Anda di halaman 1dari 7

J.

Sains Dasar 2013 2(1) 13 – 19

Penerapan algoritma koloni semut


untuk optimisasi rute distribusi pengangkutan sampah
di kota Yogyakarta
(The application of ant colony algorithm to optimize the distribution route of
waste collection in Yogyakarta)

Himmawati Puji Lestari1 dan Eminugroho Ratna Sari2


1,2
Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Kampus Karangmalang, Sleman, DI
Yogyakarta 55281 / 1email: himmawatipl@yahoo.com dan 2email: eminugroho@uny.ac.id

Abstrak

Sistem pengangkutan sampah di Kota Yogyakarta dilakukan dari Kelurahan/Kecamatan (KK) ke


Tempat Pembuangan Sementara (TPS), selanjutnya dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPS
sendiri terbagi atas tiga jenis: depo, container, dan landasan (bangunan permanen). Di lain pihak,
pengambilan sampah oleh kendaraan truk pengangkut sampah seringkali tidak teratur mengakibatkan
volume sampah di Kota Yogyakarta yang cukup besar tidak dapat didistribusikan dengan baik ke TPA
Piyungan. Sehubungan dengan masalah tersebut sistem optimasi rute distribusi ini dirancang agar sistem
distribusi pengangkutan sampah di Kota Yogyakarta dapat berfungsi secara optimal. Dalam hal ini
digunakan Algoritma Koloni Semut untuk menyelesaikan masalah. Pada penelitian ini, TPS yang akan
dibahas berupa bangunan permanen. Selanjutnya penyelesaian algoritma koloni semut dibantu dengan
software Macro Excel. Diperoleh 12 rute pengangkutan sampah setiap hari di Kota Yogyakarta.

Kata kunci: sampah, TPS, algoritma koloni semut.

Abstract

Waste collection transportation system in Yogyakarta is begun from District to Temporary


Shelters (TPS), then from TPS to End Shelter/landfill (TPA). TPS is divided into three types: depot,
container, and permanent buildings. On the other hand, collecting waste in each TPS is often irregular.
This causes the garbage cannot be distributed properly to landfill in Piyungan. Based on the problem, an
optimization system of distribution route is designed so that the distribution of waste collection
transportation system in Yogyakarta becomes optimal. In this case, the ant colony algorithm is used to
solve the problem. In this research, the type of TPS discussed is a permanent building. Furthermore, the
optimal solution of distribution problem using ant colony algorithm is calculated via software Macro Excel.
The result is 12 daily routes of waste collection in Yogyakarta.

Key words: waste, TPS, ant colony algorithm

Pendahuluan Kebersihan, walikota Yogyakarta telah


mewajibkan pada instansi yang bertanggung
Sampah merupakan hal yang telah jawab terhadap pengawasan pengelolaan
menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. sampah. Kegiatan monitoring ini pun
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota mempunyai banyak kendala. Salah satunya
Yogyakarta No 18 tentang Pengelolaan adalah kurangnya prasarana truk
Himmawati dkk. / J. Sains Dasar 2013 2(1) 13 – 19 14

pengangkut sampah yang mengakibatkan dikumpulkan maka dapat dianalisa dan


sampah menumpuk di Tempat Pembuangan dilakukan pemilihan rute-rute pengangkutan
Sementara (TPS) tertentu. alternatif yang dapat lebih mengoptimalkan
Sistem Pengangkutan sampah di Kota sistem pengangkutan sampah di Kota
Yogyakarta dibagi menjadi dua, dilakukan Yogyakarta.
dari Kelurahan/Kecamatan (KK) ke TPS dan Algoritma Koloni Semut (Ant Colony
dari TPS diangkut ke Tempat Pembuangan Optimization) digunakan untuk
Akhir (TPA). TPS sendiri dibagi menjadi tiga menyelesaikan permasalahan ini. Pencarian
jenis: depo, container, dan bangungan solusi dimulai dengan melakukan pemilihan
permanen. Depo artinya tempat dimana secara bertahap berdasarkan nilai fungsi
gerobak-gerobak pengangkut sampah pheromone trail dan informasi heuristik yang
berkumpul menunggu untuk diambil truk, terbesar. Pheromone trail menunjukkan
sehingga sekali truk datang ke depo, maka kualitas solusi yang telah dicapai oleh semut
muatan truk sudah penuh. Container artinya dari perjalanan sebelumnya, sedangkan
bak terbuka yang merupakan bagian informasi heuristik sesuai dengan input data
belakang dari truk yang ditinggalkan di dari suatu permasalahan. Kegiatan ini
tempat-tempat tertentu, sehingga setiap dilakukan oleh semua semut dalam satu
pengambilan sampah di tempat tersebut, koloni. Setelah satu koloni semut menyusun
container langsung dipasang kembali ke truk kombinasi solusi, maka dilakukan pemilihan
kemudian dibawa ke TPA. Sedangkan TPS semut terbaik yang akan dibandingkan
yang merupakan bangunan permanen, rata- dengan semut terbaik secara global
rata memiliki kapasitas 2 m3, sehingga truk sehingga menghasilkan solusi akhir [2].
yang bisa memuat 8-12 m3 sampah dapat Pada awalnya penerapan algoritma
mengambil sampah dari beberapa TPS koloni semut untuk pencarian solusi
tersebut. Untuk itu, pada penelitian ini, travelling salesman problem [3]. Seiring
hanya akan dibahas TPS yang berupa dengan perkembangan penelitian, algoritma
bangunan permanen. ini digunakan untuk solusi vehicle routing
Salah satu TPA terbesar di Provinsi problem [4]. Bahkan sangat variatif, antara
DIY adalah TPA Piyungan. TPA ini mampu lain digunakan untuk mensimulasikan rute-
menampung sampah-sampah kiriman dari rute jalan protokol [5]. Bahkan juga telah
Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan diaplikasikan untuk sistem pencarian cepat
Kabupaten Sleman. Sebanyak 180-200 ton [6]. Selain itu, algoritma koloni semut
sampah per hari dibuang ke TPA ini dan digunakan untuk optimisasi perencanaan
70% diantaranya merupakan sampah dari produksi [7-10]. Berdasarkan penelitian-
Kota Yogyakarta [1]. Di lain pihak, Kota penelitian sebelumnya, Algoritma Koloni
Yogyakarta yang memiliki lebih dari 100 TPS Semut digunakan untuk menyelesaikan
tidak sebanding dengan jumlah truk yang masalah system distribusi sampah dengan
hanya 28 truk. Truk-truk inilah yang memilih rute-rute yang tepat dan cepat untuk
digunakan untuk mengangkut sampah dari sampai ke TPA Piyungan dengan
TPS ke TPA Piyungan. Keadaan ini harus memperhatikan kapasitas masing-masing
dicermati dengan seksama karena jika tidak, TPS. Pada penelitian ini, TPS yang
maka sampah tersebut dapat menumpuk dimaksud yang berupa bangunan permanen.
dan bertambah banyak di suatu TPS tertentu
dan akan dapat mengganggu masyarakat
sekitar, mulai dari bau yang tidak sedap,
lingkungan menjadi kotor bahkan dapat Metode Penelitian
menjadi sumber penyakit.
Jumlah rute pengangkutan sampah Perilaku Semut
dari TPS ke TPA bergantung pada faktor- Secara alamiah koloni semut mampu
faktor kapasitas TPS, jarak antar TPS dan menemukan rute terpendek dalam
dari TPS ke TPA, dan rute pengangkutan. perjalanan dari sarang ke tempat-tempat
Pada penelitian ini akan dibahas rute yang sumber makanan. Koloni semut dapat
tergantung dari kapasitas TPS dan jarak menemukan rute terpendek antara sarang
antar TPS. Dari data-data yang telah dan sumber makanan berdasarkan jejak kaki
Himmawati dkk. / J. Sains Dasar 2013 2(1) 13 – 19 15

yang mengandung pheromone pada lintasan persamaan probabilitas node yang


yang telah dilalui. Semakin banyak semut akan dikunjungi yang berfungsi
yang melalui suatu lintasan, maka semakin sebagai pengendali intensitas jejak
jelas bekas jejak kakinya. Hal ini semut. Nilai α ditentukan oleh
menyebabkan lintasan yang dilalui semut pengguna.
dalam jumlah sedikit, semakin lama semakin 4. Tetapan pengendali visibilitas (β)
berkurang kepadatan semut yang β digunakan dalam persamaan
melewatinya, atau bahkan tidak dilewati probabilitas node yang akan
sama sekali. Sebaliknya lintasan yang dilalui dikunjungi yang berfungsi sebagai
semut dalam jumlah banyak, semakin lama pengendali visibilitas. Nilai β
semakin bertambah kepadatan semut yang ditentukan oleh pengguna.
melewatinya, atau bahkan semua semut 5. Visibilitas antar kota ( ij )
melalui lintasan tersebut [2]. Ilustrasi rute
yang dibentuk oleh semut dan koloninya  ij digunakan dalam persamaan
dapat dilihat pada Gambar berikut [11]. probabilitas node yang akan
dikunjungi. Nilai  ij merupakan hasil
1
dari ,.
dij
6. Banyak semut (m)
m merupakan banyak semut yang
akan melakukan siklus dalam
algoritma semut. Nilai m ditentukan
oleh pengguna. Disini banyak semut
diibaratkan sama dengan banyak
kota yang dilalui.
Gambar 1. Ilustrasi rute yang dibentuk 7. Tetapan penguapan jejak semut (ρ)
semut dan koloninya. ρ digunakan untuk menentukan τij
untuk siklus selanjutnya. Nilai ρ
ditentukan oleh pengguna.
Algoritma Koloni Semut Adapun langkah-langkah penyelesaian
Parameter-parameter yang digunakan menggunakan algoritma koloni semut adalah
dalam Algoritma Koloni Semut antara lain: 1. Dari sarang, semut berkeliling secara
acak mencari makanan kemudian
1. Intensitas jejak semut ( ij ) dan
dicatat jarak antar node yang semut
perubahannya (  ij ).  ij harus lalui.
diinisialisasi sebelum memulai siklus. 2. Ketika sampai ke makanan, total
jarak dari tiap node yang telah
 ij digunakan dalam persamaan
ditempuh oleh semut, dijumlahkan
probabilitas node yang akan untuk mendapatkan jarak dari sarang
dikunjungi.  ij diinisialisasi setelah ke makanan.
3. Ketika kembali ke sarang, sejumlah
selesai satu siklus.  ij digunakan
pheromone ditambahkan pada jalur
untuk menentukan  ij untuk siklus yang telah ditempuh berdasarkan
selanjutnya. total jarak jalur tersebut. Semakin
2. Tetapan siklus semut (Q), Q kecil total jarak, maka semakin
merupakan konstanta yang banyak kadar pheromone yang
digunakan dalam persamaan untuk ditambahkan pada masing-masing
busur pada jalur tersebut.
menentukan  ij . Nilai Q ditentukan 4. Untuk memilih busur mana yang
oleh pengguna. harus dilalui berikutnya, dihitung
3. Tetapan pengendali intensitas jejak menggunakan rumus
semut (α), α digunakan dalam
Himmawati dkk. / J. Sains Dasar 2013 2(1) 13 – 19 16

  16 TPS di STIE YO, Jalan Glagah Sari (Universitas


 ij  ij  Teknologi Yogyakarta FE)
p 
k
untuk j  N k

  il  il 
ij   i 17 TPS di Wisma Sargede
lN ik 18
TPS di BKKBN, muja muju
dengan 19 TPS di Kricak
1
ij  d ij 20 TPS di Poltabes Malioboro
dij 21
TPS di Jalan Prawirotaman
22
TPS di Tamansari
5. Pada iterasi selanjutnya, busur-busur 23
yang mengandung pheromone lebih TPS di Jalan C. Simanjuntak
24
tinggi akan dipilih sebagai busur yang TPS di Jalan AM Sangaji
harus ditempuh berikutnya 25
TPS di Jalan FM Noto
berdasarkan probabilitas yang ada di 26 TPS di Jalan Nyoman Oka
langkah ke-4. Akhirnya diperoleh 27 TPS di Jalan Abu Bakar Ali
jalur optimal, yaitu jalur yang 28
dibentuk oleh busur-busur dengan TPS di Jalan Krasak
kadar pheromone tinggi. 29
TPS di Jalan Sabirin
30
TPS di Jalan Prof dr.Ir.Yohanes
31 TPS di Jalan Sagan
32
Hasil dan Diskusi TPS di Jalan Terban
33
TPS di Jalan Suroto
Penerapan Algoritma Koloni Semut untuk 34
TPS di Jalan Atmosukarto
Pengambilan Sampah di Kota Yogyakarta 35
TPS di Jalan Wardani
Selanjutnya, algoritma koloni semut 36
TPS di Jalan dr Wahidin (UKDW)
akan diimplementasikan untuk rute distribusi
37
sampah. Adapun TPS yang dimaksud TPS di Jalan Yos Sudarso
adalah yang berupa bangunan permanen. 38 TPS di Jalan Tribrata
Berikut daftar TPS yang akan dibahas: 39
TPS di Jalan Kalisahak
40
TPS di Jamsostek (Jl.Urip Sumoharjo)
41
Tabel 1. Lokasi TPS TPS di Superindo (Jalan Solo)

No Lokasi TPS
1 Menggunakan algoritma koloni semut,
TPS di Jln.Hos Cokroaminoto sesuai dengan langkah-langkah
2
TPS di Pasar Serangan (Jalan RE Martadinata) penyelesaiannya, perlu dilakukan inisialisasi
3 parameter terlebih dahulu. Parameter-
TPS di Asrama Brimob (Jalan Imogiri Timur
4
TPS di Pabrik kulit (Jln Ki Mangunsarkoro)
parameter yang digunakan adalah:
5 1. Intensitas jejak kaki semut,  ij
TPS di Gunung Ketur (Kantor Pengadilan, PDK)
6
TPS di Jalan Cantel sebesar 0,01
7 2. Tetapan siklus semut, Q = 20
TPS di Jalan Cantel Baru
8
3. Tetapan pengendali intensitas
TPS di Jalan Gajah jejak semut, α = 1
9 4. Tetapan pengendali visibilitas, β
TPS di Jalan Argolobang, Baciro
10 =1
TPS di Jalan Hayam Wuruk
11 5. Banyak semut, dalam hal ini
TPS di Jalan Melati Wetan
12 sebanyak TPS yang akan
TPS di Jalan Bausasran, Danurejan dibahas, dinotasikan dengan m =
13
TPS di Jalan Gajah Mada 41
14 6. Tetapan penguapan jejak semut,
TPS di Jalan Beji
15
TPS di LP Wirogunan, Jalan Tamsis
ρ = 0,5
Himmawati dkk. / J. Sains Dasar 2013 2(1) 13 – 19 17

Setelah dilakukan inisialisasi, langkah- TPS 28 115.72


langkah selanjutnya adalah sebagai berikut: TPS 29 114.98
1. Dilakukan pengacakan jalur.
Dalam hal ini, masing-masing semut TPS 30 119
ditempatkan di masing-masing TPS, TPS 31 133.65
kemudian masing-masing semut TPS 32 124.62
tersebut akan memilih jalur mereka TPS 33 119.5
masing-masing. Pada langkah
pengacakan ini, digunakan software TPS 34 102.7
bantu Macro Excel dengan perintah TPS 35 120.25
Rnd. TPS 36 118.42
2. Menghitung total jarak dari jalur yang TPS 37 120.25
telah diperoleh dari Langkah 1. TPS 38 113.85
Berikut total jarak dari masing-masing jalur
yang dimulai dari masing-masing TPS. TPS 39 126.12
TPS 40 119.55
TPS 41 120.8
Tabel 2. Total jarak yang diperoleh
berdasarkan rute acak.
Dimulai dari Total jarak (km) 3. Dilakukan pembaharuan pheromone
TPS 1 114.15 setelah diketahui perubahan
intensitas pheromone. Jika
TPS 2 114.25
perubahan intensitas pheromone dari
TPS 3 111.15
node i ke node j adalah xij , maka
TPS 4 116.55
pembaharuan pheromone dari node i
TPS 5 111.62 ke node j dilakukan dengan
TPS 6 119.6 Q     xij .
TPS 7 125.25
4. Menghitung visibilitas antar TPS.
TPS 8 119.12 Visibilitas merupakan invers jarak.
TPS 9 120.2 5. Menghitung probabilitas TPS
TPS 10 126.47 berikutnya yang akan dilalui,
menggunakan rumus
TPS 11 112.55  
TPS 12 116.65  ij  ij 
p 
k
untuk j  N ik
  il  il 
ij  
TPS 13 114.55
lN ik
TPS 14 120.78
dengan
TPS 15 126.11
1
TPS 16 114.07 ij  d ij
dij
TPS 17 113.85
TPS 18 110.2
6. Berdasarkan langkah 5, diperoleh
TPS 19 118.08 rute terbaik yaitu yang dimulai dari
TPS 20 114.6 TPS 8, dengan total jarak 61,52 km.
TPS 21 119.3 Selanjutnya diketahui bahwa masing-
TPS 22 126.77 masing truk dapat memuat 12 m3
sampah sekali angkut dan volume
TPS 23 117.97
sampah per hari adalah sebagai
TPS 24 121.8 berikut
TPS 25 113.65
TPS 26 113.35
TPS 27 114.95
Himmawati dkk. / J. Sains Dasar 2013 2(1) 13 – 19 18

