Anda di halaman 1dari 104

Uraian Kegiatan 2017

BAB II
URAIAN KEGIATAN

2.1. Status Studi Addedum ANDAL RKL-RKL Pengembangan TPST Bantargebang


Studi Addendum ANDAL RKL-RPL TPST Bantargebang disusun karena adanya rencana
pengembangan pembangunan Pilot Project PLTSa Kapasitas 50 ton per hari. Dalam rencana
induk (Master plan) TPST Bantargebang disebutkan adanya 3 (tiga) rencana terhadap TPST
Bantargebang meliputi; (1) Pembangunan Landfill Gas to Energy sebanyak 3 – 5 unit untuk
menghabiskan 18 juta m3 sampah eksisting (2) Menjadi TPST Regional (DKI Jakarta, Kota &
Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Bogor, (3) Menjadi Pusat Studi Persampahan Nasional.
PLTSa yang akan dibangun merupakan bagian dari Pusat Studi Persampahan Nasional.
Sebelumnya TPST Bantargebang telah memiliki dokumen AMDAL yang disetujui oleh
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 660.1/206.BPLH.AMDAL/III/2010 tanggal 11
Maret 2010. Selanjutnya mengacu kepada surat dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi
No. 660.1/2217/DinasLH.Taling tanggal 16 November 2017, maka pembangunan Pilot
Project PLTSa diwajibkan menyusun dokumen Addendum ANDAL, RKL-RPL.

Sebuah gagasan usaha dan/atau kegiatan tidak cukup hanya dinilai kelayakannya dari aspek
teknis dan ekonomis, melainkan juga harus layak secara lingkungan. Untuk itu selain studi
kelayakan teknis dan ekonomis, dibutuhkan telaah lingkungan secara cermat dan mendalam
melalui studi AMDAL. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, yang secara
tegas menyatakan bahwa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup merupakan bagian
dari studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan. Penyusunan dokumen ini dilakukan
secara bersamaan dengan studi kelayakan teknis dan ekonomis.

2.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata
Ruang Sesuai Ketentuan Peraturan Perundangan
Secara administrasi TPST Bantargebang terletak di Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan
Cikiwul, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-1
Uraian Kegiatan 2017

Barat dengan titik koordinat 06°20′54.1″LS, 106°59′50.6″ BT. Adapun batas-batas lokasi
kegiatan adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Jalan TPA, Pemukiman RW 04 Kelurahan Cikiwul
Sebelah Timur : TPA Sumur Batu, RW 03 Kelurahan Sumur Batu
Sebelah Selatan : Jalan Pangkalan VI, Pemukiman RW 05 Kelurahan Ciketing Udik
Sebelah Barat : Pemukiman RW 05 Kelurahan Ciketing Udik

Adapun pencapaian lokasi dari beberapa titik stategis adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Akses Pencapaian Lokasi TPST Bantargebang
No Akses Dari Jarak Keterangan
1 Pusat Pemerintahan 15 Km Dapat ditempuh via Jalan Raya Narogong
Kota Bekasi
2 Dinas Lingkungan 29 Km Dapat ditempuh via Jalan Tol Lingkar Timur
Hidup Provinsi DKI
Jakarta
3 Gerbang Tol Jati Asih 11 Km Dapat Ditempuh via Jalan Jati Asih Raya dan
Jalan Narogong

Lokasi Pengembangan TPST Bantargebang dapat dilihat pada Gambar 2.1 s/d Gambar 2.4.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-2
Uraian Kegiatan 2017

Addendum ANDAL, RKL-RPL


Pengembangan TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa)

Kec. Bantargebang, Kota Bekasi,


Provinsi Jawa Barat

Lokasi Pengembangan TPST Bantargebang


(Pembangunan Pilot Project PLTSa)

Lokasi Pengembangan
TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa)
6º21’4.31”LS 106º59’50.18”BT

Gambar 2.1Peta Lokasi Kegiatan TPST Bantargebang Eksisting

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-3
Uraian Kegiatan 2017

Addendum ANDAL, RKL-RPL


Pengembangan TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa)

Kec. Bantargebang, Kota Bekasi,


Provinsi Jawa Barat

Lokasi Pengembangan TPST


Bantargebang (Pembangunan Pilot
Project PLTSa)

Pembangunan Mesjid

Pembangunan Car Wash

Lokasi Pengembangan
TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa)
6º21’4.31”LS 106º59’50.18”BT

Gambar 2.2 Peta Citra Satelit Lokasi Kegiatan TPST Bantargebang

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-4
Uraian Kegiatan 2017

Addendum ANDAL, RKL-RPL


Pengembangan TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa)

Kec. Bantargebang, Kota Bekasi,


Provinsi Jawa Barat

Lokasi Pengembangan
TPST Bantargebang Lokasi Pengembangan
(Pembangunan Car Wash) TPST Bantargebang
06°20′59.4″S 106°59′41.9″E (Pembangunan Mesjid)
06°21′05.8″S 106°59′56.3″E

Lokasi Pengembangan TPST Bantargebang


(Pembangunan Pilot Project PLTSa)

Lokasi Pengembangan
TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa)
6º21’4.31”LS 106º59’50.18”BT

Gambar 2.3 Peta Rencana Pola Ruang TPST Bantargebang

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-5
Uraian Kegiatan 2017

Addendum ANDAL, RKL-RPL


Pengembangan TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa)

Kec. Bantargebang, Kota Bekasi,


Provinsi Jawa Barat

Lokasi Pengembangan
TPST Bantargebang
(Pembangunan Car Wash)
06°20′59.4″S 106°59′41.9″E

Lokasi Pengembangan
TPST Bantargebang
(Pembangunan Mesjid)
06°21′05.8″S 106°59′56.3″E
Lokasi Pengembangan TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa)

Lokasi Pengembangan
TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa)
6º21’4.31”LS 106º59’50.18”BT

Gambar 2.4 Peta Penggunaan Lahan TPST Bantargebang

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-6
Uraian Kegiatan 2017

2.3. Kegiatan Operasional Eksisting


TPST Bantargebang secara administratif terletak di Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan
Cikiwul, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa
Barat. Peta TPST Bantargebang dapat dlihat pada Gambar 2.1. Sebagai kawasan, di dalam
TPST Bantargebang terdapat beberapa kegiatan yaitu sanitary landfill, pengomposan,
Instalasi Pengolahan Air Sampah, Power House dan lain-lain. Berikut adalah jenis bangunan
serta luasan lahan yang terdapat di TPST Bantargebang
Tabel 2. 2. Daftar Rincian Luas Bangunan TPST Bantargebang
NO Jenis Bangunan Luas
Eksisting Pengembangan
1 Sanitary Landfill 83,11 Ha 83,11 Ha
- Zona I dan Zona II 36 Ha 36 Ha
- Zona III 25,41 Ha 25,41 Ha
- Zona IV dan Zona V 21,7 Ha 21,7 Ha
2 Kantor 350 m2 350 m2
3 Parkir Kantor 500 m2 500 m2
2
4 Bangunan Bekas Mess Phl 700 m 700 m2
5 Bengkel 423 m2 423 m2
6 Parkir Alat Berat 1.000 m2 1.000 m2
2
7 Pos Jaga 60 m 60 m2
8 Jembatan Timbang 300 m2 300 m2
2
9 Pagar Pengaman 4.640 m 4.640 m2
10 Jalan Operasional 14.480 m2 14.480 m2
11 Saluran 12.226 m2 12.226 m2
2
12 IPAS 1 17.860 m 17.860 m2
13 IPAS 2 10.998 m2 10.998 m2
2
14 IPAS 3 12.500 m 12.500 m2
15 Power House 2.629,89 m2 2.629,89 m2
2
16 Pengomposan 7.766,54 m 7.766,54 m2
17 Daur Ulang Plastik (Sudah Tidak 2.160 m2 2.160 m2
Operasional)
18 Instalasi Penerangan Jalan 1.050 m2 1.050 m2
19 Buffer Zone 10.050 m2 10.050 m2
20 Enclave 2.3 Ha 2.3 Ha
21 PLTSa - 1,37 Ha
22 Mesjid - 1.000 m2
23 Carwash dan Kantor - 1.000 m2
Total Luas 95,4 Ha 96,97 Ha
Lahan Kosong 14,9 Ha 13,33 Ha
Luas Lahan 110,3 Ha 110,3 Ha
Sumber: UPST Bantargebang, 2017

Di bawah ini merupakan layout TPST Bantargebang


ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-7
Uraian Kegiatan 2017

Gambar 2.5 Layout TPST Bantargebang

2 5

4
3

Keterangan:
1. Pos Jaga
2. Kantor
3. Bengkel
4. Parkir Alat Berat
5.Jembatan Timbang
6. Power House
7. Daur Ulang Plastik
8. Pengomposan

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-8
Uraian Kegiatan 2017

Penjabaran dari kegiatan eksisting TPST Bantargebang:

1) Tenaga Kerja Operasional Eksisting


Tenaga keja di TPST Bantargebang terdiri dari beberapa divisi. Tenaga kerja di TPST
Bantargebang mencapai ± 707 orang. Waktu operasional di TPST Bantargebang adalah senin
sampai minggu dan jam kerja selama 24 jam yang terbagi menjadi 3 shift. Berikut adalah
rincian jumlah tenaga kerja TPST Bantargebang.
Tabel 2. 3 Jumlah Tenaga Kerja TPST Bantargebang
No Divisi Jumlah (orang)
1 Petugas Timbangan 45
2 Petugas 3R 94
3 Pesada 100
4 Petugas IPAS 20
5 Petugas Titik Buang 60
6 Kru dan Power House 180
7 Security 64
8 Operator Alat Berat 115
9 Montir/ Teknis 20
10 Pengemudi Penunjang 9
Jumlah 707

Jumlah tenaga kerja dalam 1 shift di TPST Bantargebang ± 91 orang. Untuk rincian jumalah
tenaga dalam 1 shift dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. 4. Jumlah Tenaga Kerja TPST Bantargebang dalam 1 Shift
No Divisi Jumlah (orang)
1 Petugas Titik Buang 6
2 Kru dan Power House 6
3 Security 20
4 Operator Alat Berat 35
5 Montir/ Teknis 9
6 Petugas Timbangan 15
Jumlah 91
Sumber: UPST Bantargebang, 2017

Operasional TPST Bantargebang dalam pelaksanaan pengelolaan sampah terpadu


dilaksanakan oleh Unit Pengelola Sampah Terpadu yang merupakan Unit Pelaksana Teknis
Dinas Lingkungan Hidup. Unit Pengelola Sampah Terpadu dipimpin oleh seorang Kepala
Unit yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-9
Uraian Kegiatan 2017

KEPALA DINAS

WAKIL KEPALA DINAS

SEKRETARIAT

SUBBAGIAN
SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN
PERENCANAAN
UMUM KEPEGAWAIAN KEUANGAN
DAN ANGGARAN

BIDANG BIDANG
BIDANG PENGELOLAAN BIDANG PENGAWAS DAN BIDANG PRASARANA BIDANG PERAN SERTA
TATA LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN
KEBERSIHAN PENATAAN HUKUM DAN SARANA MASYARAKAT
KEBERSIHAN DAMPAK LINGKUNGAN

SEKSI PENANGANAN
SEKSI PERENCANAAN SEKSI PENGEMBANGAN
SEKSI PENGELOLAAN SEKSI PEMANTAUAN PENGADUAN DAN SEKSI
TEKNIS LINGKUNGAN PERAN SERTA
SAMPAH KUALITAS LINGKUNGAN PENYELESAIAN PENGADAAN
DAN KEBERSIHAN MASYARAKAT
SENGKETA

SEKSI PENGEMBANGAN SEKSI PENGAWASAN SEKSI PENYULUHAN DAN


SEKSI PENGELOLAAN SEKSI PENCEGAHAN SEKSI PENYIMPANAN
TEKNIS LINGKUNGAN LINGKUNGAN DAN HUBUNGAN
LIMBAH B3 DAMPAK LINGKUNGAN DAN PENYALURAN
DAN KEBERSIHAN KEBERSIHAN MASYARAKAT

SEKSI
SEKSI MITIGASI DAN SEKSI BINA USAHA
SEKSI PENGENDALIAN PENANGGULANGAN SEKSI PENEGAKAN
ADAPTASI PERUBAGAN SEKSI PEMELIHARAAN LINGKUNGAN DAN
KEBERSIHAN PENCEMARAN HUKUM
IKLIM KEBERSIHAN
LINGKUNGAN

SUKU DINAS UPT TEMPAT


SUKU DINAS UPT LAB LINGKUNGAN
LINGKUNGAN HIDUP PENGOLAHAN SAMPAH UPK BADAN AIR
LINGKUNGAN HIDUP HIDUP DAERAH
KOTA ADMINISTRASI TERPADU

SUBBAGIAN
TATA USAHA
SUBBAGIAN TATA
USAHA

SEKSI PENGAWASAN
SEKSI PENGELOLAAN SEKSI PERAN SERTA
DAN PENGENDALIAN SEKSI PRASARANA DAN
KEBERSIHAN DAN MASYARAKAT DAN
DAMPAK LINGKUNGAN SARANA
LIMBAH B3 PENATAAN HUKUM
DAN KEBERSIHAN SEKSI PENGENDALIAN SEKSI PERAN SERTA
DAMPAK LINGKUNGAN MASYARAKAT DAN
DAN KEBERSIHAN PENATAAN HUKUM

SATUAN PELAKSANA
LINGKUNGAN HIDUP SUBKELOMPOK
KECAMATAN JABATAN FUNGSIONAL

Keterangan:
SUBKELOMPOK Pengelola Lingkungan
JABATAN FUNGSIONAL KELOMPOK JABATAN TPST Bantargebang
FUNGSIONAL

Gambar 2.6 Struktur Organisasi TPST Bantargebang


ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-10
Uraian Kegiatan 2017

Kepala UPST
Bantargebang

Kepala Subbagian
Tata Usaha

Kepala Satuan Pelaksana Kepala Satuan Pelaksana Pengelolaan


Kepala Satuan Pelaksana
Pengolahan Energi Terbarukan Kawasan Mandiri, Komposting dan
Prasarana dan Sarana
dan Pemrosesan Akhir Sampah Reduce, Reuse, Recycle

Sub Kelompok
Jabatan Fungsional

Gambar 2.7 Struktur Organisasi UPT Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-11
Uraian Kegiatan 2017

2. Aktivitas Pengelolaan Sampah Terpadu


Aktivitas pengelolaan sampah terpadu di TPST Bantargebang dilaksanakan oleh Unit
Pengelola Sampah Terpadu yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan sampah
terpadu dengan menyelenggarakan fungsi, antara lain:
a. Penyusunan pedoman, standar dan prosedur teknis Unit Pengelola Sampah Terpadu
b. Pengaturan dan pelaksanaan kegiatan di Pengolahan Sampah Terpadu
c. Pengaturan dan pelaksanaan kegiatan pengangkutan sampah dari tempat pengolahan
sampah terpadu menengah ke tempat pemrosesan akhir
d. Pengaturan dan pelaksanaan kegiatan sistem monitoring pengolahan sampah terpadu
dengan sistem informasi dan teknologi informasi
e. Pelaksanaan penyediaan prasarana dan sarana kerja teknis kebersihan sebagai
pendukung pelaksanaan pengelolaan dan/ atau pengolahan sampah terpadu dan
pengelolaan kawasan mandiri
f. Pelaksanaan penggunaan prasarana dan sarana kerja teknis kebersihan untuk
pengelolaan dan/atau pengolahan sampah terpadu dan pengelolaan kawasan mandiri
g. Pengelolaan dan/atau pengelolaan pengolahan sampah terpadu dengan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan
h. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan SKPD/UKPD dan instansi terkait
dalam rangka pelaksanaan pengelolaan dan/atau pengolahan sampah terpadu dan
pengelolaan kawasan mandiri
i. Pelaksanaan koordinasi pengawasan dan pengendalian pengelolaan dan/atau
pengolahan sampah terpadu dan pengelolaan kawasan mandiri dengan SKPD /UKPD
dan instansi terkait
j. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pengelolaan dan/atau pengolahan
sampah terpadu dan pengelolaan kawasan mandiri dan instansi pemerintah dan/atau
swasta
k. Pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja teknis
kebersihan
l. Pelaksanaan publikasi kegiatan dan pengaturan acara Unit Pengelola Sampah Terpadu
m. Penerimaan, pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan
pertanggungjawaban retribusi sampah pada area pengelolaan dan/atau pengolahan
sampah terpadu dan area pengelolaan kawasan mandi

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-12
Uraian Kegiatan 2017

Berikut adalah trend kegiatan yang ada didalam TPST Bantargebang dari tahun 2011 - 2016

Plastik: 14%
Lainnya: 17%

Kertas: 15%

Organik: 54%

Gambar 2.8 Komposisi Sampah TPST Bantargebang (%)


(Sumber: UPST Bantargebang, 2017)

6.561,99
6.419,14

5.651,44 5.664,88
5.263,63
5.172,84

Gambar 2.9 Trend TPST Bantargebang berdasarkan rata-rata berat sampah per hari
(Ton/hari)
(Sumber: UPST Bantargebang, 2017)

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-13
Uraian Kegiatan 2017

1.057,72
960,47

835,24
777,95
744,41
672,88

Gambar 2.10 Trend TPST Bantargebang Berdasarkan Rata-Rata Kendaraan Masuk


Per Hari (Rit/Hari)
(Sumber: UPST Bantargebang, 2017)

Dari gambar diatas terlihat hampir pada setiap tahun dari 2011 sampai 2016 terjadi
peningkatan baik berdasarkan rata-rata berat sampah perhari (ton/hari) yang berimbas kepada
meningkatanya rata rata kendaraan masuk perhari (rit/hari) dari kegiatan TPST
Bantargebang.

Jenis kegiatan yang dilaksanakan didalam TPST Bantargebang antara lain, adalah :
2.1. Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah metode pengurugan sampah ke dalam tanah, dengan menyebarkan
sampah secara lapis-perlapis pada sebuah lahan. Pemadatan dilakukan dengan alat berat, dan
pada akhir proses, urugan sampah tersebut ditutup dengan tanah penutup (Damanhuri, 1993).
Konstruksi sanitary landfill di TPST Bantargebang terdiri dari beberapa lapisan.
1. Lapisan pertama yaitu pelapis dasar, terdiri dari geomembrane HDPE dan geotextile.
Geomembrane berfungsi untuk mencegah masuknya air sampah dan pencemar lainnya
kedalam tanah. Di atas lapisan geomembrane di lapisi dengan geotextile yang berfungsi
sebagai pelindung bagi geomembrane HDPE ketika terkena tumpukan sampah.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-14
Uraian Kegiatan 2017

2. Lapisan kedua, pipa-pipa dibuat untuk mengalirkan air sampah menuju Instalasi
Pengolahan Air Sampah (IPAS). Pipa dilapisi kerikil-kerikil di bagian pinggir yang
berfungsi mencegah terjadinya sampah masuk ke dalam pipa (filter).
3. Lapisan ketiga, terdiri dari tumpukan-tumpukan sampah yang ditutup tanah dan begitu
seterusnya hingga ketingian yang diinginkan. Tumpukan akhir pada landfill ditutup
dengan geomembrane HDPE. Fungsi dari geomembrane HDPE yaitu mencegah gas
metan menguap ke udara.

Sampah di wilayah DKI Jakarta dikumpulkan di TPS dan kemudian diangkut ke TPST
Bantargebang menggunakan truk-truk setiap harinya dengan jumlah truk sebanyak ±1.200
truk dan total sampah yang dihasilkan ± 7.000 ton/hari. Truk yang mengangkut sampah akan
membuang sampah di sanitary landfill yang telah ditentukan.
Sanitary landfill di TPST Bantargebang memiliki 5 zona. Untuk memperpanjang usia pakai
TPST dilakukan peninggian dan penggabungan zona. Penggabungan dilakukan dengan
menggunakan jalan kerja antar zona sebagai tempat pembuangan sampah setelah dilakukan
konstruksi lapisan kedap air (liner) terlebih dahulu dengan mengacu pada kondisi zona dan
sub zona yang masih dapat digabung. Saat ini di Bantargebang telah dilakukan penggabungan
Zona I – Zona II dengan Zona IV – Zona V.
- Zona I dan Zona II
Zona ini terletak paling depan dengan luas 36 ha. Sampah pada zona I dan zona II
berkisar ± 10.800.000 m3 dengan ketinggian sampah mencapai 30-40 m.

Gambar 2.11 Zona I dan Zona II


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-15
Uraian Kegiatan 2017

- Zona III
Zona ini terletak sebelah selatan TPST Bantargebang. Zona III memiliki luas 25,41 ha
dan volume sampah pada zona ini berkisar ± 7.623.000 m3 dengan ketinggian sampah
mencapai ± 30-40 m.

Gambar 2.12 Zona III


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

- Zona IV dan Zona V


Zona ini terletak sebelah utara TPST Bantargebang. Zona IV dan Zona V memiliki
luas 21,7ha. Volume sampah pada zona ini berkisar ±6.510.000 m3 dengan ketinggian
sampah mencapai ± 30-40 m.

Gambar 2.13 Zona IV dan Zona V


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-16
Uraian Kegiatan 2017

Deskripsi sistem pengolahan sampah di TPST Bantargebang adalah sebagai berikut:


a. Penimbangan
Setiap kendaraan yang masuk dan keluar ke TPST Bantargebang akan didata, validasi
dan ditimbang menggunakan komputer.Truk sampah setelah melakukan penimbangan
akanmasuk zona pembuangan. Truk yang telah unloading ditimbang kembali sebelum
keluar TPST Bantargebang di jembatan timbang kosong. Truk sampah yang masuk ke
TPST merupakan truk milik Pemprov DKI Jakarta, truk yang digunakan ada beberapa
jenis, antara lain truk tipe besar, truk kontainer, dan truk compactor.

Gambar 2.14 Monitoring Jembatan Timbang


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

b. Pembuangan Sampah di Sanitary Landfill


Sampah yang dibuang disetiap zona landfill, dilakukan pemadatan terlebih dahulu
dengan bantuan alat berat hingga memiliki tinggi ± 3 m. Setelah sampah betul-betul
padat, dilakukan penutupan oleh tanah dengan ketinggian ± 30 cm dan begitu
seterusnya hingga mencapai ketinggian ± 15 m.
Timbunan sampah tersebut dibuat dengan model terasering. Hal ini bertujuan agar
kontruksi timbunan sampah tidak mudah longsor. Setelah konstruksi landfill selesai,
sampah didiamkan hingga ± 2 bulan untuk menghasilkan gas metan dengan kualitas
baik. Sampah yang baru masuk masih belum dapat menghasilkan metan yang baik,
maka harus didiamkan sehingga terjadi proses dekomposisi secara alami, ditahap
akhir tumpukan sampah dilapisi dengan membran HDPE (High Density Polyetilen).
Setelah itu gas metan siap untuk diambil melalui pembuatan sumur.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-17
Uraian Kegiatan 2017

c. Ventilasi
Setelah dilakukan penutupan sampah dengan tanah, maka dilakukan pemasangan
ventilasi udara dengan menanam pipa PVC dengan diameter 100 mm jarak antara
pipa ventilasi adalah 30 x 30 m.
d. Penghijauan
Untuk mengurangi bau sampah dapat dipilih jenis pohon dengan kriteria pohon yang
beraroma dan bermanfaat mengurangi polusi udara. Pada jalur menuju lokasi TPA
digunakan jenis pohon pengarah. Karena pepohonan tersebut selain berfungsi sebagai
pengarah dan fungsi keindahan, maka pepohonan tersebut mampu menyerap polusi
dan pepohonan tersebut juga berfungsi untuk mendukung keindahan lingkungan.
Tanaman jenis perdu yang beraroma juga dapat digunakan dimana bau harum
tanaman tersebut akan mampu mereduksi bau sampah di lingkungan TPST
Bantargebang. Revegetasi pada TPST Bantargebang diharapkan dapat berfungsi
untuk mereduksi polusi udara, menjaga kestabilan sampah/tanah urugan landfill dan
keindahan.

Gambar 2.15. Sistem Pengolahan Sampah di TPST Bantargebang

2.2. Pengoperasian Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS)


TPST Bantargebang memiliki 3 unit IPAS yang beroperasi yaitu IPAS 1, 2 dan 3,
sedangkan IPAS 4 di TPST Bantargebang sudah tidak beroperasi. Setiap IPAS memiliki
metode pengolahan air sampah yang berbeda. IPAS 1 dan IPAS 3 mengolah air sampah
dengan menggunakan kolam-kolam sedangkan IPAS 2 sejak tahun 2014 menggunakan

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-18
Uraian Kegiatan 2017

teknologi Advance Oxydation Process (AOP). Adapun luas area IPAS yaitu sebagai
berikut :
IPAS 1 : 1.7 Ha
IPAS 2 : 1.0 Ha
IPAS 3 : 1.2 Ha
IPAS 4 : 1,2 Ha
Air sampah dari zona 1 seluruhnya mengalir ke IPAS 1. Air sampah dari zona 2, zona 4
dan zona 5 seluruhnya mengalir ke IPAS 2. Air sampah dari zona 3 mengalir ke IPAS 3.
Kapasitas masing-masing IPAS yaitu 200 m3 dengan waktu pengolahan selama 10 jam.
RBD
Kolam Kolam (Rotary Sludge Clarifier
Landfill Inlet Sand Filter Outlet
Ekualisasi Fakultatif Biological Holding Tank Biologi
Denitrification)

Kolam Aerasi Clarifier Kimia

Kolam
Penyeimbang

Kolam
Pengendap

Kualitas Udara, Kualitas Udara,


Kebisingan, Air Kualitas Udara Kebisingan, Air Kualitas Udara Air Permukaan
Permukaan Permukaan

Gambar 2.16 Diagram Proses IPAS di TPST Bantargebang

Proses pengolahan air sampah di IPAS meliputi proses pengolahan pendahuluan, fisika,
kimia dan biologi. Pengolahan air sampah bertujuan untuk menguraikan pencemar-
pencemar yang ada di dalam air sampah tersebut terutama pencemar organik, padatan
tersuspensi dan logam berat. Berikut merupakan penjelasan alur proses pengolahan air
sampah di IPAS TPST Bantargebang.
a. Sump-it
Air sampah dari setiap zona dan enclave seluruhnya mengalir menuju IPAS melalui
sistem perpipaan bawah tanah dan masuk ke sump-it.
b. Kolam Ekualisasi
Pada kolam ekualisasi terjadi penyeragaman konsentrasi dan penghilangan amonia dengan
metode penyuplaian oksigen dengan blower dan aerator. Pengendapan lumpur berukuran
besar terjadi di kolam ini, menyebabkan penurunan nilai COD sebesar 30%-35%. Nilai pH
pada kolam ini berkisar antara 8.5 – 9. Nilai pH sangat fluktuatif , jika nilai pH terlalu
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-19
Uraian Kegiatan 2017

tinggi (sekitar11-12), maka dilakukan netralisasi dengan menggunakan asam sulfat. Jika
nilai pH rendah (sekitar 4-5) maka dilakukan penambahan NaOH. Netralisasi atau
penambahan larutan kimia tersebut hanya bersifat kondisional jika pH rendah atau tinggi.
c. Kolam fakultatif
Air sampah mengalir menuju kolam fakultatif secara gravitasi. Kolam ini berfungsi untuk
menurunkan kandungan oksigen dalam air sampah dan meningkatkan jumlah bakteri
anaerob. Bakteri anaerob diperlukan untuk mereduksi nitrit pada proses RBD (Rotating
Biological Denitrification). Pada proses ekualisasi, banyak tumbuh bakteri aerob. Kolam
ini memiliki dimensi luas, sehingga waktu tinggal pada kolam ini cukup lama yaitu 24
jam. Dengan kondisi tersebut maka terjadi pengendapan lumpur yang sebelumnya tidak
terendapkan dan menyebabkan penurunan nilai COD sebesar 35%-38%. Nilai pH pada
kolam ini berkisar antara 8.5 – 9.
d. RBD (Rotating Biological Denitrification)
Setelah melalui proses pengolahan di kolam fakultatif, air sampah kemudian dipompakan
menuju RBD. Unit ini berfungsi untuk mengembangbiakan bakteri anaerob untuk
mereduksi nitrit. Perkembangbiakan bakteri di dalam unit RBD terjadi secara menempel
(attached) pada piringan (disk).
e. Kolam Aerasi
Secara gravitasi air lindi mengalir dari RBD menuju kolam aerasi. Padakolam ini air
sampah disuplai oksigen dengan menggunakan blower. Terjadi pertumbuhan kembali
bakteri aerob setelah sebelumnya mengalami proses anaerob. Bakteri aerob berfungsi
untuk mendegradasi pencemar organik yang ada di dalam air lindi. Kondisi pH pada
kolam ini sekitar 7 - 7.5. Penurunan nilai COD pada kolam ini sebesar 40% - 45%.
f. Proses Kimia
Setelah melalui proses aerasi, air sampah kemudian dipompakan menuju ruang
proses. Dalam ruang proses air sampah ditambahkan dengan bahan kimia kemudian
dilakukan pengadukan. Bahan kimia yang akan digunakan disimpan didalam gudang,
sedangkan untuk kemasan bahan kimia akan disimpan di tempat yang aman dan khusus.
Proses yang terjadi setelah penambahan bahan kimia yaitu koagulasi dan flokulasi. Bahan
kimia yang digunakan yaitu alumunium sulfat (Al2(SO4)3). Setelah melalui proses
tersebut, padatan yang ada di dalam air sampah membentuk flok berukuran besar.
Setelah itu, air sampah masuk menuju clarifier. Flok mengendap oleh gaya gravitasi di

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-20
Uraian Kegiatan 2017

dalam clarifier. Setelah melalui proses kimia, air sampah terlihat menjadi lebih cerah dari
sebelumnya. Untuk penggunaan bahan kimia pada proses pengolahan air sampah dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. 5. Penggunaan Bahan Kimia
No. Jenis Bahan Kimia Jumlah
1 Koagulan (Alumunium Sulfat) 600 kg/h
2 Flokulan (Polymer) 10 kg/h
3 Hidrogen Peroksida (H2O2) 300 liter/h
Sumber: UPST Bantargebang

g. Polishing Pond (Kolam Penyeimbang)


Setelah melalui proses kimia, air sampah kemudian mengalir secara gravitasi menuju
kolam penyeimbang. Pada kolam ini air sampah disirkulasikan atau diaerasi seperti
air mancur. Proses ini membuat nilai COD turun sekitar 50 %-65%. Lumpur yang masih
terbawa dari proses kimia masih dapat mengendap di kolam ini. Nilai pH turun saat proses
kimia dan kembali netral (pH = 7) pada kolam ini.
h. Kolam Pengendap
Setelah melalui kolam penyeimbang, air sampah masuk ke kolam pengendapan.
Proses yang terjadi dalam kolam ini yaitu pengendapan lumpur yang masih terbawa secara
gravitasi. Pada kolam ini dilakukan aerasi agar nilai COD dapat memenuhi baku mutu
untuk dibuang ke lingkungan.
i. Sand Filter
Air sampah darikolam pengendapan masuk ke unit sand filter untuk menjernihkan air
sampah yang dibuang ke sungai. Unit sand filter ini terdiri dari beberapa lapisan pasir dan
batu kerikil.
j. Outlet
Air sampah yang telah memenuhi baku mutu berdasarkan PerMenLHK No.59 Tahun
2016 Tentang Baku Mutu Air Lindi bagi Usaha dan/atau Kegiatan Tempat Pemrosesan
Akhir Sampah.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-21
Uraian Kegiatan 2017

2.3. Pengomposan
Proses pengomposan di TPST Bantargebang berkapasitas 200 ton/hari sampah organik
yang telah terpilah, proses pengomposan dilakukan dengan metode Aerobik
(OpenWindows) yaitu proses pemilahan, pencacahan, pembalikan, pengayakan,
penyimpanan sementara dan pengemasan (packaging), dan sistem tersebut dikembangkan
dengan cara menyuntikkan mikro organisme (BioActivator). Kompos yang dihasilkan dari
proses pengomposan tersebut berupa kompos serbuk (powder), granul dan Organic Soil
Treatment (OST).

Kesempatan Kerja
dan Berusaha

Landfill Conveyor Pemilah Crusher Conveyor Feeder Screen Pemilah Packing

Kebisingan Kualitas Udara

Gambar 2.17 Proses Komposting di TPST Bantargebang

Tabel 2. 6. Spesifikasi Peralatan yang Digunakan Untuk Komposting


No. Jenis Alat Spesifikasi
1 Conveyor Pemilah Dimensi 500 x 80 x 180 cm
Rangka Besi UNP 100 dan 80
Drum pulley D 25 cm x 60 cm
Belt Conveyor 4 Fly x 60 cm
Bearing 209
Elektro motor 3 HP
Gear Box WPA 100
2 Crusher Dimensi 150 x 120 x 80 cm
Rangka Besi UNP 100 dan 80
Plate Ezzer 4 mm (Drum cover)
Plate Ezzer 3 mm (hopper)
Ass Drive
Bleade (bahan per)
Bearing 209
Elektro motor 15 HP
3 Conveyor Feeder Dimensi 500 x 100 x 220 cm
Rangka Besi UNP 100 dan 80
Drum pulley D 25 cm x 80 cm
Belt Conveyor 4 Fly x 80 cm

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-22
Uraian Kegiatan 2017

No. Jenis Alat Spesifikasi


Bearing 209
Elektro motor 3 HP
Gear Box WPA 100
4 Screen Pemilah Dimensi 600 x 140 x 360
Rangka Besi UNP 120 dan 100
Plate Expanda 30 x 35
Bearing UCP 209
Drum pulley D 8” x 500 mm
Belt Conveyor 4 Fly x 500 mm
Elektro motor 3 HP (X2)
Gear Box WPA 100 (X2)
Sumber: UPST Bantargebang, 2017

Gambar 2.18 Hasil Pengomposan di TPST Bantargebang


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

2.4. Daur Ulang Plastik


Fasilitas daur ulang plastik terdiri dari unit pencucian, pencacah (crushing), dan
pemrosesan biji plastik (pelet). Bahan daur ulang plastik berasal dari hasil pemilahan.
Sampah plastik hasil pemilhan diolah pada fasilitas daur ulang plastik dengan kapasitas
300 ton/hari. Plastik hasil pemilahan terlebih dahulu dibersihkan pada bak pencucian yang
kemudian dikeringkan, setelah plastik bersih dan kering kemudian dipilah sesuai dengan
jenis-jenis plastik. Plastik yang dapat didaur ulang dicacah dan dimasukkan ke mesin
pengolah plastik yang menghasilkan pelet plastik. Namun pada saat ini proses daur ulang
plastik sedang tidak beroperasi.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-23
Uraian Kegiatan 2017

2.5. Power House


Power House di TPST Bantargebang memanfaatkan gas metana yang dihasilkan dari
proses anaerob pada sanitary landfill. LFGTE (landfill gas to Energy) dihasilkan dari
proses fermentasi sampah organik. LFG ini terdiri dari metana (CH4), karbon monoksida
(CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), Oksigen (O2), uap air (H2O).
Kandungan terbanyak terdapat pada gas metan (CH4). Untuk mengalirkan gas metan
menuju power house perlu pembuatan sumur dan pipa penyalur gas di area landfill. Pipa
yang digunakan menggunakan pipa berbahan High Density Polyetilen (HDPE).

Gas metan
Landfill Blower dan Chiller Gas Engine Generator

Kualitas Udara,
Energi Listrik
Kebisingan

Gambar 2.19 Diagram Proses Power House Beserta Dampak di TPST Bantargebang

TPST Bantargebang menggunakan 4 jenis pipa yang terbuat dari bahan HDPE. Tiap jenis
pipa memiliki ukuran dan fungsi yang berbeda-beda. Pipa vertikal memilki ukuran Ø200,
pipa vertikal berfungsi sebagai pipa pengambil gas di dalam sumur. Pipa vertikal
dihubungkan dengan pipa lateral dengan ukuran Ø110. Pipa lateral berfungsi sebagai
penyalur gas dari pipa vertikal menuju pipa header. Pipa header berukuran Ø315,
dihubungkan ke pipa main header berukuran Ø500. dari pipa main header, gasdiproses ke
mesin-mesin yang ada dipower house. Setelah pemasangan sumur di zona landfill,
dilakukan pemasangan geomembrane HDPE. Pemasangan geomembrane HDPE berfungsi
sebagai pengahalang gas metan terbang ke atmoser dan menghalangi air hujan masuk
kedalam landfill.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-24
Uraian Kegiatan 2017

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2.20Alur Pengambilan Gas Pada Pipa. (a) Pipa Vertikal yang Tersambung ke
Pipa Lateral, (b) Pipa Lateral yang Tersambung ke Pipa Sub Header, (c) Pipa Main
Header yang Tersambung ke Power House, (d) Pemasangan Geomembrane HDPE
(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

Berikut merupakan proses Landfill gas to Energy (LFGTE):


- Filtrasi
Gas metan yang dihasilkan dari landfill masih mengandung air. Perlu dilakukan
penyaringan terlebih dahulu. Pada proses ini, Kandungan air dalam gas metan akan
terkondensasi. Kandungan air ini akan terpisah dari gas metan. Air hasil filtrasi
ditampung di dalam condensate filter. Saat air sudah penuh, maka harus dibuang.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-25
Uraian Kegiatan 2017

Gambar 2.21 Condensate Filter


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)
- Chiller
Chiller berfungsi sebagai pendingin landfill gas (LFG) sebelum di proses oleh engine.
Landfill gas (LFG) yang berasal dari landfill area memiliki suhu yang tinggi sebesar
40⁰C, agar tidak merusak engine perlu di turunkan 5-15 ⁰C. Pendinginan ini bertujuan
untuk menyesuaikan suhu gas, sehingga gas yang masuk ke dalam engine sudah
sesuai dengan suhu yang di inginkan.

Gambar 2.22 Chiller


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-26
Uraian Kegiatan 2017

- Filtrasi II
Setelah landfill gas (LFG) keluar dari chiller, dilakukan filtrasi yang kedua.
Tujuannya agarengine berjalan secara optimal dan tidak terjadi kerusakan. Proses
filtrasi dilakukan kembali, karena pada filtrasi pertama kandungan air tidak
seluruhnya tersaring. Hal ini disebabkan karena hisapan blower yang sangat kuat.
Proses filtrasi kedua dilakukan di dalam condensate filter yang terdapat di belakang
power house. Prosesnya yang terjadi sama seperti pada saat filtrasi pertama. Setelah
proses filtrasi, landfill gas (LFG) masuk ke dalam blower, di dalam blower tidak
terjadi proses apapun dan diteruskan menuju gas engine.

(a) (b)
Gambar 2.23 (a) Filtrasi II; (b) Blower
(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

- Pembangkit Listrik
Proses ini terjadi di dalam gas engine. Gas engine berfungsi untuk menghasilkan
energi listrik dengan bahan bakar gas. TPST Bantargebang memiliki 12 buah gas
engine dengan dua merk yang berbeda, yaitu merk Jenbacher dan MWM. Satu unit
engine dapat menghasilkan listrik ± 1 MW. Saat ini gas engine yang beroperasi hanya
2 unit, sedangkan 10 unit gas engine dalam kondisi rusak. Gas engine yang digunakan
berasal dari Austria dan Jerman.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-27
Uraian Kegiatan 2017

(a) (b)
Gambar 2.24Gas Engine (a) Jenbacher; (b) MWM
(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

Gas engine dioperasikan secara komputerisasi, didalam control panel status gas yang terserap
dapat terlihat. Selain itu control panel berfungsi untuk menaikan kapasitas engine untuk
pengambilan metan. Status yang dapat dibaca berupa kadar CH4, CO dan pressure.

Gambar 2.25Control Panel


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

Setelah gas metan masuk kedalam engine, kemudian engine akan memutar generator dengan
bahan bakar gas metan. Seperti pada generator secara umumnya, energi mekanik yang
dihasilkan gas engineakan diubah menjadi energi listrik.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-28
Uraian Kegiatan 2017

Gambar 2.26Generator
(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

- Penyaluran Listrik ke PLN


Proses penyaluran listrik ke PLN dimulai dari transformator. Transformator
digunakan untuk menaikkan tegangan yang dihasilkan generator sehingga cocok
dengan tegangan PLN. Jika tegangan berbeda, listrik yang dihasilkan dari generator
tidak dapat dikirim ke PLN.
Setelah itu listrik dialirkan melalui kabel-kabel menuju panel MDP. Panel ini
berfungsi sebagai circuit breaker untuk memutuskan arus jika terjadi gangguan pada
PLN. Tahap akhir, listrik dialirkan ke tiang listrik untuk di alirkan ke PLN.Listrik
yang dihasilkan saat ini di TPST Bantargebang hanya ±450 KWh. Lisrik yang
dihasilkan saat ini relatif kecil dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini terjadi karena
adanya beberapa pipa landfill yang rusak akibat dilalui oleh alat berat.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-29
Uraian Kegiatan 2017

Gambar 2.27 Panel MDP


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

3. Kantor
TPST Bantargebang memiliki kantor yang berada di dekat pintu masuk dengan luas ± 350
m2. Kantor tersebut ditempati oleh pengelola TPST Bantargebang yaitu Unit Pengelola
Sampah Terpadu, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.

Gambar 2.28 Kantor TPST Bantargebang


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

4. Penggunaan Energi Listrik


Kebutuhan listrik eksisting TPST Bantargebang dipasok oleh PT Perusahaan Listrik Negara
(PLN) dan Genset yang digunakan sebagai kebutuhan listrik tambahan. Pada tahap

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-30
Uraian Kegiatan 2017

operasional eksisting, daya penggunaan sumber energi listrik yang dipenuhi oleh PLN
memiliki daya sebesar 500 kVa, sedangkan dalam pemanfaatan genset digunakan 2 unit
genset dengan kapasitas sebesar 250 kVa dan 75 kVa untuk kegiatan kantor dan fasilitas
penunjang kegiatan operasional di Bantargebang. Berikut adalah foto genset di TPST
Bantargebang ;

Gambar 2.29 Genset di TPST Bantargebang


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

Penggunaan genset sebagai sumber energi cadangan bagi kegiatan operasional TPST
Bantargebang belum dilengkapi izin dari DPM-PTSP Provinsi Jawa Barat, sehingga
disarankan agar mengurus izin tersebut ke instansi terkait agar dalam proses penggunaannya
dapat terpantau dan dampak yang mungkin timbul seperti kebisingan dan gas buang emisi
genset dapat dikelola dengan baik karena telah dilakukannya perawatan genset sesuai SOP
yang tertuang dalam perizinan.

5. Penggunaan Air Bersih


Penggunaan air bersih eksisting TPST Bantargebang bersumber dari air tanah. Dalam
pemanfaatan air bersih kegiatan eksisting, sumber air bersih dialirkan ke tangki penampungan
air yang selanjutnya di distribusikan secara kontinyu sehingga dapat digunakan untuk
kebutuhan operasional. Berikut disajikan penggunaan air bersih kegiatan eksisting TPST
Bantargebang. Berikut merupakan perhitungan jumlah air yang digunakan di TPST
Bantargebang.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-31
Uraian Kegiatan 2017

Tabel 2. 7. Air Bersih yang digunakan

No. Uraian Jumlah Satuan Jumlah Air Jumlah Air


(liter/hari) (m3/hari)
1 Karyawan 707 Orang 84.840 84,84
(@120 l)
2 Cuci Truk dan Alat Berat 1.260 Unit 252.000 252
(@200 l)
3 Kebersihan Kantor 350 m2 350 0,35
(1 l/ m2)
4 Kebersihan Bengkel 423 m2 423 0,423
(1 l/ m2)
5 Siram Tanaman - - 600 0,6
Total 338.213 338,213
Sumber: Perhitungan Konsultan,2017

Grey Water
Saluran Drainase

Karyawan
Roof Tank
84,84 m3/hari Disedot oleh Pihak
Septic Tank
Black Water ketiga secara berkala
Cuci Truk
Saluran Drainase
252 m3/hari

0,123 m3/hari
Kebersihan Menguap
Air
Bengkel
Tanah 0,3 m3/hari
0,423 m3/hari Saluran Drainase
0,1m3/hari
Kebersihan Menguap
Kantor
0,25 m3/hari
0,35 m3/hari Saluran Drainase

Siram Tanaman Menyerap ke


0,6 m3/hari dalam Tanah

Gambar 2.30 Neraca Air Bersih Eksisting

6. Pengelolaan Sampah
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan operasional TPST Bantargebang seperti kegiatan
kantor serta pekarangan (daun, plastik, dll). Sampah domestik yang dihasilkan di TPST
Bantargebang berkisar ± 2,4 m3/hari, dimana 1 orang pekerja diasumsikan menghasilkan
sampah 3,4 liter/hari. Sampah yang dihasilkan ditampung dalam bak sampah dan akan
diangkut oleh petugas kebersihan di TPST Bantargebang ke sanitary landfill setiap hari. Bak
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-32
Uraian Kegiatan 2017

sampah di TPST Bantargebang terdapat di setiap bangunan yang masih beroperasi, dimana
bak sampah ini terdiri terdiri dari 3 jenis (limbah B3, sampah organik dan sampah anorganik)
dengan kapasitas masing-masing bak sampah di setiap bangunan yang beroperasi adalah 0,1
m3 (1 m x 0,5 m x 0,2 m). Pemilahan ini dilakukan untuk mempermudah proses pengolahan
sampah di TPST Bantargebang.

Gambar 2.31 Bak Sampah di TPST Bantargebang


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

7. Pengelolaan Limbah B3
Limbah B3 yang dihasilkan berupa oli bekas genset, alat berat, operasional power house dan
lain-lain. TPST Bantargebang belum memliki tempat khusus untuk penyimpanan limbah B3
dan belum memiliki izin TPS B3. Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan TPST
Bantargebang ditampung di drum tertutup dengan kapasitas adalah 200 liter/drum (ɸ 0,58 m
; t=0,8 m). Limbah B3 yang dihasilkan di TPST Bantargebang berkisar ± 150 liter/bulan.
Pengangkutan limbah B3 dilakukan dua bulan sekali oleh pihak ketiga yang memiliki izin
pengangkutan Limbah B3 dari KLHK RI yaitu PT. Bekasi Environmental Service.
Sedangkan untuk limbah B3 e-waste yang dihasilkan berupa bohlam, cartridge printer,
baterai, ditampung dalam bak khusus limbah B3 e-waste dengan kapasitas masing-masing
0,01 m3 (0,5 m x 0,1 m x 0,2 m) di setiap bangunan yang masih beroperasi. Limbah B3 e-
waste yang dihasilkan berkisar ± 0,5 m3/bulan.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-33
Uraian Kegiatan 2017

Gambar 2.32 Limbah B3 TPST Bantargebang


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

8. Aktivitas Lalu Lintas


Jalan TPST Bantargebang yang digunakan sebagai jalan utama adalah Pangkalan V.
Pengelolaan yang telah dilakukan selama ini adalah tersedianya sarana perpakiran yang dapat
menampung ± 20 Mobil, ± 50 sepeda motor dan ± 33 alat berat dan menempatkan petugas
keamanan/petugas parkir di gerbang (Gate). Untuk mengatasi gangguan lalu lintas, maka
Pemprov DKI Jakarta telah melakukan:
1) Perkuatan jalan dengan mengunakan konstruksi beton.
2) Pengaturan lalu lintas oleh petugas
3) Pemasangan rambu-rambu dan marka disekitar lokasi TPST Bantargebang

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-34
Uraian Kegiatan 2017

Gambar 2.33 Aktivitas Lalu Lintas


(Sumber: Dokumentasi Survey tanggal 16 November 2017)

Tabel 2. 8. Jumlah Kendaraan Operasional TPST Bantargebang


No. Jenis Kendaraan Operasional Jumlah Unit
1 Excavator Standar 33 Unit
2 Excavator Long Arm 2 Unit
3 Bulldozer 14 Unit
4 Wheel Loader 6 Unit
5 Refuse Compactor 5 Unit
6 Total 60 Unit
Sumber : UPST Bantargebang, 2017

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-35
Uraian Kegiatan 2017

12. Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Telah Dilakukan DLH Provinsi DKI Jakarta di TPST Bantargebang
Berikut merupakan pengelolaan yang telah dilakukan di TPST Bantargebang
Tabel 2. 9 Pengelolaan yang Telah Dilakukan
Jenis Dampak Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Evaluasi Pengelolaan yang Akan Dilakukan
Kualitas Udara Ambien  Proses pengolahan sampah dengan metoda  Proses pengolahan sampah dengan metoda  Melaksanakan dan mengoptimalkan
Galfad Galfad belum dilakukan kegiatan pengelolaan yang telah
 Menggunakan kendaraan operasional (truk  Telah menggunakan kendaraan operasional dilaksanakan.
pengangkut sampah) yang memiliki bak (truk pengangkut sampah) yang memiliki bak  Mengooptimalkan pembangunan buffer
tertutup tertutup zone di area TPST Bantargebang
 Air limbah yang dihasilkan dari pencucian
mobil akan dialirkan ke IPAL

 Telah melakukan pemagaran penempatan


 Melakukan pemagaran yang cukup serta
Green Boundary dan Buffer Zone di TPST yang
penempatan Green Boundary dan Buffer Zone
dilengkapi dengan tanaman yang berfungsi
di sekeliling lokasi TPST yang dilengkapi
ekologis menyerap gas buangan, bau dan
dengan tanaman yang berfungsi ekologis
bising. Namun Buffer Zone yang yang telah
menyerap gas buangan, bau dan bising.
dibangun belum optimal.

 Menggunakan teknologi biofertilizer atau  Telah menggunakan teknologi biofertilizer atau


teknologi pengolahan sampah secara aerobik. teknologi pengolahan sampah secara aerobik.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-36
Uraian Kegiatan 2017

Jenis Dampak Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Evaluasi Pengelolaan yang Akan Dilakukan
 Melakukan penyiraman secara rutin jalur  Telah melakukan penyiraman secara rutin jalur
sirkulasi kendaraan dan halaman parkir sirkulasi kendaraan dan halaman parkir
bangunan bangunan
 Kendaraan operasional yang keluar masuk  Kendaraan operasional yang keluar masuk
TPST Bantargebang harus layak operasi TPST Bantargebang telah layak operasi
 Menyediakan fasilitas cuci kendaraan (car  Telah menyediakan fasilitas cuci kendaraan
wash) untuk mencuci bak dan roda kendaraan (car wash) untuk mencuci bak dan roda
pengangkut sampah yang akan keluar dari kendaraan pengangkut sampah yang akan
lokasi TPST. Seluruh air limbah maupun excess keluar dari lokasi TPST. Namun air limbah
water dari kegiatan produksi dihubungkan ke yang dihaslkan belum terhubung ke WWTP
WWTP Biofilter Aerob Anaerob Biofilter Aerob anaerob

 Pengaturan penempatan seluruh service dan  Telah melakukan pengaturan penempatan


sistem yang berhubungan dengan instalasi seluruh service dan sistem yang berhubungan
generator set serta cerobong udara di dalam dengan instalasi generator set serta cerobong
ruang kedap suara (double wall) yang telah udara di dalam ruang kedap suara (double wall)
diberi lapisan isolasi dalam serta dilengkapi yang telah diberi lapisan isolasi dalam serta
dengan peredam getaran pada dudukannya dan dilengkapi dengan peredam getaran pada
peredam kebisingan pada semua dindingnya dudukannya dan peredam kebisingan pada
semua dindingnya
Meningkatnya Kebisingan  Menerapkan teknologi biofertilizer untuk  Telah Menerapkan teknologi biofertilizer untuk  Melaksanakan dan mengoptimalkan
mengolah sampah organik menjadi produk mengolah sampah organik menjadi produk kegiatan pengelolaan yang telah
pupuk baik dalam bentuk padat maupun bentuk pupuk baik dalam bentuk padat maupun bentuk dilaksanakan.
cair cair

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-37
Uraian Kegiatan 2017

Jenis Dampak Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Evaluasi Pengelolaan yang Akan Dilakukan

 Melaksanakan pengangkutan residu sampah ke


TPA
Penurunan Kualitas Air Permukaan - Seluruh limbah cair (limbah domestik, hasil - Seluruh limbah cair (limbah domestik, hasil - Air limbah yang dihasilkan dari kegiatan
pencucian kendaraan, limbah produksi, lindi pencucian kendaraan, limbah produksi, dll) operasional TPST Bantargebang akan diolah
dll) diolah dengan menggunakan WWTP belum diolah dengan menggunakan WWTP terlebih dahulu di IPAL Biofilter.
Biofilter Anaerob Aerob Biofilter Anaerob Aerob. Hanya air lindi yang - Melaksanakan dan mengoptimalkan kegiatan
diolah di IPAS. pengelolaan yang telah dilaksanakan
- Menggunakan kendaraan operasional (truk - Telah menggunakan kendaraan operasional
pengangkut sampah) yang memiliki bak (truk pengangkut sampah) yang memiliki bak
penutup dan dilengkapi dengan bak penutup dan dilengkapi dengan bak
penampungan lindi penampungan lindi

- Menampung sisa oli genset pada drum tertutup - Telah menampung sisa oli genset pada drum
tertutup
- Menyediakan liquid storage dan ruangan - Telah menyediakan liquid storage dan ruangan
khusus untuk penampungan bahan kimia khusus untuk penampungan bahan kimia
maupun produk pupuk organik cair yang maupun produk pupuk organik cair yang belum
belum dikemas dikemas
- Membuat sumur pantau di TPST - Telah terdapat 1 unit sumur pantau di TPST
Bantargebang. Bantargebang, sumur pantau ini terletak di
IPAS 3

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-38
Uraian Kegiatan 2017

Jenis Dampak Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Evaluasi Pengelolaan yang Akan Dilakukan
Limbah B3  Limbah B3 berupa sisa larutan kimia dari  Limbah B3 berupa sisa larutan kimia dari  Akan membuat TPS limbah B3
proses produksi dan sisa oli genset ditampung proses produksi dan sisa oli genset telah  Melaksanakan dan mengoptimalkan
dalam jerigen tertutup dan diserahkan kepada ditampung dalam jerigen tertutup dan kegiatan pengelolaan yang telah
pihak pengelola yang telah mendapatkan izin diserahkan kepada pihak pengelola yang telah dilaksanakan
operasi dari KLH mendapatkan izin operasi dari KLH
 Limbah B3 dikumpulkan dalam ruang khusus  Limbah B3 belum dikumpulkan dalam ruang
dan pengelolaannya dikerjasamakan dengan khusus
PPLI
Sampah Domestik  Menerapkan teknologi Galfad untuk mengolah  Belum menerapkan teknologi Galfad untuk  Akan menerapkan teknologi Galfad
sampah organik menjadi produk pupuk baik mengolah sampah organik menjadi produk  Akan mengoperasikan kembali kegiatan
dalam bentuk padat maupun cair pupuk baik dalam bentuk padat maupun cair daur ulang
 Menyediakan tempat penampungan sementara  Telah menyediakan tempat penampungan  Melaksanakan dan mengoptimalkan
(TPS) untuk sampah non organik yang dapat sementara (TPS) untuk sampah non organik kegiatan pengelolaan yang telah
didaur ulang. yang dapat didaur ulang. Namun saat ini daur dilaksanakan
ulang sedang tidak beroperasi
 Melaksanakan pengangkutan residu ke TPST  Melaksanakan pengangkutan residu ke TPST
Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha  Pekerjaan penyortiran sampah melibatkan para  Pekerjaan penyortiran sampah telah melibatkan  Akan menyediakan lokasi untuk golongan
pemulung yang memang menggantungkan para pemulung yang memang menggantungkan usaha skala kecil di lingkungan TPST
nafkahnya dari bahan-bahan non organik dan nafkahnya dari bahan-bahan non organik dan Bantargebang
usaha daur ulang sampah. Para pemulung usaha daur ulang sampah. Para pemulung  Melaksanakan dan mengoptimalkan
dipekerjakan sebagai pemilah pada proses dipekerjakan sebagai pemilah pada proses kegiatan pengelolaan yang telah
pemisahan tahap 1 dan tahap 2. pemisahan tahap 1 dan tahap 2. dilaksanakan
 Mengutamakan penerimaan tenaga kerja sekitar  Telah engutamakan penerimaan tenaga kerja
 Menyediakan lokasi untuk Golongan Usaha sekitar
Skala Kecil (GUSK) di lingkungan TPST  Belum menyediakan lokasi untuk Golongan
Usaha Skala Kecil (GUSK) di lingkungan
TPST
Gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat  Melaksanakan pengelolaan terhadap  Telah melaksanakan pengelolaan terhadap  Melaksanakan dan mengoptimalkan
pencemaran udara, kebisingan dan pencemaran pencemaran udara, kebisingan dan pencemaran kegiatan pengelolaan yang telah
air air dilaksanakan
 Melibatkan masyarakat setempat dalam  Telah melibatkan masyarakat setempat dalam

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-39
Uraian Kegiatan 2017

Jenis Dampak Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Evaluasi Pengelolaan yang Akan Dilakukan
aktifitas ekonomi yang disebabkan operasional aktifitas ekonomi yang disebabkan operasional
TPST Bantargebang TPST Bantargebang
 Memprioritaskan kesempatan kerja bagi warga  Telah memprioritaskan kesempatan kerja bagi
dan pemulung setempat warga dan pemulung setempat
 Menyediakan apparat satuan pengaman di  Telah menyediakan aparat satuan pengaman di
dalam lingkungan TPST dan menerapkan dalam lingkungan TPST dan menerapkan
system patroli petugas satuan pengaman system patroli petugas satuan pengaman selama
selama 24 jam 24 jam
Gangguan Estetika dan Sanitasi Lingkungan  Mengatur tata letak bangunan, parkir kendaraan  Telah mengatur tata letak bangunan, parkir  Melaksanakan dan mengoptimalkan
dan bongkar muat sampah kendaraan dan bongkar muat sampah kegiatan pengelolaan yang telah
 Melaksanakan pengontrolan pemeliharaan,  Telah melaksanakan pengontrolan dilaksanakan
perbaikan serta pengawasan terhadap utilitas pemeliharaan, perbaikan serta pengawasan
maupun fasilitas penunjang TPST terhadap utilitas maupun fasilitas penunjang
 Merawat dan memelihara ruang terbuka hijau TPST
 Menghindari terjadinya penumpukan timbulan  Telah merawat dan memelihara ruang terbuka
sampah di dalam lokasi kegiatan hijau
 Telah menghindari terjadinya penumpukan
timbulan sampah di dalam lokasi kegiatan
Gangguan Kesehatan Masyarakat  Menggunakan teknologi biofertilizer atau  Telah menggunakan teknologi biofertilizer atau  Melaksanakan dan mengoptimalkan
teknologi pengolahan sampah secara aerobik teknologi pengolahan sampah secara aerobik kegiatan pengelolaan yang telah
 Menggunakan kendaraan operasional (truk  Telah menggunakan kendaraan operasional dilaksanakan
pengangkut sampah) yang memiliki bak (truk pengangkut sampah) yang memiliki bak
tertutup dan dilengkapi bak penampungan lindi tertutup dan dilengkapi bak penampungan lindi
 Menggunakan kendaraan operasional keluar  Telah menggunakan kendaraan operasional
masuk TPST Bantargebang yang layak operasi keluar masuk TPST Bantargebang yang layak
 Melakukan pemagaran yang cukup serta operasi
penempatan Green Boundary dan Buffer Zone  Telah melakukan pemagaran yang cukup serta
di sekeliling lokasi TPST yang dilengkapi penempatan Green Boundary dan Buffer Zone
dengan tanaman yang berfungsi ekologis di sekeliling lokasi TPST yang dilengkapi
menyerap gas buangan, bau dan bising. dengan tanaman yang berfungsi ekologis
 Pengaturan penempatan seluruh service dan menyerap gas buangan, bau dan bising.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-40
Uraian Kegiatan 2017

Jenis Dampak Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup Evaluasi Pengelolaan yang Akan Dilakukan
sistem yang berhubungan dengan instalasi  Telah melakukan pengaturan penempatan
generator set serta cerobong udara di dalam seluruh service dan sistem yang berhubungan
ruang kedap suara (double wall) yang telah dengan instalasi generator set serta cerobong
diberi lapisan isolasi dalam serta dilengkapi udara di dalam ruang kedap suara (double wall)
dengan peredam getaran pada dudukannya dan yang telah diberi lapisan isolasi dalam serta
peredam kebisingan pada semua dindingnya dilengkapi dengan peredam getaran pada
dudukannya dan peredam kebisingan pada
semua dindingnya
Gangguan Lalu Lintas  Mengatur akses keluar dan masuk kawasan  Telah mengatur akses keluar dan masuk  Melaksanakan dan mengoptimalkan
TPST Bantargebang kawasan TPST Bantargebang kegiatan pengelolaan yang telah
 Mengatur rute pengangkutan sampah menuju  Telah mengatur rute pengangkutan sampah dilaksanakan
TPST menuju TPST
 Menyediakan ruang parkir yang cukup di dalam  Telah menyediakan ruang parkir yang cukup di
lokasi kegiatan dalam lokasi kegiatan
 Mengatur jadwal masuknya truk sampah,  Telah mengatur jadwal masuknya truk sampah,
jadwal pengangkutan residu ke TPA dan jadwal pengangkutan residu ke TPA dan
produk hasil pengolahan sampah organik. produk hasil pengolahan sampah organik.
 Mengatur parkir dan sirkulasi kendaraan di  Telah mengatur parkir dan sirkulasi kendaraan
dalam lingkungan TPST di dalam lingkungan TPST

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-41
Uraian Kegiatan 2017

2.4. Kegiatan Pengembangan TPST Bantargebang


Rencana pengembangan TPST Bantargebang (Pembangunan Pilot Project PLTSa)
direncanakan di lahan seluas 13.713 m2, selain itu akan dibangun sarana penunjang berupa
masjid dengan lahan seluas 1000 m2 dan carwash dengan lahan seluas 1.000 m2 di Kawasan
TPST Bantargebang. Rincian penggunaan lahan untuk pembangunan Pilot Project PLTSa
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.10 Rencana Batasan Pembangunan PLTSa
Uraian Rencana Batasan
Luas Lahan 13.713 m2 -
Luas Lantai Dasar 2008 m2 -
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 1% 50%
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 0,45 1,5
Koefisien Dasar Hijau (KDH) 57,79 % 30%
Ketinggian Bangunan 2 Lantai 3 Lantai
Sumber: KRK No. 601/877.Pola Ruang/ Dinas PUPR.4

Rincian luas untuk rencana Pembangunan Pilot Project PLTSa dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.11 Rincian Luas Pilot Project PLTSa
Uraian Luas (m2)
Luas Daerah Perencanaan 13.713
Weiging Bridge Office and Security Office 77
Main office, Warehouse/ Workshop (2 lantai) 360
Control Room & Power House (2 lantai) 150
Waste Bunker 420
Waste Dumping Area House 450
Incinerator & Heat Recovery Boiler House
495
(termasuk lorong untuk plant tour)
Mushola 56,25
Jalan 6.915
Parkir 872
Taman dan Penghijauan 1.286
Sumber: BPPT, 2017

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-42
Uraian Kegiatan 2017

Rincian penggunaan lahan untuk pembangunan Mesjid dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.12 Rencana Batasan Pembangunan Mesjid
Uraian Rencana Batasan
Luas Lahan 1.000 m2 1.000 m2
Luas Lantai Dasar 397 m2 500 m2
Luas Seluruh Lantai Bangunan 397 m2 1.500 m2
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 39,7% 50%
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 0,39 1,5
Koefisien Dasar Hijau (KDH) 43,1% 30%
Kapasitas Parkir 7 Mobil 16 Mobil
Sumber: DLH Prov.DKI Jakarta, 2017

Rincian penggunaan lahan untuk pembangunan Kantor dan Carwash dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.13 Rencana Batasan Pembangunan Mesjid
Uraian Rencana Batasan
Luas Lahan 1.000 m2 1.000 m2
Luas Lantai Dasar 489 m2 500 m2
Luas Seluruh Lantai Bangunan 489 m2 1.500 m2
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 48,9% 50%
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 0,48 1,5
Koefisien Dasar Hijau (KDH) 35,9% 30%
Kapasitas Parkir 5 Mobil 16 Mobil
Sumber: DLH Prov.DKI Jakarta, 2017

Jadwal pembangunan Pilot Project PLTSa dapat dilihat pada tabel berikut :

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-43
Uraian Kegiatan 2017

Tabel 2. 14 Jadwal Rencana Pembangunan Pilot Project PLTSa


Tahun Tahun Tahun Waktu
No Uraian Pekerjaan 2017 2018 2019 (bulan)
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan
Tahap Pra Konstruksi
1 Perizinan
2 Koordinasi
Tahap Konstruksi
1 Mobilisisasi dan Demobilisasi Tenaga Kerja 11
Konstruksi
2 Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat dan Material 11
3 Penyiapan Lahan 2
4 Pembangunan Pondasi 2
5 Pembangunan dan Pemasangan Peralatan 8
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
6 Pembangunan Sarana dan Utilitas PLTSa 3
7 Commisioning Test 1
8 Pembersihan Akhir dan Landscaping
Tahap Operasi
1 Penerimaan Tenaga Kerja Operasional 2
2 Operasional PLTSa dst
3 Perawatan Peralatan dst
Tahap Pasca Operasi
1 Demobilisasi Tenaga Kerja
2 Pengembalian Fungsi Lahan
Sumber: BPPT, 2017

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-44
Uraian Kegiatan 2017

Addendum ANDAL, RKL-RPL


Pengembangan TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa)

Kec. Bantargebang, Kota Bekasi,


Provinsi Jawa Barat

Lokasi Pengembangan TPST


Bantargebang (Pembangunan Pilot
Project PLTSa)

Lokasi Pengembangan
TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa)
6º21’4.31”LS 106º59’50.18”BT

Gambar 2.34 Peta Pengembangan TPST Bantargebang


ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-45
Uraian Kegiatan 2017

Gambar 2.35 Layout Rencana Pilot Project PLTSa

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-46
Uraian Kegiatan 2017

Pelaksanaan Pembangunan Pilot Project PLTSa terdiri dari tiga tahap kegiatan yaitu pra
konstruksi, konstruksi, dan operasi. Rincian masing-masing kegiatan pada tahap tersebut
adalah sebagai berikut :
A. TAHAP PRA-KONSTRUKSI
1. Perizinan
Kegiatan yang dilakukan adalah pengurusan perijinan yang terkait dengan rencana
Pengembangan TPST Bantargebang (Pembangunan Pilot Project PLTSa)antara lain
adalahKetetapan Rencana Kota dan Gambar Perencanaan Arsitek dan perizinan terkait
lainnya, berikut adalah rincian daftar perizinan yang telah dimiliki:
Tabel 2. 15. Perizinan Yang Sudah Diperoleh
No Perizinan Nomor/ Tahun Pemberi Izin
1 Kelayakan Lingkungan 660.1/206.BPLH.AMDAL/III/2010 BPLHD Kota
Bekasi
Sumber: Dokumen ANDAL RKL RPL TPST Bantargebang, 2009

Tabel 2. 16 Perizinan Yang Belum Diperoleh/Diproses


No Perizinan Pemberi Izin
1 Izin Lingkungan DPM PTSP Kota Bekasi
2 Izin Pemanfaatan Air Tanah DPM PTSP Provinsi Jawa Barat
3 Izin Genset DPM PTSP Provinsi Jawa Barat
4 Izin TPS LB3 DPM PTSP Kota Bekasi
5 IMB DPM PTSP Kota Bekasi
6 Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) DPM PTSP Kota Bekasi
Sumber: DPM PTSP, 2017

2. Koordinasi
Koordinasi dilakukan sebagai upaya persiapan agar kegiatan ini dapat berjalan dengan baik,
dimana koodinasi dilakukan kepada:
 Pemerintah Kota Bekasi selaku pemerintah administrasi di lokasi TPST Bantargebang
 Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi selaku Komisi Penilai Amdal.
 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Cq: Direktur
Pengelolaan Sampah, Dirjen Pengelolaan Sampah Limbah dan B3
 Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, Cq: Asdep Telematika dan Utilitas,
Deputi Bidang Koordinasi Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
 Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, Cq: Asdep Pelestarian Lingungan Hidup

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-47
Uraian Kegiatan 2017

 Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman, Cq: Asdep Infrastuktur dan


Pertambangan dan Energi
 Kemenko Perekonomian, Cq: Asdep pelestarian Lingkungan Hidup
 Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas
 Dirjen Bina Pembangunan Daerah, Kementrian Dalam Negeri
 Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
 Indonesia Solid Waste Assosiation (InSWA)

B. TAHAP KONSTRUKSI
1. Mobilisasi dan Demobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Sebelum dilakukan konstruksi Pembangunan Pilot Project PLTSa, maka dilakukan
penunjukkan kontraktor pelaksana melalui sistem lelang, kontraktor pelaksana akan
melakukan penerimaan tenaga kerja lokal, khususnya dari wilayah pemukiman yaitu
Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi yang memenuhi persyaratan, berupa kesesuaian
kebutuhan pekerja, keterampilan, pendidikan, dan kesehatan. Untuk menjamin
terlaksananya penerimaan tenaga kerja lokal, maka hal ini dituangkan dalam klausul
kontrak antara DLH Provinsi DKI Jakarta dengan kontraktor pelaksana.

Sistem pelaksanaan kerja untuk tenaga kerja konstruksi diatur sesuai peraturan
perundangan-undangan yang berlaku (antara lain: Kepres No.4 Tahun 1980 tentang Wajib
Lapor Lowongan Kerja dan Kesepakatan kerja dengan waktu tertentu sesuai dengan
Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003) dan perencanaan kerja proyek,
sehingga keselamatan tenaga kerja akan terjamin dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan akan
tercapai. Sebagai antisipasti dan mitigasi potensi gangguan kesehatan dan keselamatan
kerja (K3), maka kontraktor pelaksana diwajibkan menerapkan SOP tentang K3 dan juga
mendaftarkan para pekerja dalam program Jamsostek dengan tujuan “zero accident”.

Di samping itu, dalam proses penerimaan tenaga kerja konstruksi akan dilibatkan pihak
kecamatan, kelurahan, serta tokoh masyarakat atau tokoh adat dalam hal ini adalah
Wilayah Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi. Untuk tenaga kerja antar daerah yang
berasal dari kota/kabupaten atau provinsi lain, dapat direkrut berdasarkan persyaratan-
persyaratan khusus/tertentu dengan mengutamakan tenaga kerja yang memiliki

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-48
Uraian Kegiatan 2017

pengalaman dan keterampilan khusus pada bidangnya. Pada prinsipnya dibuka


kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat lokal sesuai dengan kebutuhan,
keterampilan, keahlian, dan pendidikan. Pekerja bekerja setiap hari mulai dari jam 08.00 –
17.00. Berikut adalah rincian tenaga kerja konstruksi:

Tabel 2. 17 Daftar Tenaga Kerja Konstruksi


No. Uraian Kegiatan Waktu Tenaga Tenaga Tenaga Jumlah
Pelaksanaan Ahli Terampil Kasar (Orang)
1. Mobilisasi dan Demobilisasi Tenaga 11 2 3 5 10
Kerja Konstruksi
2. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat 11 2 3 8 13
Berat dan Material
3. Penyiapan Lahan 2 2 2 6 10
4. Pembangunan Pondasi 2 3 4 10 17
5. Pembangunan dan Pemasangan 9 5 10 50 65
Peralatan Pilot Project PLTSa
6. Pembangunan Sarana dan Prasarana 3 3 4 13 20
Utilitas Pilot Project PLTSa
7. CommisioningTest 1 2 3 5 10
8. Pembersihan Akhir dan 1 1 1 3 5
Landscaping
Total 19 29 102 150
Sumber: Analisa Konsultan, 2017

Kriteria tenaga ahli adalah personal yang berpengalaman dibidangnya dengan minimal
pendidikan S1, tenaga terampil adalah personal yang berpengalaman dibidangnya dengan
minimal pendidikan adalah SLTA/sederajat, dan kriteria tenaga kasar adalah personal
yang mampu untuk bekerja sesuai dengan pekerjaan yang dimaksud dengan minimal
pendidikan SD/sederajat. Jumlah tenaga kerja yang akan diserap sebanyak 150 orang dan
berlangsung selama konstruksi (sesuai progress pekerjaan), sehingga kebutuhan air bersih
dan timbulan sampah mengacu pada jumlah tersebut.
Untuk tempat tinggal para pekerjaakan menyewa rumah–rumah penduduk sekitar,
sehingga akan membuka peluang bagi warga sekitar untuk membuka usaha untuk
memenuhi kebutuhan para pekerja, baik kontrakan, makanan-minuman, dan lain-lain. Di
samping itu juga terdapat bedeng untuk pekerja.Perjanjian/kontrak kerja dilakukan secara
transparan dengan memperhatikan hak dan kewajiban kerja secara proporsional. Pada saat
pekerjaan telah selesai, maka para pekerja akan diinformasikan dan akan menerima
haknya sesuai kesepakatan dengan memperhatikan UMR Kota Bekasi. Untuk mendukung
kegiatan ini maka akan dilakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat setempat baik
formal maupun informal, aparat kelurahan dan kepolisian.
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-49
Uraian Kegiatan 2017

Dengan adanya pekerja konstruksi Pembangunan Pilot Project PLTSa, direncanakan


dibangun fasilitas pendukung berupa:
1. Bedeng (Barak Pekerja) yang berlokasi dilahan yang akan dikembangkan di dalam
TPST Bantargebang. Dengan adanya penerimaan pekerja yang diutamakan dari sekitar
TPST Bantargebang, maka kapasitas bedeng tidak diperuntukkan menampung semua
tenaga kerja pada saat konstruksi puncak (kondisi pekerjaan yang bertemu dalam ruang
dan waktu yang sama). Bedeng diperuntukkan untuk 50 orang, sedangkan sisanya akan
tinggal di pemukiman sekitar TPST Bantargebang.
2. Gudang berupa kontainer untuk menyimpan alat dan material yang relatif berukuran
kecil agar terlindung dari pengaruh cuaca dan pencurian. Sedangkan untuk alat dan
material yang volumenya besar akan diletakkan pada stock pile. Kapasitas gudang
yang akan disediakan di lokasi proyek adalah 33 m3 (5.919 x 2.340 x 2.380)
3. Pada awal pekerjaan konstruksi, sumber energi terdiri dari dua sumber yaitu
sambungan listrik eksisting dan genset. Kegiatan pengembangan dekat dengan
kegiatan eksisting dapat menggunakan sambungan listrik eksisting yang berkapasitas
500 kVA. Genset dengan kapasitas 80 kVA digunakan sebagai cadangan. Peletakkan
genset tidak di dekat bedeng pekerja.
4. Pos keamanan proyek terletak di pintu keluar masuk lokasi pengembangan, selain
sebagai pos keamanan juga berfungsi sebagai pos pemeriksaan dan lapor tamu.
5. Pada awal pekerjaan konstruksi, pemenuhan kebutuhan air bersumber dari sumur
dangkal dan air akan ditampung didalam bak penampungan air 5 m3, sedangkan
kebutuhan air minum dipenuhi dengan membeli air minum kemasan isi ulang. Berikut
adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan konstruksi Pilot Project PLTSa:
Tabel 2. 18 Kebutuhan Air Bersih Tahap Konstruksi
Uraian Kebutuhan Air
Komponen
Orang ltr/orang/hari (ltr/hari)
Pekerja yang tinggal di bedeng 50 100 5.000
Pekerja yang tidak tinggal di bedeng 100 50 5.000
Konstruksi 5.000
Cuci Kendaraan 3.800
Siram Jalan 200
Total Kebutuhan Air (liter/hari) 20.000
Total Kebutuhan Air (m3/hari) 20
Keterangan: Asumsi Berdasarkan Perhitungan dari Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-50
Uraian Kegiatan 2017

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kebutuhan air bersih maksimal adalah ±15.000
liter/hari atau ± 20 m³/hari.

5,00 m³ /hr
Konstruksi Hilang/Meresap/
(5 m³ /hr) Menguap

Siram Jalan
Meresap/Menguap
0,2 m3/hari

Air Bersih 20 m³ /hr


(Sumur Dangkal)
Cuci Kendaraan 3,8 m³ /hr Kali Ciasem
3,8 m3/hari (Grey Water)

Sedimen Trap

Domestik Pekerja Disedot oleh pihak


Septic Tank
(10 m³ /hr) ketiga secara berkala

Gambar 2.36 Neraca Air Tahap Konstruksi

6. Pengolahan Limbah Domestik; air limbah domestik yang dihasilkan, terdiri dari “black
water” dari kegiatan toilet dan kakus dan “grey water” dari kegiatan mandi dan cuci.
Penanganan air limbah domestik black water mengunakan septik tank sementara,
sedangkan untuk air limbah domestik grey water, cuci kendaraan akan menggunakan
sedimen trap (1 m x 1 m x 1 m) terlebih dahulu, kemudian langsung di alirkan ke drainase
eksisting dan menuju Kali Ciasem. Untuk air hujan yang bercampur dengan tanah yang
menyebabkan konsentrasi TSS (Total Suspended Solids) tinggi akan dialirkan ke sediment
trap dahulu sebelum menuju drainase.
7. Pengolahan Sampah; diperkirakan sampah domestik yang dihasilkan konstruksi
Pembangunan Pilot Project PLTSa pada tahap konstruksi yaitu ± 0,4 m3/hari. Timbulan
sampah domestik ini akan dikumpulkan di TPS plat baja berkapasitas 2 m³ (2 m x 1 m x 1
m) dan selanjutnya dibawa oleh petugas TPST Bantargebang setiap hari.
Sampah konstruksi yang dihasilkan pada tahap konstruksi adalah 0,5 m3/hari, sampah yang
dihasilkan ini akan ditampung di TPS plat baja dengan kapasitas 1 m3 (1 m x 1 m x 1 m)
dan selanjutnya akan diserahkan pada pihak ketiga dan diangkut satu kali dalam dua hari.
Berikut adalah perhitungan volume sampah dan bagan pengelolaan sampah pada tahap
konstruksi.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-51
Uraian Kegiatan 2017

Tabel 2. 19 Perhitungan Volume Sampah Tahap Konstruksi


Uraian Volume
Komponen Limbah Padat
Orang ltr/orang/hari (ltr/hari)
Pekerja yang tinggal di bedeng 50 3 150
Pekerja yang tidak tinggal di bedeng 100 2,5 250
Konstruksi 500
Total Sampah Yang Ditimbulkan(liter/hari) 900
Total Sampah Yang Ditimbulkan(m3/hari) 0,9
Keterangan: Asumsi Berdasarkan Analogi Dengan Kegiatan Sejenis

Sampah

Sisa Konstruksi Yang Masih Sisa Konstruksi Yang Tidak Sampah Domestik
Dapat Dimanfaatkan Dapat Dimanfaatkan Pekerja

Dibawa Kontraktor Dibawa Petugas Kebersihan


Pelaksana / Pihak Ketiga ke TPS Kawasan

Dibawa Ke Sanitary Landfill

Gambar 2.37 Diagram Pengelolaan Sampah

8. Pengelolaan Limbah B3; dalam mengelola limbah B3 dari kegiatan konstruksi berupa
bekas kaleng cat, bekas kaleng thiner, kain majun, sisa oli genset, dan sebagainya,
kontraktor pelaksana akan menyediakan TPS LB3 sementara yang kedap air (plat baja)
dan mengatur letak penempatannya sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar dengan
kapasitas 2 m3 (2 m x 1 m x 1 m). Untuk membersihkan ceceran limbah B3 akan
menggunakan absorbant dan limbahnya juga akan ditampung di TPS LB3 sementara.
Selanjutnya limbah B3 akan dikerjasamakan dengan pihak ketiga (pengangkut/

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-52
Uraian Kegiatan 2017

pengolah/pemanfaat) yang memiliki izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan


Kehutanan Republik Indonesia.
Operasional sarana dan prasarana pendukung konstruksi berlangsung selama
berlangsungnya konstruksi pengembangan TPST Bantargebang. Setelah pekerjaan pada
masing-masing tahapan selesai, maka dilakukan demobilisasi tenaga kerja, setelah semua
hak dan kewajiban terpenuhi. Pada saat ini juga akan dilakukan evaluasi kinerja tenaga
kerja yang bersangkutan, untuk disertakan kembali pada proyek-proyek yang akan datang.
9. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3); pada tahap konstruksi dilakukan pengelolaan
terhadap keselaman dan kesehatan kerja guna untuk menghindari kecelakaan kerja.
Kontraktor akan menyediakan APD seperti helm, safety shoes, rompi dan earplug. Setiap
pekerja wajib menggunakan APD di tapak proyek. Di lokasi kegiatan juga akan disediakan
APAR jenis Chemical Powder sebanyak 2 unit. Untuk mengantisipasi kecelakaan kerja
dan bencana alam, pihak kontraktor pelaksana akan bekerja sama dengan rumah sakit
terdekat yaitu Rumah Sakit Umum Mary Cileungsi.
Tabel 2. 20 Perhitungan Volume Sampah Tahap Konstruksi
Alat Pelindung Diri Jumlah
Helm 100 buah
Safety Shoes 100 pasang
Rompi 100 buah
Earplug 100 pasang
Sumber: BPPT, 2017

2. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat dan Material


Material dan peralatan merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan
konstruksi Pengembangan TPST Bantargebang yang akan didatangkan dari pihak ketiga.
Pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi material dan peralatan dilakukan oleh kontraktor
pelaksana selama konstruksi sesuai dengan kemajuan pekerjaan dengan menggunakan Jalan
Pangkalan V yang merupakan akses langsung menuju TPST Bantargebang. Pengangkutan
material dan peralatan akan dilakukan sesuai tahapan konstruksi pada jam 22.00 – 05.00 WIB
dan akan dilakukan pengaturan pada pintu masuk TPST Bantargebang untuk menghindari
gangguan lalu lintas. Material yang digunakan pada tahap konstruksi akan diperoleh dari
daerah sekitar Bekasi. Untuk alat berat yang dibutuhkan akan digunakan untuk kegiatan
penyiapan lahan dan pembangunan fisik pengembangan. Alat berat dan kendaraan yang
digunakan akan dilakukan perawatan dengan menerapkan dasar-dasar preventive
maintenance bagi seluruh alat berat dan kendaraan seperti melakukan pengecekan
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-53
Uraian Kegiatan 2017

sebelum/sesudah digunakan, selalu menjaga kebersihan alat dan kendaraan serta melakukan
perawatan secara berkalaa/service. Jika ada kerusakan maka akan dilakukan korektif
maintenance. Berikut adalah peralatan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan
konstruksi.

Tabel 2. 21 Peralatan yang Digunakan


Asal
No Jenis alat Kapasitas Satuan Jumlah bentuk Fungsi Alat
peralatan
1. SCM Tower Jib unit 1 Model China-2001 Struktur (up
Crane length/Radius : FO.23 structure)
50m at 2.3 Ton C(Tower
Crane 44.8
Meter)
2. Passanger Kapasitas : 1 unit 1 Passenger China Struktur (up
Hoist Ton Hoist structure)
Vertical
3. Gondola Kapasitas : 250 unit 1 Barcket China Struktur (up
Kg structure)
4. Scaffolding Kapasitas : 500 unit 2 Rangka Indonesia Struktur (up
Kg Pipa structure)
5 Bar bender Dia : 32 unit 2 Portable China Lahan dasar
dan sub
structure
6 Bar cutter Dia : 32 unit 2 Portable China Lahan dasar
dan sub
structure
7 Genset 80 Kva Kap : 80 Kva unit 1 Portable German Sumber
(Man) energi &
penerangan
8. Concrete Kap :0,5 m3 unit 1 Molen China Struktur (up
Molen & sub)
9. Concrete Kap unit 1 Long boom China Struktur (up
pump & sub)
10. Vibrator 40 volt 3 Phase unit 1 China Lahan dasar
dan sub
structure
11 Air Kap 125 unit 1 Portable Japan Struktur (up
compressor & sub)
12. Theodolite Sokia unit 1 Portable Japan Struktur
(DIGITAL)
15 Auto Levels Sokia unit 1 Portable Japan Struktur (up
(DIGITAL) & sub)
16 Submersible Shimzu unit 1 - Japan Sub structure
Pumps
17. Stamper Makasa : Kap unit 2 - Japan Lahan dasar
3400~3600 Rpm
18. Trafo Las Deiden : 310 unit 3 - Japan Struktur (up
Amp structure)
19. Pompa Air Shimzu : 100 unit 1 - Japan Struktur (up
Liter/menit & sub)
penyediaan
air kerja
20. Cutting Whell Makita dia 355 unit 2 - Japan Struktur (up
mm & sub)
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-54
Uraian Kegiatan 2017

Asal
No Jenis alat Kapasitas Satuan Jumlah bentuk Fungsi Alat
peralatan
21. Cutter Circle Makita dia 4” unit 6 - Japan Struktur (up
& sub)
22. Bor Beton Hilti dia 16 mm unit 3 - German Struktur (up
structure)
23. Bor Baja Hilti dia 19 mm unit 3 - German Struktur (up
structure)
24. Jack Drill Hilti : 8.7 Amp unit 2 - German Struktur (up
Hammer 1100 Watt structure)
25. Shaft 2850 U/min, 3.8 unit 2 - China Struktur (up
converter Kva structure)
Sumber: BPPT, 2017
Tabel 2. 22. Material yang Digunakan
Sistem
No Material Kapasitas Unit Bentuk Asal Bahan
Pengangkutan
1. Beton Readymix K350 1119,4 m3 Padat Olahan Kendaraan
2. Beton Readymix B 0 639,43 m3 Padat Olahan Kendaraan
3. Besi Beton 219853,75 Kg Padat Olahan Kendaraan
4. Semen PC 12312 Zak Padat Olahan Kendaraan
5. Pasir Pasang 856 m3 Padat Alam Kendaraan
6. Split 1331 m3 Padat Alam Kendaraan
7. Pasir Urug 856 m3 Padat Besi Kendaraan
8. Wiremesh M8-150 4030 m2 Padat Besi Kendaraan
9. WF,CNP,Plat 81840 kg Padat Besi Kendaraan
10. Anchor Ø 19 mm 44 bh Padat Besi Kendaraan
11. Mur Baut 40920 bh Padat Besi Kendaraan
12. Kawat Bendart 3166 kg Padat Besi Kendaraan
13. Balok Kayu 563 m3 Padat Kayu Kendaraan
14. Pipa besi 4” 16368 btg Padat Besi Kendaraan
15. Pipa besi 2” 8184 btg Padat Besi Kendaraan
16. Bata ringan t = 10 cm 336 m3 Padat Olahan Kendaraan
17. Plester, Aci, dll 784 zak Padat Olahan Kendaraan
18. Keramik 600 m2 Padat Olahan Kendaraan
Sumber: BPPT, 2017
Tabel 2. 23 Ritase Kendaraan Pengangkut Material Bangunan
No Barang Satuan Total Mobil per hari
1 Tanah M3 1209 3
2 Batu kali M3 180 1
3 Pasir M3 856 2
4 Split M3 1331 3
5 Bata Merah Buah 8960 1
6 Semen Sak 13096 1
7 Keramik M2 600 1
8 Tripleks Lembar 4925 1
9 Kayu M3 563 1
10 Genteng Buah 15000 2
11 Cat Kg 2240 1
12 Besi Batang 11608 2
TOTAL 19 Mobil
Sumber: BPPT, 2017
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-55
Uraian Kegiatan 2017

3. Penyiapan Lahan
Sebelum dilakukan penyiapan lahan, terlebih dahulu dilakukan pemasangan
pagar/pembatas setinggi 2 meter di sekeliling rencana lokasi. Kondisi awal lahan yang
akan digunakan umumnya masih tertutup vegetasi dan semak belukar. Untuk itu akan ada
kegiatan penyiapan lahan, yang meliputi pekerjaan pembersihan lahan dari vegetasi
penutup, termasuk pemindahan dan penebangan pohon, semak belukar, dan tanah yang
tidak terpakai. Pemindahan batang-batang dari hasil pemotongan/pembersihan tanaman
dilakukan dengan menimbun dan memotong menjadi potongan-potongan kecil.
Pemrakarsa melalui kontraktor pelaksana menentukan metode pengelolaan lingkungan
yang baik dan ekonomis yang akan digunakan untuk menangani hasil pemotongan
tanaman.
Setelah itu akan dilakukan kegiatan perataan tanah (grading) dimaksudkan untuk
memperoleh level yang diinginkan. Selain dari penyiapan dan perataan lahan juga
dilakukan pula pembuatan jaringan infrastruktur, seperti drainase dan instalasi lainnya.

