Anda di halaman 1dari 6

Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi


tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga
dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai
dewasa sebagai generasi muda.

Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :

1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan dengan fungsi
reproduksinya

2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung dan dilahirkan.

3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas namakan
“pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk.

4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional diantaranya Indonesia
menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan (Beijing dan
Kairo).

5. Masih adanya kebiasaaan tradisional yang merugikan baik bagi kesehatan perempuan secara umum
maupun bagi perempuan hamil.

6. Di berbagai dunia masih terjadi berbagai diskriminasi yang berdampak negatif terhadap kesehatan
dan hak reproduksi perempuan.

7. Adanya ketidaksetaraan bagi perempuan dalam akses pendidikan, pekerjaan, pengambilan keputusan
dan sumber daya yang tersedia.

5. Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting disebabkan
pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita diberi kebebasan dalam
menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang
memutuskan atas tubuhnya sendiri.

Definisi Kesehatan Reproduki

1.Menurut ICPD

Keadaan sejahtera fisik, mental, sosial secara utuh tidak semata-mata terbebas dari penyakit dan
kecacatan dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem fungsi dan proses reproduksi.

3. Menurut Ida Bagus Gde Manuaba, 1998


Kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya
dapat menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resiko apapun (Well
Health Mother Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal.

4. Menurut WHO

Suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.

5. Menurut Depkes RI, 2000

Suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan
dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang
bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah.

Menurut program kerja WHO ke IX (1996-2001), masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan
siklus kehidupan keluarga, meliputi :

a. Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi,

genital, deskriminasi nilai anak, dsb);

Dibahas dalam pertemuan ICPD ( International conference on population and development) di Kairo
bahwa kebiasaan ini meningkatkan kerentanan anak perempuan terhadap hak azasi manusia karena:

1. Sunat perempuan dilakukan terhadap anak perempuan yang tidak bisa memberikan informed
consent.

2. Ada kebiasaan di lingkungan budaya tertentu, di mana sunat perempuan mengarah kepada genital
mutilation, dan bisa berdampak negatif pada kesehatan perempuan.

b. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak masa kanak-kanak yang
seringkali muncul dalam bentuk kehamilan remaja, kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual
yang tidak aman);

c. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, biasanya terkait dengan isu aborsi tidak

aman;

d. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan, persalian dan masa
nifas, yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi lahir
rendah;

e. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual;

f. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit

menular seksual;

g. Sindrom pre dan post menopause dan peningkatan resiko kanker organ

reproduksi;

h. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan

lainnya.

Masalah kesehatan reproduksi mencakup area yang jauh lebih luas, dimana masalah tersebut dapat kita
kelompokkan sebagai berikut:

Masalah reproduksi

1. Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian perempuan yang berkaitan denga
kehamilan. Termasuk didalamnya juga maslah gizi dan anemia dikalangan perempuan, penyebab serta
komplikasi dari kehamilan, masalah kemandulan dan ketidaksuburan; Peranan atau kendali sosial
budaya terhadap masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandan gan masyarakat terhadap
kesuburan dan kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil;

2. Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya program KB, undang-
undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain sebagainya.

3. Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta terjangkaunya secara
ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak;

4. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun;

5. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan terhadap kesehatan


reproduksi.

Masalah gender dan seksualitas

1. Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan dan kebijakan negara
mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan seksualitas;
2. Pengendalian sosio -budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana norma-norma.

3. sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan perceraian;

4. Seksualitas dikalangan remaja;

5. Status dan peran perempuan;

6. Perlindungan terhadap perempuan pekerja.

Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan

1. Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada perempuan, perkosaan, serta


dampaknya terhadap korban;

2. Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai berbagai tindak kekerasan
terhadap perempuan;

3. Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur;

4. Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.

Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual

1. Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorhea;

2. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia, dan herpes;

3. Masalah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired immunodeficiency Syndrome);

4. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual;

5. Kebijakan dan progarm pemerintah dalam mengatasi maslah tersebut (termasuk penyediaan
pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial);

6. Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.

Konsep Sehat

Sehat adalah suatu kejadian yang merupakan suatu rangkaian proses yang berjalan terus menerus yang
berada dalam kehidupan masyarakat. Secara sederhana konsep sehat sakit dapat di anggap bergerak
dari suatu titik sehat ke titik sakit

Konsep Sakit
Perubahan status sehat ke status sakit berkaitan dengan adanya kertepaparan yang di alami dan
kerentanan tubuh manusia dalam menghadapi kertepaparan itu

METODE PENULARAN PENYAKIT

Mekanisme penularan penyakit pada manusia adalah melalui pintu masuk bagian tubuh seperti mulut,
hidung, kulit, dan telinga kedua bagian pertama adalah bagian tersering sebagai jalan masuk kuman
penyakit.

1.Kontak Langsung

2.Udara

3.Makanan dan minuman

4.Vektor

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi
kesehatan reproduksi:

a. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan
ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang
terpencil);

b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan
reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb);

c. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan
hormonal, rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb);

d. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, dsb).

Pengaruh dari semua faktor diatas dapat dikurangi dengan strategi intervensi yang tepat guna, terfokus
pada penerapan hak reproduksi wanita dan pria dengan dukungan disemua tingkat administrasi,
sehingga dapat diintegrasikan kedalam berbagai program kesehatan, pendidikan, sosial dam pelayanan
non kesehatan lain yang terkait dalam pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

Tujuan dan Sasaran Kesehatan Reproduksi

Tujuan Utama

Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus didahului oleh hubungan seksual,
tujuan utama program kesehatan reproduksi adalah meningkatkan ksesadaran kemandiriaan wanita
dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak
reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada akhirnya menuju penimgkatan kualitas hidupnya.

Tujuan Khusus

Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan empat tujuan khusus yaitu :

1. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi reproduksinya;

2. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan kapan hamil, jumlah dan
jarak kehamilan;

3. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari perilaku seksual dan
fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya;

4. Dukungan yang menunjang wanita untuk menbuat keputusan yang berkaitan dengan proses
reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk
mencapai kesehatan reproduksi secara optimal.

Tujuan diatas ditunjang oleh undang-undang No. 23/1992, bab II pasal 3 yang
menyatakan:“Penyelenggaraan upaya kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat”, dalam bab III pasal 4 “Setiap orang menpunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

.Sumber pustaka:

1. Manuaba. Memahami Kesehatan reproduksi wanita. EGC; Jakarta; 1998.

Anda mungkin juga menyukai