Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID

DISUSUN OLEH

EFENDI PUJI SAPUTRA

A.11.11.051

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

PALEMBANG

2012/2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat .waktu. Makalah
yang berjudul“ ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID “ guna disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Selain itu pembaca diharapkan dapat memahami tentang gejala-gejala hemoroid secara baik
dan benar setelah membaca makalah ini. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1.    Ns.aliyah,S.Kep selaku dosen pembimbing
2.    Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah.
3.    Orang tua kami yang selalu memberi support yang positif dan do’a
     Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah selanjutnya.
     Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan khususnya dan umumnya bagi
pembaca.

palembang, oktober 2012

                                                                                  Penyusun

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan
BAB II KONSEP DASAR
2.1 Definisi
2.2 Anatomi dan Fisiologi
BAB III KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1

PENDAHULUAN
1.Latar Belakang

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena
yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan
oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah
melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemorod yang
terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod
eksternal. (brunner & suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan
meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan
ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien hemoroid.

1.2.2 Tujuan Khusus


(1). Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan pada klien hemoroid.
(2). Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien hemoroid.
(3). Mahasiswa dapat menambah wawasan baru mengenai angka kejadian penyakit hemoroid.

BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. (dr.delken kuswanto)
Hemoroid adalah bagian vena verikosa pada kanalis ani, hemoroid timbul akibat kongesti
vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik, banyak terjadi pada usia diatas 25 tahun.( Price
dan Wilson, 2006 )
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid internal yaitu
hemoroid yang terjadi diatas spingter anal sedangkan yang muncul di spingter anal disebut
hemoroid eksternal.( Suzanne C. Smeltzer, 2006 )
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari
fleksus hemoroidalis yang merupakan keadaan patologik.( Sjamsuhidayat, R. – Wim de Jong,
2010 )

2.2 Anatomi dan Fisiologi


Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula mengikuti
cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada
ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis. Akhirnya
rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lamban dan tidak teratur,
berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra; (2)
peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik
ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini
timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah makan,
khususnya setelah makanan pertama masuk pada hari itu.
Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul
dan bertanggung jawab atas kontraksi rektum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu
rektum yang mengalami distensi berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga
menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang.
Di bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap – sayap ke dalam lumen
rektum, dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu lipatan yang
lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari anus. Melalui
kontraksi serabut – serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan pada kontraksi
serabut otot longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.

Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus
vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum
sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ),
kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara
ketiga letak primer tesebut. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan
pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam
jaringan di bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan
merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus
hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena
porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah
perineum dan lipat paha ke vena iliaka.
2.3 Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
2.3.1 Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh darah
pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul
menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.
Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :
Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.
Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi
seterlah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.

Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong

Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi tidak dapat
di masukan lagi.
2.3.2 Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah otot dan
berhubungan dengan kulit. biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di
klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
1. Sering rasa sakit dan nyeri
2. Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit .
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus
yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
2.4 Etiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Beberapa factor etiologi telah digunakan, termasuk konstipasi/diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prosfat; fibroma arteri dan tumor rectum.

Faktor Resiko hemoroid :


1. Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis
2. Anatomic
Vena darah anorektal tidak mempunyai katup dan plexus hemorhoidalis kurang mendapat
sokongan otot dan fasi sekitarnya
3. Pekerjaan
Orang yang harus berdiri dan duduk lama atau harus mengangkat barang berat, memounyai
predisposisi untuk hemoroid
4. Umur
Pada umur tua timbul digenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan
atonis
5. Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstermitas dan anus (sekresi hormon kelaksin)
6. Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang meninggi dalam rongga perut.
Misalnya penderita hipertrofi prostat
7. Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderita dekompensiasio hordis atau
sikrosis hepatis
8. Radang
Adalah faktpr penting yang menyebabkan fitalitas jaringan di daerah itu berkurang

2.5 Patofisiologi
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi, konstipasi
menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi yang tekanna yang berulang-ulang
mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala gatal
atau priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan feses, perdarahan akibat tekanan yang terlalu
kuat dan feses yang keras menimbulkan perdarahan, dan ada udema dan peradangan akibat
infeksi yang terjadi saat ada luka akibat perdarahan.
Mengedan saat defekasi Konstipasi menahun Kehamilan Obesitas

Peningkatan tekanan intra abdominal.


Ditransmisi ke daerah anorektal

Elevasi tekanan yang berulang-ulang

Vena heroidalis mengalami prolaps

Hemoroid

Gatal atau Pruritus Anus Perdarahan Udema dan Radang

Gangguan Integritas Kulit Nyeri

Nyeri Kekurangan Kelemahan


Volume Cairan

2.6 Manifestasi Klinis


Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri dan sering menyebabkan perdarahan
berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat
akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis.Trombosis adalah pembekuan darah
dalam hemoroid.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur).

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba
apabila sangat besar.
2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh


proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai.

4. Rontgen (colon inloop) dan/atau kolonoskopi.


5. Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang

2.8 Penatalaksanaan Medis


1. Penatalaksanaan Medik

Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang
baik dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi.
2. Penatalaksanaan Surgikal
 Terapi bedah

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV.
1. Bedah Konvensional

Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :


1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa hemoroid
tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas
seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi
sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan
jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem..
2. Bedah Laser

Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat
pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga
tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal.

3. Bedah Stapler

Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter,
terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
2.9 Komplikasi
1. Terjadi trombosis

Karena hemoroid keluar sehinga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.
2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena
disana banyak kotoran yang ada kuman - kumannya.
3. Terjadinya perdarahan

Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan
anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar.

2.10 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau
nyeri pada saat defikasi.
3. Riwayat penyakit

1. Riwayat penyakit sekarang


Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari
setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
2. Riwayat penyakit dahulu

Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang kembali.


3. Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut


4. Riwayat sosial

Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.

4. Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit
Eliminasi
Gejala : perubahan pola defekasi
Perubahan Karakteristik
Tanda : nyeri tekan abdomen , distensi
Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)
Akonstipasi dapat terjadi
Nutrisi :
Gejala : Penurunan berat badan
Anoreksia
Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah
Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur
Terasa nyeri pada anus saat tidur
Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
Mobilisasi
Gejala : membatasi dalam beraktifitas
Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring

B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
1. Resiko kekurangan nutrisi (defisiensi zat ) berhubungan dengan pecahnya vena plexus
hemmoroidalis ditandai dengan perdarahan yang terus - menerus waktu BAB.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang ditandai
benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
3. Personal hygene pada anus kurang berhubungan dengan massa yang keluar pada daerah
eksternal.

Postoperasi
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan
pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
2. Resikol terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan
dirumah.

3. Intervensi

Preoperatif

No. Diagnosa Tujuan dan Intervenasi Rasional


keperawatan kriteria hasil

1. Resiko Setelah 1. Observasi 1. Tanda – tanda


kekurangan dilakukan tanda-tanda anemis diduga
nutrisi tindakan anemis adanya kekurangan
berhubungan keperawatan 2. Diet rendah sisa zat besi (Hb turun)
dengan pecahnya selama 3 x 24 atau serat selama 2. Dapat mengurangi
vena plexus jam, resiko terjadinya perangsangan pada
hemmoroidalis kekurangan perdarahan daerah anus
ditandai dengan nutrisi 3.Berikan sehingga tidak
perdarahan yang terpenuhi. penjelasan tentang terjadi perdarahan.
terus - menerus pentingnya diet 3. Pendidikan tentang
waktu BAB. KH: kesembuhan diet, membantu
1. Tidak penyakitnya. keikut sertaan
terdapat anemis, 4. Beri kompres es pasien dalam
2. perdarahan pada daerah meningkatkan
terhenti terjadinya keadaan
3.BB tidak perdarahan penyakitnya.
turun.

4. Pasien dengan

5. Beri obat atau pecahnya vena

terapi sesuai plexus hemoriodalis

dengan pesanan perlu obat yang

dokter dapat membantu


pencegahan
terhadap
perdarahan yang
mememrlukan
penilaian terhadap
respon secara
periodik.

5. Pasien dengan
pecahnya vena
flexus
hemmoroidalis
perlu obat yang
dapat membantu
pencegahan
terhadap
perdarahan yang
memerlukan
penilayan terhadap
respon obat tersebut
secara periodik.

2. Gangguan rasa Setelah 1. Berikan randam 1. Menurunkan


nyaman dilakukan duduk ketidaknyamanan
berhubungan tindakan lokal, menurunkan
dengan adanya keperawatan edema dan
massa anal atau selama 2 x 24 meningkatkan
anus, yang jam,gangguan 2. Berikan pelicin penyembuhan.
ditandai benjolan rasa nyaman pada saat mau 2. Membantu dalam
didaerah anus, terratasi. BAB melancarkan
terasa nyeri dan defikasi sehingga
gatal pada daerah KH: 3. Beri diet randah tidak perlu
anus 1.Nyeri sisa mengedan.
berkurang 3. Mengurangi
2.Rasa gatal 4. Anjurkan pasien rangsangan anus
berkurang agar jangan dan melemahkan
3.Massa bannyak berdiri feses.
mengecil. atau duduk ( harus 4. Gaya gravitasi akan
dalam keadaan mempengaruhi
seimbang). timbulnya
5. Observasi hemoroid dan
keluhan pasien duduk dapat
meningkatkan
tekanan intra
6. Berikan abdomen.
penjelasan tentang
timbulnya rasa
nyeri dan jelaskan
dengan singkat 5. Membantu

7. Beri pasien mengevaluasi

suppositoria derajat ketidak


nyamanan dan
ketidak efektifan
tindakan atau
menyatakan
terjadinya
komplikasi.
6. Pendidikan tentang
hal tersebut
membantu dalam
keikut sertaan
pasien untuk
mencegah /
mengurangi rasa
nyeri.

7. Dapat melunakan
feces dan dapat
mengurangi pasien
agar tidak mengejan
saat defikasi.

3. Defisit personal Setelah 1. Berikan sit bath 1. Meningkatkan


hygene pada anus dilakukan dengan larutan kebersihan dan
berhubungan tindakan permagan memudahkan
dengan massa keperawatan 1/1000% pada terjadinya
yang keluar pada selama 2 x 24 pagi dan sore hari. penyembuhan
daerah eksternal. jam, terjaganya Lakukan prolaps.
kebersihan anus. digital(masukan
KH: prolaps dalam
1. tidak ada tempat semula
tanda-tanda setelah di
infeksi. bersihkan)
2. tidak terasa 2.Obserpasi
gatal-gatal pada keluhan dan
daerah anus. adanya tanda-
3. rasa gatal tanda perdarahan 2. Peradangan pada
pada anus anus anus menandakan
berkurang 3. Beri penjelasan adanya suatu
cara infeksi pada anus
membersihkan
anus dan menjaga
kebersihanya
3. Pengetahuan
tentang cara
membersihkan anus
membantu
keikutsertaan
pasien dalam
mempercepat
kesembuhanya.

Postoperatif

No. Diagnosa Tujuan dan Intervenasi Rasional


keperawatan kriteria hasil

1. Gangguan rasa Setelah 1. Beri posisi tidur 1. Dapat


nyaman (Nyeri) dilakukan yang menurunkan
pada luka operasi tindakan menyenangkan tegangan
berhubungan keperawatan pasien. abdomen dan
dengan adanya selama 2 x 24 2. Ganti balutan meningkatkan
jahitan pada luka jam, gangguan setiap pagi sesuai rasa kontrol.
operasi dan rasa nyaman tehnik aseptik 2. Melindungi
terpasangnya terpenuhi. pasien dari
cerobong angin. kontaminasi
silang selama
KH: penggantian
1.Tidak terdapat balutan. Balutan
rasa nyeri pada basah bertindak
luka operasi, 2. 3. Latihan jalan sebagai
pasien dapat sedini mungkin penyerap
melakukan kontaminasi
aktivitas ringan. 4. Observasi daerah eksternal dan
3. skala nyeri 0- rektal apakah ada menimbulkan
1. perdarahan rasa tidak
4. klien tampak nyaman.
rileks. 5. Cerobong anus 3. menurunkan
dilepaskan sesuai masalah yang
advice dokter terjadi karena
(pesanan) imobilisasi.
4. Perdarahan pada
jaringan,
6. Berikan imflamasi lokal
penjelasan tentang atau terjadinya
tujuan pemasangan infeksi dapat
cerobong anus meningkatkan
(guna cerobong rasa nyeri.
anus untuk 5. Meningkatkan
mengalirkan sisa- fungsi fisiologis
sisa perdarahan anus dan
yang terjadi memberikan
didalam agar bisa rasa nyaman
keluar). pada daerah
anus pasien
karena tidak ada
sumbatan.

6. Pengetahuan
tentang manfaat
cerobong anus
dapat membuat
pasien paham
guna cerobong
anus untuk
kesembuhan
lukanya.

2. Resiko terjadinya Setelah 1. Observasi tanda 1. Respon


infeksi pada luka dilakukan vital tiap 4 jam autonomik
berhubungan tindakan meliputi TD,
dengan pertahanan keperawatan respirasi, nadi
primer tidak selama 2 x 24 yang
adekuat jam,resiko berhubungan
infeksi teratasi. 2. Obserpasi denagan
KH: balutan setiap 2 – 4 keluhan /
1. tidak terdapat jam, periksa penghilang
tanda-tanda terhadap nyeri .
infeksi (dolor, perdarahan dan Abnormalitas
kalor, rubor, bau. tanda vital perlu
tumor, 3. Ganti balutan di observasi
fungsiolesa). dengan teknik secara lanjut.
2. radang luka aseptik 2. Deteksi dini
mengering. terjadinya
3. hasil LAB : 4. Bersihkan area proses infeksi
- leukosit perianal setelah dan /
- trombosit setiap depfikasi pengawasan
5. Berikan diet penyembuhan
rendah serat/ sisa luka oprasi yang
dan minum yang ada sebelumnya.
cukup

3. Mencegah
meluas dan
membatasi
penyebaran luas
infeksi atau
kontaminasi
silang.
4. mengurangi /
mencegah
kontaminasi
daerah luka.

5. mengurangi
ransangan pada
anus dan
mencegah
mengedan pada
waktu defikasi.

3. Kurang Setelah 1. Diskusikan 1. Rasionalisasi:


pengetahuan yang dilakukan pentingnya Pengetahuan
berhubungan tindakan penatalaksanaan tentang diet
dengan kurang keperawatan diet rendah sisa. berguna untuk
informasi tentang selama 3 x 24 melibatkan
perawatan jam,kurangnya pasien dalam
dirumah. pengetahuan merencanakan
teratas. diet dirumah
2. Demontrasikan yang sesuai
KH: perawatan area anal dengan yang
1. klien tidak dan minta pasien dianjurkan oleh
banyak bertanya menguilanginya ahli gizi.
tentang 2. Pemahaman
penyakitnya. akan
2. pasien dapat 3. Berikan rendam meningkatkan
menyatakan atau duduk sesuai kerja sama
mengerti tentang pesanan pasien dalam
perawatan program terapi,
dirumah. 4. Bersihakan area meningkatkan
3. keluarga klien anus dengan baik penyembuhan
paham tentang dan keringkan dan proses
proses penyakit. seluruhnya setelah perbaikan
4. klien defekasi. terhadap
menunjukkan 5. Berikan balutan penyakitnya.
wajah tenang 6. Diskusikan 3. Meningkatkan
gejala infeksi luka kebersihan dan
untuk dilaporkan kenyaman pada
kedokter. daerah anus
(luka atau
7. Diskusikan polaps).
mempertahankan 4. Melindungi area
difekasi lunak anus terhadap
dengan kontaminasi
menggunakan kuman-kuman
pelunak feces dan yang berasal
makanan laksatif dari sisa
alami. defekasi agar
8. Jelaskan tidak terjadi
pentingnya infeksi.
menghindari
mengangkat benda
berat dan 5. Melindungi

mengejan. daerah luka dari


kontaminasi
luar.
6. Pengenalan dini
dari gejala
infeksi dan
intervensi
segera dapat
mencegah
progresi situasi
serius.
7. Mencegah
mengejan saat
difekasi dan
melunakkan
feces.

8. Menurunkan
tekanan intra
abdominal yang
tidak perlu dan
tegangan otot.
BAB III
KASUS
Ny. B ( 37 th ) didiagnosa hemoroid sejak kehamilan anak keduanya. Hemoroid semakin
parah setelah klien melahirkan anak kembarnya secara normal kurang lebih 1,5 tahun yang lalu.
Sejak saat itu klien mengalami hemoroid yang sering kambuh dan sembuh dengan pengobatan.
Saat ini klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus. Nyeri saat duduk dan
berbaring terutama saat tidur malam hari. Klien menceritakan BAB terakhir seminggu yang lalu
terasa sangat nyeri dan keluar darah segar bersama feses, bahkan darah menetes setelah BAB.
Menurut klien BAB terakhir sangat keras, sehingga harus mengedan karenanya hemoroid klien
kambuh lagi. Menurut klien, pola BABnya memang tidak normal dari dulu, klien BAB 1-2 /
minggu walaupun sering makan sayur dan buah – buahan. Klien mengatakan saat ini hampir
seminggu belum BAB karena takut merasakan nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya.
Perawat melakukan pemeriksaan fisik didapatkan data : TD = 90/60 mmHg , N = 96x/
menit, S = 36,70C , P = 18x/ menit. Klien tampak lemah, konjungtiva pucat, distensi abnomen
( + ), teraba massa pada regio bawah abdomen, pemeriksaan anus adanya benjolan di bawah kulit
kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru – biruan , berukuran kurang lebih 1cm,
benjolan harus di dorong dengan tangan agar masuk ke dalam anus. Hasil Lab Hb = 8.9 gr / dl,
dokter mengatakan klien menderita hemoroid derajat III dan disarankan untuk melakukan
hemoroidektomi. Klien mengaku cemas untuk melakukan operasi, klien lebih memilih
pengobatan seperti biasanya.
1. Data Fokus

Ds :
1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus.
2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan berbaring terutama saat tidur malam hari.
3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah srgar
bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB.
4. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga harus mengedan karena hemoroid
klien kambuh lagi.
5. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal dari dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu,
walupun sering makan sayur dan buah-buahan.
6. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB karena takut meresakan nyeri
dan perdarahan seperti sebelumnya.
7. Klien mengatakan hemoroid semakin parah setelah klien melahirkan anak kembarnya
secara normal kurang lebih 1,5 tahun yang lalu.
8. Klien mengatakan hemoroid sering kambuh dan sembuh dengan pengobatan.
9. Klien mengaku cemas untuk operasi, klien memilih pengobatan seperti biasa.

Do :
1. TTV : TD = 90/60 mmHg, N = 96 X /menit, S = 36,7 oC, P = 18 X /menit
2. Klien tampak lemah
3. Konjungtiva pucat
4. Distensi abdomen (+)
5. Teraba massa pada regio bawah abdomen
6. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang,
berwarna kebiru – biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan agar
masuk kedalam anus.
7. Hasil Lab : Hb = 8,9 gr/dl
8. Dokter mengatakan klien menderita hemoroid derajat III dan disarankan untuk
melakukan hemoroidektomi.

