Anda di halaman 1dari 6

endi ekayana

Senin, 15 Juli 2013


LP Pengukuran Tekanan Vena Jugularis ( JVP )

LAPORAN PENDAHULUAN
Pengukuran Tekanan Vena Jugularis (JVP)

1. Pengertian tentang Tindakan


Jugular venous pressure (JVP) atau tekanan vena jugularis adalah tekanan sistem
vena yang dapat diamati secara tidak langsung. Pengukuran tekanan vena jugularis
merupakan tindakan mengukur besarnya jarak pertemuan dua sudut antara pulsasi vena
jugularis dan sudut sternum tepatnya di Angle of Louis yang berguna untuk mengetahui
tentang fungsi jantung klien.
Pengukuran system sirkulasi vena sendiri dapat dilakukan denganmetode non-invasif
dengan menggunakan vena jugularis (externa dexter) sebagai pengganti sphygmomanometer
dengan titik nol (zero point) di tengah atrium kanan. Titik ini kira- kira berada pada
perpotongan antara garis tegak lurus dari angulus Ludovici ke bidang yang dibentuk kedua
linea midaxillaris. Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal dengan posisi tegak. Ia
baru terlihatmpada posisi berbaring di sepanjang permukaan musculus
sternocleidomastoideus. VP yang meningkat adalah tanda klasik hipertensi vena (seperti
gagal jantung kanan). Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai distensi vena jugularis, yaitu
JVP tampak hingga setinggi leher; jauh lebih tinggi daripada normal.
2. Tujuan dari Tindakan
Pengukuran tekanan JVP bertujuan untuk:
a. Untuk melihat adanya distensi vena jugularis.
b. Memperkirakan tekanan vena sentral (CVP).
c. Memberikan informasi mengenai fungsi jantung, terutama ventrikel kanan, fungsi paru, dan
merupakan komponen terpenting untuk menilai volume darah.
d. Mengetahui ada atau tidaknya distensi vena jugularis, dan untuk mengetahui tekanan vena
sentral.
e. Untuk mencapai diagnosis dan memantau terapi untuk klien dengan penyakit jantung.
3. Kompetensi Dasar yang Harus Dimiliki untuk Melakukan Tindakan
Denyut vena jugularis (jugularis venous pressure (JVP)) memberikan informasi
langsung mengenai tekanan di jantung kanan, karena sistem jugular berhubungan langsung
dengan atrium kanan. Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal dengan posisi tegak.
Vena jugularis baru terlihat pada posisi berbaring di sepanjang permukaan musculus
sternocleidomastoideus. Pada orang sehat, JVP maksimum 3-4cm di atas sudut sternum.
Distensi vena jugularis disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan pengisian pada sisi
kanan jantung. Distensi >2 cm pada klien dalam posisi duduk, dapat mengindikasikan
kelebihan volume cairan. Naiknya JVP yang diikuti dengan suara jantung ketiga, merupakan
tanda yang spesifik dari gagal jantung (De Laune, 2002).

a. Mengetahui anatomi dan fisiologi tubuh, khususnya tentang vena jugularis.


b. Mengetahui patofisiologi terkait vena jugularis, misal terkait masalah jantung (CHF, infark,
serosis hati, penyakit ginjal yang terkait dengan overload cairan).
c. Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan keabnormalan vena jugularis.
d. Jugular venous pressure (JVP) biasanya diperlihatkan sebagai tinggi vertical pembuluh vena
(cm) dihubungkan dengan sudut sternum (angle of Louis).
e. Sudut sternum terletak 5cm diatas atrium kanan pada dewasa (tidak berubah meskipun pada
posisi supine, semi fowler, fowler atau duduk), tekanan hidrostatik di atrium kanan (cm H2O)
setara dengan tinggi vertical (cm) kepala vena diatas sudut sterna ditambah 5cm.
f. Pada kondisi klien yang normal, kepala pulsasi vena jugular biasanya terlihat setinggi
klavikula saat posisi tubuh dinaikan dengan sudut 450.
g. Dengan kata lain, JVP dengan nilai lebih dari 5cm diatas sudut sternal disebut terjadi
peningkatan.

4. Indikasi, Kontraindikasi, Komplikasi dari Tindakan


INDIKASI
Pengukuran tekanan vena jugularis dilakukan ketika terdapat tanda permasalahan atau
kegagalan jantung pada seorang klien, seperti hipertrofi ventrikel kanan, stenosis katup
trikuspid, stenosis pulmonal, hipertensi pulmonal, inkompetensi katup trikuspid, tamponade
jantung, perikarditis, dan masalah jantung lain (Gray, 2002).
a. Pasien yang menerima operasi jantung sehingga status sirkulasi sangat penting diketahui.
b. Pasien yang mendapat obat vasoaktif, nutrisi parenteral, atau jika vena perifer tidak adekuat
c. Pasien dengan distensi unilateral
d. Pasien dengan trauma mayor
e. Pasien yang sering diambil darah venanya untuk sampel tes laboratorium
f. Pasien yang diberi cairan IV secara cepat;
KONTRAINDIKASI
Pengukuran JVP tidak dilakukan pada pasien dengan :
a. SVC sindrom
b. Infeksi pada area insersi.
c. Koagulopati
d. Insersi kawat pacemaker
e. Disfungsi kontralateral diafragma
f. Pembedahan leher
KOMPLIKASI
a. Hematoma local
b. Sepsis
c. Disritmia
d. Tamponade perikard
e. Bakteriemia
f. Emboli udara
g. Pneumotoraks