Gambar 2.38 Lokasi Pembangunan Pilot Project PLTSa


4. Pembangunan Pondasi
Bahan bangunan Pilot Project PLTSa yang diperlukan untuk pondasi konstruksi sipil
meliputi batu, kerikil, pasir beton dan semen. Konstruksi pondasi adalah beton, tulang
utama, tulangan pengikat. Pekerjaan pondasi menggunakan pondasi press pile atau
hidrolik sistem yang menggunakan metode pondasi tiang dengan mekasinsme hydraulic
jacking foundation system. Sistem ini terdiri dari suatu hidrolik ram yang ditempatkan
parallel dengan tiang pancang dimana untuk menekan tiang tersebut ditempatkan sebuah
plat yang berada di puncak tiang lalu ditekan ke dalam tanah. Sistem ini hanya
menimbulkan sedikit suara dan juga tanpa getaran serta tidak menghasilkan lumpur galian
dan mampu untuk dilakukan di area kerja yang terbatas.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-56
Uraian Kegiatan 2017

5. Pembangunan dan Pemasangan Peralatan Pilot Project PLTSa


Pembangunan rangka konstruksi sipil untuk bangunan Pilot Project PLTSa umumnya
terbuat dari rangka baja dan beton bertulang dimana pekerjaannya meliputi konstruksi
dinding, lantai dan lainnya. Sedangkan pemasangan peralatan umumnya menggunakan
bantuan alat berat.

a. Waste Bunker
Waste Bunker merupakan suatu ruangan dengan ukuran panjang 30 meter, lebar 10 meter,
dan kedalaman 8 meter, dimana 5 meter kedalaman ada didalam tanah. Bunker berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bahan baku sementara yang didesain tertutup dan kedap
udara. Kapasitas waste bunker yang akan dibangun adalah 500 ton sampah. Volume tanah
galian wate bunker adalah 1.500 m3. Tanah galian yang dihasilkan dari proses penggalian
saat membuat waste bunker akan digunakan untuk penutupan sanitary landfill.

b. Crane
Crane yang akan digunakan merupakan overhead crane dengan lebar 10 meter, panjang
lintasan 15 meter, dan tinggi 20 meter dari dasar bunker. Kapasitas angkat crane adalah
2,5 ton. Crane dilengkapi dengan tambahan magnet yang bertujuan untuk menangkap
logam yang berada di dalam sampah. Crane ini terletak di dekat waste bunker, karena
crane berfungsi untuk memindahkan sampah dari waste bunker ke hopper. Adapun
spesifikasi dari crane yang akan digunakan sebagai berikut:
Tabel 2. 24 Spesifikasi Crane
No Uraian Keterangan
1 Jenis Crane Overhead Crane with Grapple
2 Kapasitas 2,5 ton
3 Dimensi
Panjang 15 m
Lebar 10 m
Tinggi 20 m
Sumber: BPPT, 2017

c. Drain Pit
Drain Pit merupakan tempat penampungan air limbah yang terletak di bawah waste
bunker. Drain pit yang akan dibangun memiliki luas 2 x 10 meter. Air limbah yang
dihasilkan akan dialirkan menggunakan sarana perpipaan dan dipompa menuju WWTP
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-57
Uraian Kegiatan 2017

d. Metal Silo
Sebuah wadah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan material logam yang sudah
dipisahkan oleh magnet pada crane. Pemisahan material logam merupakan hal penting,
karena pembakaran logam dapat memicu terbentuknya oksida logam di dalam gas buang.
Oksida tersebut, meskipun dalam jumlah yang sedikit, sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia. Metal silo ini memiliki Panjang 2,2 meter, lebar 1,8 meter dan tinggi 6 meter.

e. Incinerator
Incinerator adalah dimana terjadinya proses pembakaran bahan baku menjadi energi
thermal. Incinerator yang akan digunakan berjenis grate incinerator dengan kapasitas 50
ton sampah perhari dengan dimensi grate panjang 7,5 meter, lebar 2 meter, dan sudut
kemiringan 14 derajat. Jenis material grate adalah ZG35Cr24Ni4SiN yang mampu
menahan panas hingga suhu 1200 oC, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan suhu pada
saat proses pembakaran yaitu 800 – 1100 oC.
Tabel 2. 25 Spesifikasi Incinerator
No Uraian Keterangan
1 Kapasitas incinerator 50 ton sampah per hari
2 Jenis insinerator Reciprocating Grate incinerator
3 Suhu primary chamber 900 oC
4 Suhu secondary chamber 700 oC
5 Volume primary chamber 24 m3
6 Volume secondary chamber 76 m3
7 Tinggi cerobong (dari permukaan tanah) 30 meter
8 Dimensi incinerator 7,5 x 2 meter
9 Bahan bakar Sampah
10 Sistem umpan Pusher
Sumber: BPPT, 2017

f. Boiler
Boiler merupakan sebuah tangki bertekanan yang berfungsi sebagai wadah untuk
memanaskan air sehingga menjadi uap/steam yang akan digunakan untuk menggerakkan
turbin. Boiler yang digunakan berjenis boiler vertical, karena selain tidak membutuhkan
tempat yang luas, investasi yang dibutuhkan relatif lebih kecil dibandingkan boiler tipe
horizontal. Struktur penyangga boiler akan dibangun dari baja dan dilengkapi dengan
peralatan pengangkat.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-58
Uraian Kegiatan 2017

Tabel 2. 26 Spesifikasi Boiler


No Uraian Keterangan
o
1 Steam temperature 390 C
2 Steam pressure 40 bar
3 Laju alir steam 8 ton/jam

g. Turbine Generator
Turbine Generator adalah alat yang digunakan untuk mengkonversi energi thermal
menjadi energi listrik. Turbin yang digunakan berjenis multistage yang sebagian besar
digunakan untuk pembangkitan energi listrik Turbin yang akan dipasang memiliki
kapasitas 1 MW. Ruangan penempatan (dudukan) turbin akan dibangun dengan kombinasi
struktur beton bertulang dan struktur baja yang tertutup rapat dilengkapi dengan sistem
ventilasi. Pondasi beton bertulang turbin dirancang untuk menahan beban statis dan
dinamis yang disebabkan oleh muatan mesin saat bekerja. Turbine generator yang
digunakan merupakan multistage dengan gross output 1 MW.

h. Deaerator
Komponen yang digunakan untuk menghilangkan gas – gas yang terlarut dalam air. Gas
seperti oksigen, karbon dioksida dan hidrogen dapat terlarut dalam air, sehingga jika gas
tersebut terkandung dalam air yang digunakan pada boiler akan bersifat korosif. Deaerator
didukung oleh struktur baja sebagai pondasi.

i. Flue Gas Treatment


Flue gas treatment ini di desain untuk mengurangi jumlah polutan yang dihasilkan dari
proses pembakaran. Flue gas treatment ini didukung oleh struktur baja sebagai pondasi.
Setelah melewati flue gas treatment, gas yang dihasilkan dibuang ke atmosfer luar melalui
cerobong. Adapun jenis struktur cerobong yang direncanakan adalah beton bertulang
dengan ketinggian 30 meter dari permukaan tanah dan diameter 1,2 meter.

j. Cooling Tower (Generator)


Berfungsi sebagai pendingin air panas dari kondensor. Sistem pendinginan yang
digunakan adalah sirkulasi tertutup yang dilengkapi dengan sistem induce mechanical
draft untuk mengeluarkan panas ke udara. Kebutuhan air di cooling tower adalah 483

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-59
Uraian Kegiatan 2017

m3/jam. Struktur cooling tower yang akan digunakan adalah FRP (Fibre Reinforced
Polymer).

k. Silo
Abu terbang (fly ash) hasil pembakaran pada incinerator di transportasikan menggunakan
conveyor lalu di tampung pada silo yang mempunyai kapasitas 10 m3, struktur yang akan
digunakan adalah baja. Sedangkan bottom ash yang dihasilkan akan ditampung di bottom
ash pond dengan kapasitas 60 m3. Bottom ash yang dihasilkan akan diangkut dengan truk
untuk ditimbun di TPA.

l. Primary dan Secondary Fan


Primary dan Secondary Fan berfungsi untuk memasok udara selama proses pembakaran.
Udara primer dapat membantu mempercepat pengeringan sampah di atas grate, sedangkan
udara sekunder dimasukkan ke dalam ruang bakar melalui nozzle dengan tekanan tinggi
sehingga terjadi pembakaran sempurna. Peralatan primary dan secondary fan ditopang
menggunakan pondasi beton dan baja.

m. Control Room
Control Room berfungsi sebagai pusat kendali dari peralatan proses pada Pilot Project
PLTSa. Control Room beroperasi selama 24 jam dengan jumlah operator 3 orang per shift,
yang akan dilengkapi dengan radio frekwensi untuk mempermudah komunikasi.

6. Pembangunan Sarana dan Utilitas Pilot Project PLTSa


Pembangunan saranapenunjang berupa pembuatan kantor, jembatan timbang,
workshop&warehouse, area pembersihan kendaraan, laboratorium, musholla, pos satpam,
toilet, areal perparkiran dan WTP. WTP yang akan dibangun dikhususkan untuk air yang
akan digunakan di boiler.

a. Sistem Instalasi Listrik


Rencana kebutuhan listrik pada tahap operasional dipasok secara mandiri dari PLTSa
sebesar 1000 kVA, dan genset sebanyak 1 unit dengan kapasitas 1000 kVA sebagai start
up dan cadangan bila sewaktu – waktu incinerator tidak bekerja.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-60
Uraian Kegiatan 2017

b. Pengadaan Air Bersih


Sumber air untuk memenuhi kebutuhan pada saat tahap operasional adalah dari air tanah
dalam (2 sumur dalam) yang disimpan dalam tangki penampung air dengan kapasitas 300
m3 yang bekerja secara otomatis ketika air di dalam tangki berkurang. Untuk MCK
disediakan tandon atas dengan kapasitas 2000 liter.

d. Pengelolaan Air Limbah


Air limbah dari kamar mandi, toilet dan dari air lindi akan di kelola secara terintegrasi
menggunakan IPAL Biofilter dengan kapasitas 25 m3. Air limbah yang dihasilkan dari
kegiatan operasional PLTSa Bantargebang akan dialirkan menggunakan sarana perpipaan
dan dipompa menuju IPAL Biofilter. Untuk kegiatan operasional TPST Bantargebang juga
akan dibangun IPAL Biofilter dengan kapasitas 3 m3 di mesjid dan 65 m3 untuk kegiatan
kantor dan carwash.

e. Pengelolaan Limbah Padat (ash)


Ash yang dihasilkan pada saat proses pembakaran dimanfaatkan untuk penimbunan lahan.
Di Area PLTSa telah disediakan ash pond berkapasitas 60 m3.

7. Commisioning Test
Sebelum Pilot Project PLTSa TPST Bantargebang beroperasi secara penuh, terlebih
dahulu melakukan uji coba / commissioning dengan memperhatikan beberapa kepentingan
yang ada terhadap aspek lingkungan dan hasilnya akan diumumkan ke instansi yang
terkait. Commisioning test dan start up untuk semua proses Pilot Project PLTSa akan
dilakukan selama ± 1 bulan.

8. Pembersihan Akhir dan Landscaping


Pembersihan akhir meliputi pembersihan sisa-sisa material dan sampah dari lokasi proyek
oleh pihak ketiga ke lokasi pembuangan, sehingga tidak menimbulkan dampak
turunan/lanjutan. Setelah dilakukan pembersihan lahan, dilakukan landscaping (penataan
halaman penghijauan) dengan jenis tanaman yang berada di sekitar lokasi.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-61
Uraian Kegiatan 2017
Addendum Andal,RKL dan RPL
Pengembangan TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa Kapasitas
50 Ton/Hari)

Gambar 2.39 Lokasi Sarana dan Prasarana


Penunjang Konstruksi
Keterangan:

= Tapak Proyek

= TPS Konstruksi

= TPS Limbah B3

= Bedeng, Bengkel dan Gudang

= MCK Portable

= Papan Nama Proyek

Non Skala

Pemrakarsa:
DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROV. DKI
JAKARTA

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-62
Uraian Kegiatan 2017

C. TAHAP OPERASI
1. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional Pilot Project PLTSa
Tenaga kerja operasional yang akan diserap saat pengeoperasian PLTSa adalah
sebagaiberikut :
Tabel 2. 27. Daftar Penerimaan Tenaga Kerja Operasional
Jenjang Pendidikan Jumlah (orang)
SMP 6
SMA 4
D1 8
D3 26
S1 9
Jumlah 53
Sumber: BPPT, 2017

Tenaga kerja yang akan bekerja pada operasional Pilot Project PLTSa, diperkirakan
sebanyak ± 53 orang. Operator, security, workshop & warehouse bekerja dengan 3 shift
(@8 jam), office boy bekerja dengan 2 shift (@12 jam), untuk karyawan laboratorium,
back office, supervisor dan manager bekerja pada jam kerja normal. Sehingga total tenaga
kerja di TPST Bantargebang setelah tahap pengembangan adalah 760 orang.
Berikut merupakan struktur organisasi tahap operasional Pilot Project PLTSa

Gambar 2.40. Struktur Organisasi Tahap Operasional Pilot Project PLTSa

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-63
Uraian Kegiatan 2017

2. Kegiatan Operasional Pilot Project PLTSa


a. Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku yang akan digunakan untuk Pilot Project PLTSa adalah sampah domestik dari
TPST Bantargebang. Berdasarkan data dari BPPT tahun 2016 ketersediaan bahan baku
sampah mencapai 6.561,99 ton/hari. Sedangkan kebutuhan bahan baku Pilot Project
PLTSa sampai 50 ton/hari. Nilai kalori sampah sebesar 6 MJ/kg atau setara dengan 1.434
kcal/kg. Penyimpanan bahan baku dilakukan pada waste bunker 420 m2. Bahan baku
sampah di simpan di dalam bunker selama 4 (empat) hari dengan tujuan agar sampah lebih
stabil secara kimia dan fisika, sehingga proses pembakaran dapat berjalan dengan baik.
Karakteristik sampah yang digunakan sebagai bahan bakar adalah sebagai berikut:
Fuel Analysis
C % 23,75
H % 3,39
O % 18,84
N % 0,64
S % 0,06
Cl % 0,32
Ash % 11,00
Moisture % 42,00
Total % 100,00
LHV Kcal/kg 1.500
Sumber: BPPT, 2017

Dari tabel diatas, diperoleh berat kering sampah sebesar 598% dan nilai kalor sebesar
1.500 kcal/kg.

Tabel 2. 28 Berat rata – rata sampah perhari TPST Bantargebang


Tahun Berat (ton/hari)
2011 5.172,84
2012 5.263,63
2013 5.651,44
2014 5.664,48
2015 6.419,14
2016 6.561,99
Sumber: BPPT, 2017
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-64
Uraian Kegiatan 2017

b. Pengoperasian PLTSa
1. Waste Material Handling
- Waste Dumping
Sampah yang dikumpulkan dari pemukiman warga atau perkantoran dibawa ke kompleks
Pilot Plant PLTSa dengan menggunakan truk sampah yang umum digunakan di perkotaan.
Jumlah minimal sampah yang dibawa ke komplek Pilot Plant PLTSa adalah 50 ton sampah
per hari. Di dalam kompleks Pilot Plant PLTSa, sampah akan dimasukkan terlebih dahulu ke
dalam bunker untuk proses penyimpanan.
Truk yang bermuatan sampah yang masuk ke Pilot Plant PLTSa akan ditimbang dengan
menggunakan jembatan timbang yang memiliki desain maksimal 30 ton. Jembatan timbang
merupakan peralatan yang digunakan untuk mengukur berat truk pengangkut sampah dan
muatannya. Peralatan ini bekerja secara otomatis. Data penimbangan akan diolah di
pemrosesan data untuk dijadikan sebagai informasi jumlah sampah yang masuk ke fasilitas
insinerator baik harian, bulanan, maupun tahunan. Apabila terjadi kerusakan, data dapat pula
diinput secara manual.
Jembatan timbang terletak di dekat pintu gerbang Pilot Plant PLTSa. Di dalam jembatan
timbang terdapat tombol penimbangan dan kartu hasil timbangan yang ditujukan untuk truk
yang masuk ke Pilot Plant PLTSa. Dalam unit jembatan timbang juga dipasang UPS
(uniterruptible power supply) untuk mengantisipasi kalau listrik mati.
Truk bermuatan sampah yang telah ditimbang kemudian akan naik ke platform untuk proses
pembuangan sampah ke bunker. Platform didesain memiliki elevasi 4 meter dari tanah.
Platform memiliki dua jenis pintu utama, satu pintu yang menghubungkan antara platform
dengan lingkungan luar, serta satu pintu yang menghubungkan platform dengan bunker
sampah. Pintu harus dapat berfungsi pada bangunan tinggi kedap udara dan memiliki
ketahanan terhadap kelembapan, korosi, dan awet, serta memiliki sistem buka tutup yang
baik.
Pintu yang menghubungkan antara bunker dengan platform sampah dilengkapi dengan air
curtain untuk mencegah bau tidak sedap keluar dari bunker sampah. Kedua jenis pintu
platform tersebut bersistem kupu-kupu.
Selama operasi insinerator, induce draft fan digunakan untuk meniup udara dari bunker ke
dalam ruang pembakaran. Dengan demikian kondisi bunker dalam keadaan negative pressure
sehingga mencegah bau keluar dari dalam bunker. Ketika pintu dalam keadaan tertutup, air

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-65
Uraian Kegiatan 2017

intake shutter dipasang di dalam platform secara paralel dengan maksud untuk mencegah
negative pressure yang berlebihan di dalam bunker.
Warning signal lamp berwarna merah/biru dipasang di atas pintu dumping untuk
menunjukkan apakah pintu akan dibuka atau tidak. Selain itu, dipasang juga sistem safety
interlock untuk mencegah truk jatuh ke dalam bunker.

 Waste Bunker
Waste bunker merupakan tempat penampungan sementara sampah sebelum dimasukan ke
dalam tungku pembakaran. Waste bunker memiliki peran penting dalam homogenisasi
sampah, sehingga memudahkan operasi insinerator. Perhitungan kapasitas bunker ditentukan
oleh densitas sampah, jumlah sampah yang akan diolah, dan waktu tinggal sampah dalam
bunker. Waste bunker dirancang dapat mencegah bau keluar dari bunker.
Waste bunker dilengkapi dengan overhead crane untuk memindahkan sampah dari bunker ke
hopper. Ada dua jenis susunan tata letak hopper dan bunker. Susunan yang pertama adalah
bunker diletakkan di samping hopper dengan posisi ruang operator di samping bunker.
Susunan ini mempunyai ciri crane span yang pendek, tetapi jarak pandang operator ke
hopper menjadi jauh. Susunan yang kedua adalah meletakkan bunker, hopper dan ruang
operator dalam satu garis, sehingga tetaletak ini memiliki crane span yang lebih besar, tetapi
pandangan operator lebih baik. Tata letak bunker yang umum digunakan adalah susunan tata
letak bunker yang kedua.
Biasanya dasar bunker berada di bawah permukaan tanah sehingga harus diperhitungkan
tekanan air dan tanah. Struktur bunker menggunakan reinforced concrete untuk menangani
berat tumpukan sampah dan berat crane. Penambahan jumlah concrete facing di dalam
bunker dan ketebalan reinforced bar diperlukan untuk melindungi dinding bunker dari sifat
lindi dan beratnya crane. Dasar bunker dibuat miring, hal ini diperlukan untuk mengalirkan
air lindi yg terakumulasi di bunker. Lindi ditampung dalam pit yang terletak di bawah
bunker.
2. Waste handling
Sampah di dalam bunker perlu penanganan khusus yang melibatkan crane. Crane memiliki
beberapa fungsi dalam bunker sampah. Selain untuk mencampur dan mengumpankan sampah
pada insinerator, terdapat beberapa fungsi lain dari crane. Crane berfungsi untuk
memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan mengumpulkan sampah

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-66
Uraian Kegiatan 2017

berdasarkan hari sampah tersebut masuk, karena sampah membutuhkan waktu 10 hari di
dalam bunker sebelum sampah tersebut diumpankan ke dalam insinerator. Fungsi lain dari
crane adalah untuk mengambil sampah dan menjatuhkannya dengan tujuan mengurangi
kandungan air dari dalam sampah dengan bantuan udara yang terdapat di dalam bunker.
Sampah yang relatif kering akan lebih mudah diproses dan dibakar di dalam insinerator.
Crane didesain berjenis grapple crane dengan tambahan magnet di tengah grapple crane.
Tujuan dari penambahan magnet adalah untuk menangkap logam yang berada di dalam
sampah. Pemisahan logam merupakan hal yang penting, karena pembakaran logam dapat
memicu terbentuknya oksida logam di dalam gas buang, selain itu lelehan logam dapat
menyumbat sela-sela grate yang ada di dalam tungku bakar. Penyumbatan tersebut akan
menimbulkan potensi kerusakan terhadap grate.

3. Waste Feeding
Crane secara berkala mengumpankan sampah masuk ke dalam hopper insinerator. Selain itu,
crane juga berfungsi untuk memindahkan sampah logam yang telah tertangkap oleh magnet
ke dalam tempat penyimpanan logam yang letaknya di dalam lokasi bunker tetapi dipisahkan
oleh tembok.
Di bawah bunker sampah, terdapat tempat penampungan lain yang berfungsi sebagai drain
bunker untuk air lindi yang berada di bunker sampah. Air lindi yang turun ke drain bunker
akan diolah terlebih dahulu di instalasi pengolahan air limbah sebelum dibuang ke sungai.
4. Waste Incineration
Setelah bahan bakar sampah diumpankan ke dalam hopper insinerator, sampah kemudian
memasuki tahap ke dua, yaitu insinerasi. Sampah yang masuk ke dalam hopper akan
didorong ke dalam ruang bakar secara perlahan dan terus-menerus oleh feeder. Sampah di
atas grate bergerak melalui zona suhu yang berbeda di dalam ruang bakar, dan proses
pembakaran sampah terjadi pada beberapa sub-proses, yaitu: pengeringan, pembakaran, dan
pembakaran residu. Untuk mengakomodasi sub-proses tersebut, maka kecepatan stroke untuk
masing-masing proses dirancang dengan kecepatan yang berbeda.
Grate yang berada di dalam insinerator berfungsi untuk mengalirkan sampah di sepanjang
tungku pembakaran. Grate terbuat dari logam yang mempunyai sifat tahan panas dan tahan
goresan. Pada area pengeringan, terjadi proses penguapan air yang terkandung di dalam
sampah sehingga dapat menghasilkan sampah dengan nilai kalor yang lebih tinggi. Dengan

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-67
Uraian Kegiatan 2017

mekanisme pergerakan grate, sampah tersebut kemudian menuju ke area pembakaran yang
merupakan area yang mempunyai suhu tinggi. Sampah selanjutnya dialirkan ke area paska
pembakaran yang berfungsi untuk membakar sampah yang belum sempat terbakar.

Gambar 2.41. Sistem Grate


Terdapat beberapa jenis tungku bakar tipe stoker yang masing-masing mempunyai keunikan
dalam konstruksinya. Ketika nilai kalor sampah rendah, tungku bakar tipe stoker digunakan
dengan rangkaian grate yang mempunyai area pengeringan, pembakaran dan paska
pembakaran. Tipe stoker ini akan mengeringkan dan membakar sampah dengan mudah,
sehingga memberikan efisiensi pembakaran yang besar.
Ketika nilai kalor sampah tinggi, maka kapasitas pembakaran tungku akan meningkat,
sehingga diperlukan jumlah sampah yang lebih banyak. Pada kondisi demikian, area
pengeringan dapat dirancang lebih kecil, demikian pula dengan area pembakaran dan paska
pembakaran. Prinsip perancangan yang dilakukan adalah agar komponen grate tidak mudah
mengalami kerusakan.
Grate yang digunakan berjenis reciprocating grate. Grate jenis ini didesain menyerupai
tangga dengan penyusunan bergantian antara bagian grate yang diam dan bergerak. Grate
didesain dengan ukuran panjang 7,5 meter dan lebar 3,2 meter, serta sudut kemiringan 14
derajat. Bahan yang digunakan pada grate adalah ZG35Cr24Ni4SiN yang tahan panas hingga
suhu 1200oC, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan suhu ruang bakar yang berkisar
antara 800oC hingga 1100oC.
Insinerator dilengkapi dengan burner yang merupakan alat penting di dalam tungku bakar.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-68
Uraian Kegiatan 2017

Fungsi burner adalah sebagai berikut:


 Mengontrol temperatur tungku bakar pada saat start-up.
 Menjaga kestabilan temperatur di dalam tungku bakar, terutama pada saat
mendapatkan umpan dengan nilai kalor yang rendah.
 Mengeringkan batu dan semen tahan api pada saat selesai perbaikan dan penggantian
isolator.
Pada pemasangan burner, jumlah dan kapasitas burner dirancang sesuai dengan kebutuhan
proses pembakaran. Pada saat start-up, temperatur tungku bakar harus dinaikkan secara
perlahan. Metode pemanasannya sangat tergantung dari sifat termal ekspansi dari dinding
tungku. Apabila temperatur dinaikkan secara mendadak, maka akan berpotensi merusak
dinding tungku. Dinding tungku akan retak akibat distribusi suhu yang tidak merata. Selain
itu ada kemungkinan terlepasnya batu tahan api. Gambar berikut memberikan contoh
pengaturan suhu tungku bakar pada saat start-up dan akhir waktu operasi.

Gambar 2.42. Pengaturan Temperatur pada Incinerator

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-69
Uraian Kegiatan 2017

Saat awal, temperatur dinaikkan dengan kecepatan sekitar 50oC per jam dan dijaga konstan
pada temperatur 300oC selama waktu tertentu. Kemudian temperatur kembali dinaikkan pada
kecepatan 100oC per jam selama 16 hingga 24 jam.
Proses pembakaran sampah di dalam ruang bakar dapat dijelaskan sebagai berikut. Sampah
yang masuk ke dalam insinerator akan membentuk lapisan (bed) di atas grate, dan udara
pembakaran primer dihembuskan melalui lubang-lubang kecil yang ada di bawah grate oleh
primary air fan. Udara primer yang dihembuskan harus mencukupi untuk kebutuhan
pendinginan grate dan proses pembakaran. Udara primer pada umumnya diambil dari bunker
dengan tujuan menurunkan tekanan udara bunker dan menghilangkan bau tidak sedap yang
ditimbulkan oleh sampah di dalam bunker.
Sebelum dihembuskan ke bawah grate, udara primer sebelumnya telah dipanaskan di dalam
air pre-heater dengan bantuan steam yang bertekanan 10 bar. Penggunaan udara primer yang
telah dipanaskan dapat membantu mempercepat pengeringan sampah di atas grate, terutama
untuk sampah dengan tingkat kelembaban yang tinggi. Pada titik ini, sampah dibakar dalam
keadaan sub-stoikiometri, di mana oksigen yang disuplai sekitar 30% hingga 80% dari
jumlah yang dibutuhkan untuk proses pembakaran sempurna.
Gas hasil pembakaran dengan udara primer tersebut kemudian bercampur dengan udara
sekunder yang dimasukkan ke dalam ruang bakar melalui nozzle tekanan tinggi yang
dipasang pada dinding ruang bakar. Aliran udara sekunder mempermudah terjadinya
pembakaran sempurna dengan cara memberikan turbulensi pada gas untuk proses
pencampuran yang lebih baik dan memastikan jumlah oksigen yang dibutuhkan berlebih.
Laju pengumpanan bahan bakar sampah dan udara secara langsung akan mempengaruhi
temperatur di dalam ruang bakar. Jika udara yang disuplai sangat berlebih, maka akan
berakibat turunnya suhu ruang bakar yang menyebabkan timbulnya emisi karbon monoksida
(CO).
Desain ruang bakar yang digunakan berjenis centre flow, karena jenis ini mudah
menyesuaikan terhadap perbedaan pelepasan distribusi panas di atas grate. Selain itu desain
centre flow juga dapat digunakan untuk bahan bakar dengan nilai kalor rendah hingga tinggi,
sesuai dengan bahan bakar sampah yang memiliki fluktuasi nilai kalor cukup tinggi. Skema
umum dari desain dan beberapa bagian yang ada di ruang bakar dapat dilihat pada Gambar
berikut.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-70
Uraian Kegiatan 2017

Gambar 2.43. Desain Ruang Bakar

Ruang bakar didesain untuk tahan pada suhu ideal pembakaran, yaitu sekitar 800 OC hingga
1100OC. Selain itu, desain ruang bakar juga harus mengakomodasi waktu tinggal yang dibutuhkan
oleh gas hasil pembakaran. Waktu tinggal tidak boleh kurang dari 2 detik, dihitung dari titik di
mana sebagian besar pembakaran telah sempurna dan suhu pembakaran telah mencapai titik
maksimum. Pengaturan suhu dan waktu tinggal di dalam ruang bakar tersebut bertujuan agar
seluruh senyawa organik berbahaya yang terdapat di dalam sampah maupun gas hasil
pembakaran dapat hancur dengan sempurna.

5. Steam Generation
- Steam Generation System
Gas hasil dari pembakaran sampah harus didinginkan menggunakan peralatan pendingin.
Terdapat 2 macam peralatan yang digunakan untuk proses pendinginan, yaitu proses
pendinginan dengan memakai panas gas sebagai pembangkit uap pada boiler dan proses
pendinginan dengan menggunakan sistem injeksi menggunakan pendingin air. Yang paling
populer adalah pemanfaatan panas yang digunakan untuk pembangkit uap dengan memasang
boiler. Panas hasil proses pembakaran akan mengalami penurunan, sehingga dapat
mengurangi proses pembentukan kembali senyawa dioxin dan potensi terjadinya karat pada
peralatan yang digunakan.
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-71
Uraian Kegiatan 2017

Boiler dirancang untuk memanfaatkan panas dari hasil proses pembakaran dan sekaligus
sebagai alat untuk mengolah flue gas, sehingga suhunya dapat diturunkan. Akumulasi fly ash
mempunyai potensi terhadap penumpukan dioxin. Untuk mencegah hal itu, struktur pipa
penyusun boiler dirancang sedemikian rupa sehingga penumpukan fly ash dapat dihindarkan.
 Jenis Boiler
Pada tungku bakar skala kecil dan menengah, pengolahan gas hasil pembakaran biasanya
dikombinasikan dengan injeksi menggunakan air, sehingga jumlah uap yang dihasilkan oleh
boiler menjadi kecil. Namun untuk boiler skala besar, dimungkinkan untuk dilengkapi
dengan ekonomiser, sehingga diperoleh efisiensi panas yang tinggi.
 Penempatan Boiler
Gambar dibawah ini memberikan ilustrasi mengenai jenis boiler dan penempatan
pemipaannya. Untuk mencegah penempelan fly ash, pengkaratan dan kerusakan pipa boiler,
maka boiler dirancang dengan menambah area pendinginan dan mengurangi kecepatan alir
gas

Gambar 2.44. Jenis Integrated

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-72
Uraian Kegiatan 2017

Gambar 2.45. Separated

Unit boiler terdiri dari penukar panas, kondenser uap, peralatan pencatu air boiler dan lain-
lain. Boiler dan superheater menghasilkan uap dengan temperatur dan tekanan tinggi yang
kemudian dikonversi menjadi tenaga listrik oleh turbin uap yang dihubungkan dengan
generator. Kemudian uap sisa yang keluar dari turbin dikondensasikan kembali menjadi air.
 Kondisi Uap
Tekanan uap yang dihasilkan dari boiler tergantung pada tujuan penggunaannya dan
kapasitas dari peralatan yang menggunakan uap tersebut. Untuk uap superheater, kondisi
proses boiler adalah pada tekanan 4 MPa dengan suhu 400oC
Bermacam perangkat tambahan yang dipasang pada unit boiler mempunyai tujuan untuk
memudahkan oprasional dari boiler tersebut. Sebagai contoh keran pengaman (safety valve)
yang berfungsi untuk mengurangi tekanan internal boiler yang berlebihan; pengukur level
permukaan air di dalam boiler; peniup jelaga (soot blower) untuk membersihkan permukaan
pipa boiler; pompa dosing yang digunakan untuk memompa bahan kimia yang digunakan
untuk mengkondisikan air umpan boiler; dan tempat pengambilan sampel untuk mengetahui
kondisi air di dalam boiler. Gambar berikut adalah peralatan penunjang boiler.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-73
Uraian Kegiatan 2017

Gambar 2.46 Peralatan Penunjang Boiler

Boiler dilengkapi dengan dua atau lebih keran pengaman. Keran pengaman ini sangat
dibutuhkan untuk mengontrol tekanan uap di dalam boiler. Salah satu contoh keran
pengaman adalah pressure relief valve (PRV), yang merupakan alat otomatis untuk
melepaskan uap bertekanan yang melebihi setting yang telah ditentukan dari boiler, bejana
tekan, ataupun sistem lainnya.
Selain keran pengaman boiler dilengkapi dengan pengukur air, attemperator, Soot Blower.
Pengukur ini ada pada steam drum untuk melihat secara visual tekanan boiler. Attemperator,
merupakan peralatan untuk mengontrol temperatur uap. Attemperator didapati ada pada
boiler di bagian yang mempunyai temperatur tinggi. Peralatan ini juga ditemukan di zona
superheater untuk mengontrol temperatur uap keluar. Soot Blower merupakan peralatan yang
berfungsi untuk menghilangkan jelaga yang menempel pada permukaan pipa boiler selama
proses pembakaran.
Gas hasil pembakaran kemudian mengalir menuju boiler untuk proses pembuatan uap. Boiler
yang digunakan berjenis boiler vertikal. Pada umumnya boiler untuk pembangkit listrik
tenaga sampah memiliki empat pass, tiga pass merupakan radiasi vertikal pass, dan satu pass
merupakan konfektif pass. Radiasi pass yang pertama umumnya diintegrasikan ke dalam
ruang bakar sebagai ruangan pasca pembakaran. Konfektif pass merupakan tempat di mana
evaporator, super heater, dan economizer berada.
Economizer merupakan tempat di mana air umpan boiler dipanaskan oleh gas hasil pembakaran
hingga mencapai suhu mendekati titik didih air umpan. Pada evaporator, air umpan yang keluar dari
economizer dipanaskan lebih lanjut hingga air umpan mencapai suhu uap jenuh. Di dalam super

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-74
Uraian Kegiatan 2017

heater, uap jenuh yang keluar dari evaporator dipanaskan lebih lanjut hingga suhu maksimum dan
uap jenuh berubah menjadi uap superheated. Di dalam super heater dipasang semprotan pendingin
dan pendingin permukaan untuk menjaga suhu uap yang diinginkan. Fluktuasi pada suhu uap dapat
terjadi karena fluktuasi beban, perubahan pada kualitas sampah, dan berlebihnya udara pembakaran.
Boiler didesain untuk menghasilkan 8 ton/jam steam dengan kondisi suhu 390OC dan tekanan 40 bar.

 Water Treatment Plant


a. Deaeration System
Untuk mencegah korosi, kandungan oksigen yang ada pada air umpan boiler harus
diminimalisir sekecil mungkin. Deaerator digunakan untuk menangkap oksigen dan
mengeluarkannya bersama gas-gas yang tidak terlarut. Deaerator tergabung dalam rangkaian
pemanasan air umpan dan secara terus-menerus menghilangkan residu oksigen dan gas-gas
yang tidak dapat terkondensasi yang terdapat pada kondensat.
Deaerator didesain dengan tiga tahap, tahap pertama kondensat disemprot pada bagian atas
deaerator dengan menggunakan nozzle, dipanaskan dan dideaerasi secara sebagian. Tahap
kedua dengan mengalirkan kondensat melalui beberapa tray, dan pada tahap terakhir
kondensat dideaerasi lebih jauh dan dipanaskan dengan sempurna. Air umpan boiler yang
bebas oksigen didapatkan dengan mengalirkan panas secara terus-menerus ke dalam
deaerator. Aliran panas didapatkan dari uap yang dihasilkan boiler atau kombinasi antara air
panas dan uap.

 Sistem filtrasi Multi Grade Filter (MGF) dan Activated Carbon Filter (ACF)
Air baku diumpankan ke dalam MGF dan ACF menggunakan pompa untuk menghilangkan
kotoran yang tersuspensi, warna, dan bau. Filter-filter tersebut terdiri dari bejana logam
bertekanan yang berisi butiran karbon aktif sebagai media penyaring. Karbon aktif
merupakan material yang memiliki kapasitas adsorpsi yang sangat baik. Hal ini disebabkan
karena karbon aktif memiliki struktur berpori dan luas permukaan spesifik yang besar.
Operasional ACF dilakukan secara manual berdasarkan kebutuhan dari proses. Pompa
backwash disediakan untuk membersihkan filter setiap hari dengan air yang telah disaring.

 Sistem Reverse Osmosis (RO)


Air yang telah disaring disimpan di dalam tangki umpan RO yang berfungsi sebagai tangki
sementara sebelum air diumpankan ke membran RO. Level switch disediakan untuk kontrol

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-75
Uraian Kegiatan 2017

otomatis pompa umpan RO. Pompa umpan RO digunakan untuk mengalirkan air ke cartridge
filter yang berfungsi untuk menyaring padatan halus hingga ukuran 10 μm. Aliran air dapat
melalui bagian dalam atau luar filter, tergantung dari penggunaan filter. Partikel kotoran
umumnya ditangkap pada permukaan dalam dari bag filter.
Air yang telah diproses kemudian dicampur dengan larutan asam dan basa untuk pengaturan
pH dan dengan larutan anti-scale dan sodium metabisulfite (SMBS). Air kemudian dipompa
dengan pompa tekanan tinggi ke membran RO, di mana konsentrasi ion akan diturunkan
sebelum diproses lebih jauh. Tujuan dari proses dengan RO adalah pengurangan 99% garam
terlarut dan penghilangan bakteri dari air proses. Sistem RO yang digunakan adalah proses
bertahap, di mana pada tahap pertama sistem RO memberikan 65-70% recovery dan 50%
recovery pada tahap kedua. Proses RO didasarkan pada karakteristik membran semi-
permeabel, di mana air atau pelarut lain akan melewati membran, sementara molekul dan ion
padatan terlarut akan tertahan pada membran.
Proses pemisahan didapatkan dengan cara pemompaan tekanan tinggi dari padatan terlarut
yang akan diproses. Dari peralatan bertipe membran yang disebut modul, didapatkan dua
aliran berbeda yang terjadi karena pengaruh tekanan. Aliran pertama (aliran ortogonal)
mengalir melalui membran dan pada saluran keluar terjadi pengurangan garam dan
komponen organik terlarut secara signifikan. Aliran kedua (aliran tangensial) mengalir
melewati lapisan permukaan sebelum membran. Dua hasil akhir akan didapatkan dari
pengumpanan air ke sistem, yaitu air produk dan konsentrat.

 Unit Mixed Bed


Process mixed bed adalah proses penghilangan kalsium, magnesium, dan beberapa kation
logam lainnya. Proses mixed bed menggunakan resin penukar ion untuk pemrosesan air
proses hingga mencapai kualitas air demineral yang dibutuhkan untuk air umpan boiler.

 Clean in Place untuk RO dan Pelunak Air


Desain dari clean-in-place skid dan pengintergrasian dengan sistem RO dan pelunak air
bertujuan untuk mendapatkan hasil pembersihan yang baik dan akan berdampak pada
peningkatan umur pakai dari elemen membran RO.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-76
Uraian Kegiatan 2017

Tabel 2. 29 Kualitas Air Baku dan Air Umpan Boiler


Parameter Air Baku Air Umpan Boiler
pH (pada 25 oC) 8,5 – 9,7 9,4 – 10,5
Kekerasan / Hardness (mg Tidak terdeteksi -
CaCO3/liter)
Oksigen terlarut (μg O2/liter) < 30 -
Besi (μg Fe/liter) < 100 -
μg Cu/liter) < 50 -
Konduktifitas (mS/m; pada - < 60
25 oC)
Chlorida (mg Cl-/liter) - < 80
Fosfat (mg PO43- /liter) - 5 – 10
Sulfit (mg SO32-/liter) - 5 – 10
Hydrazine (mg N2H4/liter) >0,06 -
Silika (mg SiO2/liter) - < 20

6. Steam Turbin Generator System


Uap keluar dari superheater dengan suhu sekitar 390oC dan tekanan 40 bar. Uap kemudian
dialirkan menuju turbin generator uap. Uap akan menggerakkan baling-baling turbin yang
kemudian akan mengubah energi kinetik yang timbul oleh pergerakan turbin menjadi energi
listrik. Listrik yang dapat dihasilkan oleh turbin didesain sebesar 1000 kW.
Turbin yang digunakan berjenis turbin full-condensing. Turbin jenis tersebut sebagian besar
digunakan untuk pembangkit listrik. Uap superheated yang masuk ke dalam turbin akan
keluar dalam kondisi terkondensasi sebagian, pada umumnya 90% uap akan terkondensasi,
dan dengan tekanan di bawah tekanan atmosfer.
Uap kemudian dikondensasi lebih lanjut dengan air pendingin hingga kembali menjadi air
yang akan diumpankan kembali ke dalam boiler. Sebelum diumpankan kembali ke dalam
boiler, air akan dimasukkan ke dalam deaerator dengan tujuan menghilangkan oksigen dan
gas-gas terlarut lainnya yang dapat menyebabkan korosi pada peralatan yang digunakan.
Proses sistem pendinginan dan deaerasi akan dibahas lebih lanjut di bagian lain pada
deskripsi proses ini

7. Air Pollution Control System


- Incineration Gas
Unit insinerator akan menghasilkan limbah dalam bentuk gas, padat dan cair. Limbah gas
merupakan hasil pembakaran sampah yang mengandung uap air, CO2, NOx, O2, HCl, SOx,
Hg dan senyawa berbahaya lainnya, seperti jelaga dan debu.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-77
Uraian Kegiatan 2017

Gas buang yang dihasilkan oleh pembakaran sampah memiliki komposisi yang bervariasi,
bergantung pada desain dari insinerator, kondisi operasi, dan komposisi sampah yang
dibakar. Beberapa komponen gas buang yang menjadi perhatian dalam pembangkit listrik
tenaga sampah adalah sebagai berikut:
 Partikulat
Pembentukan partikulat pada pembakaran sampah bergantung pada beberapa faktor yaitu:
karakteristik limbah, metode pengumpanan sampah, kecepatan aliran udara primer, suhu,
pencampuran dan waktu tinggal gas buang, desain dan operasi insinerator, dan kecepatan gas
buang. Semakin tinggi suhu pembakaran dan semakin lama waktu tinggal akan menyebabkan
pembakaran partikel organik menjadi lebih sempurna, sehingga memperkecil ukuran
partikulat. Rendahnya kecepatan gas buang akan menyebabkan partikulat yang lebih besar
dan berat jatuh ketika gas melewati boiler. Pada dasarnya, partikulat berasal dari tiga sumber
utama, yaitu bahan anorganik, organo-metalik, dan sampah yang tidak terbakar. Sebagian
besar bahan anorganik keluar dari sistem melalui tempat pembuangan abu, dengan sebagian
kecil terikut di dalam gas buang. Bahan organo-metalik teroksidasi pada suhu tinggi dan
timbul sebagai oksida anorganik di dalam gas buang. Sampah yang tidak terbakar terikut di
dalam gas buang sebagai konsekuensi dari pembakaran yang tidak sempurna di dalam ruang
bakar. Pada suhu yang lebih tinggi, dengan jumlah oksigen yang tepat, pembakaran sampah
akan lebih sempurna dan menyebabkan turunnya jumlah partikulat.
 Logam berat
Beberapa logam secara umum terdapat di sampah perkotaan. Logam-logam tersebut
dikeluarkan dari ruang bakar bersamaan dengan partikulat, umumnya sebagai oksida metal
dan klorida, serta metal merkuri (Hg) yang keluar sebagai uap. Cadmium (Cd) di dalam
sampah umumnya timbul dari baterai dan alat-alat elektronik yang dibuang. Merkuri di dalam
sampah dapat muncul dari berbagai sumber, seperti alat – alat elektronik dan termometer.
Merkuri sejauh ini merupakan logam berat yang paling mudah berpindah secara termal,
sangat beracun, dan dalam suhu 375oC akan menguap ke dalam gas buang. Cara terbaik
untuk menghindarkan uap merkuri dari gas buang adalah melakukan pemilahan terhadap
sampah sebelum diumpankan ke ruang bakar.
 Gas asam
HCl dan SO2 merupakan gas asam utama yang timbul pada saat pembakaran sampah. HF,
HBr, dan SO3 pada umumnya juga timbul pada gas buang, namun dalam jumlah yang jauh

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-78
Uraian Kegiatan 2017

lebih rendah. Kandungan gas HCl dan SO2 di dalam gas buang secara langsung berkaitan
dengan kandungan klorin dan sulfur yang ada di dalam bahan bakar sampah. Pada proses
pembakaran sampah yang umum, oksigen berlebih akan menyebabkan terbentuknya gas SO2
dan SO3, sedangkan kurangnya oksigen akan menyebabkan terbentuknya hidrogen sulfida
(H2S) dan karbonil sulfida (COS). Sumber utama klorin pada sampah berasal dari kertas,
plastik, PVC, dan klorida organik yang lain. Sumber utama dari sulfur di dalam sampah
berasal dari papan gypsum dan roda kendaraan. Kandungan klorin dan sulfur pada sampah
sangat bervariasi, bergantung pada lokasi, dan musim pembuangan sampah. SO2 di dalam
lingkungan dapat bereaksi dengan uap air dan membentuk asam sulfat (H2SO4) yang lebih
jauh dapat membentuk garam sulfat. Sedangkan klorin yang keluar ke lingkungan dan
bereaksi dengan uap air akan membentuk hidrogen klorida. Keberadaan gas - gas asam
tersebut di dalam atmosfer mengakibatkan rendahnya jarak penglihatan, korosi material,
iritasi pada organ manusia dan hewan, dan timbulnya hujan atau kabut asam.
 Gas CO dan NOx
Emisi gas karbon monoksida (CO) merupakan hasil ketika karbon di dalam bahan bakar
sampah tidak teroksidasi menjadi karbon dioksida. Konsentrasi oksigen, perbandingan aliran
udara primer/sekunder, suhu ruang bakar, dan waktu tinggal merupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan CO. Ketika sampah dibakar, maka sampah akan mengeluarkan
gas CO, hidrogen, dan hidrokarbon yang tidak terbakar. Tambahan udara (oksigen) akan
bereaksi dengan gas-gas tersebut dan mengubah CO menjadi CO2 dan H2 menjadi H2O. Jika
udara yang ditambahkan terlalu banyak akan menurunkan suhu pembakaran yang berdampak
pada melambatnya reaksi oksidasi. Jika udara yang ditambahkan terlalu sedikit, pencampuran
menjadi tidak sempurna, dan menyebabkan sejumlah hidrokarbon yang tidak terbakar lolos
dari ruang bakar. Kedua kondisi tersebut akan meningkatkan konsentrasi emisi CO.
Konsentrasi gas CO di dalam gas buang menjadi indikator yang baik untuk melihat efisiensi
pembakaran, dan merupakan kriteria penting untuk melihat ketidakstabilan dan
ketidakseragaman di dalam proses pembakaran. Kandungan CO yang tinggi umumnya sesuai
dengan proses pembakaran yang buruk dan berkorelasi dengan tingginya emisi dioxin dan
furan di dalam gas buang. Oksida nitrogen, NOx, timbul ketika bahan bakar sampah yang
mengandung nitrogen dan senyawanya dibakar, di mana nitrogen dioksidasi di dalam proses
tersebut. Oksida nitrat (NO) merupakan komponen utama dari NOx. Seperti pada
pembentukan CO, pembentukan NOx sangat dipengaruhi oleh konsentrasi oksigen di dalam

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-79
Uraian Kegiatan 2017

udara, suhu ruang bakar, dan waktu tinggal. Pembentukan NOx menjadi sangat signifikan
ketika suhu pembakaran di atas 1300oC.
 Dioxin dan furan
Beberapa macam senyawa organik, termasuk dioxin dan furan, terdapat secara alami di
sampah atau dapat terbentuk saat dan setelah proses pembakaran. Senyawa organik tersebut
sangat beracun dan tidak mudah terurai di lingkungan. Senyawa organik di dalam gas buang
dapat berupa fase uap atau terkondensasi pada partikulat halus. Pembentukan dioxin dan
furan terjadi pada banyak proses, termasuk proses pembakaran sampah. Konsentrasi dioxin
dan furan dalam jumlah yang sangat kecil merupakan hal yang umum pada proses
pembakaran sampah. Dengan banyaknya potensi emisi yang timbul dan bahaya yang dapat
ditimbulkan pada kesehatan, maka pengolahan gas buang menjadi sangat vital pada
pembangkit listrik tenaga sampah. Terdapat beberapa teknologi yang telah banyak digunakan
dan terbukti dapat mengurangi kandungan polutan berbahaya pada emisi gas buang
pembakaran sampah. Salah satu teknologi yang paling sering digunakan adalah kombinasi
antara Spray Drying Absorption (SDA) dan fabric filter. SDA berfungsi untuk mengurangi
kadar gas asam, logam, serta komponen organik berbahaya. Sedangkan fabric filter berfungsi
untuk menyaring partikulat yang terbawa oleh gas buang sebelum dibuang ke lingkungan
melalui cerobong asap
- Quenching Process
Gas buang yang keluar dari boiler akan masuk ke tahap terakhir sebelum dilepaskan ke
atmosfer, yaitu pembersihan gas buang. Salah satu teknologi yang banyak digunakan dan
telah terbukti efektif untuk mengurangi emisi gas berbahaya adalah perpaduan antara
quencher dan bag filter.
Quencher berfungsi untuk menurunkan suhu gas buang dari yang sebelumnya sekitar 200oC
hasil keluaran dari economizer menjadi 180oC. Penurunan suhu tiba-tiba yang terjadi di
dalam quencher berfungsi untuk menekan laju pembentukan kembali dioksin dan furan
setelah proses pembakaran. Penurunan suhu dijaga maksimum hingga 180oC, karena apabila
suhu gas buang turun terlalu jauh, dikhawatirkan akan terjadi masalah korosi karena terlalu
dekat dengan dew point gas sulfur.
Cara kerja quencher pada umumnya cukup sederhana, gas buang masuk melalui bagian atas
dari quencher dan akan berkontak dengan partikel air yang disemprotkan menggunakan
atomizer. Kontak antara gas buang dan air akan menurunkan suhu gas buang secara tiba-tiba,

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-80
Uraian Kegiatan 2017

sedangkan partikel air yang berkontak dengan gas buang dengan suhu yang jauh lebih tinggi
daripada titik didih air akan menguap dan ikut dalam aliran gas buang.
- Spray Drying Absorption (SDA)
Gas buang yang keluar dari quencher dengan suhu sekitar 180oC kemudian dialirkan ke bag
filter untuk proses lebih lanjut. Sebelum gas buang masuk ke dalam bag filter, terlebih dahulu
gas buang diinjeksi dengan karbon aktif dan slaked lime. Disinilah terjadi proses spray drying
absortion. Proses ini berfungsi untuk mengurangi kadar gas asam, logam, serta komponen
organik berbahaya. Gas buang dimasukkan ke dalam kolom SDA, di mana gas buang akan
berkontak dengan slaked lime dan karbon aktif. Injeksi yang dilakukan didesain sedemikian
rupa, sehingga pada titik injeksi terdapat cukup turbulensi untuk mencampur dengan
sempurna gas buang dengan karbon aktif dan slaked lime. Seluruh komponen asam di dalam
gas buang akan bereaksi dan diabsorb oleh serbuk slaked lime dan karbon aktif. Penambahan
karbon aktif di dalam proses SDA dapat digunakan untuk proses penghilangan merkuri,
dioxin dan furan. SDA merupakan suatu sistem yang dapat beradaptasi terhadap perubahan
laju alir, suhu, dan komposisi gas buang, dan juga dapat diaplikasikan untuk semua jenis dan
ukuran insinerator. Sebagai tambahan, proses SDA dapat diintegrasikan dengan teknologi
pembersihan gas buang yang lain. Pada kasus ini, SDA diintegrasikan dengan bag filter.

- Filtration Process
Gas buang kemudian masuk ke dalam bag filter untuk proses selanjutnya. Terdapat dua
proses utama yang terjadi pada bag filter. Proses pertama adalah pemisahan gas buang
dengan partikulat yang terikut, sedangkan proses kedua adalah menambah kontak antara gas
buang dengan karbon aktif dan slaked lime.
Bag filter terdiri dari kantong filter dengan jumlah yang sangat banyak. Ketika gas buang
mengalir melalui kantong filter, partikulat dengan ukuran lebih besar daripada 1 μm akan
tertahan pada filter, sedangkan gas buang yang telah bersih dari partikulat akan mengalir
terus dan keluar melalui bagian atas filter. Partikel yang tertangkap akan tetap di filter hingga
udara bertekanan ditiupkan dengan arah yang berlawanan, dengan tujuan untuk
membersihkan filter dan menyebabkan partikel jatuh ke tempat pengumpulan.
Keunggulan utama dari penggunaan bag filter adalah efisiensi pemisahan partikulat yang
tinggi, dan performa yang lebih baik untuk menghilangkan partikulat dengan ukuran lebih
kecil dari 1 μm. Selain itu, bag filter juga memberikan permukaan tambahan untuk reaksi
netralisasi gas asam jika dibutuhkan.
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-81
Uraian Kegiatan 2017

- Chimmey (Cerobong)
Gas buang yang melalui chimney (cerobong) dijaga maksimum pada kecepatan 15 m/detik.
Cerobong dapat dibuat dalam bentuk silinder atau kotak. Namun pada insinerator kapasitas besar,
cerobong dibuat dalam bentuk silinder. Karena gas buang mengandung asam, yang merupakan
material korosif, seperti HCl dan SOx, maka diperlukan pemilihan material yang tahan karat.
Perancangan cerobong juga harus mempertimbangkan masalah ekspansi termal dan vibrasi yang
terjadi. Reheater dalam beberapa kasus perlu dipasang pada cerobong untuk memanaskan gas
buang, sehingga mampu mencegah asap putih yang keluar dari cerobong.
Tabel 2. 30 Baku Mutu Emisi Gas Buang
Parameter Kadar Paling Tinggi Nilai Satuan
Total partikulat 120 mg/Nm3
Sulfur dioksida (SO2) 210 mg/Nm3
Oksida nitrogen 470 mg/Nm3
(NOx)
Hidrogen klorida 10 mg/Nm3
(HCl)
Merkuri (Hg) 3 mg/Nm3
Karbon monoksida 625 mg/Nm3
(CO)
Hidrogen flourida 2 mg/Nm3
(HF)
Dioksin dan Furan 0,1 ng/Nm3

- Cooling Tower
Pendinginan basah memberikan hasil yang sangat baik dengan mengambil keuntungan penuh
dari kelembaban udara lingkungan. Pendinginan basah, atau yang juga disebut pendinginan
evaporatif, dapat menghasilkan suhu air paling tidak 20 oC lebih rendah apabila
dibandingkan dengan penggunaan radiator. Karena keluaran turbin dan pembangkit listrik
meningkat 0,3 hingga 1% per derajat pendinginan yang lebih baik, pendinginan basah adalah
teknologi yang dapat menghasilkan penghematan bahan bakar dan pengurangan emisi karbon
dioksida.
Hanya 1 hingga 2% air yang menguap dengan menggunakan proses pendinginan basah.
Karena alasan tersebut, suatu rangkaian tertutup dengan menara pendingin membutuhkan
make-up air dari sumber eksternal (sungai, danau, atau laut). Aliran make-up air bergantung
pada hardness air dan pada sebagian besar aplikasi dibatasi maksimum 500 mg/L CaCO3.
Air yang tidak menguap akan dikembalikan ke sumber eksternal. Selama di dalam sistem

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-82
Uraian Kegiatan 2017

pendinginan, air tidak pernah berkontak dengan cairan apa pun yang ada pada pembangkit
listrik, sehingga air yang digunakan tidak akan terpolusi oleh proses pembangkitan listrik

Perhitungan Neraca Panas dan Energi


Dalam menghitung neraca panas dan energi diperlukan data dasar. Data dasar yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 31 Parameter Dasar Perhitungan Neraca Panas dan Energi

Fuel Consumption
Entalphi in : 440.18 kj/kg
Entalphi out : 3189.9 kj/kg
Entalphi difference : 2749.72 kj/kg
ASR Actual Steam Rate
Operational Boiler :
Pin = 38 BarA
Pout = 0.10 BarA (Turbine Specification)

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-83
Uraian Kegiatan 2017

Tin = 380 oC
Q turbine = Turbine Specification

Operation Turbin :
Properties data at = 38 BarA and 380 oC
Enthalpy of Superheated Steam (h1) = 3169.1 Kj/kg
Entropy of Superheated Steam (S1) = 6.7325 Kj/kg.K
Exhaust enthalpy (h2) = from vendor (Kj/kg)
Properties data at Condensing = 0.1 BarA
Qturbine = Mass flow of steam x Enthalpy
= -m x (h2-h1)
Efficiency = W/Q x 100%
Req Cooling temp = 45 oC
Enthalpy of water = 188.3 kJ/kg
Condensor heat Load = mcw X {h2 - h3}
Temperatur air Masuk = 32 oC
Temperatur air keluar = 40 oC
Temp. lingkungan = 30 oC
Temperatur Wet bulb = 28 oC
Density air = 994 Kg/m3
Flow rate air pendingin, Q = mw X Cpw X (t2-t1)

Heat Balance Calculation

dimana :
h2 = Enthalpy of water at the required temp. [kJ/kg]
m = Maximum boiler output at the initial feedwater temp. [kg/hr]
at condition P = 10 bar , saturated steam
ms = mass of steam to be injected [kg/hr]
h1 = Enthalpy of feed water at the initial temp. [kJ/kg]

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-84
Uraian Kegiatan 2017

Gambar 2.47 Neraca Massa dan Energi PLTSa Bantargebang


ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-85
Uraian Kegiatan 2017

Gambar 2.48 Bagan Alir Proses PLTSa

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-86
Uraian Kegiatan 2017

Kualitas Udara,
Kesempatan Kerja
Kebisingan, Lalu
dan Berusaha
Lintas

Kebisingan

Truk Pengangkut Waste Bunker


Boiler Turbine Generator Listrik

Kualitas Udara Incenerator

Deaerator Cooling Tower

Kualitas Air
- Ca(OH)2 Reactor Permukaan
- Karbon Aktif SDA
Air Tanah
Air Limbah
Drain Pit
Bottom Ash
Bag Filter Kualitas Udara

Stacks Atmosfir

Ash Silo

Tempat
Truk Pengangkut
Penimbunan
Kualitas Udara,
Kesempatan Kerja
Fly Ash

Kebisingan, Lalu
dan Berusaha
Lintas

Truk Pengangkut
(Kapsul) Pemanfaat (contoh :
Pabrik Semen, Batching
Plant, Asphalt Plant)

Keterangan :
: Kegiatan
: Dampak

Gambar 2.49 Bagan Alir Kegiatan dan Dampak Operasi Pilot Project PLTSa

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-87
Uraian Kegiatan 2017

c. Pengadaan Sumber Energi Listrik


Rencana kebutuhan listrik pada tahap operasional dipasok secara mandiri dari PLTSa
sebesar 1.000 kVA, dan genset sebanyak 1 unit dengan kapasitas 1000 kVA sebagai start
up dan cadangan bila sewaktu – waktu incinerator tidak bekerja.

d. Pengadaan Air Bersih


Sumber air untuk memenuhi kebutuhan pada saat tahap operasional adalah dari air tanah
yang disimpan dalam tangki penampung air dengan kapasitas 300 m3 untuk operasional
PLTSa, 1 m3 untuk operasional masjid dan 1 m3 untuk operasional carwash yang bekerja
secara otomatis ketika air di dalam tangki berkurang. Rincian penggunaan air bersih di
pada tahap operasional dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. 32 Rincian Kebutuhan Air Bersih
No. Uraian Jumlah Jumlah Jumlah
(orang) Penggunaan Air (m3/hari)
1 Operasional PLTSa
Air make up boiler dan cooling tower - 10 m3/jam 240
Air MCK Karyawan 53 120 l/orang/hari 6,36
Air Hydrant - 0,3 m3/jam 7,2
Mushola 20 10 l/hari 0,2
Kebersihan Gedung Kantor - - 0,1
Siram Tanaman - - 0,2
Control Room dan Power House - - 0,5
2 Operasional Mesjid 264 10 l/hari 2,64
3 Operasional Carwash 300 200 l/hari 60
Total 317,2
Sumber: BPPT, 2017

Dari tabel diatas diketahui bahwa air bersih untuk operasional kegiatan pengembangan
TPST Bantargebang adalah 317,7 m3/hari. Air di diambil dari tanah menggunakan pompa
yang kemudian di simpan pada tangki penyimpanan. Air yang dibutuhkan untuk
kebutuhan domestik Pilot Project PLTSa ditampung di tandon atas dengan kapasitas
masing-masing 2000 liter, sedangkan untuk mesjid dan carwash digunakan tandon atas
dengan kapasitas 1000 liter.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-88
Uraian Kegiatan 2017

Make Up Boiler &


Cooling Tower Menguap
240 m3/hari

Grey Water
Karyawan 4,45 m3/hari
6,36 m3/hari

Bioseptik Tank
Black Water
1,9 m3/hari

GWT Roof Tank Mushola IPAL Biofilter


Air Tanah
300 m3 2 m3 0,2 m3/hari 25 m3

Kebersihan
Gedung Kantor Bak Kontrol
0,1 m3/hari 4 m3 (2 m x 2 m x 1 m)

Saluran Drainase
Siram Tanaman Menyerap ke dalam
0,2 m3/hari tanah

Roof Tank Masjid Bioseptik IPAL Biofilter Bak Kontrol


Saluran Drainase
1 m3 2 m3/hari Tank 3 m3 1m x1m x1m

Roof Tank Carwash Grease IPAL Biofilter Bak Kontrol


Saluran Drainase
1 m3 60 m3/hari Trap 65 m3 2m x 2m x 1m

Hydrant
20%

Gambar 2.50 Bagan Alir Air untuk Kebutuhan Domestik, Mesjid dan Carwash

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-89
Uraian Kegiatan 2017

Namun air yang digunakan untuk make up boiler dan cooling tower diproses terlebih
dahulu di Water Treatment Plant (WTP), selama proses pemindahan air di injeksi dengan
desinfektan dan larutan basa untuk menetralkan kadar pH air. Kemudian air di transfer
menuju filter karbon dan pasir, dimana filter pasir berfungsi untuk membuang padatan
yang tersuspensi pada air dan filter karbon menghilangkan bau, rasa, dan warna pada air.
Air yang telah melewati proses filtrasi kemudian dikembalikan ke tangki penyimpanan
untuk di treatment kembali secara reverse osmosis (RO), yang berfungsi menghilangkan
kontaminasi TDS (Total Dissolved Solid). Pada sistem ini air di pompa ke unit RO yang
memiliki membrane filter 1/1000 micron. Dengan demikian air hasil keluaran dari unit RO
hanya memiliki kandungan TDS maksimum 1 NTU.
Proses RO hanya menghilangkan sekitar 95-98% dari TDS, untuk itu dilakukan proses
selanjutnya yaitu pada mixed bed unit. Proses pemurnian air pada unit mixed bed memiliki
prinsip pertukaran ion. Air di alirkan ke mixed bed yang memiliki lapisan resin kation dan
anion yang akan menangkap TDS dan menggantinya dengan ion H+ dan OH- yang
terdapat pada lapisan resin. Air yang telah dimurnikan tersebut siap untuk di umpankan ke
dalam boiler.

Gambar 2.51 Bagan Alir Air untuk Make Up Water Boiler dan Cooling Tower

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-90
Uraian Kegiatan 2017

g. Pengolahan Air Limbah


Air limbah dari kamar mandi, toilet dan air lindi akan di kelola secara terintegrasi
menggunakan IPAL Biofilter dengan kapasitas 25 m3. Berikut merupakan skema
pengolahan limbah di Pilot Project PLTSa.

Gambar 2.52 Skema Pengolahan Air Limbah PLTSa Bantargebang


(Sumber: BPPT, 2017)

Penanganan limbah terbagi menjadi limbah: Cair, Padat, Gas, dan B3. berikut adalah masing–
masing penanganan limbah;
a. Air Limbah
Air limbah yang dihasilkan adalah limbah domestik dan produksi. Limbah domestik berasal
dari kegiatan personal berupa MCK. Limbah produksi berasal dari proses produksi PLTSa
(air bahang).
- Limbah Domestik
Untuk limbah domestik, akan dialirkan ke IPAL dengan sistem biofilter dengan kapasitas 25
m3. Dari proses ini akan dihasilkan lumpur yang akan digunakan kembali (reuse) bagi bakteri
dalam proses aerob. Selain itu IPAL Biofilter juga perlu perawatan (maintenance) dengan
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-91
Uraian Kegiatan 2017

melakukan pengurasan IPAL Biofilter setiap 5 tahun sekali di mana sludge yang masih
tertampung akan disalurkan ke pihak ketiga dan/atau UPTD PAL. Proses pengolahan air
limbah domestik di IPAL dengan sistem Biofilter merupakan proses biologi dimana bahan
pencemar dalam air limbah diuraikan oleh mikroorganisme yang menempel pada suatu media
(Attached Growth Process). Mikroorganisme pengolah air limbah tumbuh secara menempel
dan membentuk biofilm pada permukaan media dan secara aktif menguraikan bahan
pencemar yang ada.
a. Air limbah dari kegiatan domestik dialirkan melewati Basket Screen (SCRN) untuk
menyaring air limbah dan memisahkannya dari pengotor padat (sampah, serat, dll) agar
tidak mengganggu dalam proses berikutnya.
b. Air limbah yang telah mengalami penyaringan dimasukkan pada Anaerobic Settling
Section yang berfungsi untuk mengendapkan lumpur dan menguraikan bahan organik
seperti minyak dan lemak secara anaeronik (tanpa udara).
c. Selanjutnya air limbah mengalir ke reaktor biofilter yang di dalamnya terdapat media
sebagai tempat menempelnya mikroorganisme. Di dalam reaktor ini air limbah akan
mengalami penguraian secara aerobik dengan bantuan udara.
d. Setelah mengalami proses penguraian secara biologis maka air limbah mengalir menuju
Secondari Clarifier untuk memisahkan air dengan lumpur mikroorganisme (lumpur aktif).
Lumpur yang mengendap dipompa oleh Airlift Pump kembali menuju reaktor, kelebihan
lumpur dapat dibuang secara berkala dengan menggunakan mobil Dinas Pekerjaan Umum
setempat
- Limbah Produksi
Untuk limbah produksi akan dialirkan ke IPAL Biofilter setelah melewati beberapa
treatment. Sebelum limbah produksi dialirkan ke IPAL Biofilter, limbah produksi akan
diolah secara kimia terlebih dahulu, yaitu dengan melakukan penambahan flokulan dan
koagulan. Flokulan dan koagulan yang digunakan ± 1 kg/hari. Setelah penambahan flokulan
dan koagulan, air limbah produksi akan melewati proses sedimentasi, yang digunakan untuk
memisahkan padatan dan cairan. Cairan hasil sedimentasi akan dialirkan ke IPAL Biofilter.
Untuk limbah air blow down akan ditampung di bak penampungan. Air blow down dari bak
penampungan akan masuk ke bak netralisasi. Pada bak netralilasi akan ditambahkan larutan
kimia.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-92
Uraian Kegiatan 2017

b. Sampah
Sampah domestik bersumber dari setiap kegiatan domestik dengan volume ± 0,18 m3/hari.
Sesuai dengan UU No.18/2008, sampah domestik yang dihasilkan harus dipilah berdasarkan
organik dan anorganik, kemudian dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) bekerja sama dengan Instansi Kebersihan Kota Bekasi.
Dari sistem insinerasi sampah dihasilkan dua jenis abu yaitu bottom ash dan fly ash. Sistem
penanganan bottom ash dilakukan dengan cara mendinginkannya langsung dalam air (di
dalam bottom ash extractor) dan kemudian bottom ash yang telah dingin tersebut diangkut
dengan bottom ash conveyor ke ash pond dengan kapasitas 60 m3. Bottom ash akan
terkumpul di dalam ash pond. Dari ash pond, bottom ash diangkut dengan truk untuk
ditimbun di TPA. Namun apabila dibutuhkan, bottom ash dapat pula didaur ulang sebagai
bahan di pabrik semen atau untuk bahan bangunan. Selain itu, bottom ash dapat pula diolah
lebih lanjut menjadi slag melalui proses ash melting. Untuk jangka pendek akan ditimbun di
TPA Bantargebang, sedangkan jangka menengah akan dilakukan penelitian bagi pemanfaatan
sebagai bahan bangunan.
Penanganan fly ash dilakukan dengan cara terlebih dahulu mendinginkannya langsung dari
hopper masing-masing unit penghasil fly ash ke dalam air (dalam fly ash extractor) dan
kemudian fly ash tersebut diangkut atau didorong dengan screw conveyor menuju silo dengan
kapasitas 10 m3. Dari silo, fly ash kemudian diolah dengan cara disolidifikasi dengan semen.
Solidifikasi tersebut mencegah elusi logam berat dan fly ash tersebar ke lingkungan. Proses
solidifikasi meliputi pencampuran fly ash dengan air, semen dan senyawa kimia tertentu. Fly
ash yang telah diolah tersebut kemudian dimasukan ke dalam hopper. Di bawah hopper
ditempatkan kontainer penampung fly ash. Kontainer yang telah terisi penuh dengan fly ash
kemudian diangkut dengan truk untuk ditimbun di TPA. Fly ash dapat pula diolah lebih
lanjut menjadi slag melalui proses ash melting. Fly ash tidak boleh digunakan sebagai bahan
daur ulang. Selain itu, fly ash dapat pula diolah dengan cara acid extraction, dibakar di
cement kiln, atau diolah secara kimiawi. Dalam jangka pendek akan dilakukan stabilisasi
untuk selanjutnya ditimbun di TPA Bantargebang.
Untuk lebih jelas lagi, volume dan penangan sampah dapat dilihat pada tabel berikut;

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-93
Uraian Kegiatan 2017

Tabel 2. 33 Volume Sampah


No Jenis Sampah Volume perhari Penanganan Alat Angkut
1 Domestik (plastik, Jumlah Tenaga Kerja Dilakukan pemilahan antara Lori dan Truck
kertas, dll) 53 orang organik dan annorganik pada Sampah
(@3,4 liter/hari) thrash bin  TPS  TPST
0,18 m3/hari
3
2 Ash 14 m /hari (fly ash 2 Dimanfaatkan untuk Lori dan truck
m3/hari dan bottom penimbunan lahan.
ash 12 m3/hari) Dampak terhadap tanah
relative tidak ada karena abu
sisa pembakaran dihasilkan
dari sampah, berbeda dengan
abu sisa pembakaran
dihasilkan dari batu bara yang
memiliki kandungan sulfur
yang tinggi (asam).
3 Kemasan bahan 5 kg/hari Gudang  Pihak ketiga Lori dan Truck
penolong yang tidak
digunakan kembali

c. Limbah B3
Limbah B3 terdiri dari Limbah cair B3 seperti oli bekas dan padat B3 yang terutama
bersumber dari kegiatan pengemasan berupa drum atau tong sisa tempat penampungan oli
bekas dan kemasan kimia/laboratorium. Dalam pengelolaan LB3 tersebut mengacu pada
peraturan pengelolaan limbah B3, seperti menyiapkan tempat-tempat sampah khusus limbah
B3 dan bahan terkontaminasi limbah B3. Limbah B3 yang dihasilkan akan dikumpulkan di
TPS LB3 dengan dimensi 6m x 4m. Untuk lebih jelas lagi, volume dan penanganan Sampah
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. 34 Volume Limbah B3
No Jenis Limbah Volume per waktu Penanganan Alat Angkut
1 Oli Bekas 150 liter/bulan Diletakan pada drum tertutup  Lori dan Truck
diangkut oleh pihak ketiga yang Sampah
mempunyai izin
2 Kemasan Oli 1 drum/bulan Diletakan pada dum tertutup  Lori dan Truck
diangkut oleh pihak ketiga yang Sampah
mempunyai Izin
3 Sisa analisa laboratorium +5 liter/bulan Sesuai dengan prinsip ISO 17025 Lori dan Truck
dan diletakan pada lokasi khusus  Sampah
diangkut oleh pihak ketiga yang
mempunyai Izin
4 Kemasan bahan kimia +1 drum kaleng Diletakan pada lokasi khusus  Lori dan Truck
laboratorium dan IPAL kapasitas 100 liter/tahun diangkut oleh pihak ketiga yang
mempunyai Izin
Sumber : BPPT, 2017

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-94
Uraian Kegiatan 2017

3. Perawatan Peralatan
Perawatan peralatan ditujukan untuk menjaga alat produksi agar tetap dalam kemampuan
terbaiknya, sehingga dapat mendukung kelanjutan produksi. Untuk merawat alat produksi
agar tidak cepat rusak, maka setiap 2.000 jam kerja disarankan untuk melakukan
penggantian oli. Penggantian oli ini akan menghasilkan limbah B3 Flameable (mudah
terbakar) yang diprakirakan sebesar 150 liter/bulan atau 1 drum kapasitas 200 liter. Oli
bekas tersebut ditampung pada lokasi yang memenuhi syarat sesuai dengan Kep-
01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan diserahkan pada pihak ketiga
yang memiliki izin Pengumpulan dan Transporter dari Dinas Pekerjaan Umum dan
Kementerian Perhubungan RI.

