Askep Hemoroid Efendi Puji Saputra
Askep Hemoroid Efendi Puji Saputra
DISUSUN OLEH
A.11.11.051
PALEMBANG
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat .waktu. Makalah
yang berjudul“ ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID “ guna disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Selain itu pembaca diharapkan dapat memahami tentang gejala-gejala hemoroid secara baik
dan benar setelah membaca makalah ini. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ns.aliyah,S.Kep selaku dosen pembimbing
2. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah.
3. Orang tua kami yang selalu memberi support yang positif dan do’a
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan khususnya dan umumnya bagi
pembaca.
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
BAB II KONSEP DASAR
2.1 Definisi
2.2 Anatomi dan Fisiologi
BAB III KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena
yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan
oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah
melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemorod yang
terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod
eksternal. (brunner & suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan
meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan
ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien hemoroid.
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. (dr.delken kuswanto)
Hemoroid adalah bagian vena verikosa pada kanalis ani, hemoroid timbul akibat kongesti
vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik, banyak terjadi pada usia diatas 25 tahun.( Price
dan Wilson, 2006 )
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid internal yaitu
hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal disebut
hemoroid eksternal.( Suzanne C. Smeltzer, 2006 )
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari
fleksus hemoroidalis yang merupakan keadaan patologik.( Sjamsuhidayat, R. – Wim de Jong,
2010 )
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus
vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum
sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ),
kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara
ketiga letak primer tesebut. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan
pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam
jaringan di bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan
merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus
hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena
porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah
perineum dan lipat paha ke vena iliaka.
2.3 Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
2.3.1 Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh darah
pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul
menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.
Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :
Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.
Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi
seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong
Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi tidak dapat
di masukan lagi.
2.3.2 Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah otot dan
berhubungan dengan kulit. biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di
klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
1. Sering rasa sakit dan nyeri
2. Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit .
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus
yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2.4 Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum.
2.5 Patofisiologi
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi, konstipasi
menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi yang tekanna yang berulang-ulang
mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala gatal
atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu
kuat dan feses yang keras menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan peradangan akibat
infeksi yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan.
Mengedan saat defekasi Konstipasi menahun Kehamilan Obesitas
Hemoroid
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar.
2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang
baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi.
2. Penatalaksanaan Surgikal
Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV.
1. Bedah Konvensional
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga
tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal.
3. Bedah Stapler
Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter,
terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
2.9 Komplikasi
1. Terjadi trombosis
Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena
disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
3. Terjadinya perdarahan
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan
anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar.
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau
nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit
4. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit
Eliminasi
Gejala : perubahan pola defekasi
Perubahan Karakteristik
Tanda : nyeri tekan abdomen , distensi
Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)
Akonstipasi dapat terjadi
Nutrisi :
Gejala : Penurunan berat badan
Anoreksia
Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah
Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur
Terasa nyeri pada anus saat tidur
Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
Mobilisasi
Gejala : membatasi dalam beraktifitas
Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena plexus
hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu BAB.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang ditandai
benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
3. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada daerah
eksternal.
Postoperasi
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan
pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
2. Resikol terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan
dirumah.
3. Intervensi
Preoperatif
4. Pasien dengan
5. Pasien dengan
pecahnya vena
flexus
hemmoroidalis
perlu obat yang
dapat membantu
pencegahan
terhadap
perdarahan yang
memerlukan
penilayan terhadap
respon obat tersebut
secara periodik.
7. Dapat melunakan
feces dan dapat
mengurangi pasien
agar tidak mengejan
saat defikasi.
Postoperatif
6. Pengetahuan
tentang manfaat
cerobong anus
dapat membuat
pasien paham
guna cerobong
anus untuk
kesembuhan
lukanya.
3. Mencegah
meluas dan
membatasi
penyebaran luas
infeksi atau
kontaminasi
silang.
4. mengurangi /
mencegah
kontaminasi
daerah luka.
5. mengurangi
ransangan pada
anus dan
mencegah
mengedan pada
waktu defikasi.
8. Menurunkan
tekanan intra
abdominal yang
tidak perlu dan
tegangan otot.
BAB III
KASUS
Ny. B ( 37 th ) didiagnosa hemoroid sejak kehamilan anak keduanya. Hemoroid semakin
parah setelah klien melahirkan anak kembarnya secara normal kurang lebih 1,5 tahun yang lalu.
