PENDAHULUAN
Manusia diciptakan oleh Sang Khaliq sebagai pemimpin di muka bumi ini,
baik untuk dirinya sendiri maupun memimpin orang lain atau kelompok.
situasional, pengaruh kekuasaan, teori integratif dan masih banyak lagi teori-teori
sehingga timbul teori demi teori sebagai pelengkap dari teori sebelumnya bahkan
1
melemahkan teori sebelumnya, karena teori tersebut kurang komprehensif pada
Ishaque;
bersangkutan penuh kemapanan dari semua sumber dayanya, artinya sistem yang
Adalah suatu bukti histori bahwa gaya demokrasi Inggris berakar dan
operasional di Kanada, Australia, dan Selandia Baru, tetapi gagal mencapai
sukses yang sama di banyak bekas koloni Inggris di Asia dan Afrika. Dalam
hal, hal itu disebabkan karena kemiskinan dan persaingan yang bersifat
membunuh, mendapatkan sumberdaya yang terbatas, di lain pihak, masa
depan yang diinginkan golongan-golongan yang bersaing sangat berbeda.2
berjalan sebaik yang dijanjikan atau yang diharapkan. Pada umumnya kualitas
1
Khalid M. Ishaque, (Ed., Mumtaz Ahmad), 1986, State, Politics, and Islam, (Terj.,) Ena
Hadi, 1996, Masalah-Masalah Teori Politik Islam, Bandung, Mizan, cet., III; 44
2
Ibid.
2
kepemimpinan rakyat mengalami kemunduran; kepentingan golongan kecil
proses demokrasi.3
nampaknya yang menjadi tujuan utama adalah menitik beratkan terhadap hasil
bersama. Dari aplikasi teori-teori yang digunakan sampai saat ini masih menjadi
pendidikan yang digunakan saat ini hanya sebatas mengarah terhadap kebutuhan
perguruan tinggi di Inggris dan Wales terkait erat dengan kesuksesan mereka
dalam merekrut para siswa. Dan pada akhirnya, ditengah padatnya persaingan,
dalam proses rekrutmen dan bukan pada pencapaian prestasi.4 Secara umum
nampaknya pendidikan hanya sebatas bermuara pada kelulusan anak didiknya dan
keberhasilan dalam rekrutmen belaka, sehingga ia hanya berpacu pada satu "titik
3
Ibid ; 45
4
Tony Bush & Marianne Coleman, Leadership and Strategic Management in Education,
(terj.) Fahrurrozi, Leadership and Strategic Management in Education; Manajemen
StrategiKepemimpinan Pendidikan, 2006, Jogjakarta, IRCiSoD ; 30
3
semu". Bagaimana output dalam dunia pendidikan bisa ready for your's demi
kemaslahatan dan kemanfaatan bersama. Hal ini menjadi tema sentral untuk
kualitas yang lebih baik. Upaya peningkatan kualitas pendidikan tidak akan
terlepas oleh pemimpin pendidikan sebagai top figur yang "mengelola" segala
yang biasanya digunakan, sejauh mana unit organisasi dari pemimpin tersebut
materialistis yang semuanya diukur oleh benda tanpa melihat maslahat dan
kemashlahatan.
