Anda di halaman 1dari 11

EVALUASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI WILAYAH BANDUNG UTARA EVALUATION OF SOLID WASTE TRANSPORTATION IN NORTHERN BANDUNG AREA

Syahid Deradjat1 dan Moch. Chaerul2


Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 1 sya_dera@yahoo.com, 2chaerul_2000@yahoo.com
Abstrak Pengangkutan sampah adalah sub-sistem persampahan yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat pemerosesan akhir, atau TPA. Dengan optimasi sub-sistem ini diharapkan pengangkutan sampah menjadi mudah, cepat, serta biaya relatif murah. Minimasi jumlah sarana yang digunakan serta jarak dan waktu tempuh merupakan tujuan utama dari perencanaan rute transportasi sampah. Untuk studi evaluasi sistem transportasi sampah Kota Bandung kali ini dilakukan studi kasus untuk wilayah pelayanan PD Kebersihan Bandung Utara. Pemilihan wilayah pelayanan Bandung Utara berdasarkan tidak adanya irisan wilayah pelayanan dengan wilayah lain, wilayahnya cukup luas terbentang dari bagian timur hingga barat Kota Bandung, karakteristik penduduk yang cukup beragam, sehingga dianggap dapat mewakili studi sistem transportasi persampahan di Kota Bandung. Dari hasil studi dapat dilihat bahwa timbulan sampah di setiap rute di wilayah ini sebagian besar melebihi kapasitas yang ada. Sementara, untuk rute pengangkutan di wilayah pelayanan Bandung Utara tidak menemui kendala berarti secara teknis. Kendala yang paling sering muncul adalah kemacetan yang bisa menimbulkan kerugian secara ekonomi dan sosial. Tingkat pelayanan pengangkutan sampah di wilayah Bandung Utara masih kecil, persentase kapasitas TPS terhadap timbulan sampah setiap harinya baru mencapai 63.8% sedangkan persentase kapasitas sarana pengangkutan baru mencapai 51.9 %. kata kunci : sampah, pengangkutan, bandung utara Abstract Waste transportation is one of the sub-systems in solid waste management to collect waste from stationary disposal to final disposal. By optimizing of this sub-system, waste transportation will be easy, fast and in lower cost. Minimization of transportation vehicle as well as distance and time is main objective in waste transportation route design. This study is conducted in Northern Bandung Area. Selection of North Bandung area is based on the lack of incision area with other service area, a wide area stretching from the eastern to the western of Bandung, and the diverse characteristics of population, therefore the study is considered to represent the waste transport system in Bandung. From this study, it can be seen that generated waste in every route in this region largely exceeds the existing capacity. While, the transportation route services in North Bandung did not see significant technical obstacles. The most common obstacle arises is traffic jam that can cause economic losses and social problem. Waste transportation services level in North Bandung area is still small, the percentage of TPS capacity to daily generated waste only reached 63.8% while the percentage of transportation facilities capacity to daily generated waste only reached 51.9%. key words : waste, transportation, northern bandung

PENDAHULUAN Besarnya jumlah penduduk dan keragaman aktivitas di kota-kota besar di Indonesia, mengakibatkan munculnya persoalan umum dalam pelayanan prasarana perkotaan, seperti masalah persampahan. Sampai saat ini paradigma pengelolaan sampah yang digunakan adalah: KUMPUL ANGKUT BUANG (Damanhuri, 2002). Namun, diperkirakan hanya sekitar 60% sampah di kota-kota besar di Indonesia yang dapat terangkut ke TPA. Banyaknya sampah yang tidak terangkut kemungkinan besar tidak terdata secara sistematis, karena biasanya dihitung berdasarkan ritasi truk menuju TPA. Disamping itu tidak pernah diperhitungkan sampah yang ditangani masyarakat secara swadaya, ataupun sampah yang tercecer dan secara sistematis dibuang ke badan air (Damanhuri, 2003). Paradigma KUMPUL ANGKUT BUANG seperti ini memiliki konsekuensi terhadap tingginya biaya operasional pengelolaan sampah karena sebagian besar biaya pengelolaan sampah digunakan untuk biaya pengangkutan yaitu sekitar 50-60% dari biaya total pengelolaan sampah .Undang-undang No. 18/2008 Pasal 6 butir (d) menyatakan bahwa tugas pemerintah adalah melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah. Ini berarti Pemerintah memiliki tanggungjawab dalam penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah, termasuk menentukan rute pengangkutan sampah mulai dari sumber hingga tempat pengelolaan akhir. Pengelolaan persampahan tidak diragukan lagi semakin penting terutama dalam hal efisiensi biaya (Karadimas, 2007). Transportasi sampah adalah sub-sistem persampahan yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju tempat pemerosesan akhir, atau TPA. Dengan optimasi sub-sistem ini diharapkan pengangkutan sampah menjadi mudah, cepat, serta biaya relatif murah. Minimasi jumlah sarana yang digunakan serta jarak dan waktu tempuh merupakan tujuan utama dari perencanaan rute transportasi sampah (Byung-In, 2005). Rute pengangkutan sampah yang dibuat haruslah efektif dan efisien sehingga didapatkan rute pengangkutan yang paling optimum. Akses yang mudah ke TPA akan mempercepat pengangkutan sampah dari Tempat Penampungan Sementara (TPS). Hal ini akan mempermudah proses pengambilan sampah dari daerah pemukiman sehingga tidak terjadi penumpukan sampah. Isu-isu lingkungan yang berhubungan dengan transportasi sampah menjadi perhatian utama para pelaku pengelolaan sampah dan juga masyakarat. Pelayanan sistem pengangkutan sampah domestik yang baikdengan rute yang optimal akan mengurangi dampak buruk dari kegiatan tersebut terhadap lingkungan (Clifford, 2008). Saat ini sampah di Kota Bandung dibuang ke lokasi TPA Sarimukti yang lokasinya di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Jarak lokasi ini dengan Kota Bandung relatif jauh yaitu sekitar 45 km dari pusat Kota Bandung. Jarak yang jauh tersebut memiliki konsekuensi pada biaya operasional yang sangat tinggi untuk pengangkutan sampah yang sebagian besar digunakan untuk membeli bahan bakar kendaraan pengangkut. Oleh karena itu rute dan sarana pengangkutan yang ada haruslah di evaluasi kembali untuk mendapatkan rute optimum dan sistem pengangkutan yang baik sehingga dapat meminimalkan dampak terhadap lingkungan serta kerugian ekonomi. METODOLOGI Studi mengenai sistem pengangkutan persampahan di Kota Bandung dilakukan dalam beberapa tahapan, seperti terlihat pada Gambar 1.

Pemilihan Wilayah Studi

Pengambilan Data Sekunder

Survey Lokasi TPS

Sampling Timbulan Sampah

Analisis Sistem Pengangkutan Sampah Kota Bandung Gambar 1. Tahapan Studi Pengangkutan Sampah Kota Bandung Pemilihan Wilayah Studi Survey pendahuluan dilakukan ke tiap kantor pelayanan wilayah PD Kebersihan Kota Bandung yang terdiri atas 4 (empat) wilayah pelayanan yaitu Bandung Barat, Bandung Utara, Bandung Selatan, dan Bandung Timur. Tujuan dari survey ini adalah untuk mengetahui jumlah TPS dan wilayah yang dilayani oleh setiap kantor PD Kebersihan wilayah. Studi evaluasi sistem transportasi sampah Kota Bandung kali ini dilakukan untuk wilayah pelayanan PD Kebersihan Bandung Utara. Pemilihan wilayah studi dilakukan dengan melihat ada tidaknya irisan wilayah pelayanan. Pengambilan Data Sekunder Untuk melakukan evaluasi terhadap sistem transportasi persampahan yang ada, harus diketahui sarana serta sistem transportasi sampah yang ada saat ini. Untuk mendapatkaan data mengenai sistem transportasi sampah tersebut dilakukan pengambilan data sekunder ke kantor PD Kebersihan Kota Bandung dan kantor PD Kebersihan Kota Bandung Wilayah Pelayanan Bandung Utara. Data yang diambil diantaranya berupa jalur pengangkutan sampah yang digunakan saat ini, jumlah dan lokasi TPS dan wilayah yang dilayani, serta ritasi pengangkutan sampah setiap harinya. Survey Lokasi TPS Untuk mendapatkan lokasi TPS eksisting dilakukan survey langsung ke lapangan dengan mendatangi setiap TPS dan kemudian di lakukan identifikasi lokasi TPS dengan alat Global Positioning System (GPS). Selain lokasi TPS pada survey lapangan ini juga dapat dilihat karakteristik sumber sampah setiap TPS tersebut. Data mengenai karakteristik sumber

sampah ini bermanfaat untuk menentukan lokasi-lokasi TPS yang akan dijadikan sampel pengukuran timbulan sehingga dapat mewakili timbulan untuk setiap jenis TPS. Sampling Timbulan Sampah Untuk mengetahui data timbulan sampah di tiap TPS dilakukan sampling di beberapa TPS di wilayah pelayanan Bandung Utara. Sampling dilakukan selama 8 hari berturut-turut untuk 6 TPS sampel. Setiap harinya dilakukan sampling terhadap satu buah gerobak. Pemilihan gerobak dilakukan secara acak. Sampling dilakukan dengan menggunakan sampling box (35 cm x 35 cm x 40 cm) yang digunakan untuk menampung sampah saat dilakukan pengukuran berat. Langkah-langkah dalam melakukan pengukuran timbulan, densitas, dan komposisi sampah adalah sebagai berikut: Gerobak yang datang dipilih secara acak untuk kemudian diukur volumenya. Setelah itu dilakukan wawancara dengan petugas yang membawa gerobak untuk mengetahui sumber sampah tersebut. Dari kegiatan ini dapat diketahui timbulan sampah/orang/hari. Jumlah gerobak yang datang ke TPS dalam satu hari dihitung untuk dapat mengetahui jumlah timbulan sampah/hari di TPS tersebut. Sampel sampah diambil dari gerobak yang telah dipilih secara acak dengan menggunakan metode kuadran. Setelah sampel sampah dianggap mewakili karakteristik sampah dalam gerobak kemudian sampel sampah dimasukan kedalam sampling box untuk diukur beratnya. Dari kegiatan ini dapat diketahui densitas dari sampel sampah tersebut. Sampel sampah dari keranjang dikeluarkan untuk kemudian dipilah-pilah berdasarkan jenisnya. Pada sampling kali ini sampel sampah dipilah dengan komposisi organik, plastik, kertas, kaca, logam, kain/kulit, dan lain-lain. Dari kegiatan ini dapat diketahui komposisi sampel sampah. Analisis Sistem Pengangkutan Sampah Kota Bandung Dari data-data yang telah didapat bisa dilakukan asumsi untuk menentukan jumlah timbulan sampah di tiap TPS lainnya. Asumsi timbulan sampah di tiap TPS dilakukan dengan memperhatikan sumber sampah, karakteristik penduduk dan jumlah sumber/penduduk yang dilayani. Sementara untuk mengetahui jarak jalur pengangkutan sampah yang ditempuh oleh kendaraan pengangkut, dilakukan dengan cara memetakan jalur pengangkutan sesuai dengan informasi jalur dan hasil wawancara dengan petugas. Asusmsi timbulan sampah di tiap TPS ini digunakan untuk menentukan kapasitas sampah yang terangkut di setiap rute pengangkutan. Sementara asumsi jarak yang ditempuh oleh setiap jalur digunakan untuk menentukan jumlah bahan bakar yang digunakan untuk pengangkutan. PEMBAHASAN Wilayah Studi dan Timbulan Sampah Pelayanan persampahan Kota Bandung dilakukan oleh PD Kebersihan Kota Bandung. Untuk teknis pelayanan transportasi sampah wilayah Kota Bandung dibagi menjadi 4 (empat) wilayah pelayanan seperti dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Wilayah Pelayanan PD Kerbersihan Kota Bandung Hasil sampling timbulan sampah di wilayah Bandung Utara ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Sampling Timbulan Sampah Timbulan Sampah Timbulan sampah 3 Kapasitas per Kapita (l/p/day) per Hari (m )
3

TPS Pasteur KPAD Sarimadu Sarijadi

Densitas
3

Kontainer 10 m
3

14.96 11.76 11.22 8.06

3.2 2.88 2.68 2.75 2.88

(Kg/m ) 204.1 224.5 244.9 224.5 224.5

Kontainer 10 m
3

Kontainer 10 m
3

Kontainer 6 m Rata-rata

Untuk wilayah pelayanan Bandung Utara sendiri terdiri atas 7 kecamatan seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah tiap Kecamatan di Wilayah Bandung Utara Nama Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Timbulan Sampah (m3/hari) Bandung Wetan 31.714 91 Cibeunying Kidul 110.012 317 Cibeunying Kaler 68.145 196 Coblong 124.121 357 Sukajadi 100.244 289 Sukasari 76.671 221 Cidadap 52.209 150 Jumlah 563.116 1622

