Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah :Ilmu Sosial Budaya

Dosen Pengampuh :Mercy J.Kaparang, SKM.,M.Kes

MAKALAH

ASPEK SOSIAL DAN BUDAYA BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


KESEHATAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

Sri Lestari PO7124319070

Alvionita Rahmadani PO7124319071

Syamsuryaningsi PO7124319072

Aisya Humairah PO7124319073

Ni Made Indah Adnyani PO7124319074

Yuningsi PO7124319075

POLTEKKES KEMENKES PALU

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-NYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terimakasih kepada
dosen yang sudah memberikan tugas kepada kami mengenai “Aspek sosial dan budaya
berhubungan dengan perilaku kesehatan”. Sehingga melalui tugas ini kami dapat mengetahui apa
yang belum kami ketahui, Kami juga mengucapkan terimakasih kepada orang tua kami yang
sudah memberikan doa serta semangat sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pambaca.kamii
menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kami
sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

8 APRIL 2020

PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................
DAFTAR ISI .................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..........................................................................................................................
B.     Rumusan Masalah....................................................................................................................
C.     Tujuan Penulisan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kebudayaan.................................................. ..........................................................
B.     Unsur kebudayaan.....................................................................................................................
C.     Manfaan Bagi Petugas Kesehatan Mempelajari Kebudayaan..................................................
D.Aspek Sosial Yang Mempengaruhi Status Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan.........................
E.Aspek Budaya Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.................................
F.Perubahan Sosial Budaya.............................................................................................................
G.Makanan Dan Budaya.................................................................................................................
H.Pembatasan Budaya Terhadap Kekurangan Gizi........................................................................

BAB III PENUTUP


A.    Kesimpulan...............................................................................................................................
B.     Saran ........................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan
akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat
dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007).Berhasilnya
pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilakumasyarakat yang
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegahterjadinya penyakit,
pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata diseluruh wilayah
Indonesia.Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan masih jauhdari yang
diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak terjadi. Beberapa diantaranya
adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung, dan sebagainya yang semakinmenyebar luas,
kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak, prioritas kesehatan rendah, sertatingkat pencemaran
lingkungan yang semakin tinggi.
B.     Rumusan Masalah

1.Apakah yang dimaksud dengan Kebudayaan ?


2.Apakah yang dimaksud dengan Unsur Kebudayaan ?
3.Apakah yang dimaksud dengan perubahan sosial budaya ?
4.Apakah yang dimaksud dengan Budaya yang Mempengaruhi Kesehatan ?
5.Apakah yang dimaksud dengan Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Perilaku
Kesehatandan Status Kesehatan ?
6.Apakah yang dimaksud dengan Aspek Budaya yang Mmempengaruhi Perilaku Kesehatan
danStatus Kesehatan ?
7.Apakah yang dimaksud dengan Makanan Dan Budaya ?
8.Apakah yang dimaksud dengan pembatasan budaya terhadap kekurangan gizi ?
C.     Tujuan
Tujuan dari pembuat makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas kuliah juga agar kita
mengetahui apa saja aspek aspek social budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Kebudayaan

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang


merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitandengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,kebudayaan disebut culture yang
berasaldari kata Latin Colere yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolahtanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam
bahasaIndonesia.
1.Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
BronislawMalinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukanoleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism.
2.Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi
kegenerasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
3. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial,normasosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain,tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
4. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
dankemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
5.Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa,dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah
sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan
yangterdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak.Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusiasebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata,misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain,yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.

B. unsur kebudayaan,
antara lain sebagai berikut:
1.         Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
a. alat-alat teknologi
b. sistem ekonomi
c.         keluarga
d.        kekuasaan politik
2.         Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
a.system norma social yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
b. organisasi ekonomi
c. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluargaadalah
lembaga pendidikan utama)
d. organisasi kekuatan (politik

C. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan mempelajari Kebudayaan


a.    Di dalam semua religi atau agama, ada kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan
kesehatan, gizi, dll. Misal : orang yang beragama Islam : tidak makan babi, sehingga dalam
2 rangka memperbaiki status gizi, seorang petugas kesehatan dapat menganjurkan makanan
lain yang bergizi yang tidak bertentangan dengan agamanya.
b.    Dengan mempelajari organisasi masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui
organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa, kelompok
mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang disegani. Sehingga dapat dijadikan
strategi pendekatan yang lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan masyarakat.
c.    Petugas kesehatan juga perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
Dengan  mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan mengetahui
mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam
memperbaiki status kesehatan.
d.    Petugas kesehatan juga perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah berkomunikasi,
menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan.
e.    Selain itu perlu juga mempelajari tentang kesenian dimasyarakat setempat. Karena petugas
kesehatan dapat memanfaatkan kesenian yang ada dimasyarakat  untuk menyampaikan
pesan kesehatan.
f.     Sistem mata pencaharian juga perlu dipelajari karena sistem mata pencaharian  ada kaitannya
dengan pola penyakit yang diderita oleh masyarakat tersebut.
g.    Teknologi dan peralatan masyarakat setempat  . Masyarakat akan lebih mudah menerima
pesan yang disampaikan petugas jika petugas menggunakan teknologi dan peralatan yang
dikenal masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

D. Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan dan Status Kesehatan.

Selanjutnya dijelaskan beberapa aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku


kesehatan dan status kesehatan.yang pertama yaitu:
a.       umur
b.      jenis kelamin
c.       pekerjaan
d.      sosial ekonomi
 jika dilihat dari aspek umur,maka ada perbedaan golongan penyakit berdasarkangolongan
umur.misalnya dikalangan balita banyak yang menderita penyakit infeksi,sedangkanpada
golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak menderita penyakitkronis.demikian juga dengan
aspek golongan menurut jenis kelamin,dikalangan wanita lebih banyak menderit kanker
payudara, sedangkan pada pria,lebih banyak menderita kanker  prosat.begitu juga dengan jenis
pekerjaan,dikalangan petani lebih banyak menderita penyakitcacingan,karena aktifiasnya banyak
dilakukan disawah,sedangkan pada buruh tekstil lebih banyak menderita penyakit salura
pernafasan kaena banyak terpapar debu. keadaan sosialekonomi juga mempengaruhi pada pola
penyakit,bahkan juga berpengaruh pada kematian,misalnya angka kematian lebih tinggi pada
golonga yang status ekonominya rendahdibandingkan dengan status ekonominya tinggi.
demikian juga obesitas lenih ditemukan padakalangan masyarakat dengan status ekonominya
tinggi. Menurut H Ray Elling (1970) ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku
kesehatan antara lain:
a.         self concept 
b.        image kelompok 

E. Aspek budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan

Menurut G.M foster(1973)Aspek budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang


antara lain adalah:
1.         Tradisi
2.         sikap fatalism
3.         nilai
4.         ethnocentrisme
5.         unsur budaya dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi.

1.Pengaruh tradisi terhadap perilaku kesehatan dan status kesehatan.


Ada beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif
terhadapkesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit
kuru.penyakit inimenyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus.penderita
hamya terbatas padaanak-anak dan wanita.setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit
ini menyebar karenaadanya tadisi kanibalisme.
2.Pengaruh sikap fatalism terhadap perilaku dan status kesehatan.
Hal ini adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi perilaku
kesehatan,beberapaanggota masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam
percaya bahwa anak adalahttipan Tuhan,dan sakit atau mati itu adalah takdir,sehingga
masyarakat kurang berusaha untuk mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang
sakit,atau menyelamatkan seseorang darikematian.
3.Pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatan
Sikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan sendiri
yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.misalnya orang-orang
barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu
beranggapan bahwakebudayaannya paling maju,sehingga merasa superior terhadap
budaya dari masyarakat yangsedang berkembang. tetapi dari sisi lain,semua anggota dari
budaya lainnya menganggap bahwayang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik.
Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang
menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui tentang
masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat
setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebutdalam masalah
kesehatan masyarakat.dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentangmasalah
kesehatan,tetapi masyarakat dimana mereka bekerja lebih mengetahui keadaan
dimasyarakatnya sendiri.
4.Pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap perilaku kesehatan.
suatu perasaan bangga terhadap budayannya berlaku bagi setiap orang.hal
tersebut berkaitan dengan sikap ethnosentrisme.
5.Pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan.
Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya,norma dimasyarakat
sangatmempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang mendukung
norma tersebut.sebagai contoh,untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak
mengalami hambatankarena adanya norma yang melarang hubungan antara dokter
sebagai pemberi layanan denganibu hamil sebagai pengguna layanan.
6.Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan 
Nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.nilai-
nilaitersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehata.beberapa nilai yang
merugikankesehatan misalnya adalah penilaian yang tinggi terhadap beras putih
meskipun masyarakatmengetahiu bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin
B1 jika dibandingkan dengan beras putih,masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras
putih lebih enak dan lebih bersih.Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan
yang merokok meskipun merekamengetahui bagaimana bahaya merokok terhadap
kesehatan.
.
F.     Perubahan Sosial Budaya
1.  Karena perilaku dipengaruhi budaya, maka untuk merubah perilaku juga harus
dirubah budayanya.
2.  Bentuk perubahan sosial budaya:
a.       Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat
b.      Perubahan yang pengaruhnya kecil dan yang pengaruhnya besar
c.       Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan
3. Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut inovasi
4. Syarat inovasi:
a.       Masyarakat merasa membutuhkan perubahan
b.      Perubahan harus dipahami dan dikuasi masyarakat
c.       Perubahan dapat diajarkan
d.      Perubahan memberikan keuntungan di masa yang akan datang
e.       Perubahan tidak merusak prestise pribadi dan kelompok 
Penyebab perubahan tidak meluas:
1.      Pengguna perubahan baru mendapat suatu hukuman
2.      Penemuan baru sulit diintegrasikan ke dalam pola kebudayaan yang ada