Sejak saat itu klien mengalami hemoroid yang sering kambuh dan sembuh dengan pengobatan.
Saat ini klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus. Nyeri saat duduk dan
berbaring terutama saat tidur malam hari. Klien menceritakan BAB terakhir seminggu yang lalu
terasa sangat nyeri dan keluar darah segar bersama feses, bahkan darah menetes setelah BAB.
Menurut klien BAB terakhir sangat keras, sehingga harus mengedan karenanya hemoroid klien
kambuh lagi. Menurut klien, pola BABnya memang tidak normal dari dulu, klien BAB 1-2 /
minggu walaupun sering makan sayur dan buah – buahan. Klien mengatakan saat ini hampir
seminggu belum BAB karena takut merasakan nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya.
Perawat melakukan pemeriksaan fisik didapatkan data : TD = 90/60 mmHg , N = 96x/
menit, S = 36,70C , P = 18x/ menit. Klien tampak lemah, konjungtiva pucat, distensi abnomen
( + ), teraba massa pada regio bawah abdomen, pemeriksaan anus adanya benjolan di bawah kulit
kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru – biruan , berukuran kurang lebih 1cm,
benjolan harus di dorong dengan tangan agar masuk ke dalam anus. Hasil Lab Hb = 8.9 gr / dl,
dokter mengatakan klien menderita hemoroid derajat III dan disarankan untuk melakukan
hemoroidektomi. Klien mengaku cemas untuk melakukan operasi, klien lebih memilih
pengobatan seperti biasanya.
1. Data Fokus
Ds :
1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus.
2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan berbaring terutama saat tidur malam hari.
3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah srgar
bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB.
4. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga harus mengedan karena hemoroid
klien kambuh lagi.
5. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal dari dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu,
walupun sering makan sayur dan buah-buahan.
6. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB karena takut meresakan nyeri
dan perdarahan seperti sebelumnya.
7. Klien mengatakan hemoroid semakin parah setelah klien melahirkan anak kembarnya
secara normal kurang lebih 1,5 tahun yang lalu.
8. Klien mengatakan hemoroid sering kambuh dan sembuh dengan pengobatan.
9. Klien mengaku cemas untuk operasi, klien memilih pengobatan seperti biasa.
Do :
1. TTV : TD = 90/60 mmHg, N = 96 X /menit, S = 36,7 oC, P = 18 X /menit
2. Klien tampak lemah
3. Konjungtiva pucat
4. Distensi abdomen (+)
5. Teraba massa pada regio bawah abdomen
6. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang,
berwarna kebiru – biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan agar
masuk kedalam anus.
7. Hasil Lab : Hb = 8,9 gr/dl
8. Dokter mengatakan klien menderita hemoroid derajat III dan disarankan untuk
melakukan hemoroidektomi.
Analisa Data
No. Ds & Do Masalah Etiolgi
keperawatan
1. Ds : Konstipasi Ketaku
1. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat tan
nyeri dan keluar darah segar bersama dengan feses,bahkan nyeri
darah menetes saat BAB. saat
2. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga harus defekas
mengedan karena hemoroid klien kambuh lagi. i
3. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal dari
dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu, walupun sering makan
sayur dan buah-buahan.
4. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB
karena takut meresakan nyeri dan perdarahan seperti
sebelumnya.
Do :
1. Distensi abdomen (+)
2. Teraba massa pada regio bawah abdomen.
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis
analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–biruan,
berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan
agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. Pola BAB tidak teratur.
2. Karakteristik feses (warna,konsistensi).
2. Ds : Nyeri Adanya
1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus. hemoro
2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan berbaring id pada
terutama saat tidur malam hari. daerah
3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat anus
nyeri dan keluar darah srgar bersama dengan feses,bahkan
darah menetes saat BAB.
Do :
1.TTV :
TD = 90/60 mmHg
2. Distensi abdomen (+)
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis
analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–biruan,
berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan
agar masuk kedalam anus.
Data tambahan :
1. skala nyeri 7
2. klien tampak meringis
3. klien tampak memegangi daerah nyeri.
4. klien tidak dapat tidur.