Paulo Freire & Ivan Illich pada dekade 70-an pernah mengkritik dunia
pendidik, "ia menyadarkan banyak orang bahwa pendidikan yang selama ini
4
penindasan."5 Sementara Mansour Fakih menyatakan bahwa, "pendidikan
menjadi arena yang menggairahkan, karena memang mampu terlibat dalam proses
transformasi sosial dan demokratisasi di Dunia Selatan. Tetapi pada saat yang
sama kegairahan pendidikan juga tumbuh bagi penganut pemikiran liberal yang
mendominasi. .6
Tampaknya pendidikan saat ini masih dirasakan dari apa yang menjadi
kritikan Paulo dan Ivan. Liberalisme saat ini telah merasuk kepada segala line
kehidupan sehingga segala cipta karsa manusia hanya diukur oleh kekuatan
pendidikan, selain bersifat parsial, prakmatis, tetapi dalam banyak hal bersifat
paradoks. fenomena yang tampak parsial terlihat lebih sebatas
mengembangkan intelektual dan keterampilan. Kehidupan seseorang tidak
cukup jika hanya dibekali dengan ilmu dan keterampilan. Cukup banyak
bukti, bahwa seseorang yang memiliki kekayaan ilmu dan keterampilan, jika
tidak dilengkapi dengan kekayaan akhlaq atau moral, maka justru ilmu dan
keterampilan yang disandang akan melahirkan sikap-sikap individualistik dan
materialistik. Dua sifat ini jika tumbuh dan berkembang pada diri seseorang
akan menampakkan perilaku yang kurang terpuji seperti serakah, tidak
mementingkan orang lain, kurang peduli pada etika, dan akan menghilangkan
sifat-sifat manusiawi yang seharusnya lebih dikembangkan.7
tugas, fungsi, dan tujuan penciptaan-Nya sebagai khalifah fi al-ard, dan lebih baik
5
Mansour Fakih (dalam pengantar) William F. O'neil, Educational Ideologies, (trj.) Omi
Intan Naomi, 2002, Ideologi-ideologi Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar; x
6
Ibid.; xi
7
Imam Suprayogo, 2004, Pendidikan Berparadigma Al-Qur'an, Malang, Aditya Media ; 12
5
bila dibandingkan dengan makhluk yang lain. Nilai lebih manusia, baik dari aspek
fisik dan aspek psikisnya. Dari dua aspek ini, ia berpotensi untuk saling
mendukung bagi proses aktualisasi diri pada posisinya sebagai mahkluk mulia.
Integritas kedua unsur tersebut bersifat aktif dan dinamis bila dikaitkan dengan
Kajian ini memiliki tiga variabel yang sangat mendasar dalam pembahasan,
sebagai pegangan kajian selanjutnya. Definisi dan konsep yang perlu dipahami
selalu dikaji dan dibahas dalam tataran ilmiah. Berbagai hasil penelitian tentang
kepemimpinan telah banyak didapat yang secara teoritikal menjadi acuan ilmiah
sama berupa suatu proses dalam rangka mencapai tujuan organisasi. “… konsep
kepemimpinan pada lapangan umum yang berlaku dalam setiap situasi,8 dan
8
Burhanuddin, 1994, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
Jakarta, Bumi Aksara,: 64
6
hanya terfokus pada obyeknya. Diantara definisi kepemimpinan adalah sebagai
berikut;
diinginkan)
tujuan organisasi.
1. Kepemimpin perusahaan
9
John D. Pfiffner & Robert Presthus, 1967, Public Administration, New York, The Ronald
Press; 88
10
Martin J. Gannon, 1982, Management An Integrated Framework, Edisi ke-2, Canada,
McGraw-Hill International Book Company; 574
7
Menurut Robert Tanembaun, Pemimpin adalah mereka yang
Menurut Al-Dahlaw
!"# $ % &' (
) *+ ,-. / 0 1 2 3 ,,# 4"5 ' 672 " - 8 9
7 : ;" < = >; ? 6 @ A- " - B 0 # C7D
LM
KC 4 + E F G H #+ " I J ; #+
Menurut Al-Maward
LQ
K I # (NO +P $
11
Malayu S.P. Hasibuan, 2001, Manajemen; Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta, Bumi
Aksara; 43
12
Abi al-Hasan ‘Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Basri al-Bagdadi al-Maward , 1960, Al-
Ahk mu al-Sult niyah; wa al-Wilayat al-Diniyyah, Beirut, Dar al-Fikr; 5 (Selanjutnya disebut al-
Maward , Al-Ahk mu al-Sult niyah)
13
Khilafah adalah kepemimpinan yang umum untuk melaksanakan penegakan agama dengan
menghidupkan pengetahuan keagamaan, dan menegakkan rukun-rukun Islam, melaksanakan jihad, dan
sesuatu yang berhubungan dengan jihad dari pengaturan para tentara dan kewajiban-kewajiban perang,
dan mereka diberi harta fie', dan menegakkan hukum, dan menjalankan sangsi, dan menghilangkan
kedhaliman, dan memerintahkan berbuat baik dan melarang berbuat mungkar sebagai pengganti dari
nabi S.A.W.
14
Al-Maward , Loc.Cit.
8
Menurut Al-Taftazan ,
LS
KC 4 + E F G H #+ R I # ( + D
3. Kepemimpin pendidikan
Menurut Dirawat
kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini
pengaruh yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk
15
Im mah adalah diposisikan sebagai pengganti kenabiaan dalam memelihara agama dan
mengatur dunia.
16
Wahbah Al-Zuhaili, 1989, Fiqhu al-Islam wa Adillatuhu, Damsyiq, Darul Fikr, Cet., 3; 661
17
Khilafah adalah kepemimpinan yang umum (yang mengurusi) dalam perkara agama dan
dunia, sebagai pengganti dan nabi S.A.W.
18
Soekarto Indrafachrudi dkk., 1983, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya,
Usaha-Nasional; 33
9
kemampuan mempengaruhi, mengkoordinir orang lain untuk bekerjasama sesuai
unsur yang berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur tersebut
"Therefore, it is helpful to classify the theories and empirical research into the
1. Trait approach,
motives, values, and skills. Underlying this approach was the assumption that
some people are natural leaders who are endowed with certain traits not
19
Gary Yukl, 2002, Leadership in Organizations, New Jersey, Prenhallindo, cet.,5; 11
20
The trait approach, Penelitian ini menekankan pada atribut-atribut para pemimpin seperti
kepribadian, motivasi, nilai, dan keterampilan. Dasar dari pendekatan ini adalah asumsi bahwa
beberapa orang merupakan pemimpin alamiah yang dianugerahi dengan beberapa ciri yang tidak
dimiliki orang lain.
10
Secara singkat pendekatan ciri/ sifat (the trait approach) bahwa
2. Behavior approach,
The behavior research falls into two general subcategories. One line of
research examines how managers spend their time and the typical pattern of
activities,responsibilities, and function for managerial jobs. Some of the
research also investigates how managers cope with demands, constraints, and
role conflicts in their jobs. Most research on managerial work uses
descriptive methods of data collection such as direct observation, diaries, job
description questionnaires, and anecdotes obtained from interview… Another
subcategory of the behavior approach is primarily concerned with identifying
effective leadership behavior. The preferred reaserch method has been a
survey field study with a behavior description questionnaire.21
ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin
21
… penelitian mengenai perilaku secara umum dibagi dalam dua subkategori. (1) meneliti
bagaimana para manajer memanfaatkan waktu-waktu mereka dan pola-pola tipe, aktivitas,
tanggungjawab, dan fungsi untuk tugas manajerial. Beberapa penelitian juga meneliti bagaimana para
manajer mengatasi terhadap tuntutan, keterbatasan, dan konflik peran dalam pekerjaan mereka.
Penelitian mengenai pekerjaan manajerial kebanyakan bersandar pada metode-metode diskriptif
seperti pengamatan langsung, buku harian, kuesioner-kuesioner mengenai uraian tugas serta anekdot-
anekdot yang diperoleh dari wawancara tersebut. (2) mengenai pendekatan perilaku utamanya
difokuskan terhadap pengenalan perilaku kepemimpinan yang efektif. Metode penelitian yang lebih
disukai adalah survey studi lapangan terhadap kuesioner yang menjelaskan perilaku.
