Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang mutlak dibutuhkan oleh setiap orang.
Dalam keadaan yang sehat, setiap orang bebas melakukan aktivitasnya tanpa
ada gangguan baik dari fisik maupun mentalnya. Sedangkan saat seseorang
mengalami sakit, ia akan mengalami gangguan pada aktivitasnya.
Pada keadaan itulah peran tenaga kesehatan sangant dibutuhkan.
Seluruh tenaga kesehatan dari berbagai bidang profesi memiliki tujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam mewujudkan
tujuannya tersebut, setiap tenaga kesehatan dibekali skill yang mumpuni
dalam melaksanakan setiap tindakan yang akan dilakukan.
Salah satu yang dapat menjadi gangguan pada aktivitas adalah ketika
seseorang mengalami gangguan pada bagian pencernaannya sehingga tidak
dapat melakukan aktivitasnya dengan bebas. Pada gangguan pencernaan,
tindakan yang dapat dilakukan pada beberapa kasus adalah dengan
pemasangan intubasi gastrointestinal.
Baik dokter maupun perawat yang akan melakukan tindakan
pemasangan intubasi gastrointestinal harus memahami dengan jelas semua
hal yang berhubungan dengan tindakan tersebut sehingga tujuan dari
tindakan intubasi gastrointestinal dapat tercapai dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari tindakan intubasi gastrointestinal?
2. Apakah tujuan dari melakukan tindakan intubasi gastrointestinal?
3. Apakah indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan intubasi
gastrointestinal?
4. Apakah jenis makanan yang dapat diberikan dengan selang
gastrointestinal?
5. Apakah macam-macam tipe intubasi gastrointestinal?
6. Bagaimana tindakan pemasangan intubasi gastrointestinal?
2

C. Tujuan Pembuatan Makalah


1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca
dapat mengetahui berbagai hal penting yang berhubungan dari
pemasangan gastrointestinal agar dapat menambah pemahaman lebih
mendalam mengenai pemasangan intubasi gastrointestinal ini.
2. Tujuan Khusus
a) Megetahui defini dari intubasi gastrointestinal.
b) Mengetahui tujuan intubasi gastrointestinal.
c) Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemasangan
gastrointestinal.
d) Mengetahui formula yang dapat diberikan pada intubasi
gastrointestinal.
e) Mengetahui tipe-tipe intubasi gastrointestinal.
f) Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan tindakan pemasangan
intubasi gastrointestinal.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Intubasi Gastrointestinal


Intubasi gastrointestinal adalah pemasukan selang plastik atau karet
fleksibel yang pendek atau panjang ke dalam lambung atau usus melalui mulut
atau hidung untuk (1) dekompresi lambung dan mengeluarkan gas dan cairan,
(2) mendiagnosa motilitas gastrointestinal, (3) memberikan obat-obatan dan
makanan, (4) mengobati obstruksi atau sisi perdarahan, atau (5) mengambil
kandungan lambung untuk analisis. Beberapa larutan diberikan melalui selang
baik yang diinjeksikan melalui spuit atau diberikan dengan drip yang diatur
oleh gravitasi atau pompa listrik. Aspirasi (penghisapan) untuk
menghilangkan gas dan caiaran dilakukan dengan menggunakan spuit, mesin
penghisap listrik, atau saluran penghisap yang tertempel di dinding.
Berbagai selang digunakan untuk dekompresi, aspirasi, dan irigasi
(lavase) (Miller-Abbott, Cantor, Harris, Ewald, Levin, Moss, Salem sump),
serta untuk mengontrol perdarahan dari varises esofagus (Sengstaken-
Blakemore); beberapa selang lain digunakan untuk memberikan makanan dan
obat-obatan (Levin, Moss, Dobhoff, Keofeed, Flexiflo, Nutriflex, dan
Entriflex). Selang ini dibuat dari bahan yang berbeda (karet, poliuretan,
silikon) dan panjangnya bervariasi (90 cm sampai 3 m), ukuran (6 sampai 18
Fr), tujuan, dan pemasangan di saluran gastrointestinal juga berbeda
(lambung, duodenum, jejenum).

B. Tujuan Intubasi Gastrointestinal


1. Mengeluarkan isi lambung
2. Memudahkan diagnosa klinik melalui analisa substansi lambung
3. Memberikan obat-obatan dan makanan
4. Mengobati obstruksi atau sisi perdarahan
5. Mengambil kandungan lambung untuk analisis
6. Persiapan sebelum operasi dengan general anestesi
4

C. Indikasi Intubasi Gastrointestinal


1. Persiapan praoperasi dengan diet enternal.
2. Masalah gastrointestinal dengan diet enternal.
3. Terapi kanker.
4. Koma atau kondisi hipermetabolik.
5. Kelemahan dan keracunan makanan.
6. Pasien dengan distensi abdomen karena gas dasar atau cairan.
7. Untuk diagnosa atau analisa isi lambung.
8. Retradasi mental.

D. Kontraindikasi Intubasi Gastrointestinal


1. Pasien dengan riwayat esophageal stricture dan esophageal varises.
2. Pasien dengan gastric bypass surgery.
3. Pasien koma (tanpa tindakan proteksi airway)
4. Pasien dengan maxillofacial injury atau anterior fossa skull fracture.
Metode infus kontinue digunakan bila makanan diberi ke dalam usus
halus, metode ini dipilih bila pasien beresiko terhadap aspirasi atau
toleransi yang buruk terhadap pemberian makanan per selang yang
digunakan untuk menurunkan distensi abdomen, residu lambung dan
resiko aspirasi, tetapi menggunakan biaya yang mahal dan kurang
fleksibel.

E. Formula Pemberian Makan Per-selang


1. Formula Blender.
2. Formula Polimerik (terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak)
3. Produk modular (produk modular mengandung satu nutrien utama seperti
protein dan karbohidrat)
4. Pulmocare bersifat tinggi lemak dan rendah karbohidrat pada PPOK
5. Jevity dan Enrich yang rendah serat dalam upaya untuk mengurangi terjadi
diare.
5

F. Tipe Intubasi Gastrointestinal


1. Intubasi dengan menggunakan “Selang Nasogastrik”
Selang Nasogastrik adalah selang pendek yang dimasukkan
melalui hidung atau mulut ke dalam lambung. Selang pendek yang umum
digunakan meliputi selang Levin, selang gastrik sump, selang Nutriflex,
selang Moss, dan selang Sengstaken-Blakemore.
a. Selang Levin
Selang Levin mempunyai lumen tunggal (No. 14 sampai 18 Fr)
dan dibuat dari plastik atau karet dengan lubang-lubang didekat
ujungnya. Selang ini digunakan pada orang dewasa untuk
menghilangkan cairan dan gas dari saluran gastrointestinal atas, untuk
mendapatkan spesimen isi lambung, untuk uji laboratorium, dan untuk
memberikan obat-obatan atau pemberian makan (gavase) secara
langsung ke dalam saluram gastrointestinal.
Tanda melingkar dan titik-titik khusus pada selang merupakan
pedoman untuk pemasangan. Tanda ini dibuat pada selang untuk
menunjukkan titik tengah. Selang dimasukkan dengan hati-hati sampai
tanda ini mencapai hidung klien, yang menunjukkan bahwa selang
sudah berada di lambung.
Selanjutnya letak selang dapat diperiksa dengan mengaspirasi
isi lambung dengan spuit dan menguji pH bahan yang diaspirasu. (pH
akan bervariasi sesuai sumber asalnya). Sinar-x merupakan satu-
satunya cara yang dapat secara tepat memastikan lokasi selang.

