Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


PERKEMBANGAN INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT SERTA
PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PRATEK KEBIDANAN

DOSEN PENGEMPU :
Mercy J. Kaparang. SKM.,M.Kes.

DISUSUN OLEH
NI KOMANG WIDASTRI
PO7124319044

JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIV REGULER


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini
membahas tentang Perkembangan Individu, Keluarga Dan Masyarakat Serta membahasa
Tentang Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktek Kebidanan.

Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini saya akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, saya
harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk menyempurnakan makalah ini.

Palu, 24 April 2020


Penyusun
Ni Komang Widastri

DAFTAR ISI
Cover.........................................................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan Makalah...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Individu, Keluarga dan Masyarakat............................................
2.2 Pendekatan Sosial Budaya dalam Prakter Kebidanan..........................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik
maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di
kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan
masyarakat yang mempunyai dampak negatif tehadap kesehatan masyarakat. Tidak
mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat. Apalagi masalah proses
persalinan yang umum masih banyak menggunakan dukun beranak.
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan,
pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari
solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan.
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu
mempelajari sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan
penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan
norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan individu ?
2. Bagaimana perkembangan keluarga ?
3. Bagaimana perkembangan masyarakat ?
4. Bagaimana hubungan antara individu, keluarga dan masyarakat ?
5. Bagaimana pendekatan sosial budaya dalam praktik kebidanan ?
6. Apa saja fungsi bidan ?
1.3 Tujuan Makalah
1. Agar mengetahuai Bagaimana perkembangan individu.
2. Agar mengetahuai Bagaimana perkembangan keluarga.
3. Agar mengetahuai Bagaimana perkembangan masyarakat.
4. Agar mengetahuai Bagaimana hubungan antara individu, keluarga dan
masyarakat.
5. Agar mengetahuai Bagaimana pendekatan sosial budaya dalam praktik
kebidanan.
6. Agar mengetahuai Apa saja fungsi bidan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Individu, Keluarga dan Masyarakat
1. Perkembangan individu.
Menurut Havinghurst yang dikutip oleh Made Pidarta, fase-fase
perkembangan pada manusia sejak dari masa kanak-kanak sampai masa tua ada enam
fase, yaitu:
1. Periode Pranatal dan Kelahiran
Masa pranatal merupakan periode pertama dalam rentetan tahap perkembangan
seorang manusia. walaupun begitu periode ini dipahami sebagai periode yang
paling singkat dibandingkan masa periode yang lainnya, sekaligus sebagai
periode yang penting bahkan sangat penting diantara periode yang lain.
2. Masa Bayi
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku
bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di
sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang
dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang
bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja
tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing,
tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Masa Anak-anak
Awal
3. Masa Anak-anak akhir
Pada masa ini Erikson menyebutnya dengan Masa Sekolah (School Age) ditandai
adanya kecenderungan industry–inferiority (rasa rendah diri). Sebagai kelanjutan
dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif
mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui
dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena
keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia
menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan
ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
4. Masa Remaja
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa
puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. Masa Remaja (adolescence)
ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan
ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan
yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas
diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
5. Masa Dewasa Awal
Tahap pertama hingga tahap kelima sudah dilalui, maka setiap individu akan
memasuki jenjang berikutnya yaitu pada masa dewasa awal atau muda yang
berusia sekitar 20-30 tahun. Masa Dewasa Awal ditandai adanya kecenderungan
intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan
yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah
mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim
hanya dengan orang orang tertentu yang sepaham.
6. Masa Dewasa Akhir
Erikson (1968) percaya bahwa orang dewasa tengah baya menghadapi
persoalan hidup yang signifikan-generativitas vs stagnasi, adalah nama yang
diberikan Erikson pada fase ketujuh dalam teori masa hidupnya. Generativitas
mencangkup rencana-rencana orang dewasa yang mereka harap dapat
dikerjakan guna meninggalkan warisan dirinya sendiri pada generasi
selanjutnya.

2. Perkembangan Keluarga
Duvall (1967) menyebutkan bahwa teori perkembangan keluarga adalah daur
atausiklus kehidupan keluarga yang terdiri dari beberapa tahap yang mempunyai tugas
dan risiko-risiko tertentu pada tiap-tiap perkembangannya. Perkembangan keluarga
adalah sebuah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga. Meliputi
perubahan pola interaksi danhubungan antar anggota keluarga. Perkembangan
keluarga didasarkan pada lamanya perkawinan dan tahap-tahap membesarkan anak
(Christensen, 1996).
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman, 1998)
a. Pasangan Baru
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan
perempuan (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing.
b. Keluarga “child bearing” kelahiran anak pertama
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak
berumur 30 bulan atau 2,5 tahun.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun.

d. Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah ) dan berakhir pada
saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya keluarga mencapai jumlah
maksimal sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-
masing anak memiliki minat sendiri. Dmikian pula orang tua mempunyai
aktivitas yang berbeda dengan anak
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian.
Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak
dan ada atau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua.
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini
dianggap sulit karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan
gagal sebagai orang tua.

