Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PRAKTEK


KEBIDANAN DAN FUNGSI BIDAN (KEMENKES RI)

DISUSUN OLEH :

NI LUH RANI MARCELYTHA (PO7124319053)

DIV KEBIDANAN 1A

TAHUN AJARAN 2019/2020

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini dengan tema
“Pendekatan Sosial Budaya dalam Praktik Kebidanan”. Makalah ini disusun sebagai Tugas
dari salah satu mata kuliah yang kami ambil di Program studi D4 Kebidanan. Harapannya,
makalah ini bermanfaat bagi kami maupun yang pembaca dan mudah dipahami.Atas
Dukungan dan partisipasi dari pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini kami
ucapkan Terima Kasih.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era
globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrim menuntut semua
manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak
merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam
masyarakat dimana mereka berada.

Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-
konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi
sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan ibu dan anak.

Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun
mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan
pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat
yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah
pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat. Apalagi masalah proses persalinan yang umum
masih banyak menggunakan dukun beranak.

Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan,
pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari
solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan. Untuk itu
seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari
sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur
pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama,
bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A . PENDEKATAN MELALUI AGAMA

Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam menjalani


hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat membantu umat
manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi. Adapun aspek-
aspek pendekatan melalui agama dalam memberikan pelayanan kebidanan dan kesehatan
diantaranya:

1.Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya.

2.Agama memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-cita dan
perilaku manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi dirinya, keluarga,
masyarakat serta bangsa.

3.Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dalam segala aktivitasnya

4.Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala hal-hal/perbuatan yang


bertentangan dengan ajarannya.

Berbagai aspek agama dalam memberikan pelayanan kesehatan terdiri dari upaya-upaya
pelayanan kesehatan yang ditinjau dari segi agama,diantaranya:

a. Upaya Pemeliharaan Kesehatan

Upaya dini yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan dimulai sejak ibu hamil yaitu sejak
janin di dalam kandungan. Hal tersebut bertujuan agar bayi yang dilahirkan dalam keadaan
sehat begitu juga dengan ibunya. Kesehatan merupakan faktor utama bagi umat manusia
untuk dapat melakukan/menjalani hidup dengan baik sehingga dapat terhindari dari berbagai
penyakit dan kecacatan. Ada beberapa langkah yang dapat memberikan tuntunan bagi umat
manusia untuk memelihara kesehatan yang dianjurkan oleh agama antara lain :

1. Makan makanan yang bergizi

2. Menjaga kebersihan (Hadist mengatakan : kebersihan sebagian dari iman)

3. Berolah raga
4. Pengobatan diwaktu sakit

b. Upaya Pencegahan Penyakit

Dalam ajaran agama pencegahan penyakit lebih baik dari pada pengobatan di waktu sakit.

Adapun upaya-upaya pencegahan penyakit antara lain:

1. Dengan pemberian imunisas Imunisasi dapat diberikan kepada bayi dan balita, ibu
hamil, WUS, murid SD kelas 1 sampai kelas 3.

2. Pemberian ASI pada anak sampai berusia 2 tahun (Surah Al-Baqarah ayat 233). Ayat
tersebut pada dasarnya memerintahkan seorang ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI
sampai ia berusia 2 tahun.

3. Memberikan penyuluhan kesehatan. Dapat dilakukan pada kelompok pengajian, atau


kelompok-kelompok kegiatan keagamaan lainnya.

c. Upaya Pengobatan Penyakit

Pandangan agama (agama Islam) terhadap pelayanan Keluarga Berencana. Ada dua pendapat
mengenai hal tersebui yaitu memperbolehkan dan melarang penggunaan alat kontrasepsi.
Karena ada beberapa ulama yang .mengatakan penggunaan alat kontrasepsi itu adalah
sesuatu/hal yang sangat bertentangan dengan ajaran agama karena berlawanan dengan
takdir/kehendak Allah. Pendapat/pandangan agama (agama Islam) dalam pemakaian IUD.
Ada dua pendapat yaitu memperbolehkan / menghalalkan dan melarang / mengharamkan.

Pendapat / pandangan agama yang memperbolehkan/menghalalkan pemakaian kontrasepsi


IUD :

a.Pemakaian IUD bertujuan menjarangkan kehamilan Dengan menggunakan kontrasepsi


tersebut keluarga dapat merencanakan jarak kehamilan sehingga ibu tersebut dapat menjaga
kesehatan ibu, anak dan keluarga dengan baik.

b. Pemakaian IUD bertujuan menghentikan kehamilan. Jika didalam suatu keluarga memiliki
jumlah anak yang banyak, tentunya sangat merepotkan dan membebani perekonomian
keluarga. Selain itu bertujuan memberikan rasa aman kepada ibu. Karena persalinan dengan
factor resiko/resiko tinggi dapat mengancam keselamatan jiwa ibu. Agar ibu dapat
beristirahat waktu keseharian ibu tidak hanya digunakan untuk mengurusi anak dan keluarga.
Pendapat/pandangan agama yang melarang/mengharamkan pemakaian kontrasepsi IUD :

a. Pemakaian IUD bersifat aborsi, bukan kontrasepsi

b. Mekanisme IUD belum jelas, karena IUD dalam rahim tidak menghalangi pembuahan
sel telur bahkan adanya IUD sel mani masih dapat masuk dan dapat membuahi sel telur
(masih ada kegagalan).

c. Pemakaian IUD dan sejenisnya tidak dibenarkan selama masih ada obat-obatan dan alat
lainnya.

Pelayanan kotrasepsi system operasi yaitu MOP dan MOW juga mempunyai dua
pendapat/pandangan yaitu memperbolehkan dan melarang. Pendapat/pandangan yang
memperbolehkan:

a. Apabila pasangan suami istri dalam keadaan yang sangat terpaksa dalam kaedah
hokum (Islam) mengatakan ” Keadaan darurat memperbolehkan hal-hal yang dilarang
dengan alasan kesehatan/keselamatan jiwa “

b. Begilu. juga halnya mengenai melihat aura orang lain apabila diperlukan untuk
kepentingan pemeriksaan dan tindakan hal tersebut dapat dibenarkan.

Pandangan/pendapat yang melarang :

a.Sterilisasi berakhir dengan kemandulan. Hal ini bertentangan dengan tujuan utama
perkawinan yang mengatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akhirat juga untuk mendapatkan keturunan.

b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan cara memotong atau mengikat sebagian tubuh yang sehat
dan berfungsi (saluran mani/tuba).

c. Dengan melihat aura orang lain.

B.PENDEKATAN MELALUI KESENIAN TRADISIONAL

Bidan adalah seorang wanita yang tlah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.
Lulus dengan persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk
registrasi dnn memperole izin untuk melaksanakan praktik kebidanan.
Praktik Bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan
kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan
kemampuannya. Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini dihadapkan pada
masyarakat yang lebih terdidik,dan mampu memberi pelayanan kesehatan yang di tawarkan
atau dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat mengiginkan pelayanan kesehatan yang murah,
nyaman,sehingga memberi kepuasan ( sembuh dengan cepat dengan pelayanan yang baik ).

Rumah sakit perlu mengembangkan suatu sistem pelayanan yang didasarkan pada pelayanan
yang berkualitas baik, biaya yang dapat dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu
yang cepat dan tepat. Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan, dalam
memproduksi jasa pelayanan kesehatan ( pelayanan medis dan pelayanan kebidanan), untuk
masyarakat menggunakan berbagai sumber daya seperti ketenanagaan, mesin, bahan,
fasilitas, modal, energi dan waktu.

Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah
sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan
yang optimal dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang
diberikan selama 24 jam secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan
professional, ataupun global. Agar bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik,
maka perlu adanya pendekatan sosial budaya yang dapat menjembatani pelayanannya kepada
pasien.

Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan yang
professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya berdasarkan
kaidah-kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai pengetahuan yang luas
mengenai kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan
kebidanan kepada masyarakat.

Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial
dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan atau
diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada
masyarakat misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut
bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi
yang diberikan oleh petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau
benar adanya.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat :

1.Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan informasi
melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media, waktu ideal,
frekuensi, pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait maupun informal leader
tidaklah sama di setiap daerah, bergantung kepada dinamika di masyarakat dan kejelian kita
untuk menyiasatinya agar informasi kesehatan bisa diterima dengan benar dan selamat.
Penting untuk diingat bahwa upaya promotif tidak selalu menggunakan dana negara,
adakalnya diperlukan adakalanya tidak. Selain itu, penyebaran informasi hendaknya
dilakukan secara berkesinambungan dengan memanfaatkan media yang ada dan sedapat
mungkin dikembangkan agar menarik dan mudah dicerna. Materi yang disampaikan
seyogyanya selalu diupdate seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan terkini.

2.Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di


Posyandu dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia kurang
dari 35 hari (jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.

3.Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit
berat.

4.Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien
yang memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.

Serta seorang bidan juga harus mampu menggerakkan Peran serta Masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan
usia lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan
tugas, peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan
kebidanan dengan baik,hendaknya bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya
pendekatan melalui kesenian tradisional.

pengertian dari seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang artinya
kemahiran.Tetapi beberapa juga ada yang mengatakan bahwa kata seni berasal dari bahasa
belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni sendiri dalam bahasa Indonesia
berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan atau persembahan. Namun dalam bahasa
tradisional jawa, seni mempunyai rti Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil. Dibawah ini
terdapat beberapa hal tentang seni baik pendapat dari para ahli budaya,maupun arti kesenian
secara umum.
a.Seni menurut para ahli budaya

1. Drs. Popo Iskandar

Seni adalah suatu hasil dari ungkapan emosi yang ingin disampaikan oleh seseorang
kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok.

2. Ahdian karta miharja

Seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan suatu realitas dalam suatu karya seni yang
bentuk dan isinya, mempunyai kemampuan untuk membangkitkan pengalaman tertentu
dalam rohani penerimanya.Dan menurut beliau Kesenian Merupakan produk dari manusia
sebagai homeostetiskus. Setelah manusia merasa cukup atau dapat mencukupi kebutuhan
fisiknya, maka manusia tersebut perlu dan akan selalu mencari pemuas untuk memenuhi
kebutuhan psikisnya. Manusia semata-mata tidak hanya memenuhi isi perut, tetapi perlu juga
memenuhi pandangan indah serta suara merdu, semua kebutuhan manusia tersebut dapat
dipenuhi melalui kesenian.

b.Kesenian secara umum

Secara umum kesenian dikenal dengan suatu rasa keindahan karena diperuntukkan guna
melengkapi kesejahteraan hidup manusia. Rasa keindahan yang dirasakan oleh seseorang
tersebut, dapat dimiliki dan disalurkan oleh setiap orang ke orang lain lagi.

c.Kesenian tradisional

Kesenian tradisional adalah kesenian yang dipegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan,yang ada secara turun menurun atau kesenian baru,hasil dari pengembangan
kebudayaannya.

Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan
kemauan secara naluriah. Memerlukan prantara budaya, untuk menyatakan rasa seninya, baik
secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Maksud
dari menyatakan rasa seni secara aktif adalah seseorang jika memiliki suatu rasa seni, harus
dikembangkan atau diapresikan kepada orang lain agar bermanfaat bagi orang lain. Agar rasa
seni tersebut dapat disalurkan atau diberikan kepada orang lain supaya rasa seni yang dimiliki
dapat bermanfaat bagi orang lain.
Dalam kegiatan apresiatif, maksudnya yaitu mengadakan suatu pendekatan terhadap kesenian
seolah – olah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Kesenian sebagai karya kasat
mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah seseorang dalam pembabaran ide yang
bersifat batiniah dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera kita,
khususnya penglihatan, perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asiknya terhadap
bentuk kesenian itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya, yang
bersifat lahiriah untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu, serta
ide yang melatar belakangi kehadirannya.

Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian, kita tidak cukup hanya
bersimpati terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Empati berasal dari
kata yunani berarti merasa sama. Jadi dalam menghayati suatu karya seni secara empati
berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.

1.Apresiasi Seni

Apresiasi Seni adalah kesadaran akan nilai seni yang meliputi pemahaman dan kemampuan
untuk menghargai karya seni, seseorang yang memiliki rasa apresiasi seni berarti orang
tersebut memiliki kesadaran akan nilai dari sebuah karya seni sehingga orang tersebut mampu
menghargai karya seni tersebut.

Yang menjadi sumber apresiasi seni adalah :

a.Kepekaan eksistensi yang berkembang pada diri masing-masing, yang tidak disadari sesuai
dengan lingkungan yang membinanya.

b.Pengetahuan kesenian yang meliputi pengetahuan mengenai karya seni, sejarah seni,
perkembangan kesenian dan estetika manusia. Hakikat karya seni adalah wujud dari hasil dan
usaha untuk mengungkapkan gagasan persepsi citreu pemecahan bentuk dan penemuan-
penemuan baru. Hakekat karya seni adalah wujud dari hasil dan usaha.

2. Peranan Seni

Seni memliki beberapa peranan, diantaranya :

a.Seni sebagai kebutuhan

Seni sebagai kebutuhan berarti seni merupakan salah satu dari beberapa kebutuhan bagi
manusia yang perlu dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan hidup maka manusia melengkapi
dirinya dengan berbagai perlengkapan dan peralatan sebagai penunjang atau pelengkap untuk
penyempurnaan pekerjaannya.

b.Seni sebagai ungkapan gagasan dan alat komunikasi

1) Sebagai ungkapan gagasan

Seni sebagai gagasan berarti seni dapat digunakan untuk mengungkapkan buah pikiran dalam
suatu wujud, yang nyata dan dapat ditanggapi atau dipergunakan oleh orang lain.

2)Alat komunikasi

Berisi pesan yang diinformasikan pada orang lain, dan masyarakat baik dalam bentuk buah
pikiran, perasaan, maupun segala harapan dapat juga berupa pernyataan kritik,
ketidaksetujuan atau ketidaksepahaman biasanya diungkapkan dalam bentuk karton dan
nyanyian dalam drama modern.

3)Kesenian Sebagai Pembentuk Peradaban Manusia

Kesenian dalam kehidupan manusia ikut mendidik manusia dan masyarakat menjadi
beradab, agar kehidupan manusia menjadi lebih harmonis. Seni menjadikan manusia berbudi
luhur.

Sejarah telah mencatat akan prestasi-prestasi kesenian dalam peranannya membentuk sikap
budi manusia. Karya-karya seni pada zaman primitif merupakan alat-alat yamg mampu
menimbulkan suasana magis dan misterius dalam pemujaan serta kehidupan pada waktu itu.
Juga karya-karya kesenian klasik yang puitik heroik maupun karya-karya modern,
kesemuanya memberi pengaruh yang besar dalam peradaban manusia.

Secara keseluruhan kesenian hanyalah ditujukan untuk kebahagiaan manusia, baik


kebahagiaan manusia secara materi maupun spirituil. Kesenian diciptakan oleh manusia
untuk melengkapi kebahagiaan manusia seluruhnya. Ternyata seni mempunyai peranan
dalam kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hasrat mengungkapkan
atau menyatakan perasaan pribadi mengenai aspek-aspek pokok kehidupan sehari-hari
tentang kelahiran, cinta, perkawinan, iri hati, kematian dan lain-lainnya.

Disamping memenuhi kebutuhan dalam hubungan kegiatan sosial kita mengenai situasi
politik, ekonomi, kepercayaan, menyatakan keinginan atau tujuan bersama, menyusun
komunikasi antar individu, mempengaruhi situasi masyarakat dan lain-lainnya. Juga
memenuhi kebutuhan fisik seperti gedung, alat pengangkutan, alat penyimpanan, bahan
pembungkus. Jadi peranan seni dalam kehidupan manusia merupakan suatu cara atau usaha
hasil budi manusia untuk mencapai tujuan, kebahagiaan atau kesejahteraan. Inilah kenyataan
tentang suatu gejala aktivitas manusia yang dinamakan SENI.

3. Kesenian sebagai media penyuluhan kesehatan

Dalam penyuluhan kesehatan maupun dalam praktik kebidanan, seni dapat digunakan sebagai
media dalm melakukan pendekatan kepada masyarakat, Seorang petugas bisa menyelipkan
pesan-pesan kesehatan didalamnya, misalnya:

1. Dengan Kesenian wayang kulit

Melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal


pertunjukan dan pada akhir pertunjukan, dapat diisi dengan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan pesan-pesan yang telah disampaikan di awal pertunjukan atau pertanyaan –
prtanyaan yang diberikan oleh penonton.

2. Menciptakan lagu-lagu berisikan tentang permasalahan kesehatan dalam bahasa


daerah setempat.
3. Kesenian sebagai seni terapi

Kesenian sebagai terapi pada kejiwaan,sebagai pelipur rala. Kita ketahui


kehidupan zaman sekarang ini permasalahan semakin kompleks, tubuh dan jiwa manusia
mempunyai batas untuk dapat mengatasinya. Untuk itu dengan seni diharapkan akan
memberikan dampak positif dalam mengatasi stress tersebut baik stres fisik maupun batin.
Misalnya dengan menyanyi, menciptakan lagu, seni memahat patung, dll.

C. Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan

Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk
menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante
natal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri.

Fakta di berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap
kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu
memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang
kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan ke bidan menyebabkan tidak
terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru
diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat
membawa akibat fatal yaitu kematian.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya
informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan,
permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor
nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu,
dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku,
yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang
relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat melahirkan.

Contohnya di kalangan masyarakat pada suku bangsa nuaulu (Maluku) terdapat suatu
tradisi upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa
kehamilan seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan kedelapan. Namun pada usia
saat kandungan telah mencapai Sembilan bulan, barulah mereka akan mengadakan suatu
upacara. Masyarakat nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan seorang
perempuan telah mencapai Sembilan bulan, maka pada diri perempuan yang bersangkutan
banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang dapat menimbulkan berbagai bahaya gaib.
Dan tidak hanya dirinya sendiri juga anak yang dikandungannya, melainkan orang lain
disekitarnya, khususnya kaum laki-laki. Untuk menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut,
siperempuan hamil perlu diasingkan dengan menempatkannya di posuno. Masyarakat nuaulu
juga beranggapan bahwa pada kehidupan seorang anak manusia itu baru tercipta atau baru
dimulai sejak dalam kandungan yang telah berusia 9 bulan. Jadi dalam hal ini ( masa
kehamilan 1-8 bulan ) oleh mereka bukan dianggap merupakan suatu proses dimulainya
bentuk kehidupan.

Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan
terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang
ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya
sangat dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan
ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi
terutama di daerah pedesaan.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan
mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan
yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya
memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya
kecil dan mudah dilahirkan. Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan
laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang, selain
ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat
mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.

Pendekatan Melalui Budaya dan Kegiatan Kebudayaan Kaitannya dengan Peran Seorang
Bidan

Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.

Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan
dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia
lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas,
peran serta tanggung jawabnya.

Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-
pendekatan khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan khususnya calon
bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran
aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan.

Menurut Departemen Kesehatan RI, fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, mengenai


persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman medis kontrasepsi.

2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan
melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.

3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.

4. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.

5. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya masyarakat.
6. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas kesehatan lainnya.

7. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta
adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuannya.

Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perlu diperhatikan oleh
bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan dengan aspek sosial-budaya, telah
diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu: Mengenai
wilayah, struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk, serta sistem pemerintahan desa
dengan cara:

1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah ada pembagian
wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT serta mencari keterangan tentang
penduduk dari masing-masing RT.

2. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti LKMD, PKK, LSM, karang taruna, tokoh
masyarakat, kelompok pengajian, kelompok arisan, dan lain-lain.

3. Mempelajari data penduduk yang meliputi:

· Jenis kelamin

· Umur

· Mata pencaharian

· Pendidikan

· Agama

4. Mempelajari peta desa

5. Mencatat jumlah KK, PUS, dan penduduk menurut jenis kelamin dan golongan.

Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus
mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan
hubungan yang efektif adalah komunikasi. Kegiatan bidan yang pertama kali harus dilakukan
bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh masyarakat
setempat.
Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi
tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari,
pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
wilayah tersebut.

Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi melalui pendekatan


social dan budaya yang akurat. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi
pikiran, perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan prantara budaya untuk
menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam
kegiatan apresiatif. Dalam kegiatan apresiatif, yaitu mengadakan pendekatan terhadap
kesenian atau kebudayaan seolah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Maka itu
dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap
kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan
tradisional setempat bidan dapat berperan aktif untuk melakukan promosi kesehatan kepada
masyaratkat dengan melakukan penyuluhan kesehatan di sela-sela acara kesenian atau
kebudayaan tradisional tersebut. Misalnya: Dengan Kesenian wayang kulit melalui
pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan
pada akhir pertunjukan.

D. FUNGSI BIDAN

Melaksanakan profesinya (bidan) memilki peran sebagai pelaksana, pengelola,


pendidik dan peneliti. Sebagai pelaksana, bidan memilki tiga kategori tugas, yaitu tugas
mandiri, tugas kolaborasi dan tugas ketergantungan.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.

Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan
dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut.
Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran
serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan kebidanan
dengan baik, hendaknya bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya pendekatan melalui
kesenian tradisional.

Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.

Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan
dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut.
Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran
serta tanggung

B.Saran

Bidan perlu mempelajari sosial-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang meliputi tingkat
pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari,
pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
wilayah tersebut.

Bidan harus selalu menjaga hubungan yang efektif dengan masyarakat dengan selalu
mengadakan komunkasi efektif.
DAFTAR PUSTAKA

- George M. Foster dan Barbara Galatin Anderson. Antropologi Kesehatan. UI Press. Jakarta 1986

- Depkes RI, MA 103, Ilmu Sosial Budaya Dasar. Untuk Prog Bidan Pusdiknakes. Jakarta 1996.

- Nasrul Effendi. Drs. Perawatan Kesehatan Masyarakat, EGC. Jakarta 19

- Sosial budaya dasar, Syafrudin, SKM,M.Kes

- www.google.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

Anda mungkin juga menyukai