b. Selang Gastrik Sump


Selang gastrik sump (Salem, VENTROL) adalah selang
nasogastrik radiopaque, plastik jernih, dan berlumen ganda. Selang ini
digunakan untuk dekompresi lambung dan mempertahankannya tetap
kosong. Selang yang lebih kecil dibagian dalam melubangi selang
drainase-penghisap yang lebih besar di bagian ujung distal selang,
dengan demikian selang terbuka ke udara bebas. Selang ini masuk ke
6

dalam lambung dalam cara yang sama dengan selang Levin. Hal ini
dapat melindungi garis jahitan lambung karena jika digunakan dengan
tepat, selang penghisap (sump) mencegah kekuatan penghisap pada
lubang drainase, atau lubang keluar, lebih dari 25 mmHg, tingkat di
mana kapiler menjadi rapuh. Kerja ini dikontrol oleh selang penghidap
kecil (blue pigtail). Penghisapan terus menerus diatur pada tekanan
rendah 30 mmHg, dengan lubang penghisap luar tetap terbuka.
Apabila penghidap adalah intermiten, bukan kontinu, maka tekanan
diatur pada 80 sampai 120 mmHg pada waktu mencapai mukosa
lambung.
Untuk mencegah refluks isi lambung melalui lumen penghisap
(blue pigtail), lumen penghisap dipertahankan diatas gari tengah klien;
dengan demikian ini akan bekerja sebagai sifon. Irigasi dapat
dilakukan baik melalui lumen utama atau lumen penghisap; jika lumen
penghisap digunakan, irigasi harus diikuti dengan injeksi udara 20 ml,
untuk membersihkan lumen.

c. Selang Nutriflex
Selang nasogastrik Nutriflex panjangnya 76 cm (30 inci) dan
mempunyai ujung dengan pemberat air raksa untuk memudahkan
pemasukan. Selang ini dilapisi dengan pelumas hidromer yang
diaktifkan bila lembab.

d. Selang Moss
Selang dekompresi lambung nasoesofagus Moss panjangnya 90
cm (35 inci) dan mempunyai lumen tripel. Selang ini dibenamkan
dalam lambung dengan mengembangkan balon. Kateter dekompresi
mengaspirasi esofagus dan lambung sebagai lavase. Lumen ketiga
adalah untuk pemberian makan duodenal.

e. Selang Sengstaken-Blakemore
7

Selang S-B digunakan untuk mengatasi perdarahan varises


esofagus. Selang S-B mempunyai tiga lumen dengan dua balon. Balon
diperiksa terhadap adanya kebocoran udara dan ketepatan inflasi
sebelum selang dimasukkan. Satu lumen digunakan untuk
mengembangkan balon lambung; yang lain digunakan untuk
mengembangkan balon esofagus. Tekanan yang diinginkan pada setiap
balon adalah 25 sampai 30 mmHg. Selang harus diklem untuk
menjamin tekanan yang telah diatur. Pemeriksaan tekanan harus sering
dilakukan untuk mengetahui kebocoran udara yang tidak terdeteksi
dalam sistem tersebut. Lumen ketiga digunakan untuk lavase lambung
dan memantau perdarahan. Sepasang gunting ditempelkan dekat
tempat tidur sehingga selang dapat dipotong untuk mengempiskan
balon jika klien mengalami gawat napas. Apabila ini terjadi, dokter
diberi tahu dengan segera karena dapat terjadi risiko perdarahan ulang.

2. Intubasi dengan menggunakan “Selang Nasoenterik”


Selat Nasoenterik adalah selang panjang yang dimasukkan melalui
hidung melewati esofagus dan lambung masuk ke dalam saluran usus.
Selang ini digunakan untuk mengaspirasi isi usus, untuk mencegah
distensi pada lekukan-lekukan usus akibat gas dan cairan. Proses ini
disebut dekompresi. Tiga selang nasoenterik utama yang digunakan untuk
aspirasi dan dekompresi adalah selang Miller-Abbott, selang Harris, dan
selang Cantor. Selang ini digunakan untuk menghilangkan obstruksi usus
halus. Selang ini juga digunakan untuk menghilangkan obstruksi usus
halus. Selang ini juga digunakan secara profilaktik. Selang ini dimasukkan
pada malam hari sebelum operasi gastrointestinal untuk mencegah
obstruksi pascaoperatif.
Karena peristaltik mungkin muncul atau melambat selama 24
sampai 48 jam setelah pembedahan akibat efek anestesi dan manipulasi
viseral, penghisap nasogastrik atau nasoenterik digunakan untuk alasan
sebagai berikut :
8

a. Mengeluarkan cairan dan flatus, untuk mencegah muntah dan


mengurangi tegangan sepanjang garis insisi
b. Mengurangi edema, yang dapat menyebabkan obstruksi
c. Meningkatkan suplai darah ke garis jahitan, dengan demikian
memberikan nutrisi pada sisi pembedahan.
d. Untuk pemberian enteral pasca operatif
e. Meningkatkan penyembuhan luka
f. Meningkatkan motilitas lambung serta peristaltik sehingga
menurunkan lama perawatan pasca operatif di rumah sakit
Biasanya, seteah pembedahan selang dibiarkan ditempatnya sampai
peristaltik muncul, yang ditandai dengan adanya bising usus dan flatus.
9

BAB III
PEMBAHASAN
“PEMASANGAN INTUBASI GASTROINTESTINAL”

A. Intervensi Keperawatan untuk Intubasi Nasogastrik dan Nasoenterik


Intervensi keperawatan diatur dalam area berikut :
1. Menjelaskan pada klien tentang tujuan selang dan prosedur yang
diperlukan untuk memasang dan memasukkannya.
2. Mengidentifikasi sensasi yang diperkirakan selama pemasukan selang.
3. Pemasukan selang nasogastrik dan membantu dalam pemasukan selang
nasoenterik.
4. Memastikan pemasangan selang nasoenterik.
5. Memantau klien.
6. Memberikan higiene dan perawatan nasal dan oral.
7. Memantau komplikasi potensial.
8. Melepaskan selang.

B. Memberikan Instruksi
Sebelum klien diintubasi, perawat menjelaskan tujuan pemakaian
selang. Informasi ini dapat membuat klien lebih kooperatif dan mentoleransi
prosedur awal yang tidak menyenangkan. Aktivitas umum yang berhubungan
dengan pemasangan selang kemudian ditinjau ulang, termasuk kenyataan
bahwa klien harus bernafas melalui mulut dan mengingatkan bahwa prosedur
dapat menyebabkan refleks gangguan sampai selang telah melewati refleks
tersebut.

C. Pemasangan Selang
1. Pemasangan Nasogastrik Tube
10

a) Ukurlah tube untuk menandai panjang yang dikehendaki pada


pemasangan : jarak dari daun telinga ke batang hidung lalu ke
processus xipoideus, tandai tube dengan plester.
b) Tempatkan pasien pada posisi duduk dengan kepala fleksi ringan,
lindungi pakaian dengan tissue atau handuk.
c) Basahi ujung tube dengan jelly yang dapat larut air.
d) Masukkan tube dengan perlahan dan terus-menerus melalui hidung
ke dalam faring ; mintalah pasien untuk menelan berulang-ulang
pada saat tube dimasukkan sampai dengan tempat yang diberi
tanda.
e) Pastikan lokasi tube didalam lambung dengan salah satu metode
berikut :
 Hisap isi lambung ; tes dengan kertas lakmus untuk melihat
keasaman.
 Masukkan 20 ml udara kedalam tube sambil mendengarkan
abdomen dengan stetoskop ; bunyi gemuruh akan terdengar
bila tube dalam kedudukan yang tepat didalam lambung.
f) Rekatkan tube ke hidung dengan plester.

2. Pemasangan Intestinal Tube


Tube intestinal dipasangkan melalui urutan yang sama seperti tube
nasogastrik. Setelah tube intestinal mencapai lambung pasasenya
malalui pilorus kedalam duodenum, dapat dipermudah dengan posisi
dan aktivitas.
a) Usahakan pasien melakukan posisi-posisi berikut :
 Miring kekanan selama 2 jam, lalu
 Berbaring terlentang dengan kepala diangkat selama 2 jam, lalu
 Miring ke kiri selama 2 jam.
b) Usahakan agar ambulasi pasien mengikuti pasase tube kedalam
pilorus (seringkali terjadi dikaji dengan film x-ray)
11

c) Dorong maju tube sepanjang 2-10 cm (1-4 inchi) pada interval


tertentu untuk mengendurkan tube sehingga mengikuti gerakan
peristaltik.
d) Rekatkan tube ke muka klien ketika titik yang dikehendaki sudah
tercapai : gulungkan tube yang diluar pada tempat tidur atau
sematkan pada pakaian pasien.

Tube intestinal biasanya dimonitor film x-ray untuk melihat tanda-


tanda adanya gulungan atau “Telescoping” pada tube. Telescoping adalah
pergerakan usus sepanjang bagian yang ada tubenya yang menimbulkan
intususpensi (bagian yang satu menerobos bagian yang lain) merupakan
komplikasi yagn serius.

D. Memberikan Higiene dan Perawatan Oral Nasal


Higiene oral dan nasal secara reguler dan cermat merupakan bagian
penting dari perawatan klien, yang menggunakan selang selama beberapa hari.
Swab berujung kapas yang dilembabkan dapat digunakan untuk
membersihkan hidung, diikuti dengan pembersihan dengan minyak larut air
untuk pelumasan.
Perawatan mulut yang sering, akan membuat klien merasa nyaman.
Plester nasal diganti setiap 2 hari dan hidung diinspeksi terhadap adanya
iritasi kulit. Bila mukosa nasal dan faring sangat kering, lembabkan atau
inhalasi uap dingin mungkin menguntungkan.

E. Pemantauan dan Penatalaksaan Komplikasi Potensial


Klien dengan intubasi nasogastrik atau nasoenterik rentang terhadap
berbagai masalah, termasuk kekurangan volume cairan, komplikasi paru, dan
iritasi karena selang. Potensial komplikasi ini memerlukan pengkajian cermat
secara terus-menerus, sebagai berikut :
Kekurangan Volume Cairan
1. Gejala - gejala yang menunjukan kekurangan volume cairan mencakup :
a. Kekeringan kulit dan membran mukosa
12

b. Penurunan pengeluaran urin


c. Letargi dan kelelahan
d. Penurunan suhu tubuh
2. Pengkajian kekurangan volume cairan mencakup mempertahankan catatan
akurat tentang hal berikut :
a. Drainase- jumlah, warna, dan tipe, setiap 8 jam
b. Jumlah cairan yang dimasukkan dengan irigasi selang nasogastrik dan
jumlah air yang diminum. Larutan isotonik, seperti salin normal,
digunakan untuk irigasi untuk menghindari kehilangan elektrolit melalui
drainase lambung.
c. Jumlah dan karakter muntahan, bila ada.
d. Keseimbangan cairan selama 24 jam.
e. Air yang diberikan dengan selang pemberian makan.
f. Durasi adanya periode dimana alat penghisap tampak tidak berfungsi.
g. Efek yang dihasilkan oleh pengobatan.

Komplikasi Paru
1. Intubasi nasogastrik meningkatkan insiden komplikasi paru pasca operasi
dengan mempengaruhi batuk dan pembersihan faring.
2. Perawat mengkaji bidang paru dengan teratur, melalui auskultasi, untuk
menentukan adanya kongesti. Selain itu, klien dianjurkan untuk batuk dan
nafas dalam dengan teratur. Perawat juga dengan cermat memastikan
penempatan selang yang tepat sebelum memasukkan cairan dan obat-
obatan.

Iritasi yang berhubungan dengan Selang


1. Dalam meberikan hygiene oral, perawat dengan cermat mengobservasi
membran mukosa akan adanya tanda-tanda iritasi atau kering berlebihan.
Selain itu, perawat mempalpasi area disekitar parotis untuk mendeteksi
adanya sariawan atau benjolan dan adanya iritasi kulit atau membran
mukosa atau nekrosis.
13

2. Hidung,mukosa oral, esofagus, dan trakea rentan terhadap iritasi dan


nekrosis. Area yang nampak di inspeksi dengan sering dan keadekuatan
hidrasi dikaji. Selain itu, klien dikaji untuk adanya esofagitis dan trakeitis.
Gejala-gejala mencakup sakit tenggorok dan suara serak.

 Mencegah Cedera
Tekanan tube terhadap lubang hidung dapat menimbulkan iritasi dan
kerusakan jaringan. Mukosa orofaring atau kelenjar parotid mungkin
menjadi meradang akibat selaput mukosa yang kering ditimbulkan oleh
pernapasan mulut (tersumbatnya lubang hidung) atau dari bakteri
gastrointestinal yang menjalar keatas dari tube. Rasa tidak nyaman pada
sudut tulang rahang dapat mengindikasikan adanya parotitis. Metode-
metode untuk mencegah cedera akibat intubasi lambung adalah sebagai
berikut :
1. Rekatkan tube secara aman kepada ujung hidung sehingga ia tidak
menekan ujung hidung.
2. Sematkan tube dengan longgar ke pakaian untuk menahan berat tube
dan memungkinkan bebasnya pergerakkan kepala.
3. Cegahlah peradangan oral :
a. Jagalah kelemahan selaput mukosa oral.
b. Berikan perawatan mulut dengan sering.
c. Berikan permen keras (rasa aman) untuk ditelan agar merangsang
aliran air liur.

 Meningkatkan Rasa Nyaman


Keberadaan tube pada nasofaring menyebabkan rasa tidak nyaman
lokal dan pasien mengeluh kesulitan menelan, luka tenggorokan, suara
serak, sakit telinga atau iritasi ujung hidung. Metode-metode untuk
menignkatkan rasa nyaman adalah seperti berikut :
1. Bersihkan sekresi yang keluar disekeliling lubang hidung.
14

2. Oleskan jelly yang larut dalam air sebagai pelicin pada tube dan pada
ujung hidung untuk mencegah sekret menumpuk.
3. Lakukan usaha untuk menghilangkan sakit tenggorokan dengan
menggunakan :
a) Kumur-kumur air garam hangat.
b) Kompres es pada leher.
c) Sering merubah posisi untuk mengurangi tekanan tube pada
tenggorokan.
4. Gunakan posisi fowler rendah atau sedang (kecuali kontra indikasi)
untuk mencegah aliran balik ke nesofagus (nyri ulu hati)

F. Pengangkatan Selang
1. Sebelum mengangkat selang, perawat dapat mengklam selang secara
intermitten dan melepaskan klam selang nasogastrik selama periode
percobaan 4 jam untuk menjamin bahwa klien tidak mengalami mual,
muntah, atau distensi.
2. Pakai sarung tangan pada saat mengangkat selang. Sebelum
mengangkatnya, selang dibilas dengan salin normal 10 ml untuk
menjamin bahwa selang bebas dari debris dan jauh dari garis lambung ;
kemudian balon (bila ada) dikempiskan selang ditarik dengan perlahan
dan halus, selama 15- 20 cm (6-8 inci), pada interval 10 menit, sampai
ujung selang mencapai esofagus ; sisanya ditarik dengan cepat dari
hidung.
3. Apabila selang tidak dapat keluar dengan mudah, jangan dipaksakan
dan masalah dilaporkan.
4. Saat selang ditarik, letakkan selang dalam handuk, karena mungkin
tidak menyenangkan apabila terlihat oleh klien.
5. Setelah selang diangkat, lakukan hygiene oral.
15

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat ditarik kesimpulan bahwa intubasi
gastrointestinal dapat digunakan untuk membantu tenaga medis dalam
tindakan pengobatan kliennya. Dalam pemasangan intubasi gsastrointestinal
ini, banyak sekali hal-hal yang perlu diperhatikan. Sehingga sebagain calon
tenaga kesehatan profesional yang nantinya akan melaksanakan tindakan
ini, kita perlu memahami dengan pasti bagaimana tindakan ini dapat
dilakukan sehingga tujuan pemasangan intubasi gastrointestinal dapat
berjalan dengan baik.

B. Saran
Kami menyarankan kepada seluruh calon tenaga kesehatan yang
nantinya akan berhubungan langsung dengan klien agar dapat memahami
dengan baik setiap tindakan yang akan dilakukan sehingga tujuan menjadi
seorang tenaga kesehatan yang profesional dapat berjalan terlaksana dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai