DOSEN PENGEMPU :
Mercy J. Kaparang. SKM.,M.Kes.
DISUSUN OLEH
NI KOMANG WIDASTRI
PO7124319044
Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, saya
harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR ISI
Cover.........................................................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan Makalah...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Individu, Keluarga dan Masyarakat............................................
2.2 Pendekatan Sosial Budaya dalam Prakter Kebidanan..........................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik
maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di
kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan
masyarakat yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak
mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat. Apalagi masalah proses
persalinan yang umum masih banyak menggunakan dukun beranak.
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan,
pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari
solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan.
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu
mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan
penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan
norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Individu, Keluarga dan Masyarakat
1. Perkembangan individu.
Menurut Havinghurst yang dikutip oleh Made Pidarta, fase-fase
perkembangan pada manusia sejak dari masa kanak-kanak sampai masa tua ada enam
fase, yaitu:
1. Periode Pranatal dan Kelahiran
Masa pranatal merupakan periode pertama dalam rentetan tahap perkembangan
seorang manusia. walaupun begitu periode ini dipahami sebagai periode yang
paling singkat dibandingkan masa periode yang lainnya, sekaligus sebagai
periode yang penting bahkan sangat penting diantara periode yang lain.
2. Masa Bayi
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku
bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di
sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang
dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang
bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja
tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing,
tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Masa Anak-anak
Awal
3. Masa Anak-anak akhir
Pada masa ini Erikson menyebutnya dengan Masa Sekolah (School Age) ditandai
adanya kecenderungan industry–inferiority (rasa rendah diri). Sebagai kelanjutan
dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif
mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui
dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena
keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia
menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan
ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
4. Masa Remaja
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa
puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence)
ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan
ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan
yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas
diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
5. Masa Dewasa Awal
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan
memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal atau muda yang
berusia sekitar 20-30 tahun. Masa Dewasa Awal ditandai adanya kecenderungan
intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan
yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah
mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim
hanya dengan orang orang tertentu yang sepaham.
6. Masa Dewasa Akhir
Erikson (1968) percaya bahwa orang dewasa tengah baya menghadapi
persoalan hidup yang signifikan-generativitas vs stagnasi, adalah nama yang
diberikan Erikson pada fase ketujuh dalam teori masa hidupnya. Generativitas
mencangkup rencana-rencana orang dewasa yang mereka harap dapat
dikerjakan guna meninggalkan warisan dirinya sendiri pada generasi
selanjutnya.
2. Perkembangan Keluarga
Duvall (1967) menyebutkan bahwa teori perkembangan keluarga adalah daur
atausiklus kehidupan keluarga yang terdiri dari beberapa tahap yang mempunyai tugas
dan risiko-risiko tertentu pada tiap-tiap perkembangannya. Perkembangan keluarga
adalah sebuah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga. Meliputi
perubahan pola interaksi danhubungan antar anggota keluarga. Perkembangan
keluarga didasarkan pada lamanya perkawinan dan tahap-tahap membesarkan anak
(Christensen, 1996).
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998)
a. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing.
b. Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun.
3. Perkembangan Masyarakat
Masyarakat tidak pernah terlepas dari perjuangan klas dan perubahan sosial
adalah karya berjuta-juta massa rakyat di seluruh penjuru negeri. Ungkapan ini jelas
memberikan penegasan, kenapa kita perlu mengungkap dengan terang seterang-
terangnya, bahwa sejarah tidak pernah terlepas dari pertentangan klas di dalam
masyarakat. Itu menegaskan, sejarah umum yang sering dipelajari di bangku-bangku
kuliah atau sekolah, juga tidak terlepas dari kepentingan klas yang kini mendominasi
dalam masyarakat. Sementara dalam menilai sejarah, kita harus melihat bahwa
perubahan dan perkembangan masyarakat dari waktu ke waktu, tidak terlepas dari
peran massa rakyat. Tokoh-tokoh besar dalam sejarah seperti Lenin, Stalin, Mao Tse
Tung, Ho Chi Minh atau Soekarno sekalipun, jika tanpa ada rakyat yang bersama
mendukung perjuangan yang digelorkan, tentu tidak akan menjadi tokoh besar dalam
sejarah.
Aspek terpenting dari proses yaitu bahwa proses harus melibatkan masyrakat
itu sendiri. Keterlibatan ini tak akan tercapai tanpa partisipasi penuh. proses
pengembangan masyarakat tidak dapat dipaksakan dari luar, dan tidak dapat
ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan lokal atau departemen pemerintah. Proses
pengembangan masyarakat harus menjadi proses masyarakat yang dimiliki, dikuasai
dan dilangsungkan oleh mereka sendiri. Hal ini tidak selalu mudah dicapai, karena
orang-orang terbiasa dibebankan, dan menyesuaikan dengan pedoman dasar.Namun
tidak mungkin ada pengembangan masyarakat dengan memberikan pembebanan.
Setiap masyarakat memilik karakter yang berbeda-beda dilihat dari sisi sosial,
ekonomi, politik dan budaya. Segala sesuatu yang berjalan dalam satu masyarakat,
tidak akan mungkin bisa sama dengan masyarakat lainnya karena perbedaan
karakteristik tersebut.Atau melakukan penerapan kegiatan dan cara intervensi yang
sama. Proses dalam pengembangan masyarakat membuat frustasi partisipannya
Manusia adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat di pisahkan
antara jiwa dan raganya, oleh karena itu dalam proses perkembangannya perlu
keterpaduan antara perkembangan jasmani maupun rohaninya. Sebagai makhluk
sosial seorang individu tidak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan antara yang
satu dengan yang lainnya, dan saling mengadakan hubungan sosial di tengah–tengah
masyarakat.
Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki
prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk mencapai
tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi
individu sebagai bagian keluarga, keluarga sebagai tempat terprosesnya, dan
masyarakat adalah tempat kita melihat hasil dari proyeksi tersebut.
Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada pada suatu
konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu itu menjadi jelas dan
bermakna, artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala – gejalanya. Karena di sini
akan terlibat individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhluk
sosial sebagai perwujudan anggota kelompok atau anggota masyarakat. Manusia
sebagai makhluk individu yang hidup dalam keluarga dan bermasyarakat, dari hal
tersebut akan terjadi keterkaitan dalam hal interaksinya dalam kehidupan
bermasyarakat, oleh karena itu manusia hidup saling membutuhkan dan saling
ketergantungan. Dari hal-hal tersebut akan membentuk suatu karakter yang unik dari
individu-individu tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Fikri, Ade. 2016. Perkembangan Individu.
https://www.slideshare.net/adefikri1/perkembangan-individu-58832552 ( diakses 24 april
2020, pukul 12.15 WITA )
Fiest, J. Fiest, G.J. 2016. Teori Kepribadian : Theories of Personality. Jakarta : Penerbit
Salemba Humanika
https://www.scribd.com/doc/119156115/makalah-teori-perkembangan-keluarga ( diakses 24
april 2020, pukul 12.52 WITA )
Suryawati, "Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan, Persalinan, dan
Pasca Persalinan (Studi di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara)," Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia.