Anda di halaman 1dari 14

BAB III

PERUBAHAN PERILAKU

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Menurut
Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus –
Organisme – Respon.

Teori-Teori Perubahan Perilaku

a) Teori S-O-R:

Perubahan perilaku didasari oleh: Stimulus – Organisme — Respons.

 Perubahan perilaku terjadi dgn cara meningkatkan atau memperbanyak


rangsangan (stimulus).
 Oleh sebab itu perubahan perilaku terjadi melalui proses pembelajaran (learning
process).
 Materi pembelajaran adalah stimulus.

Proses perubahan perilaku menurut teori S-O-R.:

a. Adanya stimulus (rangsangan): Diterima atau ditolak

b. Apabila diterima (adanya perhatian) mengerti (memahami) stimulus.

c. Subyek (organisme) mengolah stimulus, dan hasilnya:

• Kesediaan untuk bertindak terhadap stimulus (attitude)

• Bertindak (berperilaku) apabila ada dukungan fasilitas (practice)

b) Teori “Dissonance” : Festinger


Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan
dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar
yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan
(dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan
melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali
terjadi keseimbangan lagi (conssonance).

Rumus perubahan perilaku menurut Festinger:

Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang
dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya
terjadi karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran perikasa
hamil).

c) Teori fungsi: Katz

 Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus
atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
 Prinsip teori fungsi:

a. Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)

b. Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan,


panas)

c. Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala
sosial)

d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.(marah, senang)

d) Teori “Driving forces”: Kurt Lewin

 Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving


forces) dan kekuatan penahan (restraining forces).
 Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan
tersebut.
 Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku:

a. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.

b. Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.


c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

e) Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)

Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50an dan didasarkan atas partisipasi
masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang
mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian dikembangkan
sebagai model perilaku. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ;

1. Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit
atau memperkecil risiko kesehatan.

2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.

3. Perilaku itu sendiri.

2. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku

a. Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi perubahan


alam (lingkungan) secara alamiah

b. Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang


direncanakan oleh yang bersangkutan

c. Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena terjadinya proses


internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada
setiap individu.

3. Strategi Perubahan Perilaku

1. Inforcement:

a. Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan atau
perundangan.

b. Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng)

2. Persuasi

Dapat dilakukan dengan persuasi melalui pesan, diskusi dan argumentasi. Melalui pesan
seperti jangan makan babi karna bisa menimbukkan penyakit H1N1. Melalui diskusi seperti
diskusi tentang abortus yang membahayakan jika digunakan untuk alasan yang tidak baik
3. Fasilitasi

Strategi ini dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung. Dengan penyediaan
sarana dan prasarana ini akan meningkatkan Knowledge (pengetahuan) Untuk melakukan
strategi ini mmeerlukan beberapa proses yakni kesediaan, identifikasi dan internalisasi.

4. Education:

a. Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian


informasi atau penyuluhan-penyuluhan.

b. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu lama.

4. Cara-Cara Perubahan Perilaku

Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bias ditempuh, yaitu :

1. Dengan Paksaaan.

Ini bisa dengan :

a. Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman huluman kalau tidak mentaati
instruksi atau peraturan tersebut. Misalnya : instruksi atau peraturan tidak membuang sampah
disembaerang tempat, dan ancaman hukuman atau denda jikatidak mentaatl.

b. menakut-nakuti tentang bahaya yang mungkin akan diderita kalau tidak mengerjakan
apa yang dianiurkan Misal: menyampaikan kepada ibu-ibu bahwa anaknya bisa mati kalau
tidak diberi oralit waktu mencret

2. Dengan memberi imbalan.

lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi blsa juga imbalan yang tidak
berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.

Contoh:

- kalau ibu-ibu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang dan diimunisasi, maka
anaknya akan sehat, (ini juga imbalan non materi)

Dalam hal ini orang berbuat sesuatu karena terdorong atau tertarik oleh imbalan tersebut,
bukan karena kesadran atau keyakinan akan manfatnya.
3. Dengan membina hubungan baik.

Kalau kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dengan masyarakat.
biasanya orang tersebut atau masyarakat akan mengikuti anjuran kita untuk berbuat sesuatu,
karena ingin memelihara hubungan baiknya dengan kita. Misal: Pak Lurah membuat jamban
karena tidak ingin mengecewakan petugas kesehatan yeng sudah dikenalnya dengan baik Jadi
bukan karena kesadarannya akan pentingnya jamban tersebut.

4. Dengan menunjukkan contoh-contoh.

Salah satu sifat manusia ialah ingin meniru Karena itu usahakanlah agar Puskesmas dengan
lingkungannya bersih, para petugas nampak bersih, rapi dan ramah. Selain itu, para petugas
juga berperilaku sehat. misalnya tidak merokok, tidak meludah disembarang tempat, tidak
membuang sampah sembarangan, dan sebagainya. Dibeberapa tempat disediakan tempat
sampah agar orang juga tidak membuang sampah sembarangan. Dengan contoh seperti ini
biasanya orangakan ikut berbuat yang serupa yaitu berperilaku sehat

5. Dengan memberikan kemudahan.

Misalnya kita ingin agar masyarakat memanfaatkan Puskesmas, maka Puskesmas didekatkan
kepada masyarakat, pembayarannya dibuat sedemikian hingga masyarakat. mampu
membayar pelayanannya yang baik dan ramah, tidak usah menunggu lama. dan sebagainya.
Semua ini merupakan kemudahan bagi masyarakat, maka diharapkan masyarakat akan
tergerak untuk memanfaatkan Puskesmas. ltulah sebabnya mengapa Puskesmas berlokasi
dekat dengan masyarakat, ditambah pula dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
keliling.

6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi

Dalam hal ini individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi pengertian yang benar tentang
kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara langsung ataupun tidak
langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo, gambar, atau ceritera, bagaimana
bahayanya perilaku yang lidak sehat , dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini
diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat
Selanjutnya berkali-kali disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin
banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan
pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat.

Cara ini memang memakan waktu lama untuk bisa dilihat hasilnya, tetapi sekali berhasil.
maka ia akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan cara cara lainnya.

Dari keenam cara diatas dapat disimpulkan bahwa sesorang atau kelompok akan terdorong
untuk berbuat sesuatu kalau di sadari bahwa dengan berbuat sesuatu kalau sisadari bahwa
dengan berbuat sesuatu itu, kebutuhan nya bisa terpenuhi. Atau kebutuhannya terancam kalau
tidak berbuat.

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung atau yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2003).Perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap steamulus ( Rangsangan dari luar ).dari sudut biologis
perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung.Dikutip dari ensiklopedi amerika perilaku
diartikan sebagai suatu reaksi-aksi organisme terhadap lingkungannya. Dan dari Notoatmodjo
perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni
yang disebut rangsangan . berarti rangsangan tertentu akan menghasikjan reaksi atau
rangsangan tertentu ( Notoatmodjo 2003).

Dilihat dari bentuk respon terhadap steamulus,maka

Perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003), yaitu :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)


Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo 2003). Praktik (perilaku)
manusia berasal dari dorngan yang ada di dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan
usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia, Praktek (perilaku)
mempunyai arti yang konkrit dari pada jiwa , karena lebih konkrit perilaku lebih mudah
dipelajari daripada jiwa dan melalui perilaku dapat dikenal jiwa seseotrang ( Notoatmodjo
2003).

Perilaku atau Tindakan seseorang tidak terjadi secara sporasis (timbul dan hilang saat
saat tertentu ). Tetapi selalu ada kelangsungan kontinuitas antara satu perbuatan dengan
erbuatan berikutnya. Tindakan manusia tidak akan berhenti pada suatu saat . perbuatan yang
dulu merupakan perbuatan yang kemudian dan perbuatan yang kemudian merupakan
kelanjutan perbuatan selanjutnya (Notoatmodjo 2003). Pratek dapat terjadi dalam beberapa
tingkatan yaitu persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adaptasi.

1. Persepsi adalah tahap mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan
Tindakan yang akan diambil
2. Respon terpimpin, adalah bilamana seseorang dapat melakukan sesuatu sesuai dengan
urutanyang benar berdasarkan contoh
3. Tahap mekanisme adalah tahap bilamana seseorang dapat melakukan sesuatu dengan
benar secara otomatis atau sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu
merupakan kebiasaan.

Menurut Notoatmodjo (2003) meskipun perilaku aalah bentuk respon atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang) , namun dalam memberikan respon
sangat tergantung pada karakteristik atau factor factor lain dari orang yang bersangkutan.
Hal ini berarti bahwa meskipun stimulus nya sama bagi beberapa orang namun respon
tiap-tiap orang berbeda. Factor-faktor yng membedakan respon terhadap steamulus yang
berbeda disebut determinan perilaku.

Factor yang memengarhi seseorang menurut sunaryo (2004) . perilaku dipengaruhi oleh
factor endogen /keturunan dan factor eksternal.faktor genetic atau keturunan merupakan
onsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu.
Factor genetic berasal dari dalam diri individu (endogen) , antara lain :
a. Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu
dengan yang lainnya.
b. Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan Wanita dapat dilihat dari carab berpakaian
dan melakukan pekerjaan sehari hari. Perilaku pada pria disebut maskulin, sedngkan
perilaku Wanita disebut feminine.
c. Sifat fisik, misalkan perilaku pada individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan
individu yang memiliki fisik tinggi kurus.
d. Sifat kepribadian , perilaku indivdu tidak ada yang sama karena adanya perbedaan
kepribadian yang dimiliki individu , yang dipengaruhi oleh aspek kehidupan seperti
pengalaman , usia watak, tabiar , system norma, nilai dankepercayaan yang dianutnya.
e. Bakat pembawaan , bakat merupakan interaksi dari factor genetic dan lingkungan
serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.
f. Inteligensi, Ebbinghaus mendefinisikan inteligensi adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi . dari Batasan tersebut dapat dikatakan bahwa inteligasi sangat
berpengaruh terhadap perilaku individu.

Factor eksogen atau factor dari luar individu, yang mempengaruhi perilaku
antara lain :

a. Factor lingkungan .

Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar individu baik
fisik, biologis maupun sosial. Ternyata lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perilaku individu karena lingkungan merupakan lahan untuk perkembangan
perilaku.

b. Pendidikan
Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku
individu maupun kelompok.

c. Agama
Agama sebagai suatu keyakinan kehidupan yang masuk kedalam kontruksi
kepribadian seserang sangat berpengaruh dalam cara berfkir , bersikap, bereaksi,
dan berperilaku individu.

d. Sosial ekonomi.
Telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu lingkungan yang berpengaruh
terhadap perilaku seseorang adalah lingkungan sosial.

e. Kebudayaan , ternyata hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku


manusia itu sendiri.

5.Tahap-tahap perubahan perilaku

A. Proses Adopsi

Adopsi adalam proses penyuluhan pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses
penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap
maupun keterampilan . pada diri seseorang setelah menerima inovasi yag disampaikan
penyuluhan oleh masyarakat sasaran. Melalui komunikasi proses perubahan perilaku yang
menjad tujuan yang sebenarnya dapat dilakukan melalui empat (4) cara yaitu :

1. Secara persuasive atau bujukan, yakni perubahan perilaku yang ditunjukan dengan
cara mengunggah perasaan sasaran secara bertahap sampai dia mau mengikuti apa
yang dikeendaki oleh komunikator
2. Secara pervasion, atau pengulangan yakni penyampaian pesan yang sama secara
berulang ulang sampai sasarannya mau mengikuti kehendak komunikator.
3. Secara compulsion, yaitu Teknik pemaksaan tidak langsung dengan cara menciptakan
kondisi yang membuat sasaran harus melakukan / menuruti kehendak komunikator
misalnya jika kita menginginkan petani menerapkan pola tanam : padi padi dan
palawija ditanah yang berpengairan terjamin dapat dilakukan dengan memutuskan
jatah pengairan diwilayah tersebut.
4. Secara coersion, yaitu Teknik pemkasaan secara langsung dengan cara pemberian
sanksi kepada mereka yang menurut atau melanggar anjuran yang diberikan misalnya
memberikan penghargaan kepada petani yang penggnaan pupuk organic.

Adopsi dalam proses penyuluhan pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses peneriman
inovasi dan atau perubahan perilaku baik berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan
pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat
sasarannya.
Pada dasarnya proses adopsi pasti melalui tahap tahapan sebelum masyarakat maupun
menerima / menerapkan dengan keyakinan sendri meskipun selang waktu antara tahapan 1
dengan tahapan lainnya itu tidak selalu sama ( tergantung sifat inovasi, karakteristik sasaran,
keadaan lingkungan fisik maupun sosial dan aktifitas kegiatan yang dilakukan oleh
penyuluh)

Tahap-tahapan adopsi itu adalah :

1. Awareness, atau kesadaran yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang
ditawarkan oleh penyuluh
2. Interest, atau tumbuhnya minat yang sering kali ditandai oleh keinginan untuk
bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak atau jauh tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.
3. Evaluation atau penilaian terhadap baik atau buruk manfaat inovasi yang telah
diketahui informasinya secara lebih lengkap.
4. Trial, atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya sebelum
menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi.
5. Adaption atau menerima/menerapkan dengan pnuh keyakinan berdasarkan penilaian
dan uji coba yang telah dilakukan atau diamatinya sendiri.
B. Ukuran adopsi inovasi

Tergantung pendekatan ilmu yang digunakan, adopsi inovasi dapat diukur dengan
beragam tolok-ukur (indikator) dan ukuran (ukuran).

Jika menggunakan ilmu komunikasi, adopsi inovasi dapat dilihat jika sasaran telah
memberikan tanggapan (respons) berupa perubahan perilaku atau pelaksanaan ke-giatan
seperti yang diharapkan (Berlo, 1961). Di lain pihak, jika menggu-nakan pendekatan ilmu
pendidikan, adopsi inovasi dapat dilihat dari terjadinya perilaku atau perubahan sikap, penge-
tahuan, dan ketrampilan yang dapat diamati secara langsung maupun tak-langsung (Kibler,
1981).

Di lain pihak, Dusseldorf (1981) mengukur tingkat adopsi dengan melihat jenjang
partisipasi yang ditunjukkan oleh sasaran penyuluhan (komunikasi pembangunan), yaitu:
paksaan, terinduksi, dan spontan.
Di dalam praktek penyuluhan pertanian, penilaian tingkat adopsi inovasi biasa
dilakukan dengan menggunakan tolok-ukur tingkat mutu intensifikasi, yaitu dengan memban-
dingkan antara "rekomendasi" yang ditetapkan dengan jumlah dan kualitas penerapan yang
dilakukan di lapang.

Sehubungan dengan itu, Totok Mardikanto (1994) mengukur tingkat adopsi dengan
tiga tolok-ukur, yaitu: kecepatan atau selang waktu antara diterimanya informasi dan
penerapan yang dilakukan, luas penerapan inovasi atau proporsi luas lahan yang telah
"diberi" inovasi baru, serta mutu intensifikasi dengan membandingkan penerapan dengan
"rekomendasi" yang disampaikan oleh penyuluhnya.

C. Factor factor yang mempengaruhi kecepatan idopsi

Sejalan dengan semakin berkembangnya penerapan ilmu penyuluhan pembangunan di


Indonesia, studi-studi tentang adopsi inovasi kian menarik untuk terus dikaji, terutama
kaitannya dengan kegiatan pembangunan pertanian yang dilaksanakan. Bahkan, selama
selang waktu 10 tahun, setidaknya ada dua karya disertasi yang mengkaji proses adopsi
inovasi, yaitu yang dilakukan oleh Herman Soewardi (1976) dan Dudung Abdul Adjid
(1985).

Semakin pentingnya kajian tentang adopsi inovasi tersebut, antara lain disebabkan
karena, sejak dimulainya "revolusi hijau" di Indonesia pada awal dasawarsa tujuh-puluhan,
pembangunan pertanian lebih memusatkan perhatiannya kepada peningkatan mutu
intensifikasi yang diupayakan mela-lui penerapan inovasi-inovasi, baik yang berupa inovasi-
teknis (mulai panca-usaha, sapta-usaha, sampai sepuluh jurus tekno-logi) maupun inovasi-
sosial (usahatani berkelompok, melalui Insus dan Supra Insus).

Tergantung kepada proses perubahan perilaku yang diupayakan, proses pencapaian


tahapan adopsi dapat berlang-sung secara cepat ataupun lambat.

Jika proses tersebut melalui "pemaksaan" (coersion), biasanya dapat berlangsung


secara cepat, tetapi jika melalui "bujukan" (persuasive) atau "pendidikan" (learning), proses
adopsi tersebut dapat berlangsung lebih lambat (Soewardi, 1987). Tetapi, ditinjau dari
pemantaban perubahan perilaku yang terjadi, adopsi yang berlangsung melalui proses
bujukan dan atau pendidikan biasanya lebih sulit berubah lagi. Sedang adopsi yang terjadi
melalui pemaksaan, biasanya lebih cepat berubah kembali, segera setelah unsur atau kegiatan
pemak-saan tersebut tidak dilanjutakan lagi.
Dari khasanah kepustakaan diperoleh informasi bahwa kecepatan adopsi, ternyata
dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu:

1) Sifat-sifat atau karakteristik inovasi

2) Sifat-sifat atau karakteristik calon pengguna

3) Pengambilan keputusan adopsi

4) Saluran atau media yang digunakan

5) Kualifikasi penyuluh.

Meskipun demikian, Mardikanto (1995) mensinyalir bahwa, identifikasi beragam


faktor penentu kecepatan adopsi inovasi itu masih terbatas pada pendekatan proses
komunikasi.

Karena itu, dia mencoba menggali lebih jauh dengan melaku-kan pendekatan
kebudayaan (Soewardi, 1976), dan pendekat-an sistem agribisnis.

Lebih lanjut, karena kegiatan penyuluhan pertanian dapat dili-hat sebagai sub-sistem
pengembangan masyarakat, maka kece patan adopsi inovasi dapat pula dipengaruhi oleh
perilaku aparat dan hal-hal lain yang terkait dalam kegiatan pengem-bangan masyarakat.

Studi tentang adopsi inovasi, telah banyak dilakukan oleh berbagai pi-hak. Herman
Soewardi (1976), misalnya, telah melakukan studi untuk melihat proses adopsi sebagai proses
perkembangan kebudayaan, berdasarkan teori Erasmus:

A = f (M, C, L)

di mana: A = adoption,

M = motivation,

C = cognition, dan

L = limitation.
Di lain pihak, sejalan dengan perkembangan pene-rapan ilmu penyuluhan
pembangunan di Indonesia, Margono Slamet (1978) dengan menggunakan pendekatan ilmu
komunikasi seperti yang biasa dilakukan oleh Rogers (1969), mengenalkan variabel-variabel
penentu kecepatan adopsi yang terdiri atas: sifat-sifat inovasinya, kegiatan promosi yang dila-
kukan penyuluh, ciri-ciri sistem sosial masyarakat sasaran, dan jenis pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh sasar-an.

Selain itu, proses adopsi inovasi juga dapat didekati dengan pemahaman bahwa proses
adopsi inovasi itu sendiri merupa-kan proses yang diupayakan secara sadar demi tercapainya
tujuan pembangunan pertanian.

Pembangunan pertanian, menurut alm. Hadisapoetro (1970), pada hakeketanya dapat


diartikan sebagai proses turut-campurnya tangan manusia di dalam perkembangan tanaman
dan/atau hewan, agar lebih dapat memberikan man-faat bagi kesejahteraan manusia (petani)
dan masyarakatnya.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berubah merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang
berbeda dengan keadaan sebelumnya (Atkinson,1987). Dalam berubah terdapat beberapa
teori perubahan yaitu Teori Redin, Teori Lewin, Teori Lippitt, Teori Rogers, Teori Havelock
dan Teori Spradley.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern yaitu keturunan dan motif. Sedangkan sebagian
terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern yaitu keturunan dan motif. Sedangkan sebagian
terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan. Sedangkan aspek
perilaku berupa aspek fisik, aspek psikis, dan aspek sosial.

Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner,
cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif
dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan
(ketrampilan).

Dalam perubahan perilaku terdapat teori-teori yang membahas menegenai perubahan


perilaku yakni Teori S-O-R, Teori “Dissonance” : Festinger, Teori fungsi: Katz, Teori
“Driving forces”: Kurt Lewin dan Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan).

Sedangkan bentuk-bentuk perubahan perilaku berupa perubahan alamiah (natural


change) , Perubahan terencana (planned change) , dan Kesiapan berubah (Readiness to
change). Untuk melakukan perubahan maka harus memiliki strategi, maka strategi perubahan
perilaku berupa Inforcement, Persuasi, Fasilitasi dan Education.

Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bias ditempuh, yaitu :

1. Dengan Paksaaan.

2. Dengan memberi imbalan.

3. Dengan membina hubungan baik.

4. Dengan menunjukkan contoh-contoh.

5. Dengan memberikan kemudahan.

6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi

Anda mungkin juga menyukai