Studi sistem pengangkutan sampah Kota Bandung ini dilakukan untuk wilayah pelayanan Bandung Utara. Pemilihan ini berdasarkan tidak adanya irisan wilayah pelayanan dengan wilayah lain, wilayahnya juga cukup luas terbentang dari bagian timur hingga barat Kota Bandung, karakteristik penduduk yang cukup beragam, sehingga dianggap dapat mewakili studi sistem transportasi persampahan di Kota Bandung. Sistem Pengangkutan Sampah Pola pengangkutan sampah di Kota Bandung dilakukan dengan sistem tidak langsung. Sistem tidak langsung adalah sistem pengangkutan sampah dimana sampah tidak langsung diangkut ke TPA dari sumbernya, melainkan sampah dikumpulkan dulu di TPS sebelum diangkut menuju TPA. Pengangkutan sampah di Wilayah Pelayanan Bandung Utara dilakukan dengan dua jenis kendaraan pengangkutan yaitu Load Hauled (LH) dan Dump Truck. Setiap jenis kendaraan terdiri atas 2 ukuran yaitu 6 m3 dan 10 m3. Jenis kendaraan pengangkutan sampah haruslah sesuai dengan infrastuktur yang ada (Beullens, 2002). Jumlah sarana pengangkutan sampah yang dimiliki oleh Wilayah Pelayanan Bandung Utara dapat dilihat pada Tabel 3. Sarana-sarana tersebut melayani 64 TPS yang ada di wilayah Bandung Utara. Jumlah dan kapasitas TPS yang ada di Bandung Utara dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3. Sarana Pengangkutan Sampah di Wilayah Pelayanan Bandung Utara Jenis Jumlah Kapasitas Total (m3) Load Hauled 10 m3 12 120 Load Hauled 6 m3 2 12 Dump Truck 10 m3 10 100 Dump Truck 6 m3 2 12 Kapasitas Total 244 (Sumber PD Kebersihan WP Bandung Utara, 2009) Tabel 4. Jumlah dan Kapasitas TPS di Wilayah Bandung Utara Jenis Jumlah Kapasitas Total (m3) Kontainer 10 m3 22 220 3 Kontainer 6 m 3 18 Bak 39 561 Kapasitas Total 899 Sistem pengangkutan untuk setiap jenis kendaraan adalah berbeda. Untuk sarana pengangkutan jenis LH dilakukan dengan sistem Hauled Container System (HCS), dimana kontainer sampah kosong dibawa dari garasi menuju TPS pertama, kontainer sampah yang telah terisi dari TPS pertama yang dibawa ke TPA untuk dikosongkan dan dibawa untuk menggantikan kontainer di TPS kedua, dan begitu seterusnya. Namun karena keterbatasan sarana kontainer yang tidak memadai, maka ada beberapa unit kendaraan yang tidak membawa kontainer kosong pada awal ritasinya. Gambaran sistem pengangkutan HCS ini dapat dilihat pada Gambar 3a. Sedangkan untuk kendaraan pengangkutan jenis dump truck dilakukan dengan sistem Stationary Container System (SCS) dimana kendaraan akan mengangkut seluruh sampah di tiap TPS pada rutenya masing-masing. Pada TPS pertama seluruh sampah dimasukan ke dump truck, lalu berlanjut pada TPS kedua dan TPS-TPS berikutnya sampai dump truck penuh. Jika dump truck sudah penuh, dump truck akan

langsung membuang sampah ke TPA Sarimukti meskipun belum semua sampah di rutenya diangkut. Untuk TPS-TPS yang sampahnya belum terangkut, akan diangkut pada hari berikutnya. Gambaran system pengangkutan SCS ini dapat dilihat pada Gambar 3b. Pool TPA TPA SPBU SPBU

Pool Kendaraan

TPS ke-n TPS TPS ke-2 (a) (b)

TPS ke-1

Gambar 3. Sistem Pengangkutan Sampah (a) HCS dan (b) SCS Setiap unit kendaraan melakukan pengangkutan sesuai dengan rutenya. Rute dan jarak yang ditempuh oleh setiap kendaraan pengangkutan sampah di Wilayah Bandung Utara dapat dilihat di Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5. Rute dan Ritasi Pengangkutan Sampah Wilayah Pelayanan Bandung Utara untuk Jenis Kendaraan LH
Kapasitas Tujuan Pasar Kembang Punclut Jalan Layang Pasar Cihaurgeulis Pos Giro Sangkuriang Ambon 10 m3 Gempol Pasar Sadang Serang Dago Golf Cikutra Pasar Gegerkalong KPAD Sarimadu ORARI Cibogo Jarak (km) 13 14,35 9 8,73 10,64 9,7 10,24 10,26 8,36 13,34 8,5 12,46 12,84 12,75 11,71 9,15 Bahan Bakar (l) 5 5 3 3 4 4 4 4 3 5 3 5 5 5 4 3 Jumlah Ritasi Seminggu 2x Setiap Hari Setiap Hari Sehari 2x Seminggu 1x Seminggu 1x Sehari 2x Seminggu 2x Seminggu 3x Setiap Hari Sehari 2x Sehari 1x Sehari 1x Sehari 1 x Sehari 2x Sehari 1x Timbulan m3/hari 3 12 11 16 2 2.5 15 4 6 13 15 11 12 11 11 11

Kapasitas

Tujuan Pasar Sederhana Bungur Sadang Serang Kebun Binatang Pasteur Sersan Bajuri Pasar Simpang PPI Ledeng

Jarak (km) 10,93 12,79 8,82 9,23 9,65 15,7 8,99 10,32 15,5 8,71 13,57

Bahan Bakar (l) 4 5 3 4 4 6 3 5 3 2 3

Jumlah Ritasi Sehari 3x Sehari 3x Setiap Hari Setiap Hari Sehari 2x Sehari 2x Setiap Hari Seminggu 3x Sehari 1x Sehari 1x Sehari 2x

Timbulan m3/hari 26 25 12 12 15 15 11 4.5 8 6 8

6m

RSHS Pasar`Sarijadi

(Sumber PD Kebersihan WP Bandung Utara, 2009) Tabel 6. Rute dan Ritasi Pengangkutan Sampah Wilayah Pelayanan Bandung Utara untuk Jenis Kendaraan DT
Kapasitas Rute Setiabudhi Cipaku - Panorama Nalendra Cihampelas - Premier Plaza Pasar Balubur Taman Sari - Lingga Wastu Balai Kota Hegarmanah - Advent - Aceh Sariningsih - Halmahera - Pramuka Kajati 10 m3 Sukaluyu - Terminal Dago Trunojoyo Bengawan - Cicadas Siliwangi - Bukit Jarian - Ciumbuleuit - Ki Putih Borma Dago - Jayakarta - Geulis Dayang Sumbi Boromeus Pahlawan Awiligar Cigadung Dago Tea House 6 m3 Setrasari Mall - Sukahaji Puter Islamic Center Jarak (km) 16,21 10,58 12,18 16,04 12,56 14,34 10,22 15,76 15,64 16,37 13,47 8,57 Bahan Bakar (l) 6 4 4 5 4 5 3 6 5 5 3 2 Timbulan m3/hari 14 11 14 11 11 14 12 12 10 13 8 7

(Sumber PD Kebersihan WP Bandung Utara, 2009) Jumlah ritasi pengangkutan untuk setiap TPS berbeda bergantung pada jumlah timbulan sampah yang di hasilkan setiap harinya. Untuk TPS dengan jumlah timbulan sampah yang kecil, pengangkutan bisa dilakukan hingga 1 minggu sekali seperti yang pada TPS di POS Giro. Sedangkan untuk TPS yang memiliki timbulan sampah yang besar bisa dilakukan hingga 2 kali sehari seperti di TPS Pasteur. Biaya operasional pengangkutan sampah sebagian besar digunakan untuk membeli bahan bakar. Jumlah bahan bakar yang digunakan oleh setiap kendaraan berbeda bergantung pada jarak yang ditempuh serta jenis dan umur kendaraan. Semakin jauh jarak yang ditempuh makan jumalah bahan bakar yang digunakan akan semakin besar. Untuk wilayah pelayanan Bandung Utara rute terpanjang adalah rute dump truck yang melayani daerah Setiabudhi

Cipaku Panorama, yaitu sejauh 16,21 km, sedangkan rute terpendek adalah rute LH yang melayani TPS Cikutra sejauh 8.5 km. Jarak rute tersebut adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan pengangkut dari pool kendaraan tempat pengisian bahan bakar TPS gerbang Tol Pasteur. Jenis dan umur setiap unit kendaraan juga akan menentukan jumlah bahan bakar yang diperlukan. Kendaraan yang kapasitasnya lebih besar (10 m3) membutuhkan jumlah bahan bakar yang lebih besar dibanding kendaraan yang berkapasitas lebih kecil (6 m3). Sedangkan semakin muda umur kendaraan jumlah bahan bakar yang diperlukan akan lebih sedikit dibandingkan kendaraan yang lebih tua. Faktor-faktor kapasitas dan umur kendaraan inilah yang akan menentukan index bahan bakar untuk setiap kendaraan. Index bahan bakar akan menentukan jumlah bahan bakar yang diperlukan. Untuk mendapatkan jumlah bahan bakar yang diperlukan dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan 1. jumlah bahan bakar = jarak x index .........................................................(1) Jumlah bahan bakar akan menentukan biaya yang diperlukan. Semakin besar jumlah bahan bakar yang diperlukan tentu semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Timbulan Sampah TPS Timbulan sampah di TPS akan menentukan jumlah sampah yang diangkut oleh setiap kendaraan. Apabila jumlah timbulan yang dihasilkan melebihi kapasitas kendaraan maka akan menimbulkan beberapa masalah. Dari timbulan sampah di tiap TPS Sampling dapat diperkirakan jumlah timbulan sampah di TPS lainnya berdasarkan jenis dan karakteristik wilayah yang dilayani oleh TPS tersebut. Jumlah timbulan sampah yang harus diangkut oleh tiap rute pengangkutan dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Dari data timbulan di setiap rute diatas dapat dilihat bahwa pada beberapa rute jumlah timbulan sampah yang dihasilkan melebihi kapasitas yang ada. Sebagai contoh pada rute DT Setiabudhi Cipaku Panorama jumlah timbulan sampah setiap harinya adalah 12.5 m3 sedangkan rute ini dilayani oleh DT dengan kapasitas 10 m3, ini berarti ada kelebihan muatan sampah sebesar 2.5 m3. Kelebihan muatan seperti ini dapat menimbulkan beberapa masalah. Masalah yang dapat ditimbulkan akibat timbulan yang berlebihan diantaranya adalah: tercecernya sampah ke jalanan saat diangkut. bau sampah yang mengganggu karena kontainer tidak dapat ditutup dengan baik. Oleh karena itu harus dicari solusi untuk mengatasi masalah ini. Solusi yang dapat diambil diantaranya: - merancang ulang rute pengangkutan dengan memperhatikan timbulan TPS dan kapasitas kendaraan pengangkut. - menambah jumlah kendaraan pengangkutan sampah. Rute Pengangkutan Sampah Rute pengangkutan sampah akan sangat berpengaruh pada biaya pengangkutan. Oleh sebab itu rute pengangkutan harus dibuat seoptimal mungkin. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penentuan rute pengangkutan diantaranya adalah: Faktor Teknis - Jenis jalan

- Kondisi jalan Faktor Ekonomi - Jarak tempuh Faktor Sosial - Karakteristik wilayah yang dilalui oleh kendaraan Untuk rute pengangkutan di wilayah pelayanan Bandung Utara sendiri secara teknis tidak menemui kendala yang berarti. Jalanan yang dilalui cukup lebar, kondisi jalan cukup baik serta jalur yang dilalui dapat meminimalkan pengaruh negatif terhadap lingkungan masyarakat sekitar. Kendala yang paling sering dihadapi dalam proses pengangkutan sampah Kota Bandung ke TPA Sarimukti adalah volume kendaraan Kota bandung yang cukup tinggi terutama pada akhir pekan sehingga kadang menyebabkan kemacetan. Kemacetan seperti ini akan mengganggu proses pengangkutan sampah karena biaya dan waktu yang dibutuhkan menjadi lebih besar, lebih buruk lagi kemacetan ini dapat menyebabkan tingkat pelayanan pengangkutan sampah menjadi berkurang. Contoh rute pengangkutan sampah di wilayah pelayanan Bandung Utara untuk daerah Setiabudhi dan sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rute Pengangkutan Sampah untuk Daerah Setiabudhi. Tingkat Pelayanan Pengangkutan Sampah Tingkat pelayanan pengangkutan sampah di wilayah Bandung Utara bisa dilihat dari persentase kapasitas TPS serta sarana pengangkutan terhadap timbulan sampah setiap harinya. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di wilayah Bandung Utara adalah 563.116 jiwa. Dengan timbulan sampah rata-rata sebesar 2.88 l/orang/hari, jumlah sampah yang dihasilkan di TPS-TPS di wilayah Bandung Utara adalah sebesar 1622 m3/hari. Sedangkan volume samapah di truk adalah 1159 m3/hari dengan densitas sebesar 350 Kg/m3. Dengan demikian tingkat pelayanan pengangkutan sampah di wilayah Bandung Utara adalah sebagai berikut:

Persentase Kapasitas TPS Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa kapasistas TPS yang ada di wilayah Bandung Utara adalah sebesar 899 m3. Dengan demikian persentase kapasitas TPS terhadap timbulan sampah setiap harinya adalah: Oleh karena itu untuk mencapai paling tidak 90% tingkat pelayanan terdapat kekurangan kapasitas TPS sebesar 560 m3. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan menambah TPS-TPS di beberapa wilayah yang masih belum terlayani TPS terutama di wilayah-wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi di bantaran sungai yang umumnya membuang sampah ke sungai. Persentase Kapasitas Pengangkutan Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa kapasitas sarana pengangkutan di wilayah Bandung Utara adalah sebesar 244 m3. Jika setiap kendaraan setiap harinya melakukan 3 kali ritasi maka kapasitas pengangkutan setiap harinya menjadi 732 m3. Dengan demikian persentase kapasitas sarana pengangkutan terhadap timbulan sampah setiap harinya adalah: Oleh karena itu untuk mencapai paling tidak 90% tingkat pelayanan terdapat kekurangan kapasitas sarana pengangkutan sebesar 311 m3. Untuk mengatasi masalah ini cara yang dapat diambil adalah dengan menambah sarana pengangkutan sampah.

KESIMPULAN Studi evaluasi sistem transportasi sampah Kota Bandung kali ini dilakukan untuk wilayah pelayanan PD Kebersihan Bandung Utara. Pola pengangkutan sampah di wilayah ini dilakukan dengan sistem tidak langsung. Jumlah ritasi pengangkutan untuk setiap TPS berbeda bergantung pada jumlah timbulan sampah yang di hasilkan setiap harinya. Timbulan sampah di setiap rute di wilayah ini sebagian besar melebihi kapasitas yang ada.Biaya operasional pengangkutan sampah akan tergantung pada jumlah ritasi dan jarak tempuh rute pengangkutan. Rute pengangkutan di wilayah pelayanan Bandung Utara tidak menemui kendala berarti secara teknis. Kendala yang paling sering muncul adalah kemacetan yang bisa menimbulkan kerugian secara ekonomi dan sosial. Tingkat pelayanan pengangkutan sampah di wilayah Bandung Utara masih kecil, persentase kapasitas TPS terhadap timbulan sampah setiap harinya baru mencapai 55.4% sedangkan persentase kapasitas sarana pengangkutan baru mencapai 63 %. KETERANGAN Penelitian ini dibiayai oleh PHKI TL ITB. DAFTAR PUSTAKA
Beullens, Patrick., Wassenhove, Luk Van., Oudheusden, Dirk Van. 2002. Collection and Vehicle Routing Issues in Reverse Logistics. University of Portsmouth, UK. Byung-In Kim, Seongbae Kim, Sahoo, Surya. 2005. Waste Collection Vehicle Routing Problem with Time Windows. University of Vienna, Austria. Clifford, Tom. 2008. Waste Collection Optimisation Tools for Waste Managers. Indecon Ltd., UK. Damanhuri, Enri. Damanhuri, Tri Padmi. 2003. Pengelolaan Sampah. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai