MULTIKULTURALISME
Tidak ada seorang pun yang dapat merendahkan dan menolak keberadaan sesama
karena alasan perbedaan latar belakang.
Disusun oleh:
3. Katolik
4. Hindu
Agama Hindu datang pertama kali ke Indonesia
melalui jaringan perdagangan yang terbentang dari
Cina hingga India diperkirakan terjadi pada sekitar
awal abad ke empat. Kemunculan Agama Hindu
ditandai dengan berdirinya kerajaan Ktai dan
Tarumanegara yang menganut nilai-nilai Hindu.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik, memperkirakan bahwa masyarakat yang
memeluk Agama Hindu di Indonesia berjumlah 4 juta
jiwa, dengan persentase 1.7 persen dari keseluruhan
masyarakat di Indonesia dan menjadi agama keempat
terbesar di Indonesia.
5. Buddha
Kedatangan Agama Buddha di Indonesia terjadi pada abad ke lima Masehi, hal tersebut
diperkirakan dengan melihat dari peninggalan prasasti-prasasti yang ditemukan. Agama Buddha
pertama kali diperkirakan dibawa oleh pengelana Fa Hsien yang berasal dari China. Pada abad
ke 7, terdapat kerajaan Budha yang berkembang di Indonesia yaitu Kerajaan Sriwijaya yang
menjadi pusat dari pengembangan Agama Buddha di Asia Tenggara yang berdiri hingga tahun
1377. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, memperkirakan bahwa
masyarakat yang memeluk Agama Buddha di Indonesia berjumlah 1.7 juta jiwa, dengan
persentase 0.7 persen dari keseluruhan masyarakat di Indonesia dan menjadi agama kelima
terbesar di Indonesia.
Agama Buddha atau juga yang sering disebut dengan Buddha Dhamma memiliki Kitab
Suci yang sering dikenal dengan Pitaka atau Keranjang. Pitaka terbagi menjadi tiga kelompok
besar yang terdiri dari Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka. Dan Abhidhamma Pitaka.
Vinaya Pitaka, merupakan bagian yang berisi mengenai hal-hal dan peraturan bagi para
penganut ajaran Buddha atau yang lebih dikenal dengan Bhikku dan Bhikkuni terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu Suttavibhanga, Khandhaka yang memiliki dua kitab
(Mahavagga dan Cullavagga), dan yang terakhir Parivara.
Sutta Pitaka yang terbagi menjadi lima bagian dalam bentuk buku.
Digha Nikaya yang terdiri atas 34 sutta, yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu,
Silakkhandhavagga, Mahavagga, dan Patikavagga.
Majjhima Nikaya yang terdiri atas khotbah-khotbah menengah, yang terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu Dua Pannasa pertama yang berisi 50 sutta, dan Pannasa terakhir yang berisi
52 sutta.
Anguttara Nikaya yang terdiri atas sebelas bagian yang didalamnya meliputi 9.557 sutta.
Samyutta Nikaya yang terdiri atas 7.762 sutta.
Khuddaka Nikaya yang terdiri atas kumpulan 15 kitab.
Abhidhamma Pitaka terdiri dari tujuh buku, yaitu Dhammasangani, Vibhanga,
Dhatukatha, Punggalapannatti, Kathavatthu, Yamaka, dan Patthana
Agama Khonghucu memiliki dua kitab utama, yaitu Kitab Si Shu dan Kitab Wu Jing yang
terbagi lagi menjadi beberapa bagian.
Kitab Si Shu yang secara langsung bersumber dari Nabi Khongcu hingga Meng Zi memiliki
beberapa bab, yaitu:
Kitab Ajaran Besar atau yang disebut dengan Da Xue / Thai Hak
Kitab Tengah Sempurna atau yang disebut dengan Zhong Yong / Tiong Yong
Kitab Sabda Suci atau yang disebut dengan Lun Gi / Lun Yu
Dan yang terakhir, Kitab Bingcu atau yang disebut dengan Meng Zi / Bing Cu
Kitab Wu Jing yang bersumber dari para Nabi Purba dan Raja Suci terdiri dari:
Kitab Sajak atau yang disebut dengan Shi Jing
Kitab Hikayat atau yang disebut dengan Shu Jing
Kitab Perubahan atau yang disebut dengan Yi Jing
Kitab Kesusilaan atau yang disebut dengan Li Jing
Kitab Chun Chiu atau yang disebut dengan Chun Qiu Jing
Nah, seperti itulah penjelasan mengenai beragam Agama yang ada di Indonesia beserta Kitab
Suci dan Hari Perayaan Besar masing-masing. Keragaman Agama yang di Indonesia bukan
menjadi sebuah sumber perpecahan bagi setiap masyarakatnya. Namun, menjadi suatu kekuatan
bagi Negara Indonesia karena keberagaman tersebut dan sifat toleransi dari setiap agama.
Daftar Suku Bangsa di Indonesia
Suku Kubu atau juga dikenal dengan Suku Anak Dalam atau Orang Rimba atau Orang Ulu
adalah salah satu suku bangsa minoritas yang hidup di Pulau Sumatra, suku ini masih
dikategorikan sebagai "masyarakat terasing" yang berdiam di beberapa kabupaten di Provinsi
Jambi dan Sumatra Selatan. Mereka mayoritas hidup di provinsi Jambi, dengan perkiraan jumlah
populasi sekitar 200.000 orang. Orang sekitar menyebut suku ini sebagai “Suku Kubu”, tetapi
panggilan ini kurang disukai karena bermakna peyorasi atau menghina.
Menurut tradisi lisan suku Anak Dalam merupakan orang Maalau Sesat, yang lari ke hutan
rimba di sekitar Air Hitam, Taman Nasional Bukit Duabelas. Mereka kemudian dinamakan
Moyang Segayo. Tradisi lain menyebutkan mereka berasal dari wilayah Pagaruyung, yang
mengungsi ke Jambi. Ini diperkuat kenyataan adat suku Anak Dalam punya kesamaan bahasa
dan adat dengan suku Minangkabau, seperti sistem kekeluargaan matrilineal. Kehidupan mereka
seminomaden, dan berkelompok dengan sebutan “Tubo” yang dipimpin oleh seorang
“Tumenggung” dan terdiri dari beberapa kepala keluarga. Biasanya pemilihan Tumenggung
berdasarkan garis keturunan, tetapi sekarang siapapun bisa dipilih sebagai Tumenggung asalkan
dinilai punya kapasitas.
Mata pencahariannya kebanyakan adalah meramu hasil hutan dan berburu. Senjata yang
digunakan antara lain lembing kayu, tombak bermata besi,dan parang, walaupun banyak yang
dari mereka sekarang telah memiliki lahan karet dan pertanian lainnya.
Secara garis besar di Jambi mereka hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, yaitu Orang
Kubu yang di utara Provinsi Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit Tiga Puluh), Taman
Nasional Bukit Duabelas , dan wilayah selatan Provinsi Jambi (sepanjang jalan lintas Sumatra).
Suku bangsa Anak Dalam mempunyai kebiasaan Berpindah-pindah tempat tinggal, yang
mereka sebut melangun. Melangun dilakukan karena beberapa sebab, yaitu salah satu anggota
keluarga meninggal, hasil hutan di lokasi tempat tinggalnya habis, terjadinya musim buah, atau
ada ancaman dari luar. Kepindahan karena ada salah satu warga yang meninggal dilakukan
karena tempat itu dipercaya akan mendarat sial dan mereka tidak sampai hati melihat hasil
pekerjaan dan barang-barang milik almarhum di tempat lama.
Suku Gayo beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam agamanya dan mereka menggunakan
Bahasa Gayo dalam percakapan sehari-hari mereka.
Suku Aceh (Aksara Jawoë : )اورڠ اچيهatau yang dalam Bahasa Aceh yang ditulis dengan
huruf latin dibaca "Ureuëng Acèh" adalah nama sebuah suku penduduk asli yang mendiami
wilayah pesisir dan sebagian pedalaman Provinsi Aceh, Indonesia. Suku Aceh mayoritas
beragama Islam. Suku Aceh mempunyai beberapa nama lain yaitu Lam Muri, Lambri, Akhir,
Achin, Asji, A-tse dan Atse. Bahasa yang dituturkan adalah bahasa Aceh, yang merupakan
bagian dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat dan berkerabat dekat dengan bahasa Cham
yang dipertuturkan di Vietnam dan Kamboja. Suku Aceh sesungguhnya merupakan keturunan
berbagai suku, kaum, dan bangsa yang menetap di tanah Aceh. Pengikat kesatuan budaya suku
Aceh terutama ialah dalam bahasa, agama, dan adat khas Aceh.