11
3. Power- influence approach,
kekuasaan tidak hanya berada pada pimpinan saja tetapi juga berada pada
4. Situational approach
22
Penelitian tentang kekuasaan-pengaruh menguji proses pengaruh antara pemimpin dan
pengikut. Seperti kebanyakan penelitian mengenai cirri dan perilaku, beberapa penelitian mengenai
kekuasaan-pengaruh juga mempunyai perspektif yang terpusat pada pemimpin dengan asumsi yang
implisit bahwa hubungan sebab akibat mempunyai arah tunggal (pemimpin bertindak dan para
pengikut bereaksi). Penelitian tersebut mencoba menjelaskan efektivitas kepemimpinan dalam
kaitannya dengan jumlah dan tipe kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin dengan cara tersebut
digunakan. Kekuasaan dilihat sebagai hal yang penting bukan saja untuk mempengarui bawahan,
tetapi juga untuk mempengarui kawan sejawat, atasan, dan orang yang berada diluar organisasi, seperti
para pelanggan dan pemasok. Metodologi yang paling disukai adalah adalah penggunaan kuesioner
survey untuk menghubungkan kekuasaan pemimpin terhadap berbagai ukuran mengenai efektivitas
kepemimpinan.
12
across different types of organization, levels of management, and cultures….
The other subcategory of situasional reaserch attemps to identify aspects of
the situation that "moderate" the relationship of leader attributes (e.g., traits,
skills, behavior) to leadership effectiveness. The assumption is that different
attributes will be effective in different situations, and that the same attribute is
not optimal in all situations23...
bergantung pada atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja.
Tetapi juga faktor masalah yang berbeda, lingkungan, semangat dan watak
5. Integrative approach.
23
Pendekatan situasional menekankan pada pentingnya factor-faktor kontekstual yang
berpengaruh terhadap proses kepemimpinan. Kebanyakan variable dari pendekatan situasional
memasukkan karakteristik para pengikut, sifat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pemimpin, tipe
organisasi, dan sifat lingkungan eksternal. Pendekatan ini memiliki dua subkategori utama. (1)
bertujuan untuk menemukan sejauh mana proses kepemimpinan sama atau berbeda diberbagai jenis
organisasi, tingkatan manajemen, dan kebudayaan.... (2) Mencoba untuk mengidentifikasi aspek-aspek
situasi yang " melunakkan " hubungan dari perilaku atau cirri (cirri, keterampilan, perilaku) terhadap
efektifitas kepemimpinan. Asumsinya adalah pola perilaku yang berbeda akan menjadi efektif dalam
situasi yang berbeda-beda, dan bahwa pola perilaku yang sama tidaklah optimal dalam semua situasi....
13
the followers of some leaders are willing to exert exceptional effort and make
personal sacrifices to accomplish the group objective or mission..24
Sebenarnya masih ada beberapa teori kepemimpinan yang lain, dan mungkin
masih akan selalu bertambah sesuai dengan perubahan zaman dan kebutuhan
kondisi yang berkembang. Ada teori Blank dengan nama “108 Sifat-Sifat
merupakan sekumpulan sifat dan keahlian yang dapat dipelajari (ada 108 sifat).
Siapa saja yang melatih sifat-sifat tersebut, terutama pada masa kecilnya, maka
kepribadian sendiri yang unik khas; sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang
membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan
24
Seorang teoritisi atau peneliti seringkali memasukkan lebih dari satu tipe kepemimpinan
untuk merujuk pada pendekatan integratif. Dalam beberapa tahun terakhir para peneliti lebih sering
memasukkan dua tipe kepemimpinan atau lebih dalam studi yang sama, namun masih jarang ditemui
teori yang memasukkan semua tipe kepemimpinan (pendekatan ciri, perilaku, pengaruh dan
situasional). Contoh yang baik dari pendekatan integratif adalah teori konsep diri dari kepemimpinan
integratif ...., yang bertujuan untuk menjelaskan mengapa pengikut dari beberapa pemimpin rela
melakukan usaha luar biasa dan melakukan pengorbanan untuk mencapai tujuan atau misi kelompok.
25
Thoriq M. As-Suwaidan & Faishal Umar Basyarahil, 2002, Shina’atul Q ’id, (terj.) M.
Habiburrahim, 2005, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, Jakarta, Gema Insani; 111.
14
mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya, sehingga muncullah beberapa tipe
Manusia akan menjadi “manusia” karena faktor adanya pendidikan yang bisa
suatu keniscayaan bagi segenap umat manusia yang memiliki potensi berupa
26
Baca; Sondang P. Siagian, 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta, PT. Rineka
Cipta, cet.,5.; 31-45
27
Pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois, ia melihat peranannya
sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu
dibagi yang mengakibatkan kepada ketergantungan penuh para anggota organisasi. Pemimpin akan
menonjolkan ke-akuannya dengan kurang menghargai anggota, berorientasi pada penyelesaian tugas,
mengabaikan peranan anggota dalam pengambilan keputusan.
28
Pemimpin Paternalistik memiliki beberapa factor; kuatnya ikatan primordial, exented
family system, kehidupan masyarakat yang komunalistik, adanya hubungan yang intim. Pemimpin
diharapkan agar mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan
sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, ia bercorak sebagai pelindung, sehingga
tidak ada komunikasi yang intraktif, karena anggota menerima segala tugas dengan penuh kepatuhan.
29
Kepemimpinan yang kharismatik, orang cenderung mengatakan bahwa ada orang-orang
tertentu yang memiliki "kekuatan ajaib" yang tidak mungkin dijelaskan secara ilmiah
30
Dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi kepemimpinannya, ia menganggap bahwa pada
dasarnya manusia sudah tahu tentang fungsi-fungsi, tanggungjawab, dan tugas masing-masing dalam
berorganisasi. Ia berpandangan bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan
sendirinya, karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus
di tunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak perlu terlalu sering melakukan
intervensi dalam kehidupan organisasional. Ia memiliki sikap yang permisif yang memperlakukan
anggota organisasi sebagai rekan sekerja, keberadaan dia karena adanya struktur dan hirarki organisasi.
31
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan
integrator dari berbagai unsur dan komponen sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.
15
pikiran dan bisa mengaplikasikan pada kenyataan hidup. Dengan adanya
pendidikan, harkat dan martabat manusia akan jelas dan semakin terangkat.
Pendidikan dalam bahasa Indonesia terdiri dari kata didik yang mendapat
awalan pen dan akhiran an. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Kamus
mengacu kepada cara melakukan perbuatan, yaitu mendidik atau dengan kata lain
tua mendidik anaknya, anak mendidik orang tuanya, guru mendidik muridnya,
murid mendidik gurunya, bahkan anjing mendidik tuannya. Semua yang kita
sebut dan kita lakukan dapat disebut mendidik kita. Begitu juga yang disebut
32
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1991,
cet., XII; 250
33
Ahmad D. Marimba, 1962, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,Bandung, Al-Ma'arif; 19
16
dan dilakukan orang lain terhadap kita. Dalam pengertian luas ini kehidupan
yang dididik secara universal demi terciptanya insan yang bermanfaat. Dengan
alam. Setidaknya ada tiga alasan penyebab pada awalnya manusia memerlukan
pendidikan, yaitu:
17
pendidikan tidak hanya bisa memberi peningkatan intelektualitas dan
keterampilan saja, tetapi juga tidak kalah pentingnya bila bisa menciptakan dan
(1) Di dalam bimbingan tadi ada pembimbingnya (si pendidik) dan yang
dibimbing (si terdidik). (2) Bimbingan tadi mempunyai arah yang bertitik
tolak pada dasar pendidikan dan berakhir pada tujuan pendidikan. (3)
Bimbingan tadi berlangsung pada suatu tempat atau lingkungan atau lembaga
pendidikan tertentu. (4) Karena bimbingan itu merupakan proses, maka proses
ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu. (5) Di dalam bimbingan tadi
terdapat bahan yang disampaikan kepada anak didik untuk mengembangkan
pribadi yang kita inginkan. (6) Di dalam bimbingan tadi kita mengembangkan
metode tertentu.37
37
Suwarno, 1992, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta, PT Rineka Cipta; 5
38
Muhaimin, disampaikan pada materi mata kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Islam, semester III MPI Pascasarjana UIN Malang tanggal 11-09-'05
39
Sumarthana dkk., 2001, Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar; 192
18
meningkatkan kualitas pendidikan, karena apabila dalam suatu organisasi tanpa
adanya pengelolaan, maka tidak akan ada interaksi dari masing-masing unsur
tersebut. Dengan tidak adanya interaksi yang signifikan akan timbul ghirah yang
sangat lemah, sehingga akan tercipta ketidak jelasan pendidikan, dan yang lebih
fatal lagi apabila ketidak jelasan tersebut bisa berakibat kepada stagnasi
pendidikan. Adanya interaksi yang baik secara organisatoris antar unsur dalam
pendidikan tentunya akan meningkatkan kinerja baik berupa hak dan kewajiban
40
Dirawat dkk., 1983, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya, Usaha-Nasional; 33
41
Hendyat Soetopo, t.t., Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, Surabaya, Usaha
Nasional; 272
19
3. Menurut John A. Bartky, seorang Profesor Ilmu Pendidikan di Universitas
mind"42
Dari definisi di atas maka secara operasional bahwa setiap usaha untuk
pengajaran dapat dicapai dengan lebih baik, maka dapat dikatakan bahwa usaha
mengandung arti yang universal, dalam istilah yang biasa dipakai sehari-hari,
sebagai berikut;
42
John A. Bartky, 1956, Administration as Education Leadership, Stanford University Press;
4-5
43
Dirawat dkk, Op.Cit.,; 36
20
kepemimpinan pendidikan. Sedangkan hal-hal yang juga urgen yang berhubungan
menurut Ngalim Purwanto49 adalah; rendah hati dan sederhana, suka menolong,
sabar dan memiliki kestabilan emosi, percaya kepada diri sendiri, jujur, adil dan
44
Burhanuddin, Op.Cit., ; 78
45
...Personality (kepribadian) diartikan sebagai "totalitas karakteristik-karakteristik
individual". Pengertian ini dipakai untuk menunjukkan pengaruh totaltas kepribadian itu terhadap
orang lain. Melaui sifat-sifat kepribadian tersebut seseorang dapat memperoleh pengakuan dari orang
lain dan sekaligus menjadi penentu bagi kepemimpinannya.
46
...Sebagai pemimpin kelompoknya, ia harus dapat memikirkan, merumuskan tujuan
organisasi (sekolah) secara teliti serta menginformasikannya kepada para anggota agar mereka dapat
dalam proses kerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
47
Suatu kelompok akan menaruh kepercayaan pada sang pemimpin, apabila mereka
menyadari bahwa otoritas kepemimpinannya dilengkapi dengan skop pengetahuan yang luas dan
mampu memberikan keputusan-keputusan yang mantap.
48
...kepela sekolah harus memiliki keterampilan-keterampilan profesional yang efektif dalam
fungsi-fungsi administrasi pendidikan. (Burhanuddin, Op.Cit.,;78-80)
49
Ngalim Purwanto, 1993, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung, Remaja
Rosdakarya Offset, cet., 6; 55-57
21
Menurut Mulyasa50 bahwa peran fungsi dan tugas kepala sekolah (pemimpin
Dari uraian paparan tersebut di atas sangat jelaslah apa yang berhubungan
pendidikan. Nampaknya akan lebih lengkap dan lebih sempurna lagi apabila
50
E. Mulyasa, 2004, Menjadi Kepala Sekolah Profesional; dalam Konteks Menyukseskan
MBS dan KBK, Bandung, Remaja Rosdakarya Offset, cet., 4; 98-120
51
...Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberi nasehat kepada warga sekolah,
memberi dorongan kepada sekuruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran
yang menarik..