2.5 Pengelolaan Lingkungan yang Sudah Direncanakan


1. Pengelolaan Air Larian
Berdasarkan flood history, kawasan TPST bantargebang bukan merupakan wilayah banjir.
Hal ini dikarenakan telah didukung oleh badan air penerima dengan kapasitas yang
memadai yakni Kali Ciketing Udik dan Kali Ciasem. Selain itu dengan adanya ruang
terbuka hijau dan telah dilakukannya normalisasi drainase di kawasan TPST
Bantargebang, sehingga dapat membantu dalam pengelolaan air larian.

16/11/2017 16/11/2017

Gambar 2.53 Saluran drainase dan RTH

Berikut merupakan perhitungan debit banjir periode ulang 5 tahun, dimana luas lahan
TPST Bantargebang adalah 1.030.000 m2, dengan intensitas hujan maksimum adalah
0,00062 m/jam.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-95
Uraian Kegiatan 2017

Tabel 2. 35 Perhitungan Air Larian Eksisting


Eksisting
Hujan
2017 C K Q
NO Jenis Bangunan Maksimum
A (Koefisien) (Konstanta) (m3/jam)
(m/Jam)
(luas m2)
1 Sanitary Landfill 831.100 m2
- Zona I dan Zona II 360.000 m2 0,00062 0,6 0,0278 3,723
- Zona III 254.100 m2 0,00062 0,6 0,0278 2,628
- Zona IV dan Zona V 217.000 m2 0,00062 0,6 0,0278 2,244
2 Kantor 350 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,005
3 Parkir Kantor 500 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,007
4 Bangunan Bekas Mess Phl 700 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,010
5 Bengkel 423 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,006
6 Parkir Alat Berat 1.000 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,014
7 Pos Jaga 60 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,001
8 Jembatan Timbang 300 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,004
9 Pagar Pengaman 4.640 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,064
10 Jalan Operasional 14.480 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,200
11 Saluran 12.226 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,169
12 IPAS 1 17.860 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,246
13 IPAS 2 10.998 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,152
14 IPAS 3 12.500 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,172
15 Power House 2.629,89 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,036
16 Pengomposan 7.766,54 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,107
17 Daur Ulang Plastik (Sudah 2.160 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,030
Tidak Operasional)
18 Instalasi Penerangan Jalan 1.050 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,014
19 Buffer Zone 10.050 m2 0,00062 0,2 0,0278 0,035
20 Enclave 23.000 m2 0,00062 0,2 0,0278 0,079
Lahan Kosong (RTH) 149.000 m2 0,00062 0,2 0,0278 0,514
Luas Lahan 1.103.00 m2 10,459
Sumber: Perhitungan Konsultan, 2017

Tabel 2. 36 Perhitungan Air Larian Tahap Pengembangan


Pengembangan Hujan
C K Q
NO Jenis Bangunan 2017 Maksimum
(Koefisien) (Konstanta) (m3/jam)
(m2) (m/Jam)
1 Sanitary Landfill 831.100 m2
- Zona I dan Zona II 360.000 m2 0,00062 0,6 0,0278 3,723
- Zona III 254.100 m2 0,00062 0,6 0,0278 2,628
- Zona IV dan Zona V 217.000 m2 0,00062 0,6 0,0278 2,244
2 Kantor 350 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,005
3 Parkir Kantor 500 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,007
4 Bangunan Bekas Mess Phl 700 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,010
5 Bengkel 423 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,006
6 Parkir Alat Berat 1.000 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,014
7 Pos Jaga 60 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,001
8 Jembatan Timbang 300 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,004
9 Pagar Pengaman 4.640 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,064
10 Jalan Operasional 14.480 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,200
11 Saluran 12.226 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,169
12 IPAS 1 17.860 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,246
13 IPAS 2 10.998 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,152
14 IPAS 3 12.500 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,172
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-96
Uraian Kegiatan 2017

Pengembangan Hujan
C K Q
NO Jenis Bangunan 2017 Maksimum
(Koefisien) (Konstanta) (m3/jam)
(m2) (m/Jam)
15 Power House 2.629,89 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,036
16 Pengomposan 7.766,54 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,107
17 Daur Ulang Plastik (Sudah 2.160 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,030
Tidak Operasional)
18 Instalasi Penerangan Jalan 1.050 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,014
19 Buffer Zone 10.050 m2 0,00062 0,2 0,0278 0,035
20 Enclave 23.000 m2 0,00062 0,2 0,0278 0,079
21 PLTSa 13.713 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,189
22 Mesjid 418,18 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,006
23 Carwash 496,86 m2 0,00062 0,8 0,0278 0,007
Lahan Kosong (RTH) 136.100 m2 0,00062 0,2 0,0278 0,469
Luas Lahan 110,3 Ha 10,616
Sumber: Perhitungan Konsultan, 2017
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa prakiraan debit banjir pada kondisi eksisting di
TPST Bantargebang adalah 10,459 m3/jam, sedangkan setelah tahap pengembangan dengan
pembangunan PLTSa diperkirakan debit banjir menjad 10,616 m3/jam. Debit banjir sebelum
ada proyek dan sesudah ada proyek terjadi peningkatan sebesar 0,2 m3/jam. Peningkatan
debit air larian yang cukup rendah tersebut tergolong kecil dalam memberikan dampak
terhadap air larian.

2. Penanganan Air Limbah


Untuk limbah domestik, akan dialirkan ke IPAL dengan sistem biofilter dengan kapasitas 25
m3. Dari proses ini akan dihasilkan lumpur yang akan digunakan kembali (reuse) bagi bakteri
dalam proses aerob. Selain itu IPAL Biofilter juga perlu perawatan (maintenance) dengan
melakukan pengurasan IPAL biofilter setiap 5 tahun sekali di mana sludge yang masih
tertampung akan disalurkan ke pihak ketiga dan/atau Dinas Pekerjaan Umum. Proses
pengolahan air limbah domestik di IPAL dengan sistem Biofilter merupakan proses biologi
dimana bahan pencemar dalam air limbah diuraikan oleh mikroorganisme yang menempel
pada suatu media (Attached Growth Process). Mikroorganisme pengolah air limbah tumbuh
secara menempel dan membentuk biofilm pada permukaan media dan secara aktif
menguraikan bahan pencemar yang ada.
a. Air limbah dari kegiatan domestik dialirkan melewati Basket Screen (SCRN) untuk
menyaring air limbah dan memisahkannya dari pengotor padat (sampah, serat, dll) agar
tidak mengganggu dalam proses berikutnya.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-97
Uraian Kegiatan 2017

b. Air limbah yang telah mengalami penyaringan dimasukkan pada Anaerobic Settling
Section yang berfungsi untuk mengendapkan lumpur dan menguraikan bahan organik
seperti minyak dan lemak secara anaeronik (tanpa udara).
c. Selanjutnya air limbah mengalir ke reaktor biofilter yang di dalamnya terdapat media
sebagai tempat menempelnya mikroorganisme. Di dalam reaktor ini air limbah akan
mengalami penguraian secara aerobik dengan bantuan udara.
d. Setelah mengalami proses penguraian secara biologis maka air limbah mengalir menuju
Secondari Clarifier untuk memisahkan air dengan lumpur mikroorganisme (lumpur aktif).
Lumpur yang mengendap dipompa oleh Airlift Pump kembali menuju reaktor, kelebihan
lumpur dapat dibuang secara berkala dengan menggunakan mobil Dinas Pekerjaan Umum
setempat

Untuk limbah produksi akan dialirkan ke IPAL Biofilter setelah melewati beberapa
treatment. Sebelum limbah produksi dialirkan ke IPAL Biofilter, limbah produksi akan
diolah secara kimia terlebih dahulu, yaitu dengan melakukan penambahan flokulan dan
koagulan. Setelah penambahan flokulan dan koagulan, air limbah produksi akan melewati
proses sedimentasi, yang digunakan untuk memisahkan padatan dan cairan. Cairan hasil
sedimentasi akan dialirkan ke IPAL Biofilter.
Untuk limbah air blow down akan ditampung di bak penampungan. Air blow down dari bak
penampungan akan masuk ke bak netralisasi. Pada bak netralilasi akan ditambahkan larutan
kimia.

3. Pengelolaan Pencemaran Udara


Saat ini telah diberlakukan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35 Tahun
1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Penanggulangan
pencemaran udara yang dihasilkan oleh mesin-mesin/alat-alat produksi, serta aktivitas lalu
lintas kendaraan adalah sebagai berikut:
1. Menanam tanaman penghijauan yang tidak hanya berfungsi estetis, namun juga
ekologis di sekitar lokasi kegiatan.
2. Mewajibkan kendaraan yang keluar masuk ke Pilot Project PLTSa untuk lulus uji emisi
dan layak operasi.
3. Perawatan alat-alat produksi PLTSa secara berkala
4. Perawatan dan uji emisi genset setiap setahun sekali.
ADDENDUM ANDAL RKL-RPL
PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-98
Uraian Kegiatan 2017

D. Tahap Pasca Operasi


Kegiatan ini akan lakukan setelah berakhirnya kegiatan operasi. Di mana terdapat beberapa
alasan tertentu dari Pilot Project PLTSa Kapasitas 50 ton/hari untuk menyelesaikan tahap
operasi, seperti tidak diperpanjangnya izin yang dimiliki dan lainnya. Adapan tahap pasca
operasional ialah sebagai berikut:

1. Demobilisasi Tenaga Kerja


Kelanjutan hubungan antara tenaga kerja operasional dengan perusahaan yaitu dengan
disalurkannya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk disalurkan ke perusahaan
lain yang sejenis atau perusahaan mitra, sehingga kelangsungan hidup tenaga kerja tetap
terjamin. Namun apabila tenaga kerja tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan,
maka status tenaga kerja tidak akan dipertahankan.

2. Pengembalian Fungsi Lahan


Pada tahap pengembalian fungsi lahan terdapat kegiatan pembongkaran bangunan dan
peralatan dilakukan setelah operasional Pilot Project PLTSa Kapasitas 50 ton/hari berakhir.
Peralatan yang dipakai selama proses produksi dikeluarkan dari lokasi. Kegiatan ini bertujuan
untuk membersihkan lahan dari segala sarana dan prasarana yang ada di atasnya yang selama
ini dimanfaatkan. Pembersihan ini berguna untuk memudahkan melakukan kegiatan
rehabilitasi lahan berikutnya, termasuk merencanakan penggunaan lahan pada masa yang
akan datang setelah kegiatan operasi berakhir dengan mengacu kepada status lahan menurut
perjanjian. Kemudian akan terjadi proses pengalihan aset ke pihak Pemerintah Daerah.
Untuk alat produksi ataupun sejenisnya akan disalurkan/dibeli ke perusahaan sejenis. Fungsi
lahan yang sebelumnya merupakan lahan kosong yang ditumbuhi oleh flora-flora yang
terdapat di sekitar lokasi proyek, akan dikembalikan kembali fungsinya. Adapun tanaman
yang akan ditanam ialah tanaman pelindung.

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa)
II-99
Uraian Kegiatan 2017

Addendum Andal,RKL dan RPL


Pengembangan TPST Bantargebang
(Pembangunan Pilot Project PLTSa
Kapasitas 50 Ton/Hari)

Gambar 2.54 Lokasi Sarana dan Prasarana


Penunjang Operasional PLTSa
Keterangan:

Keterangan:

= Sirkulasi Lalin

= Ruang Genset

= TPS

= TPS LB3

= Arah Aliran Air

= Penghijauan

Non Skala

Kali Ciasem

Pemrakarsa:
DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROV. DKI
JAKARTA

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL II-


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa) 100
Uraian Kegiatan 2017

Legenda:
: Carwash
: IPAL 65 m3
: IPAL 3 m3
: TPS B3
: Mesjid

Gambar 2.55 Lokasi Sarana dan Prasarana Penunjang Operasional TPST


Bantargebang

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL II-


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa) 101
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL 2017

Tabel 2.1 Akses Pencapaian Lokasi TPST Bantargebang ............................................................ 2


Tabel 2. 2. Daftar Rincian Luas Bangunan TPST Bantargebang ................................................. 7
Tabel 2. 3 Jumlah Tenaga Kerja TPST Bantargebang ................................................................ 9
Tabel 2. 4. Jumlah Tenaga Kerja TPST Bantargebang dalam 1 Shift ........................................ 9
Tabel 2. 5. Penggunaan Bahan Kimia ...................................................................................... 21
Tabel 2. 6. Spesifikasi Peralatan yang Digunakan Untuk Komposting .................................. 22
Tabel 2. 7. Air Bersih yang digunakan ..................................................................................... 32
Tabel 2. 8. Jumlah Kendaraan Operasional TPST Bantargebang ........................................... 35
Tabel 2. 9 Pengelolaan yang Telah Dilakukan ........................................................................ 36
Tabel 2.10 Rencana Batasan Pembangunan PLTSa ................................................................ 42
Tabel 2.11 Rincian Luas Pilot Project PLTSa ......................................................................... 42
Tabel 2.12 Rencana Batasan Pembangunan Mesjid ................................................................ 43
Tabel 2.13 Rencana Batasan Pembangunan Mesjid ................................................................ 43
Tabel 2. 14 Jadwal Rencana Pembangunan Pilot Project PLTSa ............................................ 44
Tabel 2. 15. Perizinan Yang Sudah Diperoleh ......................................................................... 47
Tabel 2. 16 Perizinan Yang Belum Diperoleh/Diproses.......................................................... 47
Tabel 2. 17 Daftar Tenaga Kerja Konstruksi............................................................................ 49
Tabel 2. 18 Kebutuhan Air Bersih Tahap Konstruksi .............................................................. 50
Tabel 2. 19 Perhitungan Volume Sampah Tahap Konstruksi ................................................. 52
Tabel 2. 20 Perhitungan Volume Sampah Tahap Konstruksi ................................................. 53
Tabel 2. 21 Peralatan yang Digunakan ................................................................................... 54
Tabel 2. 22. Material yang Digunakan .................................................................................... 55
Tabel 2. 23 Ritase Kendaraan Pengangkut Material Bangunan............................................. 55
Tabel 2. 24 Spesifikasi Crane .................................................................................................... 57
Tabel 2. 25 Spesifikasi Incinerator .......................................................................................... 58
Tabel 2. 26 Spesifikasi Boiler ................................................................................................... 59
Tabel 2. 27. Daftar Penerimaan Tenaga Kerja Operasional ................................................... 63
Tabel 2. 28 Berat rata – rata sampah perhari TPST Bantargebang........................................ 64
Tabel 2. 29 Kualitas Air Baku dan Air Umpan Boiler .............................................................. 77
Tabel 2. 30 Baku Mutu Emisi Gas Buang................................................................................. 82
Tabel 2. 31 Parameter Dasar Perhitungan Neraca Panas dan Energi .................................... 83
Tabel 2. 32 Rincian Kebutuhan Air Bersih............................................................................... 88
Tabel 2. 33 Volume Sampah .................................................................................................... 94
Tabel 2. 34 Volume Limbah B3 ................................................................................................ 94
Tabel 2. 35 Perhitungan Air Larian Eksisting .......................................................................... 96
Tabel 2. 36 Perhitungan Air Larian Tahap Pengembangan .................................................... 96

Gambar 2.1Peta Lokasi Kegiatan TPST Bantargebang Eksisting ................................................ 3


Gambar 2.2 Peta Citra Satelit Lokasi Kegiatan TPST Bantargebang ........................................... 4
Gambar 2.3 Peta Rencana Pola Ruang TPST Bantargebang....................................................... 5
Gambar 2.4 Peta Penggunaan Lahan TPST Bantargebang ....................................................... 6
Gambar 2.5 Layout TPST Bantargebang ................................................................................... 8
Gambar 2.6 Struktur Organisasi TPST Bantargebang ............................................................. 10
Gambar 2.7 Struktur Organisasi UPT Tempat Pengolahan Sampah Terpadu ....................... 11
Gambar 2.8 Komposisi Sampah TPST Bantargebang (%) ...................................................... 13
Gambar 2.9 Trend TPST Bantargebang berdasarkan rata-rata berat sampah per hari (Ton/hari)
.................................................................................................................................................. 13

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL III-


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa) 102
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL 2017

Gambar 2.10 Trend TPST Bantargebang Berdasarkan Rata-Rata Kendaraan Masuk Per Hari
(Rit/Hari) .................................................................................................................................. 14
Gambar 2.11 Zona I dan Zona II .............................................................................................. 15
Gambar 2.12 Zona III ............................................................................................................... 16
Gambar 2.13 Zona IV dan Zona V............................................................................................ 16
Gambar 2.14 Monitoring Jembatan Timbang ........................................................................ 17
Gambar 2.15. Sistem Pengolahan Sampah di TPST Bantargebang ........................................ 18
Gambar 2.16 Diagram Proses IPAS di TPST Bantargebang ...................................................... 19
Kesempatan Kerja
dan Berusaha

Landfill Conveyor Pemilah Crusher Conveyor Feeder Screen Pemilah Packing

Kebisingan Kualitas Udara

Gambar 2.17 Proses Komposting di TPST Bantargebang ....................................................... 22


Gambar 2.18 Hasil Pengomposan di TPST Bantargebang ...................................................... 23
Gambar 2.19 Diagram Proses Power House Beserta Dampak di TPST Bantargebang .......... 24
Gambar 2.20Alur Pengambilan Gas Pada Pipa. (a) Pipa Vertikal yang Tersambung ke Pipa
Lateral, (b) Pipa Lateral yang Tersambung ke Pipa Sub Header, (c) Pipa Main Header yang
Tersambung ke Power House, (d) Pemasangan Geomembrane HDPE.................................. 25
Gambar 2.21 Condensate Filter .............................................................................................. 26
Gambar 2.22 Chiller ................................................................................................................. 26
Gambar 2.23 (a) Filtrasi II; (b) Blower ..................................................................................... 27
Gambar 2.24Gas Engine (a) Jenbacher; (b) MWM ................................................................. 28
Gambar 2.25Control Panel ...................................................................................................... 28
Gambar 2.26Generator ........................................................................................................... 29
Gambar 2.27 Panel MDP ......................................................................................................... 30
Gambar 2.28 Kantor TPST Bantargebang ............................................................................... 30
Gambar 2.29 Genset di TPST Bantargebang ........................................................................... 31
Gambar 2.30 Neraca Air Bersih Eksisting................................................................................ 32
Gambar 2.31 Bak Sampah di TPST Bantargebang .................................................................. 33
Gambar 2.32 Limbah B3 TPST Bantargebang ......................................................................... 34
Gambar 2.33 Aktivitas Lalu Lintas ........................................................................................... 35
Gambar 2.34 Peta Pengembangan TPST Bantargebang ........................................................ 45
Gambar 2.35 Layout Rencana Pilot Project PLTSa ................................................................. 46
Gambar 2.36 Neraca Air Tahap Konstruksi ............................................................................. 51
Gambar 2.37 Diagram Pengelolaan Sampah .......................................................................... 52
Gambar 2.38 Lokasi Pembangunan Pilot Project PLTSa ......................................................... 56
Gambar 2.39 Lokasi Sarana dan Prasarana Penunjang Konstruksi ....................................... 62
Gambar 2.40. Struktur Organisasi Tahap Operasional Pilot Project PLTSa ............................. 63
Gambar 2.41. Sistem Grate ..................................................................................................... 68

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL III-


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa) 103
RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL 2017

Gambar 2.42. Pengaturan Temperatur pada Incinerator ...................................................... 69


Gambar 2.43. Desain Ruang Bakar.......................................................................................... 71
Gambar 2.44. Jenis Integrated ................................................................................................ 72
Gambar 2.45. Separated ......................................................................................................... 73
Gambar 2.46 Peralatan Penunjang Boiler .............................................................................. 74
Gambar 2.47 Neraca Massa dan Energi PLTSa Bantargebang ............................................... 85
Gambar 2.48 Bagan Alir Proses PLTSa ..................................................................................... 86
Gambar 2.49 Bagan Alir Kegiatan dan Dampak Operasi Pilot Project PLTSa ........................ 87
Gambar 2.50 Bagan Alir Air untuk Kebutuhan Domestik, Mesjid dan Carwash ..................... 89
Gambar 2.51 Bagan Alir Air untuk Make Up Water Boiler dan Cooling Tower ....................... 90
Gambar 2.52 Skema Pengolahan Air Limbah PLTSa Bantargebang....................................... 91
Gambar 2.53 Saluran drainase dan RTH ................................................................................. 95
Gambar 2.54 Lokasi Sarana dan Prasarana Penunjang Operasional ..................................... 97

ADDENDUM ANDAL RKL-RPL III-


PENGEMBANGAN TPST BANTARGEBANG (PEMBANGUNAN PILOT PROJECT PLTSa) 104

Anda mungkin juga menyukai