5. Alat dan Bahan yang Digunakan


a. Penggaris sentimeter 2 buah
b. Bantal 1 buah
c. Senter
d. Bed pasien
6. Anatomi Daerah yang akan Menjadi Target Tindakan

Vena yang paling mudah dijangkau adalah vena jugularis interna dan eksterna di
leher. Kedua vena mengalir secara bilateral dari kepala dan leher ke dalam vena kava
superior.Jugularis eksterna terdapat di permukaan dan dapat dilihat tepat di atas klavikula.
Jugularisinterna terletak lebih dalam, sepanjang arteri karotid.
Pemeriksaan yang terbaik adalah memeriksa jugularis interna kanan karena mengikuti
jalur anatomik yang lebih langsung ke atrium kanan jantung. Kolumna darah di dalam
jugularis interna bertindak sebagai manometer, mencerminkan tekanan di atrium kanan.
Semakin tinggi kolumna makan semakin besar tekanan vena. Tekanan vena yang meningkat
mencerminkan gagal jantung kanan. Normalnya pada saat klien berbaring pada posisi
telentang, vena jugularis eksterna terdistensi sehingga menjadi mudah dilihat. Sebaliknya,
vena jugularis biasanya tenggelam pada saat klien berada pada posisi duduk. Namun, klien
dengan penyakit jantung dapat mengalami distensi vena jugularis pada saat duduk.
7. Aspek Keamanan dan Keselamatan yang harus Diperhatikan
a. Posisi pasien, nyaman atau belum
b. Memastikan leher dan thoraks telah terbuka
c. Menghindari hiperekstensi atau fleksi leher
d. Mengkaji tingkat kesadaran pasien
e. Memasang restrain

8. Protokol atau Tahapan Prosedur Tindakan


a. Minta klien berbaring telentang dengan kepala ditinggikan 30 45 derajat (posisi semi
Fowler).
b. Gunakan bantal untuk meluruskan kepala. Hindari hiperekstensi atau fleksi leher untuk
memastikan bahwa vena tidak teregang.
c. Biasanya pulsasi tidak terlihat jika klien duduk. Ketika posisi klien telentang, tinggi pulsasi
mulai meningkat di atas tinggi manubrium, yaitu 1 atau 2 cm di saat klien mencapai sudut 45
derajat. Mengukur tekanan vena dengan mengukur jarak vertical antara sudut Angle of Louis
dan tingkat tertinggi titik pulsasi vena jugularis interna yang dapat terlihat.
d. Gunakan dua penggaris. Buat garis dari tepi bawah penggaris biasa dengan ujung area
pulsasi di vena jugularis. Kemudian ambil penggaris sentimeter dan buat tegak lurus dengan
penggaris pertama setinggi sudut sternum. Ukur dalam sentimeter jarak antara penggaris
kedua dan sudut sternum.
e. Ulangi pengukuran yang sama di sisi yang lain. Tekanan bilateral lebih dari 2,5 cm dianggap
meningkat dan merupakan tanda gagal jantung kanan. Peningkatan tekanan di satu sisi dapat
disebabkan oleh obstruksi.

9. Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Tindakan


Jika vena jugularis interna sulit dicari, dapat dicatat denyut vena jugularis eksterna.
Vena ini lebih supervisial dan terlihat tepat di atas klavikula di sebelah otot
sternokleidomastoid, dan biasanya mengalami distensi jika pasien berbaring dengan posisi
supine pada tempat tidur atau meja pemeriksaan. Ketika kepala pasien dinaikkan, distensi
vena ini akan menghilang. Vena ini normalnya tidak akan terlihat bila kepala dinaikkan 30
derajat. Distensi yang jelas saat kepala dinaikkan 45-90 derajat menunjukkan peningkatan
abnormal volume sistem vena. Hal tersebut berhubungan dengan gagal jantung kanan atau
obstruksi aliran darah vena kava superior, atau embolisme paru masif akut, meskipun hal ini
jarang terjadi (Smeltzer & Suzanne,2002).
10. Hal-hal penting yang harus di dokumentasikan setelah melakukan tindakan
a. Tingkat kesadaran klien
b. Pernapasan klien
c. Suhu klien
d. Penampakan fisik klien : dilihat keabnormalan yang terjadi, misal edema.
e. Bentuk, dan penampakan fisik vena jugularis
f. Hasil pengukuran :tekanan bilateral yang diperoleh
Referensi

De Laune, S.C., Ladner, P. K. (2002). Fundamentals of nursing: standards and practice


(2ndEd.). New York: Delmar
Gray, H.H., et al. (2002). Lecture notes on cardiology. Diterjemahkan oleh Prof. Dr. H.
Anwar Agoes, DAFK, Sp. FK dan dr. Asri Dwi Rachmawati. Erlangga: Jakarta
Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. (Ed 4). (Vol. 1). Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzzane C., Bare, Brenda G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah
Brunner & Suddarth. (Ed 8). (Vol. 2). Jakarta: EGC
Diposting oleh endi ekayana di 02.25
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)
Google+ Badge
Google+ Followers
Arsip Blog
2015 (1)

2014 (3)

2013 (4)
o Oktober (1)
o September (1)
o Juli (2)
Cedera Kepala
LP Pengukuran Tekanan Vena Jugularis ( JVP )

Mengenai Saya

Hendi Ekayana
Lihat profil lengkapku
Gambar tema oleh jallfree. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai