telah diberikan dan membuang sampah sesuai
dengan prosedur
 Perawat menjelaskan kepada pasien/keluarga bahwa tindakan selesai dilakukan
dan mohon undur diri
 Perawat melepas APD sesuai dengan prosedur
 Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur
 Perawat melakukan evaluasi setelah tindakan
 Perawat melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan di dalam catatan
perkembangan terintegrasi

Referensi :
Anna Nurhasanah, http://posperawat.blogspot.com/2017/12/sop-perawatan-kateter-
urin-pasien.html

SOP MELAKUKAN PEMASANGAN KATETER

A. Komunikasi
B. Persiapan alat
1. set ganti kateter yang berisi:
 1 duk alas steril
 1 duk berlubang steril
 1 piala ginjal steril
 1 mangkok steril
 4 kapas steril
 1 pinset steril
 1 pasang sarung tangan steril
2. 1 kateter folley sesuai dengan aturan
3. korentang steril
4. urine bag
5. Xylocain jelly steril
6. cairan sublimat 1:1000
7. Na CL 0,9 % atau aquadest steril sebanyak yang dibutuhkan oleh ballon kateter (20-30 cc)
8. Spuit 20 cc steril
9. Jarum no.12 steril
10. Perlak
11. Plester
12. Alat tulis
13. Sabun mandi
14. Handuk
15. Kom mandi
16. Gantungan urine bag
17. Alkohol 70%
18. Kapas bulat
19. Jelaskan pada pasien tujuan dan maksud pemasangan kateter

C. Persiapan Lingkungan
Jendela dan pintu ditutup

D. Persiapan Pasien
1. Jelaskan pada pasien tujuan dan tindakan yang akan diberikan
2. Pasien dalam keadaan tidur/ berbaring.

E. Langkah-langkah
1. Tutup tirai dan pintu kamar pasien
2. Perawat mencuci tangan
3. Bersihkan daerah perineum dengan sabun dan keringkan.
4. atur posisi untuk pemasangan kateter.
 Wanita: dorsal recumbent
 Pria :Supine
5. Letakkan set kateter diantara kedua tungkai bawah pasien dengan jaral min 45cm dari
perineum pasien.
6. Buka set kateter
7. Gunakan sarung tangan steril.
8. pasang duk berlubang didaerah genitalia pasien.
9. Tes ballon kateter.
10. membuka daerah meatus
 Wanita :B uka labia dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri
lalu sedikit ditarik keatas
 Pria : Pegang daerah dibawah glanda penis dengan jari dan telukjuk,
preputium ditarik keatas
11. Membersihkan daerah meatus dengan kapas sublimat dan pinset.
 Wanita : Bersihkan daerah labia luar terakhir bagian meatus, kapas hanya sekali
dipakai.
 Pria : Bersihkan dengan arah melingkar dari meatus keluar minimum 3x
12. Lumasi ujung kateter dengan xylocain jelly
 Wanita : 4-5 cm
 Pria : 15-18 cm
13. Masukan kateter
 Wanita :
 Sepanjang 5-7 cm sampai urine keluar
 Pria : sepanjang 18-20cm sampai urine keluar, tegakkan penis dengan sudut
90° .

14. Jika waktu memasukkan kateter terasa adanya tahanan jangan dilanjutkan
15. selama pemasangan kateter anjurkan pasien untuk nafas dalam.
16. Masukkan kateter sepanjang 2cm sambil sedikit diputar.
17. isi ballon kateter dengan NaCL sebanyak yang ditentukan, menggunakan spuit tanpa
jarum.
18. Tarik kateter perlahan sampai ada tahanan ballon.
19. Fiksasi kateter menggunakan pl;ester.
20. gantung urine bag dengan posisi lebih rendah daripada vesikaurinaria.
21. beri posisi yang nyaman pada pasien.
22. Rapihkan alat simpan alat pada tempatnya.
23. Perawat/ bidan mencuci tangan.
24. Catat prosedur pelaksanaan, kondisi perineum dan meatus, waktu, konsistensi, warna,
bau, jumlah urine, reaksi pasien pada catatan perawat/ bidan

Referensi : https://www.academia.edu/38422222/SOP_PEMASANGAN_KATETER_doc

Keterampilan melakukan prosedur pada klien dengan gangguan sistem muskuloskeletal

Melatih ROM (range of motion)


Gerakan

Kepala
Kepala : Tundukkan kepala ke bawah menuju dada lalu kembalikan ke posisi
semula , naikkan kepala ke atas dan kembali ke bawah
Tangan
Bahu: Naikkan lengan ke atas dan kembalikan ke bawah
Abduksi adduksi : Gerakan lengan menjauhi dan mendekati tubuh
Siku: bengkokkan siku hingga jari-jari tangan menyentuh dagu kemudian kembalikan posisi
semula.
Pergelangan tangan: dibengkokkan ke bawah dan keatas

Memutar pergelangan tangan.

Gerakan jari jari tangan : Tangan mengenggam mengepal dan kembalikan ke posisi semula.

Gerakan jari jari tangan : Memutar jari jari tangan


Oposisi : Sentuhkan masing– masing jari tangan dengan ibu jari tangan

Kaki
Gerakkan atau tekuk lutut kearah paha kembalikan lutut atau kaki ke posisi semula.
Memutar telapak kaki ke samping dalam dan luar. Menekuk jari jari kaki ke bawah dan
kembalikan ke posisi semula. Regangkan jari-jari kaki yang satu dengan yang lainnya, rapatkan
kembali bersama-sama.

Sumber: Video Pembelajaran


-Latihan Gerakan ROM(Range Of Motion)
https://youtu.be/yUIITvL-Q80

Membantu latihan aktif pasif


Melatih ROM (range of motion)
Gerakan

Kepala
Kepala : Tundukkan kepala ke bawah menuju dada lalu kembalikan ke posisi
semula , naikkan kepala ke atas dan kembali ke bawah
Tangan
Bahu: Naikkan lengan ke atas dan kembalikan ke bawah
Abduksi adduksi : Gerakan lengan menjauhi dan mendekati tubuh
Siku: bengkokkan siku hingga jari-jari tangan menyentuh dagu kemudian kembalikan posisi
semula.
Pergelangan tangan: dibengkokkan ke bawah dan keatas

Memutar pergelangan tangan.

Gerakan jari jari tangan : Tangan mengenggam mengepal dan kembalikan ke posisi semula.

Gerakan jari jari tangan : Memutar jari jari tangan


Oposisi : Sentuhkan masing– masing jari tangan dengan ibu jari tangan

Kaki
Gerakkan atau tekuk lutut kearah paha kembalikan lutut atau kaki ke posisi semula.
Memutar telapak kaki ke samping dalam dan luar. Menekuk jari jari kaki ke bawah dan
kembalikan ke posisi semula. Regangkan jari-jari kaki yang satu dengan yang lainnya, rapatkan
kembali bersama-sama.

Sumber: Video Pembelajaran


-Latihan Gerakan ROM(Range Of Motion)
https://youtu.be/yUIITvL-Q80

Merawat pasien yang akan meninggal

Persiapan alat
1. Disediakan tempat tersendiri
2. Alat-alat pemberian O2
3. Alat resusitasi
4. Alat pemeriksaan vital sign
5. Pinset
6. Kassa,air matang,kom/gelas untuk membasahi bibir
7. Alat tulis
Prosedur
-Memberitahu pada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
-Mendekatkan alat
-Memisahkan pasien dengan pasien lain
-Mengizinkan keluarga untuk mendampingi,pasien tidak boleh ditinggalkan sendiri
-Membersihkan pasien dari keringat
-Mengusahakan lingkungan tenang,berbicara dengan suara lembut dan penuh perhatian,serta
tidak tertawa-tawa atau bergurau disekitar pasien
-Membasahi pasien dengan kassa lembab,bila tampak kering menggunakan pinset
-Membantu melayani dalam upacara keagamaan
-Mengobservasi tanda-tanda kehidupan(vital sign)terus menerus
-Mencuci tangan
-Melakukan dokumentasi tindakan
Sumber : Asuhan Keperawatan Pasien Menjelang Ajal
Anik Inayati https://youtu.be/QRLQxHET_7M

Anda mungkin juga menyukai