Anda di halaman 1dari 5

Belum banyak pengelola gedung yang menyadari ancaman gempa bagi

penghuninya. Menurut Ketua Umum Jakarta Rescue, R. Hadianto, kesadaran baru


timbul ketika korban gempa di Aceh lalu minim. Pekerja dalam gedung bertingkat
pun tidak berhamburan panik ke luar gedung. Semua karena pelatihan secara
intensif. Perlu panduan yang jelas agar penghuni gedung bertingkat dapat selamat.
Dari pihak pemilik gedung harus bisa menyosialisasikan kepada penyewa ruangan
mengenai cetak biru gedung. Sebagai langkah pemberitahuan, cetak biru ini harus
ditempel di dinding gedung agar dapat diketahui penyewa (tenant). Setiap penyewa
baru gedung perlu mendapat orientasi mengenai struktur gedung. Pemilik gedung
juga perlu menentukan area aman (assembly point) untuk jalur evakuasi. Unit-unit
manajemen penyewa perlu siaga bencana dengan membentuk tim khusus.

Penyelamatan saat gempa memerlukan tiga wakil untuk menuntun saat kepanikan
melanda. Floor Captain (Kapten Lantai) diperlukan untuk mengordinasi penghuni
lantai dalam proses evakuasi. Building Commander (Komandan Gedung)
berperan sebagai orang yang paling mengetahui kondisi gedung. Incident Manager
(Manajer Kecelakaan) bertugas mengatur keseluruhan penanganan kondisi darurat
pada gedung. Manajer ini harus dapat mengambil keputusan untuk Sistem
Komando Pengendalian Lapangan (Incident Command System). Ketiga orang
ini wajib mengenali jalur evakuasi dan kondisi gedung. Building Commander harus
mengetahui kekuatan dan kelemahan gedung, kemungkinan bencana, dan prosedur
evakuasi. Petugas ini akan mengenakan lambang penanda Building Commander.
Daftar informasi berikut detail mengenai lokasi aktivasi alarm, jumlah korban, dan
keamanan lokasi harus lengkap. Incident Manager dipegang oleh pejabat senior
dengan level tertinggi yang telah memiliki kualifikasi khusus dalam tindak
penyelamatan. Sistem Komando Pengendalian Lapangan memerlukan Pusat
Komando (Incident Base), Pangkalan Aju (Staging Area), dan Pangkalan
Kejadian Darurat. Program penyelamatan darurat memerlukan pembuatan
Prosedur Operasional Evakuasi Darurat (Emergency Evacuation Operation
Procedure) yang meliputi jalur evakuasi, tempat pertemuan, area aman, dan
sistem alarm. Menurut Hadianto, sistem alarm cepat tanggap harus dipersiapkan
khusus untuk mendeteksi gempa. Sebagai penghuni gedung, Anda bisa
menyiapkan beberapa alat sebelum terjadi bencana. Peluit, helm, jaket, dan
lampu kepala menjadi beberapa perangkat yang dapat berguna. Berlatih agar
Selamat Simulasi evakuasi saat gempa dapat mengenalkan langkah penyelamatan
kepada penghuni gedung. Menurut Hadianto, langkah pengurangan risiko ini tidak
bisa dianggap sepele. Sebelum institusi melakukan pelatihan, perlu ada diskusi
bersama untuk membicarakan sistem keamanan. Analisa gedung pun perlu
dilakukan. Hadianto mengatakan Jakarta Rescue merupakan organisasi yang
memiliki sertifikasi internasional untuk menggelar pelatihan penanganan gempa
pada bangunan gedung bertingkat. Selama ini banyak yang masih salah menilai tim
penyelamat.

Secara garis besar, tanggung jawab utama seorang Floor Warden adalah membantu
mobilisasi penghuni gedung ke Muster Point. Pertama kali setelah mendapatkan
informasi bahwa terjadi keadaan darurat, segera pergi ke Floor & Muster Warden
Station untuk mengambil rompi (atau tanda pengenal lainnya yang memungkin
penghuni gedung mengenal Anda adalah petugas Floor Warden), checklist, dan
APD jika diperlukan. Kemudian lakukan penyisiran seluruh area yang ditunjuk untuk
memastikan semua penghuni telah dievakuasi dengan memberikan petunjuk arah ke
area tempat berlindung atau Muster Point. Lakukan pemeriksaan ruangan demi
ruangan (termasuk toilet dan pantry) untuk memastikan tidak ada satu pun penghuni
tertinggal di dalam gedung. Pastikan untuk selalu menutup pintu tetapi jangan
dikunci untuk mempermudah tim tanggap darurat memasuki ruangan jika diperlukan.
Untuk beberapa area jika tersedia dan diperlukan APD maka seorang Floor Warden
dapat mengingatkan penghuni gedung untuk menggunakan perlengkapan tersebut,
biasanya untuk kesiapsiagaan di lokasi seperti di offshore atau onshore.
Di beberapa simulasi atau kasus darurat sesungguhnya juga mungkin akan ada
sejumlah korban yang cedera, entah patah tulang, sesak napas atau sebagainya
yang membutuhkan pertolongan untuk diambulasi ke Muster Point. Jika ditemukan
korban, maka catat lokasi mereka untuk dapat menginformasikan kepada petugas
P3K melakukan pertolongan. Jika kondisi cukup aman, dapat lakukan pemeriksaan
singkat untuk mengidentifikasi jumlah dan tingkat keparahan korban yang tidak
dapat bergerak atau yang tidak dapat mobilisasi ke Muster Point dan bahaya seperti
adanya api, kebocoran gas, atau bahaya material lainnya. Jika ditemukan ada
penghuni yang terjebak dikarenakan area atau ruangannya yang tidak dapat
diakses, maka catat lokasi mereka, nomor ruangan, nomor kubikal beserta
kondisinya.
Untuk kasus darurat kebakaran, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menelpon
nomor darurat untuk melaporkan insiden. Jika api pada tahap awal, seorang Floor
Warden harus dapat segera melakukan percobaan untuk madamkannya dengan
APAR. Jika tidak dapat dipadamkan, segera mobilisasi penghuni lainnya untuk
meninggalkan gedung menuju ke Muster Point melalui rute evakuasi. Lakukan
penyisiran ru`angan demi ruangan saat evakuasi. Hal yang perlu diperhatikan jika
terjadi kebakaran yaitu jangan biarkan Anda terjebak, dan jika asap dan panas
mengakibatkan Anda kesulitan melakukan penyisiran ruangan, segera keluar dari
gedung.
Setelah semua penghuni pada area yang ditunjuk sudah aman atau teridentifikasi,
Floor Warden dapat segera pergi ke Muster Point dan laporkan catatan dan
kehadiran kepada Muster Warden. Ikuti arahan dan instruksi selanjutnya dari Muster
Warden seperti yang diminta.

Saat gempa terjadi, floor captain bertanggung jawab pada penghuni gedung di
setiap lantai. Sementara, penghuni gedung juga wajib patuh pada instruksi floor
captain.

Yang juga penting diingat, jangan sampai pada saat gempa penghuni langsung
turun ke lantai dasar jika tempat bekerja jauh di atas. Ini juga malah akan memicu
kepanikan dan kecelakaan.

Saat gempa, sudah harus dipersiapkan meeting point, atau titik dimana penghuni
berkumpul. Penghuni maksimal turun dua lantai dari tempatnya bekerja, Jadi, jika
ada 20 lantai, maka ada 9 meeting point.
Penghuni gedung diharuskan turun secara bertahap, menunggu instruksi dari floor
captain dan building commander. Ini dilakukan untuk mencegah crowd.

Menurut Hadianto, saat ini baru 6 gedung di Jakarta yang memiliki floor captain,
building commander sereta sistem evakuasi gempa. Diharapkan, lebih banyak lagi
gedung yang mengembangkannya.

Berikut langkah yang harus dilakukan :

1. Jangan panik. Tetaplah tenang.

2. Jatuhkan diri ke lantai dalam posisi jongkok. Carilah pelindung yang kokoh, bisa
berupa meja, kursi atau lainnya.

3. Bila pelindung tak ada, carilah bagian gedung yang kokoh seperti tiang
penyangga. Jangan berlindung di tembok berbahan tripleks.

4. Amati situasi sekitar. Jangan hanya karena gempa lantas berbondong-bondong


menuruni tangga. Ini justru bisa mengakibatkan kecelakaan.

5. Bila berhasil turun, gunakanlah tangga, bukan tangga berjalan atau lift.

Hadianto menambahkan, agedung bertingkat harus memiliki floor captain dan


building commander. Floor captain bertugas memberi instruksi di setiap lantai.

Saat gempa terjadi, floor captain bertanggung jawab pada penghuni gedung di
setiap lantai. Sementara, penghuni gedung juga wajib patuh pada instruksi floor
captain.

Yang juga penting diingat, jangan sampai pada saat gempa penghuni langsung
turun ke lantai dasar jika tempat bekerja jauh di atas. Ini juga malah akan memicu
kepanikan dan kecelakaan.

Saat gempa, sudah harus dipersiapkan meeting point, atau titik dimana penghuni
berkumpul. Penghuni maksimal turun dua lantai dari tempatnya bekerja, Jadi, jika
ada 20 lantai, maka ada 9 meeting point.
Penghuni gedung diharuskan turun secara bertahap, menunggu instruksi dari floor
captain dan building commander. Ini dilakukan untuk mencegah crowd.

Menurut Hadianto, saat ini baru 6 gedung di Jakarta yang memiliki floor captain,
building commander sereta sistem evakuasi gempa. Diharapkan, lebih banyak lagi
gedung yang mengembangkannya.

Anda mungkin juga menyukai