3. Perkembangan Masyarakat
Masyarakat tidak pernah terlepas dari perjuangan klas dan perubahan sosial
adalah karya berjuta-juta massa rakyat di seluruh penjuru negeri. Ungkapan ini jelas
memberikan penegasan, kenapa kita perlu mengungkap dengan terang seterang-
terangnya, bahwa sejarah tidak pernah terlepas dari pertentangan klas di dalam
masyarakat. Itu menegaskan, sejarah umum yang sering dipelajari di bangku-bangku
kuliah atau sekolah, juga tidak terlepas dari kepentingan klas yang kini mendominasi
dalam masyarakat. Sementara dalam menilai sejarah, kita harus melihat bahwa
perubahan dan perkembangan masyarakat dari waktu ke waktu, tidak terlepas dari
peran massa rakyat. Tokoh-tokoh besar dalam sejarah seperti Lenin, Stalin, Mao Tse
Tung, Ho Chi Minh atau Soekarno sekalipun, jika tanpa ada rakyat yang bersama
mendukung perjuangan yang digelorkan, tentu tidak akan menjadi tokoh besar dalam
sejarah.
Aspek terpenting dari proses yaitu bahwa proses harus melibatkan masyrakat
itu sendiri. Keterlibatan ini tak akan tercapai tanpa partisipasi penuh. proses
pengembangan masyarakat tidak dapat dipaksakan dari luar, dan tidak dapat
ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan lokal atau departemen pemerintah. Proses
pengembangan masyarakat harus menjadi proses masyarakat yang dimiliki, dikuasai
dan dilangsungkan oleh mereka sendiri. Hal ini tidak selalu mudah dicapai, karena
orang-orang terbiasa dibebankan, dan menyesuaikan dengan pedoman dasar.Namun
tidak mungkin ada pengembangan masyarakat dengan memberikan pembebanan.
Setiap masyarakat memilik karakter yang berbeda-beda dilihat dari sisi sosial,
ekonomi, politik dan budaya. Segala sesuatu yang berjalan dalam satu masyarakat,
tidak akan mungkin bisa sama dengan masyarakat lainnya karena perbedaan
karakteristik tersebut.Atau melakukan penerapan kegiatan dan cara intervensi yang
sama. Proses dalam pengembangan masyarakat membuat frustasi partisipannya

4. Hubungan antara individu, Keluarga dan Masyarakat

Manusia adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak dapat di pisahkan
antara jiwa dan raganya, oleh karena itu dalam proses perkembangannya perlu
keterpaduan antara perkembangan jasmani maupun rohaninya. Sebagai makhluk
sosial seorang individu tidak dapat berdiri sendiri, saling membutuhkan antara yang
satu dengan yang lainnya, dan saling mengadakan hubungan sosial di tengah–tengah
masyarakat.
Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki
prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterikatan untuk mencapai
tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi
individu sebagai bagian keluarga, keluarga sebagai tempat terprosesnya, dan
masyarakat adalah tempat kita melihat hasil dari proyeksi tersebut.

Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada pada suatu
konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu itu menjadi jelas dan
bermakna, artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala – gejalanya. Karena di sini
akan terlibat individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhluk
sosial sebagai perwujudan anggota kelompok atau anggota masyarakat. Manusia
sebagai makhluk individu yang hidup dalam keluarga dan bermasyarakat, dari hal
tersebut akan terjadi keterkaitan dalam hal interaksinya dalam kehidupan
bermasyarakat, oleh karena itu manusia hidup saling membutuhkan dan saling
ketergantungan. Dari hal-hal tersebut akan membentuk suatu karakter yang unik dari
individu-individu tersebut

2.2 Pendeketan Sosial Budaya Dalam Praktek Kebidanan


a. Pendeketan Sosial Budaya Dalam Praktek Kebidanan
Kesehatan reproduksi kaum remaja ditekankan pada kegiatan pendidikan
kehidupan keluarga, pencegahan kehamilan remaja dan pencegahan penyakit menular.
Sedang pada masa perkawinan dalam kondisi produktif kesehatan reproduksi yang
perlu diupayakan meliputi perwatan kehamilan, pertolongan persalinan, perawatan
bayi baru lahir, perawatan nifas dan praktek keluarga berencana, dan upaya-upaya ini
sering disebut sebagai safe-motherhood. Pada masa usia lanjut, kesehatan reproduksi
berkaitan dengan upaya skrining keganasan tu- mor dan menopause (Muhammad,
1996).
Kondisi sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan (kondisi
geografis) berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Situasi budaya dalam hal ini
adat istiadat saat ini memang tidak kondusif untuk help seeking be- havior dalam
masalah kesehatan reproduksi di Indonesia (Muhammad, 1996). Hal ini dikemukakan
berdasarkan realita, bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya sudah terbiasa
menganggap bahwa kehamilan merupakan suatu hal yang wajar yang tidak
memerlukan antenal care. Hal ini tentu berkaitan pula tentang pengetahuan dan
pemahaman masyarakat tentang pentingnya antenal care dan pemeliharaan kesehatan
reproduksi lainnya.
b. Fungsi Bidan ( Kemenkes RI )
Fungsi adalah kegunaan suatu hal, daya guna, jabatan (pekerjaan) yang dilakukan,
kerja bagian tubuh (Tim Media Pena,2002:117) Berdasarkan peran Bidan yang
dikemukakan diatas, maka fungsi bidan sebagai berikut :
1. Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan pelaksana mencakup:
 Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta
masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawnan.
 Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan
dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
 Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
 Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi
 Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
 Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui
 Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah
 Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya.
 Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem
reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan
menopause sesuai dengan wewenangnya.
2. Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
 Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,
kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
 Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit
kerjanya.
 Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
 Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
 Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3. Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
 Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat
terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta KB
 Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan
tanggung jawab bidan.
 Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di
klinik dan di masyarakat.
 Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan individu merupakan perubahan yang sistematis, progresif, dan
berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat
diartikan pula sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu menuju tingkat
kedewasaan atau kematangannya. Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan
yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau
kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Pengembangan masyarakat adalah proses penguatan masyarakat secara aktif dan
berkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan sosial, partisipasi dan kerja sasma yang
setara. Pengembangan masyarakat mengekspresikan nilai-nilai keadilan, kesetaraan,
akuntabilitas, kesempatan, pilihan, partisipasi, kerjasama, dan proses belajar
keberlanjutan. Individu yang berada dalam masyarakat tertentu berarti ia berada pada
suatu konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu itu menjadi jelas
dan bermakna, artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala – gejalanya. Karena di sini
akan terlibat individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhluk sosial
sebagai perwujudan anggota kelompok atau anggota masyarakat.
3.2 Saran
Dalam bermasyarakat ciptakanlah sikap saling tolong – menolong dalam hal
kebajikan, agar terciptanya sikap kekeluargaan dan kasih sayang terhadap sesama
manusia. Serta tingakatkan hubungan antara individu keluarga dan masyarakat agar
kehidupan sosial tetap berjalan dengan baik. Seorang Bidan perlu mempelajari sosial-
budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk,
struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan
nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Fikri, Ade. 2016. Perkembangan Individu.
https://www.slideshare.net/adefikri1/perkembangan-individu-58832552 ( diakses 24 april
2020, pukul 12.15 WITA )
Fiest, J. Fiest, G.J. 2016. Teori Kepribadian : Theories of Personality. Jakarta : Penerbit
Salemba Humanika

Susipurwati. 2016 . tahap-tahap perkembangan keluarga.


http://susipurwati.blogspot.com/2016/10/tahap-tahap-perkembangan-keluarga.html ( diakses
24 April 2020, pukul 12.44 )

https://www.scribd.com/doc/119156115/makalah-teori-perkembangan-keluarga ( diakses 24
april 2020, pukul 12.52 WITA )

Hurlock, Elizabeth B. 2015. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta : Erlangga

Ariini. 2016. Sejarah perkembangan masyarakat indonesia .


https://sudahtaukahandahariini.wordpress.com/2016/10/04/sejarah-perkembangan-
masyarakat-indonesia/ ( diakses 24 april 2020, pukul 13.04 )

Isbandi Rukminto A. 2015. Intervensi Komunitas & Pengembangan Masyarakat. Jakarta:


PT.RajaGrafindo Persada.

Alkhawarizmi. https://mamz.weebly.com/individu-keluarga-dan-masyarakat.html ( diakses


24 april 2020, pukul 13.21 WITA )

Suryawati, "Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan, Persalinan, dan
Pasca Persalinan (Studi di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara)," Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia.

https://infobidannia.wordpress.com/2011/05/28/peran-dan-fungsi-bidan/ ( diakses 24 april


2020, pukul 14.11 WITA )

Anda mungkin juga menyukai