Analisa Data
No. Ds & Do Masalah Etiolgi
keperawatan

1. Ds : Konstipasi Ketaku
1. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat tan
nyeri dan keluar darah segar bersama dengan feses,bahkan nyeri
darah menetes saat BAB. saat
2. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga harus defekas
mengedan karena hemoroid klien kambuh lagi. i
3. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal dari
dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu, walupun sering makan
sayur dan buah-buahan.
4. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB
karena takut meresakan nyeri dan perdarahan seperti
sebelumnya.
Do :
1. Distensi abdomen (+)
2. Teraba massa pada regio bawah abdomen.
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis
analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–biruan,
berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan
agar masuk kedalam anus.

Data tambahan :
1. Pola BAB tidak teratur.
2. Karakteristik feses (warna,konsistensi).

2. Ds : Nyeri Adanya
1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus. hemoro
2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan berbaring id pada
terutama saat tidur malam hari. daerah
3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat anus
nyeri dan keluar darah srgar bersama dengan feses,bahkan
darah menetes saat BAB.
Do :
1.TTV :
TD = 90/60 mmHg
2. Distensi abdomen (+)
3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis
analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–biruan,
berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan
agar masuk kedalam anus.

Data tambahan :
1. skala nyeri 7
2. klien tampak meringis
3. klien tampak memegangi daerah nyeri.
4. klien tidak dapat tidur.

3. Ds : klien mengeluh BAB seminggu yang lalu karena keluar Kelemahan Perdara
darah segar bersama feses bahkan darah menetes saat BAB han
DO : vena
1. TTV : TD = 90/60 mmHg hemorr
2. klien tampak lemah hoidali
3. Konjungtiva pucat s
4. hasil lab :
Hb= 8,9 gr/dl

Data Tambahan :
1. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri.
2. Klien cepat lelah setelah beraktivitas.
3. Banyaknya aktifitas klien yang dibantu oleh orang lain

2. Diagnosa keperawatan :
1. Konstipasi berhubungan dengan ketakutan nyeri saat defekasi.
2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
3. Kelemahan berhubungan dengan perdarahan vena hemorrhoidalis.

3. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional

1. Konstipasi Setelah 1. Berika 1. Mencegah


berhubungan dilakukan n dan dehidrasi secara
dengan tindakan anjurk oral
ketakuatan keperawatan an
nyeri saat selama 2 x 24 minu
defekasi. jam, konstipasi m
teratasi. kurang 2. Meningkatkan

lebih 2 usaha evakuasi

KH : liter feses

1. Pola BAB 1- perhar


2x/minggu. i
3. Makanan tinggi
2. Konsistensi 2. Berika
serat dapat
feses lunak. n
melancarkan
3. warna feses posisi
proses defikasi
kuning. fowler
4. Bunyi usus secara
4. klien tidak pada
umum meningkat
takut untuk tempat
pada diare dan
BAB. tidur
menurun pada
5. tidak ada 3. Berika
konstipasi.
darah pada n dan
5. Menurunkan
feses. anjurk
distres gastrik dan
6. tidak ada an
distensi abdomen.
nyeri pada saat makan
6. Membantu
BAB. an
melancarkan
tinggi
serat. proses defikasi.
2. Auskultasi
bunyi usus
7. untuk mecegah
terjadinya
3. Hindari konstipasi
makanan yang berulang
membentuk
gas
4. Berikan 8. menurunkan

laksatif sesuai risiko iritasi

program hemoroid

dokter.
5. pastikan
kebiasaan
defekasi
9. mempertimbangk
pasien dan
an pilihan menu
gaya hidup
dapat membantu
sebelumnya
dalam mengontrol
6. anjurkan
masalah
makanan /
10. meningkatkan
cairan yang
relaksasi otot,
tidak
meminimalkan
mengiritasi
ketidaknyamanan
jika masukan
oral diberikan 11. makanan ini
7. yakinkan pola diketahui sebagai
diet / pilihan penyebab
makanan konstipasi

8. berikan
rendam duduk

9. kurangi /
batasi
makanan
seperti produk
susu

2. Nyeri Setelah 1. Berikan posisi yang 1. Meminimalkan


berhubungan dilakukan nyaman stimulasi/
dengan adanya tindakan 2. Berikan bantalan meningkatkan
hemoroid pada keperawatan dibawah bokong saat relaksasi.
daerah anus. selama 3 X 24 duduk 2. Meminimalkan
jam, nyeri 3. Observasi tanda- tekanan di bawah
teratasi tanda vital bokong/
KH : 4. Ajarkan teknik meningkatkan
1. Wajah untuk mengurangi rasa relaksasi.
pasien tampak nyeri seperti membaca, 3. Untuk
tenang. menonton, menarik menentukan
2. Pasien nafas panjang, intervensi
mengatakan menggosok punggung, selanjutnya
nyeri berkurang dan lain-lain. 4. Pengalihan
atau hilang 5. Pada nyeri awal perhatian melalui
3. Pasien dapat berikan kompres kegiatan-kegiatan
istirahat tidur dingin pada daerah
4. klien tidak anus 3 – 4 jam
memegangi dilanjutkan dengan
daerah yang rendam duduk hangat
nyeri. 3 – 4 x/hari
6. Berikan lingkungan
5. Tanda-tanda yang tenang
vital normal 7. Kolaborasi dengan 5. Meningkatkan

TD : 120 / 80 dokter untuk relaksasi

mmHg pemberian analgetik,


pelunak feces dan
dilakukannya
hemoroidektomi.

6. Menurunkan
ketidaknyamanan
fisik.

7. Mengurangi nyeri
dan menurunkan
rangsang sistem
saraf simpatis dan
untuk mengangkat
hemoroid.

3. Kelamah-an Setelah 1. Kaji TTV. 1. untuk menentukan


berhubungan dilakukan intervensi yang tepat.
dengan tindakan
perdarahan keperawatan 2. monitor banyaknya 2. untuk menentukan
vena selama 3 X 24 perdarahan klien. tingkat kehilangan cairan.
hemorhoidalis jam, 3. kaji tingkat toleransi 3. untuk mengetahui
kekurangan aktifitas klien. tingkat kelemahan klien.
nutrisi 4. memandirikan klien
terpenuhi dalam melakukan 4.mengurangi
KH : aktifitas sehari-hari. ketergantungan aktifitas
1. konjungtiva klien dengan bantuan
klien merah Kolaborasi : perawat.
muda. 1. konsultasikan nutrisi
2. klien tidak untuk klien dengan Kolaborasi :
tampak lemah ahli gizi 1.untuk menentukan
3. Hb normal 2. berikan vitamin K kebutuhan nutrisi yang
(12-14 g/dl) sesuai indikasi. tepat pada klien.
4. tidak ada 3.berikan vitamin B12 2.untuk membantu proses
perdarahan sesuai indikasi. pembekuan darah.
pada vena 4.konsultasi dengan 3. peningkatan produksi
hemoroid. ahli gizi. sel darah merah.
5. Pasien dapat 5. berikan infus. 4.untuk menentukan diet
melakukan yang tepat bagi klien.
aktivitas 5. untuk menggantikan
mandiri. banyaknya darah yang
6. Klien tidak hilang selama perdarahan.
cepat lelah
setelah
beraktivitas.
7.Aktifitas
klien sudah
tidak dibantu
oleh perawat.

4. Implementasi

No. Hari, tgl/ jam No. Dx Implementasi Paraf

1. 10 januari 2011 1 1. Memberikan dan


08.00 WIB menganjurkan
minum kurang
lebih 2 liter perhari
11.00 WIB
RH: Klien mengatakan
minum 8 gelas air perhari.
2. Memberikan dan

12.00 WIB menganjurkan makanan


tinggi serat
RH : Klien mengatakan
makan banyak sayur dan
14.00 WIB buah
3.Memberikan laktasif
sesuai program dokter
RH : Klien mengatakan
BAB cair.
4.Menganjurkan pasien
untuk segera BAB bila
timbul keinginan untuk
BAB.
RH: Klien mengatakan saat
ingin BAB segera untuk
BAB.

5. Evaluasi.

Hari,tgl No. Evaluasi Paraf


Dx

12 Januari 2011 1 S:
1. Klien mengatakan pada saat
BAB tidak merasakan nyeri.
2. Klien mengatakan sudah
tidak mengedan berlebihan
saat BAB.
3. Klien mengatakan pola BAB
sudah teratur ( 1-2x
/minggu).
4. Klien mengatakan sudah
tidak takut lagi pada saat
BAB.

O:
1. Distensi abdomen (-)
2. Tidak teraba massa pada regio
bawah abdomen.
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN

Faktor penyebab terjadinya hemoroid pada Ny. B adalah mengedan saat defekasi,
konstipasi menahun, dan kehamilan. Ketiga hal diatas menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal dan elevasi tekanan yang berulang-ulang
mengakibatkan vena hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala
perdarahan akibat tekanan yang terlalu kuat dan feses yang keras menimbulkan perdarahan.
Proses di atas menimbulkan diagnosa konstipasi, nyeri dan kelemahan.
Pada kasus ditemukan data yang tidak terdapat pada teori antara lain hemoroid
menyebabkan rasa panas pada daerah anus karena adanya tekanan berlebih saat duduk dan
berbaring. Klien mengalami hemoroid interna karena pada saat pemeriksaan, benjolan masih
dapat didorong dengan tangan agar masuk ke dalam anus.
Pada teori dilakukan pemeriksaan diagnostik antara lain: inspeksi dan rektaltouche (colok
dubur), anoskopi atau rectoscopy, proktosigmoidoskopi, rontgen, kolonoskopi, pemeriksaan
darah, urin, dan feses sebagai pemeriksaan penunjang. Sedangkan pada kasus, klien hanya
melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah (Hb). Hal ini dikarenakan pada kasus
ini, hemoroid sudah masuk ke derajat III sehingga dapat dikaji hanya dengan melakukan
pemeriksaan fisik.
Kami mengangkat diagnosa utama konstipasi berhubungan dengan ketakutan nyeri saat
defekasi dikarenakan pada kasus, klien mengalami konstipasi akibat menahan BAB karena takut
merasakan nyeri dan perdarahan saat BAB.
Kami mengangkat diagnosa ketiga kelemahan berhubungan dengan perdarahan vena
hemorrhoidalis karena pada kasus, saat klien BAB darah keluar bersama feses dan darah menetes
setelah BAB sehingga Hb klien rendah yaitu 8,9 g/dl. Hal ini terjadi karena banyak sel darah
merah keluar dari tubuh saat perdarahan sehingga banyaknya darah yang diedarkan ke seluruh
tubuh menjadi berkurang. Berdasarkan diagnosa ketiga klien tampak lemah dan konjungtiva
pucat.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

1. 5.1 Simpulan

Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang
diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih
dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah
timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga
aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya
adalah terjadi trombosis,peradangan,dan terjadi perdarahan.Hemoroid juga dapat menimbulkan
cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.

1. 5.2 Saran

Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya
pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya
hemoroid dengan cara :
1. Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.
2. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.
3. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar
hemoroid.
4. Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi hemoroid.
5. Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah mencapai
derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

Diposkan oleh Vian's di 03:52

Anda mungkin juga menyukai