G.Makanan Dan Budaya


a. Definisi Makanan
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau
unsurunsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila
dimasukkan dalam tubuh (Arisman, 2009).
b.  Kebudayaan Menentukan Makanan
Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu produk
organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk
manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan
dimakan, diperlukan pengesahan budaya. Lewat konsep-konsep budaya itulah sejumlah
makanan yang menurut ilmu gizi sangat bermanfaat untuk dikonsumsi, tetapi dalam
prakteknya bisa jadi justru dihindari.
Contoh :
1)    Adanya pantangan bayi dan anak tidak diberikan daging, ikan, telur, dan makanan yang
dimasak dengan santan dan kelapa parut sebab dipercaya akan menyebabkan cacingan, sakit
perut, dan sakit mata .
2)    Bagi gadis dilarang makan buah: pepaya, nanas dan jenis pisang tertentu (yang dianggap
tabu) karena ada hubungan yang erat dengan siklus masa haid, hubungan kelamin dan
reproduksi .
Jadi, dapat kita pahami bahwa adanya masalah gizi di Indonnesia bukan hanya karena
masalah sosek, tapi juga karena alasan-alasan budaya, di mana ada ketersediaan makanan
tetapi terpaksa tidak dikonsumsi karena kepercayaan atau ketidaklaziman atau karena
larangan agama (Arisman, 2009). 
c. Istilan Makanan “Food Versus Nutrimen”
Masalah aktivitas makan tidak semata-mata sebagai aktivitas fisik manusia untuk
pemenuhan naluriahnya seperti lapar, tetapi  juga di dalamnya dilekati oleh pengetahuan
budaya. Lewat pengetahuan budaya itu, masyarakat manusia mengkategorikan makanan ke
dalam dua istilah yaitu nutrimen (nutriment) dan makanan (food).
1)    Nutriment adalah suatu konsep biokimia, suatu zat yang mampu untuk memelihara dan
menjaga kesehatan organisme yang menelannya, terlepas dari apakah makanan itu
diperbolehkan atau dilarang dalam kaitannya dengan budaya (Arisman, 2009).
2)    Food adalah suatu konsep budaya. Sebagai konsep budaya, maka di dalamnya terdapat
penjelasan budaya mengenai kategori (bahan) makanan anjuran lawan makanan tabu
(larangan); makanan prestise lawan makanan rendah; makanan dingin lawan makanan
panas, dan sebagainya. Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-
mata suatu produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh
organisma termasuk manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan
sebagai sesuatu yang akan dimakan, diperlukan pengesahan budaya (Notoatmodjo, 2007).
Jellife & Bennet 1962 menyatakan : “Manusia dimana saja, bahkan dalam keadaan
sukar sekalipun, hanya makan sebagian dari bahan-bahan yang sebenarnya dapat dimakan
tersedia”.
d.  Klasifikasi Makanan
Variasi klasifikasi makanan antara lain :
1)    Menurut prestise – status
2)    Pertemuan sosial
3)    Usia
4)    Keadaan sehat – sakit
5)    Nilai simbolik – ritual (Arisman, 2009).
e.  Peranan Simbolik Makanan
1) Sebagai ungkapan ikatan social
Misalnya :
a)    Menawarkan makanan sebagai simbolis ungkapan persahabatan, perhatian, kasih sayang
b)    Tidak memberi makanan sebagai ungkapan simbolis permusuhan, kemarahan
c)    Sebagai ungkapan kesetiakawanan kelompok. Misalnya: makan bersama, berkumpul dimeja
besar melambangkan keakraban keluarga
 2) Makanan dan stress
Misal : terpenuhinya makanan kesukaan – kebiasaan membuat dirinya tenang.
3)    Simbolisme makanan dalam bahasa
Kualitas makanan digunakan untuk menggambarkan kualitas manusia.  Misal : wajah
susu madu diartikan sebagai seseorang dengan wajah kuning langsat .
f.  Pembatasan Budaya Terhadap Kecukupan Gizi
1) Kegagalan melihat hubungan antara makanan dan kesehatan
Adalah kesenjangan yang besar dalam pemahaman tentang bagaimana makanan itu dapat
digunakan sebaik-baiknya untuk kesehatan, misal :
a)    Susunan hidangan yang cenderung ditafsirkan berdasar kuantitasnya tanpa memperhatikan
kualitas.
b)    Kepercayaan / tabu terhadap makanan yang tidak menguntungkan kesehatan bila tabu
tersebut diterapkan.
2)    Kegagalan untuk mengenali kebutuhan gizi pada anak-anak.
a)    Kegagalan budaya masyarakat memahami bahwa anak-anak memerlukan makanan khusus.
b)    Kepercayaan/tabu terhadap makanan yang merugikan anak-anak.
c)    Ketidaktahuan gizi / kecukupan gizi anak (Koentjaraningrat, 2002).

H.Pembatasan Budaya Terhadap Kekurangan Gizi


 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraansosial,
setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi
kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadilebih baik.
Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup.Kesehatan
merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber social, budaya dan
personal. Dengan teori Blum ini kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk, dan
juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan caramemperbaiki 4
aspek utama kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, perilaku dan pelayanankesehatan.
B.     Saran
Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka perlu peran
aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat,.Penyedia layanankesehatan,
masyarakat, pemerintah dan perusahaan perlu menjabarkan peta jalan pengembangankesehatan
masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan.,Dibutuhkan kerjasama dalammerumuskan dan
mengembangkan program kesehatan masyarakat sesuai karakteristik daerahsetempat sehingga
tahap perubahan menuju masyarakat sehat dalam pengelolaan kesehatanmasyarakat menjadi
bagian kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan pada akhirnya memiliki self belonging bahwa
kesehatan merupakan milik dan tanggung jawab bersama. Selain itu, pola penyegaran,
pembinaan, pemberdayaan dan penguatan jaringan organisasi Puskesmas,Poskesdes, Posyandu,
UKS/UKGS dan PMR sangatlah penting didalam mengembangkan sistemkesehatan masyarakat
dengan tujuan menuju masyarakat sehat dan sejalan dengan melibatkanmasyarakat semaksimal
mungkin. Dengan partisipasi semaksimal mungkin dari organisasi aktif yang berada di
masyarakat seperti Kader Posyandu, PKK, Taruna Karya, Pramuka, SarjanaPenggerak Pedesaan
dan organisasi lainnya serta didukung oleh MUSPIDA setempat.
 

DAFTAR PUSTAKA

1.      Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta
2.      Fisher, Augrey, 1986, Theories of Communication (Terjemahan Soejono Trimo),
Bandung,Remaja Karya
3.      Green, 1980, Health Education Planning, A Diagnostic Approach, The John Hopkins
University,Maryland, Mayfield Publishing Company
4.      Koentjaraningrat, 1996, Pengantar Anthropologi
5.      Elling, Socio Cultural Influences On Health and Health Care
6.      Foster, 1973, Traditional Societes in Technological Change
7.      Elling,Ray,H,socio cultural influences on health and helth care
8.      Foster,G,M, traditional societes in technological change,1973. Loentjaraningrat,
pengantar anthropologi,1996
9.      Kresno,sudarti,dkk.pencarian pertolongan pengobatan bagi anak balita dengan diare di
Jakartautara,1996
10.  Notoatmodjo,Soekidjo,promosi kesehatan teori dan aplikasi,edisi revisi,rineka
cipta,Jakarta,2010

Anda mungkin juga menyukai