3. Ds : klien mengeluh BAB seminggu yang lalu karena keluar Kelemahan Perdara
darah segar bersama feses bahkan darah menetes saat BAB han
DO : vena
1. TTV : TD = 90/60 mmHg hemorr
2. klien tampak lemah hoidali
3. Konjungtiva pucat s
4. hasil lab :
Hb= 8,9 gr/dl
Data Tambahan :
1. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri.
2. Klien cepat lelah setelah beraktivitas.
3. Banyaknya aktifitas klien yang dibantu oleh orang lain
2. Diagnosa keperawatan :
1. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan nyeri saat defekasi.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Kelemahan berhubungan dengan perdarahan vena hemorrhoidalis.
3. Intervensi
KH : liter feses
program hemoroid
dokter.
5. pastikan
kebiasaan
defekasi
9. mempertimbangk
pasien dan
an pilihan menu
gaya hidup
dapat membantu
sebelumnya
dalam mengontrol
6. anjurkan
masalah
makanan /
10. meningkatkan
cairan yang
relaksasi otot,
tidak
meminimalkan
mengiritasi
ketidaknyamanan
jika masukan
oral diberikan 11. makanan ini
7. yakinkan pola diketahui sebagai
diet / pilihan penyebab
makanan konstipasi
8. berikan
rendam duduk
9. kurangi /
batasi
makanan
seperti produk
susu
6. Menurunkan
ketidaknyamanan
fisik.
7. Mengurangi nyeri
dan menurunkan
rangsang sistem
saraf simpatis dan
untuk mengangkat
hemoroid.
4. Implementasi
5. Evaluasi.
12 Januari 2011 1 S:
1. Klien mengatakan pada saat
BAB tidak merasakan nyeri.
2. Klien mengatakan sudah
tidak mengedan berlebihan
saat BAB.
3. Klien mengatakan pola BAB
sudah teratur ( 1-2x
/minggu).
4. Klien mengatakan sudah
tidak takut lagi pada saat
BAB.
O:
1. Distensi abdomen (-)
2. Tidak teraba massa pada regio
bawah abdomen.
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Faktor penyebab terjadinya hemoroid pada Ny. B adalah mengedan saat defekasi,
konstipasi menahun, dan kehamilan. Ketiga hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi tekanan yang berulang-ulang
mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala
perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras menimbulkan perdarahan.
Proses di atas menimbulkan diagnosa konstipasi, nyeri dan kelemahan.
Pada kasus ditemukan data yang tidak terdapat pada teori antara lain hemoroid
menyebabkan rasa panas pada daerah anus karena adanya tekanan berlebih saat duduk dan
berbaring. Klien mengalami hemoroid interna karena pada saat pemeriksaan, benjolan masih
dapat didorong dengan tangan agar masuk ke dalam anus.
Pada teori dilakukan pemeriksaan diagnostik antara lain: inspeksi dan rektaltouche (colok
dubur), anoskopi atau rectoscopy, proktosigmoidoskopi, rontgen, kolonoskopi, pemeriksaan
darah, urin, dan feses sebagai pemeriksaan penunjang. Sedangkan pada kasus, klien hanya
melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah (Hb). Hal ini dikarenakan pada kasus
ini, hemoroid sudah masuk ke derajat III sehingga dapat dikaji hanya dengan melakukan
pemeriksaan fisik.
Kami mengangkat diagnosa utama konstipasi berhubungan dengan ketakutan nyeri saat
defekasi dikarenakan pada kasus, klien mengalami konstipasi akibat menahan BAB karena takut
merasakan nyeri dan perdarahan saat BAB.
Kami mengangkat diagnosa ketiga kelemahan berhubungan dengan perdarahan vena
hemorrhoidalis karena pada kasus, saat klien BAB darah keluar bersama feses dan darah menetes
setelah BAB sehingga Hb klien rendah yaitu 8,9 g/dl. Hal ini terjadi karena banyak sel darah
merah keluar dari tubuh saat perdarahan sehingga banyaknya darah yang diedarkan ke seluruh
tubuh menjadi berkurang. Berdasarkan diagnosa ketiga klien tampak lemah dan konjungtiva
pucat.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1. 5.1 Simpulan
Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih
dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah
timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga
aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya
adalah terjadi trombosis,peradangan,dan terjadi perdarahan.Hemoroid juga dapat menimbulkan
cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
1. 5.2 Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya
pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya
hemoroid dengan cara :
1. Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.
2. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.
3. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar
hemoroid.
4. Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi hemoroid.
5. Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah mencapai
derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.