Tabel 3. Data volume sampah di masing- Akibatnya, diperoleh rute pengangkutan


masing TPS per hari. dengan memperhatikan volume sampah
3 masing-masing TPS per hari adalah sebagai
TPS Volume sampah per hari (m )
berikut:
1 2
2 3 Tabel 4. Rute dan volume sampah yang
dapat terangkut per hari.
3 2.1
4 4
jalur 1 8-16-18-6
5 3.2
volume 10.1 m3
6 2.6
7 2.5
jalur 2 7-4-14
8 3.1
volume 9.6 m3
9 3.5
10 4.2
jalur 3 13-15-20-26
11 3.2
volume 11 m3
12 2.6
13 2.5
jalur 4 33-29-25-27
14 3.1
volume 10.8 m3
15 2
16 3
jalur 5 12-10-11
17 2.1
volume 10 m3
18 4
19 3.1
jalur 6 39-41-31-30
20 3.5
volume 11.8 m3
21 4.2
22 2.4
jalur 7 36-37-28
23 3.6
volume 9 m3
24 3
25 2
jalur 8 34-40-38
26 3
volume 9.8 m3
27 2.1
28 4
jalur 9 9-35-22
29 3.2
volume 9.5 m3
30 2.6
31 2.5
jalur 10 21-3-17-2
32 3.1
volume 11.4 m3
33 3.5
34 4.2
jalur 11 24-23-32
35 3.6
volume 9.7 m3
36 3
37 2
jalur 12 19-1-5
38 3
volume 8.3 m3
39 2.8
40 2.6
41 3.9
Himmawati dkk. / J. Sains Dasar 2013 2(1) 13 – 19 19

Kesimpulan dependent vehicle routing problem with


a multi ant colony system. European
Menggunakan algoritma koloni Journal of Operational Research 185(3):
semut, pengambilan sampah oleh Badan 1174–1191
Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta [5]. Tarek Helmi Abd El-Nabi Ali Ahmed.
menjadi lebih efektif. Pengambilan yang 2005. Modeling And Simulation Of A
Routing Protocol For Ad Hoc Networks
biasanya dilakukan seminggu dua
Combining Queuing Network Analysis
sampai tiga kali untuk masing-masing And Ant Colony Algorithms.
TPS, dapat dilakukan setiap hari. Selain Dissertation. Institut für Informatik und
lebih efektif dilihat dari jarak yang Wirtschaftsinformatik der Universität
ditempuh, hal ini akan berakibat efektif Duisburg-Essen (Campus Essen).
dari segi biaya. Oleh karena sampah [6]. Yoshikawa, Masaya & Otani, Kazuo.
juga terambil setiap hari, maka keluhan 2010. Ant Colony Optimization Routing
masyarakat akan menumpuknya sampah Algorithm with Tabu Search.
dapat diminimalisir. Proceedings of the International
MultiConference of Engineers and
Computer Scientists. Vol III.
Hongkong.
[7]. Liu,Xiao-jun; Yi,Hong; Ni, Zhong-hua.
Ucapan Terima Kasih
2013. Application of Ant Colony
Optimization Algorithm in Process
Penulis mengucapkan terima kasih
Planning Optimization. Journal of
kepada pemberi dana sehingga penelitian
Intelligent Manufacturing. Vol 24(1) pp
dapat dilakukan secara maksimal, kepada
1-13.
Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta
[8]. Huang K. L., Liao C. J. 2008. Ant colony
atas data-data yang diperlukan untuk
optimization combined with taboo
penelitian.
search for the job shop scheduling
problem. Computers & Operations
Research 35(4): 1030–1046
Daftar Pustaka [9]. Liao C. J., Liao C. C. (2008) An ant
colony optimisation algorithm for
scheduling in agile manufacturing.
[1]. Agus Sigit Cahyana. 2012. BLH Kota
Yogyakarta. Kedaulatan Rakyat online International Journal of Production
Research 46(7): 1813–1824
diakses melalui
[10]. Prakash A., Tiwari M. K., Shankar R.
http://krjogja.com/read/117785/blh-kota-
(2008) Optimal job sequence
yogya-tambah-tiga-truk-pengangkut-
determination and operation machine
sampah.kr tanggal 12 April 2012.
allocation in flexible manufacturing
[2]. Dorigo, Marco and Stützle, Thomas.
2004. Ant Colony Optimization. London: systems: An approach using adaptive
hierarchical ant colony algorithm.
MIT Press.
Journal of Intelligent Manufacturing
[3]. Dorigo M., Gambardella L. M. (1997)
19(2): 161–173
Ant colony system: A cooperative [11]. Raditya Arizal Pranata, Ira
learning approach to the traveling Prasetyaningrum S.Si,MT, dkk. 2011.
salesman problem. IEEE Perancangan Sistem Optimasi Rute
Transactions on Evolutionary Distribusi Pengangkutan Sampah di
Computation 1(1): 52–56 Surabaya Secara Adaptif
[4]. Donati A. V., Montemanni R., Menggunakan Metode Algoritma
Casagrande N., Rizzoll A. E., Koloni Semut. ITS Surabaya.
Gambardella L. M. (2008) Time

Anda mungkin juga menyukai