Suku Haloban merupakan suatu suku yang terdapat di kabupaten Aceh Singkil, tepatnya
di kecamatan Pulau Banyak Barat. Suku bangsa ini mendiami 2 desa dari 4 desa yang ada yaitu
desa Haloban dan Asantola. Bahasa yang dituturkan oleh suku ini adalah bahasa Haloban yang
memiliki banyak persamaan dengan bahasa Devayan di pulau Simeulue.
Suku Kluet atau Keluwat adalah sebuah suku yang mendiami beberapa kecamatan di
kabupaten Aceh Selatan, yaitu kecamatan Kluet Utara, Kluet Selatan, Kluet Tengah, dan Kluet
Timur. Daerah Kluet ini dipisahkan oleh sungai Lawé Kluet yang berhulu di Gunung Leuser dan
bermuara di Lautan Hindia. Wilayah kediaman orang Kluet ini terletak 30 km dari kota Tapak
Tuan atau 500 km dari Banda Aceh. Sebagaimana etnis-etnis disekitarnya, Etnis Kluet/Keluwat
juga mempunyai marga yang masih umum dipakai oleh sebagian kalangan masyarakatnya.
Masyarakat Kluet/Keluwat memiliki 5 buah marga yaitu:
Pelis
Selian
Bencawan
Pinem
Caniago.
Marga yang terakhir (Caniago) adalah marga keturunan orang Minangkabau yang telah
berasimilasi dengan Kluet sejak berabad-abad yang lalu. Empat marga di atas juga ditemukan
dalam suku Alas, Karo, dan Pakpak. Suku Kluet mempergunakan bahasa Kluet yang termasuk
dalam kelompok bahasa-bahasa Batak. Bahasa Kluet terbagi atas 3 dialek yaitu Dialek Paya
Dapur, Manggamat, dan Lawe Sawah, dan gunung pudung.
Suku Pakpak adalah suku yang berasal dari Pulau Sumatra. Suku ini tersebar di beberapa
kabupaten/kota seperti Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang
Hasundutan, Tapanuli Tengah (Sumatra Utara), dan Kabupaten Aceh Singkil dan Kota
Subulussalam (Aceh).
Suku Tamiang atau Melayu Tamiang (Abjad Jawoë: )تامياڠadalah suku bangsa yang
merupakan penduduk asli Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh, dan Kabupaten Langkat
di Sumatra Utara. Meskipun serumpun, suku Tamiang bukanlah merupakan suku Aceh salah satu
suku bangsa yang juga berasal dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Meski demikian, suku
Tamiang telah sekian abad menjadi bagian dari masyarakat Aceh.
Dari segi kebudayaan, masyarakat suku Melayu Tamiang memiliki banyak persamaan
dengan dengan masyarakat Melayu di pesisir timur Sumatra lainnya. Bahasa yang dituturkan
oleh suku Melayu Tamiang yakni Bahasa Tamiang, yang merupakan bagian dari dialek Bahasa
Melayu.
Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia, berdasarkan sensus
dari Badan Pusat Satistik pada tahun 2010. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk
mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan
Pantai Timur di provinsi Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah
Angkola, Karo, Mandailing, Pakpak/Dairi, Simalungun, dan Toba. Batak adalah rumpun suku-
suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Namun sering sekali orang
menganggap penyebutan Batak hanya pada suku Toba, padahal Batak tidak hanya suku Toba.
Saat ini pada umumnya orang Batak menganut agama Kristen Protestan, Kristen Katolik,
dan Islam. Tetapi ada pula yang menganut kepercayaan tradisional yakni: tradisi Malim
(penganutnya disebut Parmalim) dan juga menganut kepercayaan animisme, walaupun kini
jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.
Suku Pakpak atau lazim juga disebut Batak Pakpak adalah salah satu suku bangsa yang
terdapat di Pulau Sumatra Indonesia. Tersebar di beberapa kabupaten/kota di Sumatra Utara dan
Aceh, yakni di: Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan,
Tapanuli Tengah (Sumatra Utara), sebagian Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam
(Aceh).
Suku Pakpak terdiri atas 5 subsuku, dalam istilah setempat sering disebut dengan istilah
Pakpak Silima Suak yang terdiri dari:
Pakpak Klasen, berdomisili di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah kabupaten
Humbang Hasundutan dan wilayah Manduamas yang merupakan bagian dari kabupaten
Tapanuli Tengah.
Pakpak Simsim, berdiam di kabupaten Pakpak Bharat.
Pakpak Boang, bermukim di provinsi Aceh yaitu di kabupaten Aceh Singkil dan kota
Subulussalam. Suku Pakpak Boang ini banyak disalahpahami sebagai suku Singkil.
Pakpak Pegagan, bermukim di Sumbul dan sekitarnya di Kabupaten Dairi.
Pakpak Keppas, bermukim di kota Sidikalang dan sekitarnya di Kabupaten Dairi.
20. Suku Batak Simalungun – Sumatra
Suku Simalungun atau
lazim juga disebut Batak
Simalungun adalah salah
satu suku yang berada di
provinsi Sumatra Utara,
Indonesia, yang menetap di
Kabupaten Simalungun dan
sekitarnya. Beberapa
sumber menyatakan bahwa
leluhur suku ini berasal dari
daerah India Selatan tetapi
ini hal yang sedang
diperdebatkan. Sepanjang
sejarah suku ini terbagi ke
dalam beberapa kerajaan.
Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan 3
marga pendatang yaitu, Saragih, Sinaga, dan Purba. Kemudian
marga marga (nama keluarga) tersebut menjadi 4 marga besar
di Simalungun.
Orang Batak menyebut suku ini sebagai suku "Si Balungu" dari legenda hantu yang
menimbulkan wabah penyakit di daerah tersebut, sedangkan orang Karo menyebutnya Timur
karena bertempat di sebelah timur mereka.
21. Suku Batak Toba – Sumatra
Suku Batak Toba merupakan sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang berasal dari
provinsi Sumatra Utara, Indonesia. Wilayah yang mayoritas orang Batak Toba, khusunya berada
di provinsi Sumatra Utara meliputi Kabupaten Toba, Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang
Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, dan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Sebagian lagi tersebar di Kota Sibolga, Kota Pematang Siantar, Kota Medan, Kabupaten
Dairi, Kabupaten Deli Serdang, dan sekitar provinsi Sumatra Utara, serta beberapa wilayah di
Indonesia.
22. Suku Nias – Sumatra
Suku Nias adalah kelompok etnik yang berasal dari Pulau Nias. Mereka menamakan diri
mereka "Ono Niha" (Ono berarti anak/keturunan; Niha = manusia) dan Pulau Nias sebagai "Tanö
Niha" (Tanö berarti tanah). Hukum adat tradisional Nias secara umum disebut fondrakö.
Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik, dibuktikan oleh peninggalan sejarah
berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini
sampai sekarang.
Melayu Indonesia (Melayu dan Indonesia. Abjad Jawi: )ماليو ايندونيسياadalah Suku Melayu
yang tinggal di Indonesia. Secara historis, bahasa Indonesia baku adalah standardisasi dari
bahasa Melayu Tinggi Riau. Ada sejumlah kerajaan Melayu di Indonesia yang berada di Sumatra
Timur dan Kalimantan Barat. Ada beberapa kerajaan Melayu yang terkenal di antaranya adalah
Siak Sri Indrapura, Kesultanan Deli, Kesultanan Riau Lingga, Kesultanan Jambi, dan Kesultanan
Palembang.
25. Suku Mentawai – Sumatra
Suku Mentawai adalah penghuni asli Kepulauan Mentawai. Sebagaimana suku Nias dan
suku Enggano, mereka adalah pendukung budaya Proto-Melayu yang menetap di Kepulauan
Nusantara sebelah barat. Daerah hunian warga Mentawai, selain di Mentawai juga di Pulau Pagai
Utara dan Pagai Selatan. Suku ini dikenal sebagai peramu dan ketika pertama kali dipelajari
belum mengenal bercocok tanam. Tradisi yang khas adalah penggunaan tato di sekujur tubuh,
yang terkait dengan peran dan status sosial penggunanya.
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia,
dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat &
Banten. Populasi suku Sunda secara signifikan juga dapat ditemukan di wilayah Jakarta,
Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Orang Sunda tersebar diberbagai
wilayah Indonesia, dengan provinsi Banten dan Jawa Barat sebagai wilayah utamanya. Jati diri
yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasa dan budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki
sifat optimistis, ramah, sopan, riang dan bersahaja.Orang Portugis mencatat dalam Suma Oriental
bahwa orang Sunda bersifat jujur dan pemberani. Orang Sunda juga adalah suku bangsa pertama
yang melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain. Sang Hyang
Surawisesa atau Raja Samian adalah raja pertama di Nusantara yang melakukan hubungan
diplomatik dengan bangsa lain pada abad ke-15 dengan orang Portugis di Malaka. Hasil dari
diplomasinya dituangkan dalam Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal. Beberapa tokoh Sunda juga
menjabat Menteri dan pernah menjadi Wakil Presiden pada kabinet RI. Di samping prestasi
dalam bidang politik (khususnya pada awal masa kemerdekaan Indonesia) dan ekonomi, prestasi
yang cukup membanggakan adalah pada bidang budaya yaitu banyaknya penyanyi, musisi, aktor,
dan aktris dari etnis Sunda yang memiliki prestasi di tingkat nasional, maupun internasional.
36. Suku Jawa - Pulau Jawa
Suku Badui atau kadang sering disebut Baduy merupakan masyarakat adat dan sub-etnis
dari suku Sunda di wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Populasi mereka
sekitar 26.000 orang, mereka merupakan salah satu kelompok masyarakat yang menutup diri
mereka dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk
didokumentasikan, khususnya penduduk wilayah Badui Dalam. Secara etnis Badui termasuk
dalam suku Sunda, mereka dianggap sebagai suku Sunda yang belum terpengaruh modernisasi
atau kelompok yang hampir sepenuhnya terasing dari dunia luar. Masyarakat Badui menolak
istilah "wisata" atau "pariwisata" untuk mendeskripsikan kampung-kampung mereka. Sejak
2007, untuk mendeskripsikan wilayah mereka serta untuk menjaga kesakralan wilayah tersebut,
masyarakat Badui memperkenalkan istilah "Saba Budaya Baduy", yang bermakna "Silaturahmi
Kebudayaan Badui".
39. Suku Bawean - Pulau Jawa
Suku Bawean, dikenal juga Boyan atau
Bhebien, suku ini terbentuk karena terjadi
percampuran antara orang Madura, Melayu,
Jawa, Banjar, Bugis dan Makassar selama
ratusan tahun di pulau Bawean. Masyarakat
Melayu Malaka dan Malaysia lebih
mengenal dengan sebutan Boyan daripada
Bawean dan dalam pandangan mereka
Boyan berarti sopir dan tukang kebun
(kepbhun dalam bahasa Bawean), karena
profesi sebagian masyarakat asal Bawean
adalah bekerja di kebun atau sebagai sopir.
Orang-orang
Bawean merupakan satu kelompok kecil dari masyarakat Jawa yang berasal dari Pulau Bawean
yang terletak di Laut Jawa antara dua pulau besar yaitu Pulau Kalimantan di utara dan Pulau
Jawa di selatan. Pulau Bawean terletak sekitar 80 mil ke arah utara Surabaya, dan masuk
kabupaten Gresik. Pulau Bawean terdiri atas dua kecamatan, yaitu kecamatan Sangkapura dan
kecamatan Tambak. Diponggo adalah salah satu kelurahan dari 30 kelurahan di pulau Bawean
yang bahasanya berbeda jauh dari desa-desa yang lain. Masyarakat Diponggo berbahasa semi
Jawa, hal mana merupakan warisan dari seorang ulama wanita yang pernah menetap di desa itu,
yaitu waliyah Zainab, yang masih keturunan Sunan Ampel.
Sulit untuk menentukan waktu yang tepat kedatangan orang-orang Bawean ke Malaka
karena tidak ada bukti dan dokumentasi sejarah mengenai kedatangan mereka.Tidak ada catatan
resmi mengenai kedatangan mereka di Malaka. Berbagai pendapat yang dikemukakan tidak bisa
menunjukkan waktu yang tepat. Pendapat pertama mengatakan bahwa ada orang yang bernama
Tok Ayar datang ke Malaka pada tahun 1819.Pendapat yang kedua mengatakan bahwa orang
Bawean datang pada tahun 1824, kira-kira semasa penjajahan Inggris di Malaka, dalam catatan
Pemerintah Koloni Singapore pada tahun 1849 terdapat 763 orang Bawean dan itu terus
bertambah jumlahnya. Sedangkan dalam catatan Persatuan Bawean Malaysia pada tahun 1891
terdapat 3.161 orang Bawean yang tersebar di Kuala Lumpur, Johor Bharu, Melaka, Seremban
dan Ipoh. Pendapat yang ketiga mengatakan orang Bawean sudah ada di Malaka sebelum tahun
1900 dan pada tahun itu sudah banyak orang Bawean di Malaka. Masyarakat Bawean umumnya
tinggal di kota atau daerah yang dekat dengan kota, seperti di Kampung Mata Kuching, Klebang
Besar, Limbongan, Tengkera dan kawasan sekitar Rumah Sakit Umum Malaka. Jarang ditemui
orang Bawean yang tinggal di kawasan-kawasan yang jauh dari kota dan jumlah orang Bawean
yang terdapat di Malaka diperkirakan tidak melebihi seribu orang.
Selain di Malaka, orang Bawean (Bhebien) juga tersebar di Lembah Klang, seperti di
kawasan Ampang, Gombak, Balakong dan juga Shah Alam. Mereka membeli tanah dan
membangun rumah secara berkelompok. Di Gelugor, Pulau Pinang terdapat sekurang-kurangnya
2 keluarga besar orang Bawean. Mereka menggunakan bahasa Melayu dialek Pulau Pinang
untuk bertutur dengan orang bukan Bawean.
Anak-anak mereka yang lahir di Malaysia telah menjadi warga negaraMalaysia.
Perantau-perantau yang datang dari tahun 90-an ada yang telah menerima status penduduk tetap.
Orang Bawean terkenal dengan keahlian membuat bangunan dan rumah. Ada juga yang menjadi
usahawan kecil seperti sub-kontraktor pembersih bangunan dan peniaga runcit.
Selain di negara Malaysia dan Singapura orang-orang Bawean juga bermigrasi ke Australia dan
Vietnam. Mereka memasuki Australia sekitar tahun 1887 melalui jalur Singapura dan menetap di
pulau Christmas. sebagian besar di antara mereka menyebar di Australia Barat diperkirakan
terdapat tidak kurang dari 500 keturunan orang Bawean termasuk dari perkawinan campur
dengan keturunan orang melayu, Kokos, Jawa, India, Arab, Eropa, dan sebagainya. Sedangkan
orang Bawean di Vietnam tersebar di Ho Chi Minh City kedatangan mereka di Vietnam
diperkirakan sekitar tahun 1885.
Di antaraketurunan mereka yang lahir di Singapura, Vietnam dan Pulau Krismas sudah
tidak lagi bisa berbahasa Bawean, bahkan yang lahir di daratan Australia tidak bisa pula
berbahasa Melayu, walau mereka mengerti. Orang-orang Bawean yang tinggal di negara tersebut
kecuali yang tinggal di Vietnam masih menjalin hubungan dengan kerabatnya yang ada di Pulau
Bawean.
Suku Tengger atau lazim disebut Jawa Tengger (IPA: /tənggər/) atau juga disebut orang
Tengger atau wong Brama adalah suku yang mendiami dataran tinggi sekitaran kawasan
pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur, Indonesia. Penduduk suku Tengger
menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, Kabupaten
Probolinggo, dan Kabupaten Malang.
Ada 3 teori yang menjelaskan asal nama Tengger:
Tengger berarti berdiri tegak atau berdiam tanpa gerak, yang melambangkan
watak orang Tengger yang berbudi pekerti luhur, yang harus tercermin dalam
segala aspek kehidupan.
Tengger bermakna pegunungan, yang sesuai dengan daerah kediaman suku
Tengger.
Tengger berasal dari gabungan nama leluhur suku Tengger, yakni Rara Anteng
dan Jaka Seger.
Pulau Madura bentuknya seakan mirip badan sapi, terdiri dari empat Kabupaten, yaitu:
Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Madura, Pulau dengan sejarahnya yang
panjang, tercermin dari budaya dan keseniannya dengan pengaruh islamnya yang kuat.
Pulau Madura didiami oleh suku Madura yang merupakan salah satu etnis suku dengan populasi
besar di Indonesia, jumlahnya sekitar 5 juta jiwa, dan dihuni oleh beberapa suku pendatang
seperti suku Jawa, etnis Tionghoa, suku Sunda, suku Melayu. Suku Madura berasal dari pulau
Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu,
orang Madura banyak tinggal di bagian timur Jawa Timur biasa disebut wilayah Tapal Kuda,
dari Pasuruan sampai utara Banyuwangi. Orang Madura yang berada di Situbondo dan
Bondowoso, serta timur Probolinggo, Jember, jumlahnya paling banyak dan jarang yang bisa
berbahasa Jawa, juga termasuk Surabaya Utara,serta sebagian Malang .
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan, masyarakat Madura juga dikenal
hemat, disiplin, dan rajin bekerja keras (abhântal ombâ' asapo' angèn/)أبْاْنتال أَومباْء أساڤَوء أ َڠين. Harga
diri, juga paling penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki sebuah falsafah:
ètèmbhâng potè mata, ango'an potè tolang/ أ َڠوءأن ڤَوتَي تَوالڠ،أَيتَيمبْاْڠ ڤَوتَي ماتا. Sifat yang seperti inilah
yang melahirkan tradisi carok pada sebagian masyarakat Madura.
Suku Dayak ( /ˈdaɪ.ək/ ( simak); ejaan lama: Dajak atau Dyak)adalah suku bangsa atau
kelompok etnik yang mendiami pedalaman pulau Kalimantan. Kata "daya" serumpun dengan
misalnya kata "raya" dalam nama "Toraya" yang berarti "orang (di) atas, orang hulu".
Berdasarkan bukti-bukti arkeologis yang ditemukan di Gua Niah (Sarawak) dan Gua Babi
(Kalimantan Selatan), penghuni pertama Kalimantan memiliki ciri-ciri Austro-Melanesia,
dengan proporsi tulang kerangka yang lebih besar dibandingkan dengan penghuni Kalimantan
masa kini yang mendiami Pulau Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan
Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Selatan). Ada 3 suku pokok atau 5 suku asli
Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, dan Tidung.
Menurut sensus Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2010, suku bangsa yang
terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokkan menjadi 3 suku pokok yaitu suku Dayak
Indonesia (268 sub etnik/sub suku di Indonesia), Suku Melayu, dan suku asal Kalimantan
lainnya (non Dayak & non Melayu). Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah budaya maritim
atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama
kekeluargaannya.
Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun yakni rumpun Klemantan alias
Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun
Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju dan rumpun Punan. Namun secara ilmiah, para linguis melihat
5 kelompok bahasa yang dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki kerabat di
luar pulau Kalimantan:
"Barito Raya" (33 bahasa, termasuk 11 bahasa dari kelompok bahasa Madagaskar, dan
Sama-Bajau termasuk Suku Dayak Paser.
"Dayak Darat" (13 bahasa), termasuk bahasa Rejang di Bengkulu.
"Borneo Utara" (99 bahasa), termasuk bahasa Yakan di Filipina serta satu suku yang
berdiri dengan nama sukunya sendiri yaitu Suku Tidung.
"Sulawesi" dituturkan 3 suku Dayak di pedalaman Kalbar: Dayak Taman, Dayak
Embaloh, Dayak Kalis disebut rumpun Dayak Banuaka.
"Dayak Melayik" dituturkan: Dayak Meratus/Bukit (alias Banjar arkhais), Dayak Iban
(dan Saq Senganan]] (Malayic Dayak), Dayak Kendayan (Kanayatn). Beberapa suku asal
Kalimantan beradat Melayu yang terkait dengan rumpun ini sebagai suku-suku tersendiri yang
berdiri mandiri ataupun suku Melayu itu sendiri yaitu Suku Banjar, Suku Kutai, Suku Melayu
Berau, Suku Melayu Sambas, dan Suku Melayu kedayan.
Suku Dayak Paser adalah suku bangsa yang tanah asal leluhurnya berada di sepanjang
tenggara pulau Kalimantan atau Borneo atau terletak di bagian Selatan dari provinsi Kalimantan
Timur, Indonesia.
Suku Bali (bahasa Bali: Anak Bali, Wong Bali, atau Krama Bali) adalah suku bangsa
mayoritas di pulau Bali, yang menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali. Menurut
hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, ada kurang lebih 3,9 juta orang Bali di Indonesia.Sekitar
3,3 juta orang Bali tinggal di Provinsi Bali dan sisanya terdapat di Nusa Tenggara Barat,
Sulawesi Tengah, Lampung, Bengkulu dan daerah penempatan transmigrasi asal Bali lainnya.
Kebudayaan Bali terkenal akan seni tari, seni pertujukan, dan seni ukirnya. Covarrubias
mengamati bahwa setiap orang Bali layak disebut sebagai seniman, sebab ada berbagai aktivitas
seni yang dapat mereka lakukan—lepas dari kesibukannya sebagai petani, pedagang, kuli, sopir,
dan sebagainya—mulai dari menari, bermain musik, melukis, memahat, menyanyi, hingga
bermain lakon.
Suku Sumbawa atau Samawa adalah suku bangsa yang mendiami wilayah bagian barat
dan tengah pulau Sumbawa (meliputi Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat). Suku
Sumbawa menyebut diri mereka sendiri sebagai Tau Samawa (terj. bahasa Indonesia: Orang
Samawa; Orang Sumbawa) dan menggunakan bahasa Samawa. Sebagian besar suku Sumbawa
beragama Islam. Pada masa lalu, Suku Sumbawa pernah membangun kerajaan yang kemudian
menjadi Kesultanan Sumbawa sampai tahun 1959 yang kemudian dibubarkan oleh pemerintah
pusat dan dibentuklah Pemerintah Daerah tingkat II Kabupaten Sumbawa tanggal 22 Januari
1959.
Boti merupakan keturunan dari suku asli Pulau Timor, Atoni Metu. Wilayah kerajaan
Boti terletak sekitar 40 kilometer dari kota kabupaten Timor Tengah Selatan, So'e, secara
administratif kini menjadi desa Boti Kecamatan Kie. Karena letaknya yang sulit dicapai di
tengah pegunungan, Desa Boti tertutup dari peradaban modern dan perkembangan zaman.
Suku Bunak (ejaan alternatif: Bunaq, Buna', Bunake), atau disebut juga suku Marae,
adalah suku bangsa yang tinggal di wilayah pegunungan tengah Timor, terpisah oleh perbatasan
politik Timor Barat, Indonesia, tepatnya Distrik Lamaknen dan Timor-Leste.[1]
Istilah Bunak juga merujuk kepada Bahasa Bunak, yaitu salah satu bahasa Timor Leste
yang tidak termasuk rumpun bahasa Austronesia, dan diklasifikasikan sebagai sebuah bahasa
Trans-Nugini. Suku ini dikelilingi oleh suku-suku yang menggunakan bahasa-bahasa dari
rumpun bahasa Melayu-Polinesia, seperti bahasa Atone dan bahasa Tetum.
Menurut Languages of the World (Voegelin dan Voegelin 1977), ada sekitar 100.000
penutur bahasa ini, terpisah antara kedua negara.
Suku Manggarai yaitu sebuah suku bangsa yang mendiami anggota barat pulau Flores di
provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Suku Manggarai tersebar di tiga kabupaten di provinsi
tersebut, yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai
Timur.
Suku Sikka adalah komunitas adat yang berada di Kabupaten Sikka, di Flores Timur
Tengah, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Jumlah orang Sikka diperkirakan sekitar lebih dari
350.000 orang. Menurut sebuah sumber menyatakan bahwa daerah asal orang Sikka adalah di
Kecamatan Bola, lela, Maumere, dan Kewapente.
58. Suku Sumba - Nusa Tenggara Timur
Pulau Sumba didiami oleh Suku Sumba dan terbagi atas empat kabupaten, Sumba Barat
Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur adalah bagian dari Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia. Masyarakat Sumba secara rasial adalah campuran Ras Melanesia-
Papua dan Ras Austronesia-Melayu, yang cukup mampu mempertahankan kebudayaan aslinya di
tengah-tengah arus pengaruh asing yang telah singgah di kepulauan Nusa Tenggara Timur sejak
dahulu kala. Kepercayaan khas daerah Marapu, setengah leluhur, setengah dewa, masih amat
hidup di tengah-tengah masyarakat Sumba. Marapu menjadi falsafah dasar bagi berbagai
ungkapan budaya Sumba mulai dari upacara-upacara adat, rumah-rumah ibadat (umaratu)
rumah-rumah adat dan tata cara rancang bangunnya, ragam-ragam hias ukiran-ukiran dan tekstil
sampai dengan pembuatan perangkat busana seperti kain-kain hinggi dan lau serta perlengkapan
perhiasan dan senjata.
59. Suku Rote - Nusa Tenggara Timur
Suku Rote adalah salah satu penduduk asli Pulau Rote, yang sebagian di antaranya ada
pula yang menetap di Pulau Timor. Selain itu, Suku Rote juga mendiami pulau-pulau di sekitar
Pulau Rote, yaitu Pulau Ndao, Pulau Nuse, Pulau Pamana, Pulau Doo, Pulau Heliana, Pulau
Landu, Pulau Manuk, dan pulau-pulau kecil lainnya. Ada ahli yang berpendapat bahwa orang
Rote sebelumnya bermigrasi dari Pulau Seram di Maluku.
Bahasa Suku Rote termasuk Rumpun bahasa Austronesia, dari Melayu-Polinesia Barat-
Selatan, yang terbagi ke dalam beberapa dialek.
Mata pencaharian orang Rote adalah berladang, beternak, menangkap ikan, menyadap
nira, dan kerajinan lontar. Tanah yang memiliki pengairan dibuat menjadi sawah atau sawah
tadah hujan. Hasil pertanian utama adalah padi ladang, jagung, dan ubi kayu, sedangkan hewan
ternak utama adalah kerbau, sapi, kuda, dan ayam. Wanita Suku Rote mengerjakan kerajinan
menenun kain tradisional, anyaman pandan, dll.
Sistim kekerabatan suku ini adalah kekerabatan keluarga inti atau keluarga luas, dan
bersifat patrilineal dan menjaga adat pernikahan eksogami klan. Gabungan beberapa keluarga
luas membentuk klan kecil (nggi leo), gabungan klan-klan kecil membentuk klan besar (leo).
Pemimpin klan dinamakan manek atau mane leo.
Kepercayaan tradisional Suku Rote mengenal sosok Sang Pencipta, yaitu Lamatuan atau
Lamatuak. Sosok tersebut dipandang sebagai Pencipta, Pengatur, dan Pemberi Berkah, yang
dilambangkan tiang bercabang tiga. Pada masa kini, Suku Rote banyak yang telah menganut
agama Kristen Protestan, Kristen Katolik, atau Islam.
Suku bangsa Flores adalah percampuran etnis antara Melayu, Melanesia, dan Portugis.
Dikarenakan lokasi yang berdekatan dengan Timor, yang pernah menjadi Koloni Portugis,
karenanya interaksi dengan kebudayaan Portugis pernah terjadi dalam kebudayaan Flores, beik
lewat Genetika, Agama dan kebiasaan.
Pada masa lalu masyarakat Ende mengenal tiga lapisan sosial. Lapisan atas adalah kaum
bangsawan, yang didaerah pesisir di sebut Ata Nggaeh dan diaerah pedalaman disebut Mosa
Rabi. Dua lapisan lainnya adalah lapisan masyarakat biasa dan lapisan budak. mereka juga masih
memiliki kesenian-kesenian tradisional seperti seni tari ( tarian gawi, mursi, waewali ). Bahasa
yang dipakai adalah bahasa Ende.
Suku Minahasa adalah kelompok suku etnis yang berasal dari Semenanjung Minahasa di
bagian utara pulau Sulawesi di Indonesia. Wilayah-wilayah administratif tempat bermukim
mayoritas orang-orang Minahasa (atau Minahasa Raya) adalah Kabupaten Minahasa, Kabupaten
Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung,
Kota Manado, dan Kota Tomohon. Seluruh kawasan administratif ini terletak di Provinsi
Sulawesi Utara dan suku Minahasa merupakan suku bangsa terbesar di provinsi ini. Hal ini juga
yang menyebabkan dalam percakapan awam, orang Minahasa sering kali disamakan dengan
sebutan orang Manado yang adalah ibukota Sulawesi Utara. Suku Minahasa merupakan
gabungan dari kelompok-kelompok sub-etnis yaitu Bantik, Pasan/Ratahan, Ponosakan, Tombulu,
Tondano (Toulour), Tonsawang (Tombatu), Tonsea, dan Tontemboan.
Suku Mongondow adalah sebuah etnis di Indonesia. Dahulu suku ini memiliki kerajaan
yang bernama Bolaang Mongondow, yang kemudian pada tahun 1958 secara resmi bergabung ke
dalam Indonesia serta menjadi Kabupaten Bolaang Mongondow. Suku ini mayoritas bermukim
di Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Suku Sangir adalah salah satu-suku asli Indonesia yang menghuni rangkaian kepulauan
antara Sulawesi dan Mindanao, Filipina bagian selatan. Bahasa asli suku ini adalah Bahasa
Sangir. Suku Sangir biasanya ditemukan di provinsi Sulawesi Utara, Indonesia dan Wilayah
Davao, Filipina.
Bagi orang Balantak, ada empat hal yang dianggap sebagai unsur paling penting dalam
kebudayaannya. Keempat hal tersebut adalah martabat, kekeluargaan, keteraturan sosial, dan
kemurahan hati. Dalam urusan kekeluargaan, masyarakat Balantak terbilang memiliki ikatan
yang erat. Semangat gotong royong dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu
perwujudannya.
Suku Mandar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Sulawesi Barat, serta
sebagian Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah Populasi Suku Mandar dengan jumlah
Signifikan juga dapat ditemui di luar Sulawesi seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Jawa dan Sumatra bahkan sampai ke Malaysia.
75. Suku Luwu – Sulawesi
Suku Luwu (Palopo Raya) Orang Luwu merupakan penduduk asal yang bermukim di
Kabupaten Luwu Timur dan Luwu Utara, Sulsel. Kediaman orang Luwu biasa disebut Tana
Luwu yang berada di daerah pantai. Sedangkan orangnya disebut To Luwu
Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut
animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda
datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun
1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja
dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog. Masyarakat Toraja
sejak tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat berkepercayaan tradisional
dan agraris, menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen dan mengandalkan sektor
pariwisata yang terus meningkat.
Suku Aru merupakan Suku bangsa yang mendiami wilayah kepulauan Aru di Maluku
Tenggara. Kepulauan yang dikaruniai kekayaan potensi sumber daya alam dan juga budaya ini
terletak di Lepengan Sahul berdampingan dengan Papua dan Benua Australia, yang terdiri dari
lima pulau besar dikelilingi oleh 182 pulau kecil dengan total luas 8.563 km2.
83. Suku Buru – Maluku
Suku Buru adalah sebuah kelompok etnis yang kebanyakan tinggal di pulau Buru,
Indonesia, serta pada beberapa Kepulauan Maluku lainnya. Mereka juga menyebut diri gebfuka
atau gebemliar yang secara harfiah berarti "orang dunia" atau "orang tanah". Orang Buru terkait
dengan kelompok antropologi Indonesia Timur dan dari titik etnografis pandang yang sama
dengan masyarakat adat lain dari pulau Buru. Mereka berbicara dalam bahasa Buru.
Suku Wai Apu merupakan salah satu kelompok sosial yang mendiami Pulau Buru,
Kabupaten Maluku, Provinsi Maluku. Masyarakat suku Wai Apu pada umumnya bermukim di
wilayah Kecamatan Buru Utara Timur. Menurut catatan tim penelitian dari Departemen Sosial
pada tahun 1971, jumlah suku Wai Apu sekitar + 3.691 jiwa, dan mereka pada waktu itu
dikategorikan sebagai salah satu kelompok "masyarakat terasing". Dalam perkembangannya,
pada tahun 1985 jumlah mereka berada di kisaran 44.048 jiwa, tetapi jumlah mereka tidak lagi
diketahui secara pasti. Kini, masyarakat Pulau Buru pada umumnya telah banyak berubah dan
orang Wai Apu sendiri diperkirakan telah mengalami perubahan.
Orang Aero merupakan satu kolektifa yang bermukim di hulu sungai Wuruwai, di mana
sungai itu bermuara di pantai urata wilayah Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Pada tahun
1962 ada 86 orang Aero bermigrasi menyusur sungai tadi menuju ke arah pantai.
Suku Asaro yang sama-sama berasal dari dataran tinggi Papua Nugini terkenal karena
topeng tanah liat yang mereka gunakan.
Suku yang mendiami Provinsi Highlands Timur itu menggunakan topeng putih yang
terbuat dari tanah liat. Topeng yang mereka gunakan memiliki penampakan yang menakutkan,
dengan telinga yang aneh, mata yang tajam, gigi, taring babi liar, dan kerutan yang semakin
melengkapi kesan seram. Mereka menggunakan topeng ini untuk melawan musuh-musuh yang
ingin berperang.
Suku Korowai adalah suku yang baru ditemukan keberadaannya sekitar 30 tahun yang
lalu di pedalaman Papua, Indonesia dan berpopulasi sekitar 3000 orang. Suku terasing ini hidup
di rumah yang dibangun di atas pohon yang disebut Rumah Tinggi. Beberapa rumah mereka
bahkan bisa mencapai ketinggian sampai 50 meter dari permukaan tanah. Suku Korowai adalah
salah satu suku di daratan Papua yang tidak menggunakan koteka. Sampai tahun 1970, mereka
tidak mengetahui keberadaan setiap orang selain kelompok mereka.
Suku Dani dikenal juga sebagai suku yang menghuni Lembah Baliem yang terletak di
pegunungan tengah Papua. Ketinggian lembah ini berada 1.650 meter di atas permukaan laut
(mdpl). Suku ini dikenal karena pria-nya mengenakan koteka.
Suku Asmat adalah suku yang berasa dari Papua. Suku Asmat dikenal dengan hasil
ukiran kayunya yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir
pantai dan mereka yang tinggal di pedalaman.
6Tarian saman merupakan contoh tarian milik Negara Indonesia yang telah menarik
perhatian masyarakat dunia. Tarian ini juga kental dengan puisi-puisi religius, tarian-tarian yang
memiliki koreografi dalam posisi duduk bersamaan dengan gerakan tangan semua penari yang
selaras membuat tarian ini memiliki visualisasi yang nyaman untuk dilihat. Tarian ini juga
diiringi dengan puisi yang diisi dengan pesan-pesan agama seperti ajaran kebajikan, dan tarian
lainnya, makna tarian saman juga sangat baik untuk masyarakat.
Tarian logong merupakan seni tari yang berasal dari daerah Bali, tarian ini adalah tarian
yang memiliki latar belakang kisah kisah cinta raja dali lasem, taria ini dipentaskan secara
dinamis sehingga dapat memikat hati para penonton.
Tarian Andun adalah salah satu tarian tradisional dari daerah Bengkulu. Tarian Andun
biasanya dilakukan selama pernikahan, pertempuran, atau acara tradisional lainnya. Tarian ini
biasanya dilakukan di pesta pernikahan, yaitu saat menyambut pengantin wanita. Namun, pada
masa muda tarian ini masih sangat umum karena pada acara pernikahan pertunjukan musik
biasanya lebih diinginkan daripada mempertahankan kebiasaan mereka sendiri. Itulah sebabnya
tarian tradisional yang satu ini punah di kalangan anak muda.
Tarian ini diiringi oleh alat musik tradisional, yaitu kolintang dan redap. Tidak
sembarang orang bisa menari tarian ini, ada kriteria tertentu yang digunakan. Misalnya, dalam
acara-acara tradisional, ketika menari berpasangan, penari yang dipilih harus lajang dan
perempuan atau belum menikah dan tidak terkait dengan darah atau kerabat. Jika ada orang yang
menyembunyikan status kekerabatannya, akan ada hukum adat yang berbicara.
Tarian Bidadari Teminang Anak adalah salah satu tarian tradisional klasik yang berasal
dari Rejang Lebong, Bengkulu. Tarian ini sering dipertunjukkan di berbagai kegiatan / acara di
Bengkulu, misalnya saat menyambut tamu agung, tamu negara, upacara pernikahan dan acara
lainnya.
Tarian Bidadari Teminang Anak dari Bengkulu menggambarkan seorang malaikat yang
turun dari surga ke bumi untuk mengangkat seorang anak. Memiliki makna, antara lain, berkah
yang datang dari surga pada manusia di bumi.
Tari Topeng Betawi marupakan tarian tradisional masyarakat Betawi di Jakarta yang
menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tarian ini merupakan kombinasi antara tarian, musik
dan nyanyian. Seperti pertunjukan teater atau opera, penari menari dengan suara musik dan
nyanyian. Tarian Topeng Betawi lebih bersifat teatrikal dan komunikatif melalui gerakan.
Tari Topeng Betawi pada awalnya dilakukan oleh seniman. Mereka biasanya diundang
sebagai penghibur dalam acara-acara seperti pernikahan, sunat, dan lainnya. Menurut
kepercayaan orang Betawi, tarian ini dapat menjauhkan diri dari bencana. Namun seiring dengan
perkembangan zaman, kepercayaan mulai memudar dan menjadikan tarian ini hanya hiburan di
acara tersebut. Tetapi meskipun kepercayaannya mulai menghilang, tarian ini diadakan untuk
memeriahkan pesta atau acara tradisional.
Tarian Yapong adalah bentuk tarian dari Jakarta yang diciptakan untuk pertunjukan.
Tarian ini bukan jenis tarian sosial seperti kebanyakan tarian daerah, seperti tarian Jaipong dari
Jawa Barat. Namun dalam perkembangannya, tarian ini sering digunakan sebagai tarian sosial
untuk mengisi suatu acara sesuai permintaan karena tarian tersebut penuh dengan variasi di
dalamnya. Tarian ini adalah tarian yang senang dengan gerakan dinamis dan eksotis. Dalam
gerakan tarian Yapong, suasana gembira diungkapkan karena menyambut kedatangan Pangeran
Jayakarta. Adegan itu disebut Yapong dan tidak mengandung makna apa pun. Istilah ini muncul
dari sebuah lagu yang mengatakan ya, ya, ya, ya, dinyanyikan oleh penyanyi yang menyertainya
dan suara musik yang terdengar pong, pong, pong, sehingga “ya-pong” lahir, yang semakin
berkembang menjadi Yapong.
10. Tari Sekapur Sirih (Jambi)
Tari Sekapur Sirih adalah tarian selamat datang untuk tamu besar di Jambi, Kepulauan
Riau, dan Provinsi Riau. Tarian ini juga terkenal di Malaysia sebagai tarian wajib untuk tamu
besar. Keagungan dalam gerakan lembut dan halus berpadu dengan iringan musik dan puisi yang
ditujukan untuk para tamu. Menyambut dengan wajah putih jernih menunjukkan keramahan
untuk para tamu terhormat. Tarian ini menggambarkan perasaan hati yang putih dalam
menyambut tamu. Umumnya ditarikan oleh 9 penari wanita, dan 3 penari pria, 1 orang bertugas
membawa payung dan 2 penjaga.
Tarian Selampit Delapan adalah tarian tradisional yang berasal dari Provinsi Jambi.
Tarian ini pertama kali diperkenalkan oleh M. Ceylon, seorang koregrafer senior yang lahir di
Padang Sidempuan (1940) yang bertanggung jawab atas Dinas Kebudayaan Provinsi Jambi pada
tahun 1970-an. Tinggal di Kota Jambi. Lebih banyak kegiatan di bidang budaya membuatnya
berhasil menangkap pesan-pesan kearifan masyarakat yang kemudian diolah menjadi sebuah
karya seni yang disebut Tari Selampit Delapan dan dimainkan oleh delapan penari. Dalam
perkembangannya, tarian itu kemudian ditentukan menjadi salah satu tarian khas Provinsi Jambi.
Tari Topeng Kuncaran merupakan salah satu tarian yang menceritakan balas dendam
seorang raja karena cintanya ditolak. Tarian topeng ini juga merupakan salah satu jenis tarian
topeng yang berbeda dari tarian topeng dari daerah Jakarta.
Tari Bambangan Cakil adalah tarian klasik di Jawa, terutama di Jawa Tengah. Tarian ini
sebenarnya diadopsi dari salah satu adegan dalam pertunjukan Wayang Kulit, adegan Perang
Bunga. Tarian ini menceritakan tentang perang antara ksatria dan raksasa.
Tari Monong merupakan tarian tradisional suku Dayak di Kalimantan barat. Tari Monong
juga sering di sebut sebagai tari manang. Tarian ini merupakan tarian penyembuhan atau tarian
penolak penyakit yang di lakukan saat warganya terkena penyakit.
Tari Baksa Kembang merupakan tarian klasik yang pernah muncul dan berkembang di
istana Banjar. di istana di Banjar, tarian Paksaan Bunga dipentaskan oleh Puti-Putri Istana.
Seiring waktu, tarian mulai menyebar ke seluruh pelosok Banjar Keraton dan ada Galuh dari
Istana Banjar.
Tari Radap Rahayu merupakan seni klasik dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Tarian
ini adalah salah satu tarian untuk menyambut tamu sebagai tanda penghormatan. Nama Tari
Radap Rahayu diambil dari kata radap atau beradap – adap yang artinya bersama atau
berkelompok. Sedangkan rahayu berarti kebahagiaan atau kemakmuran.
22. Tari Tambun dan Bungai (Kalimantan Tengah)
Tari Tambun dan Bungai adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah
Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Tarian ini menceritakan kisah kepahlawanan Tambun dan
Bungai dalam mengusir musuh yang akan mengambil panen dari rakyat.
Tarian Gong atau bisa disebut Tarian Kancet Ledo merupakan tarian Dayak Kalimantan
Timur, tepatnya dari suku Dayak Kenyah. Tarian ini ditarikan oleh seorang gadis dengan gong
yang digunakan sebagai iringan musik. Tarian ini biasanya dipertunjukkan pada upacara
penyambutan tamu agung atau upacara penyambutan untuk kelahiran bayi.
25. Tari Perang (Kalimantan Tengah)
Tarian perang merupakan tarian yang dilakukan oleh seseorang, dua orang, atau
sekelompok orang dengan maksud menggambarkan semangat dan cara bertarung menggunakan
tangan kosong atau senjata tradisional.
Tarian melinting merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah Lampung. Tarian
ini adalah tarian klasik yang diwarisi dari Kerajaan Melinting di Lampung Timur. Tarian
melinting digolongkan sebagai tarian tertua yang pernah ada, karena diperkirakan tarian ini
sudah ada sejak masuknya Islam di Indonesia, terutama di wilayah Lampung itu sendiri.
Tarian lalayon adalah jenis tarian sosial Maluku Utara yang berisi pesan-pesan romantis
dan tentu saja cinta. Karena alasan ini, tarian ini juga ditampilkan berpasangan dengan gerakan
yang indah. Lagu yang menyertainya adalah lagu Melayu yang merupakan elemen penting untuk
menciptakan suasana romantis sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat dilihat.
31. Tari Salai Jin (Maluku Utara)
Tari Salai Jin merupakan tarian tradisional Maluku Utara yang berasal dari Ternate. Tarian ini
digunakan oleh orang Ternate untuk berkomunikasi dengan jin gaib. Komunikasi bertujuan untuk
meminta bantuan dari jin sehingga masalah yang dialami manusia dapat diselesaikan seperti penyakit
yang diderita oleh satu anggota keluarga.
Tari Mpaa Lenggogo adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Bima,
NTB. Tarian ini dibagi menjadi dua jenis tarian, yaitu Tari Lenggo Melayu dan Tari Lenggo
Mbojo. Tarian Lenggo Melayu ini adalah jenis tarian Lenggo yang dimainkan oleh penari pria,
sedangkan tarian Lenggo Mbojo dimainkan oleh penari wanita. Tarian Lenggogo pada awalnya
adalah tarian klasik yang muncul dan berkembang di lingkungan istana Kerajaan Bima, dan
hanya ditampilkan pada acara-acara tertentu.
34. Tari Batunganga ( Nusa Tenggara Barat, NTB)
Tarian Nganga Batu Berasal Dari Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Tidak banyak
referensi yang berbicara tentang tarian batu nganga, sehingga sangat sulit bagi penulis untuk
menemukan bagian dari tarian ini. Tetapi dari hasil pencarian penulis hanya menemukan
beberapa referensi untuk makalah ini, seperti di bawah ini.
Tarian Gareng Lameng ini biasanya dilakukan pada upacara penyunatan. Dimana dalam
upacara ini tarian sering dimasukkan di dalamnya untuk menambah acara sehingga menjadi lebih
meriah dan berlangsung sangat baik sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat umum di NTT
sendiri. Tarian ini sendiri dalam bentuk ucapan selamat dan memohon berkah dari Tuhan bahwa
mereka yang disunat harus selalu sehat secara fisik dan mental dan juga sukses dalam hidup
mereka. Tentu saja orang tua ingin melihat anak-anak mereka mendapatkan kelahiran batin dan
kesehatan serta kesuksesan dalam kehidupan mereka sendiri.
Tari Suanggi merupakan salah satu tarian yang berasal dari Papua Barat. Tarian ini
menceritakan tentang seorang istri yang meninggal karena istrinya menjadi korban angi-angi
(jejadian). Dari sekian banyak karya budaya di nusantara, masih ada beberapa referensi atau
catatan yang merincinya, termasuk keberadaan tarian Suanggi.
Tarian Musyoh merupakan seni tari yang paling sakral, tarian ini adalah tarian ritual
untuk mengusir roh-roh orang yang mati karena hal-hal tertentu, dan pada umumnya tarian ini
menari ketika ada orang dari tanah Papua yang telah meninggal dalam kecelakaan. Orang Papua
percaya bahwa jika seseorang meninggal dalam suatu kecelakaan, roh orang yang meninggal
tidak akan tenang, maka ritual Tari Musyoh akan berlangsung, karena diyakini bahwa dengan
memegang Tari Musyoh ini roh atau arwah bisa tenang.
Tari Tandak adalah tarian populer yang sangat populer atau disukai di wilayah Riau.
Tarian ini merupakan kombinasi antara tarian dan sastra. Meskipun pada dasarnya tarian tandak
adalah seni dan budaya Minang Kabau yang mengandung unsur seni bela diri.
Tari Kipas Pakarena merupakan tarian tradisional dari daerah Gowa, Sulawesi Selatan.
Tarian ini dibawakan oleh penari wanita dalam pakaian tradisional dan tarian dengan gerakan
khas mereka dan memainkan penggemar sebagai atribut tarian mereka. Tari Kipas Pakarena
adalah salah satu tarian tradisional paling terkenal di Sulawesi Selatan, terutama di daerah Gowa.
Tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai acara yang bersifat adat atau hiburan, bahkan Tari
Kipas Pakarena juga merupakan salah satu tempat wisata di Sulawesi Selatan, terutama di daerah
Gowa.
Tarian Bosara adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Tarian ini adalah tarian yang berfungsi untuk menyambut tamu terhormat. Secara historis, tarian
ini sering menari di setiap acara penting untuk menghibur raja dengan 2 kaset.
Peule Dance Cinde memiliki sejarah sendiri. Sebenarnya, Tari Peule Cinde sama dengan
tari yang lain, ada sesuatu yang lebih besar jika Tari Peule Cinde dapat berkembang di setiap
zaman, karena penggunaannya yang khusus untuk menyambut tamu. Puncak pementasan Tari
Peule Cinde yaitu dengan taburan bunga untuk para tamu.
Tarian Balumpa merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah
Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Tarian ini termasuk tarian sosial yang dilakukan oleh penari
wanita untuk menyambut tamu terhormat yang telah datang ke sana. Tarian Balumpa ini adalah
salah satu tarian tradisional paling terkenal di Sulawesi Tenggara, khususnya daerah Wakatobi.
Tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai acara seperti menyambut tamu penting,
pertunjukan kesenian, dan festival budaya.
Tarian Maengket merupakan tarian rakyat Minahasa yang ditampilkan sebagai bentuk
rasa terima kasih atas hasil panen. Tarian Maengket biasanya dilakukan dengan jumlah pria dan
wanita yang sangat besar. Tarian Maengket adalah tarian tradisional dari Sulawesi Utara yang
terkenal sampai sekarang dan terus melestarikannya.
The Polo Dance – “Palo adalah tarian yang berasal dari Gorontalo, Sulawesi Utara.
Tarian ini adalah tarian sosial yang biasanya dipertunjukkan oleh remaja Gorontalo. Dalam
perkembangannya, tarian polo “palo” dibagi menjadi dua jenis, yaitu tarian palo – “palo
tradisional dan palo -” tarian palo modern, di mana kedua jenis memiliki perbedaan yang
berbeda.
Tari Tanggai merupakan salah satu tarian yang disajikan untuk menyambut tamu yang
telah memenuhi undangan. Tari Tanggai biasanya ditampilkan dalam upacara pernikahan
tradisional di Palembang. Tari Tanggai menggambarkan keramahtamahan, dan rasa hormat dari
orang-orang Palembang untuk kehadiran tamu dan dalam tarian menyiratkan makna sambutan
dari orang yang memiliki acara untuk para tamu.
Tarian Putri Bekhusek berarti sang putri sedang bermain. Tarian ini sangat populer di
Kabupaten Ogan Komering Ulu dan merupakan kemakmuran jangka panjang di wilayah
Sumatera Selatan.
Tor-tor Batak Toba adalah jenis tarian kuno dari Batak Toba yang berasal dari Sumatera
Utara yang meliputi daerah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir dan Samosir.
Tarian Bedaya adalah tarian yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta itu sendiri, di
mana seperti yang kita ketahui bahwa tarian memiliki sesuatu dan juga makna yang berbeda
antara satu gerakan dan yang lain, sehingga dalam jenis tarian tertentu ada yang sangat terkenal
di antara mereka saja, ada juga beberapa yang kurang dikenal untuk beberapa gerakan yang
belum pernah terlihat atau terkesan sama sekali.
Tari Angguk merupakan tarian tradisional yang berasal dari Yogyakarta dan
menceritakan kisah Umarmoyo-Umarmadi dan Wong Agung Jayengrono di Serat Ambiyo.
Tarian ini dimainkan secara berkelompok oleh 15 penari wanita mengenakan seragam seperti
tentara Belanda dan dihiasi dengan gombyok emas, sampang, sampur, topi pet warna hitam, dan
kaus kaki merah atau kuning dan memakai kacamata hitam. Tarian ini umunya dimainkan
selama 3 hingga 7 jam.
Kata Margapati diambil dari kata Marga yang berarti jalan, dan pati mempunyai arti
kematian. Ketika disatukan itu berarti jalan menuju kematian. Dibuat oleh Nyoman Kaler di
tahun 1942, tarian ini menggambarkan perjalanan hidup wanita yang salah arah. Oleh karena itu,
tarian ini menghadirkan banyak gerakan tarian laki-laki meskipun para penari biasanya
perempuan. Jika dilihat, gerakan tarian ini seperti mengintai dan bersiap menerkam mangsanya.
Tarian Badui merupakan kesenian yang berasal dari daerah Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Tarian ini adalah jenis tarian rakyat yang menggambarkan adegan perang atau
sekelompok prajurit yang sedang berlatih perang. Dalam presentasi tarian ini dilakukan dalam
kelompok dan berpasangan.
Tari Baksa Kembang merupakan tarian klasik dari Kalimantan Selatan yang digunakan
sebagai tarian untuk menyambut tamu. Tarian ini biasanya dimainkan oleh penari wanita sebagai
penari tunggal atau dapat dikelompokkan selama jumlah penari benar-benar aneh.
Tarian Tupping adalah tarian Lampung yang biasanya hadir dalam pertunjukan drama.
Tarian ini menggambarkan patriotisme pengasingan pasukan tempur dan penjaga rahasia Radin
Inten, Radin Imba II dan Raden Inten II di daerah Kalianda, Lampung Selatan. Dalam tarian ini,
tokoh-tokoh ksatria, ksatria kasar, ksatria magis, ksatria putri, komedian dan juga tokoh-tokoh
yang bijak dan kuat biasanya akan ditampilkan pada resepsi tamu besar atau pernikahan.
Tari Sigeh Pengunte adalah salah satu tarian baru dari Lampung yang merupakan
pengembangan dari tarian penyembahan, yaitu tradisi asli Lampung. Dari peraturan daerah,
tarian khas Lampung ini diresmikan sebagai tarian Lampung untuk menyambut tamu-tamu
penting. Gerakan tarian ini mengambil unsur-unsur dari banyak tarian tradisional Lampung
sehingga dapat memperkenalkan budaya Lampung melalui tarian.
Seni tradisional Banyumas merupakan kekayaan benda dan bukan benda yang tumbuh
dan berkembang di bekas Keresidenan Banyumas, termasuk Kabupaten Cilacap, Kabupaten
Banyumas, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Banjarnegara. Sesuai dengan lokasi
geografisnya, kesenian di wilayah tersebut dipengaruhi oleh pusat budaya istana Yogyakarta,
Surakarta dan Sunda.
Tarian Beksan Lawung Ageng merupakan pertunjukan tari yang berasal dari Kraton
Yogyakarta. Tarian ini dibawakan oleh 16 (enam belas) penari, yang semuanya adalah lelaki
yang terdiri dari 2 orang tua, 4 orang dari kepala desa, 4 orang dari barisan, 4 pemain, dan 2
salaotho.
Tarian Caci merupakan salah satu tarian perang dan permainan rakyat antara sepasang
penari pria yang bertarung dengan cambuk dan perisai di Flores, Nusa Tenggara Timur,
Indonesia. Penari bersenjatakan cambuk bertindak sebagai penyerang dan lainnya bertahan
menggunakan perisai. Tarian ini dimainkan selama musim panen ucapan syukur (hang woja)]
dan ritual tahun baru (penti), upacara pembukaan lahan atau upacara tradisional utama lainnya,
dan diadakan untuk menyambut tamu penting.
Tari Campak adalah salah saatu tarian dari daerah Bangka-Belitung yang
mendeskripsikan kegembiraan para lajang dan perempuan di Kepulauan Bangka Belitung. Tarian
ini biasanya dilakukan setelah panen padi atau setelah kembali dari ume (kebun).
72. Tari Cangget (Lampung)
Tarian Cangget adalah ssalah satu tarian yang berkembang di Lampung, Lampung, yang
merupakan provinsi paling selatan di Pulau Sumatra. Dikatakan bahwa, sebelum kedatangan
Jepang ke Indonesia atau tahun 1942, Tari Canget selalu ditampilkan di setiap acara yang
berkaitan dengan gawi tradisional, seperti upacara membangun rumah, memanen, dan digunakan
untuk membawa orang yang ingin berziarah.
Tarian Datun Julud adalah tarian yang populer di kalangan orang Kayan / Kenyah yang
mendiami interior Bulungan, Kutai, Berau, dan Pasir, yang merupakan daerah yang berdekatan
antara Sarawak dan Kalimantan Timur. Asal usul tarian Datun Julud diciptakan oleh raja suku
Dayak Kenyah di Apo Kayan bernama Nyik Selong sebagai tanda sukacita dan terima kasih
kepada Maha Dewa atas kelahiran cucunya.
Ebeg adalah tarian di daerah Banyumas yang menggunakan boneka kuda yang terbuat
dari anyaman bambu dan kepalanya diberi serat sebagai rambut. Tarian Ebeg di daerah
Banyumas menggambarkan para prajurit menunggang kuda. Gerakan tarian yang
menggambarkan keterampilan yang ditunjukkan oleh pemain Ebeg.
Tarian Emprak merupakan jenis perkembangan seni rakyat di Emprak, dalam bentuk seni
peran yang memunculkan pesan moral, diiringi dengan musik yang biasanya dalam bentuk
salawatan. Tarian ini berasal dari Jepara, Jawa Tengah
Gambuh merupakan salah satu tarian dramatari Bali yang dianggap memiliki kualitas
tertinggi dan juga drama Bali klasik yang paling kaya dalam gerakan tarian, sehingga dianggap
sebagai sumber dari semua jenis tarian Bali klasik.
Tari Giring Giring merupakan salah satu tarian Dayak tradisional Kalimantan Tengah
yang menggunakan tongkat sebagai atribut dalam tarian. Tarian ini adalah tarian yang
mengekspresikan kegembiraan dan kesenangan masyarakat dengan menari dan bermain dengan
tongkat sebagai media tarian.
Tarian Gong atau bisa disebut Tarian Kancet Ledo merupakan tarian Dayak Kalimantan
Timur, lebih tepatnya dari suku Dayak Kenyah. Tarian ini ditarikan oleh seorang gadis dengan
gong yang dipakai sebagai iringan musik. Tarian ini biasanya dipertunjukkan pada upacara
penyambutan tamu agung atau upacara penyambutan untuk kelahiran bayi.
Tari Guel merupakan kekayaan budaya Gayo di Aceh. Guel berarti menelepon. Terutama
di dataran tinggi Gayo, tarian ini memiliki kisah panjang dan unik. Peneliti tari dan koreografer
mengatakan tarian ini bukan hanya tarian. Ini adalah kombinasi antara seni sastra, seni musik dan
tarian itu sendiri.
Sintren adalah salah satu tarian tradisional Jawa, khususnya di Cirebon. Seni ini terkenal
di pantai utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, termasuk di Indramayu, Cirebon, Majalengka,
Jatibarang, Brebes, Pemalang, Tegal, Banyumas, Kuningan, dan Pekalongan. Seni Sintren
dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis / magis yang berasal dari kisah cinta Sulasih dengan
Sulandono.
Tarian Ganau merupakan salah satu tarian tradisional Bengkulu yang dilakukan oleh
sekelompok penari pria dan wanita yang diiringi musik tradisional Bengkulu seperti mandolin,
rebab dan kendang. Sedangkan untuk irama lagu menggunakan irama khas Melayu.
Tarian Putri Bekhusek merupakan tarian paling populer dan terkenal dari Sumatera
Selatan di daerah OKU atau Ogan Komering Ulu.
Tari Tenun Songket berasal dari tradisi tenun di Palembang, Sumatra Selatan, yang telah
ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya.
99. Tari Rodat Cempako (Daerah Sumatera Selatan)
Tari Rodat Cempako merupakan tarian dari Sumatera Selatan yang sangat Islami (Timur
Tengah).
Tarian Alang Babega adalah salah satu dari berbagai budaya di Indonesia dalam bentuk
tarian tradisional yang berasal dari daerah Sumatera Barat. Tarian ini menggambarkan masalah
sederhana, di mana gerakannya meniru terbangnya seekor elang ketika di udara membengkak
untuk mencapai mangsa.
Nama lain untuk Tari Kancet Ledo adalah Tari Gong yang disebut komunitas Kalimantan
Timur. Tarian Kancet Ledo adalah salah satu ekspresi dari tarian yang mengekspresikan
kelembutan seorang wanita dengan menari di Gong dengan gerakan lembut dan seimbang.
Dance of Kancet Ledo Dance mengungkapkan keindahan, kecerdasan dan gerakan tarian
yang lembut. Sesuai namanya, tarian Gong ditarikan kepada Gong, diiringi oleh alat musik
Sapeq (alat musik yang dipetik seperti harpa).
Penari Gong mengenakan pakaian dalam manik-manik dan pakaian taah, yang
merupakan pakaian khas wanita yang terdiri dari kain beludru yang dihiasi manik-manik, yang
dikenakan dengan membungkus pinggang, setiap ujung tali dibungkus dan berhenti di pusar.
Selain itu, peralatan lain yang digunakan oleh Lavung, yaitu topi yang terbuat dari rotan dan ada
pola sesuai gaya pakaian dan taah dan kalung yang terbuat dari manik-manik berwarna dan gigi
berwarna harimau atau taring dan bulu rangkong yang dikenakan di tangan keduanya. penari.
PENUTUP