52
...kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga pendidikan
untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam
berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
53
Secara spesifik, kepela sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum,
mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi
sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.
54
(kepemimpinan pendidikan)...harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini
merupakan kontrolagar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
55
...harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga
kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.
56
... memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberi teladan kepada seluruh
tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
57
...harus memiliki strategi yang tepat untuk memberi motivasi kepada para tenaga
kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui
pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dan penyediaan berbagai sumber
belajar melalui pengembngan Pusat Sumber Belajar (PSB) (E. Mulyasa, Op.Cit)
22
1. Menurut Manna al-Qatt n
QY
K4, '" O'; C 4 + E F G .V F + WX; E -
h ) i0 ) "C 4 + E F G .V H F + WX; _` ; E -
) 'a; ) b 0 N c"d O; , ' "W -; 4, '" O'; e &; ( f 'J;
gM
K1 N c"
suatu ibadah, hal ini dikecualikan dengan hadis qudsi, walaupun sama-sama
firman Allah S.W.T. tetapi bagi yang membacanya tidak termasuk ibadah. Al-
58
Manna' Qattan, 1973, Mabahis fi 'Ulumil Qur'an, Bairut, Mansyurat al-Ashr al-Hadis; 21
59
Al-Qur'an Kalamullah yang diturunkan atas nabi Muhammad S.A.W. dimana membacanya
termasuk ibadah.
60
Ali Ash-Shabuni, 1985, At-Tiby n fi 'Ulumil Qur'an, Bairut, 'Alam al-Kutub, Cet I; 8
61
Al-Qur'an adalah kalamullah berupa mu'jizat yang diturunkan atas penutup para nabi dan
para utusan dengan perantaraan malaikat Jibril yang terpercaya yang ditulis dalam beberapa
lembaran…… dimana membacanya merupakan ibadah, yang diawali dengan surat Al-F tihah dan
diakhiri dengan surat Al-N s.
62
Wahbah Al-Zuhail , 2003, Al-Tafs r al-Mun r fi al-'Aqidah wa al-Syari'ah wa al-Manhaj,
Damsyik, Dar al-Fikr, Cet II, Jilid I; 15 (Selanjutnya disebut Wahbah, Al-Tafsir)
63
Al-Qur'an adalah kalamullah berupa mu'jizat yang diturunkan atas nabi Muhammad S.A.W
dengan berupa lafa arab, yang ditulis dalam beberapa lembaran…… dimana membacanya merupakan
ibadah, yang diawali dengan surat Al-F tihah dan diakhiri dengan surat Al-N s.
23
Qur'an memiliki beberapa nama dan sifat sebagaimana disebutkan dalam Al-
Qur'an, diantaranya: (1) Al-Qur'an64 (2) Al-Furq n65 (3) Al-Tanz l66 (4) Al- ikr67
(5) Al-Kit b68 Sedangkan yang berbentuk sifat-sifat Al-Qur'an diantaranya adalah
sebagai berikut; (1) N r dan Burhan69 (2) Syifa', Rahmah, Hudan, dan Mau'idah70
C ) 4 + E F G H N ` U N `j ZO N k+ l 8m% ( W_I 7 J;
srq N ) Zo R J %p( pe D* ( p J ( W_I U ; n J #
( W_) Iv N `@ "w k+ % ( W_I 7 t ; use q s6 q
SQ
s .+ W q sN -O q N Zo x'0 + J ( "@ y ; 0 < ( ;
64
sY $q { % 7 p- | s L rq z p - Kr
65
sL 0 q |I] ; J } O+ F + 0 W_I%| y O,
66
sLYMTLY• k q K] < ~ 4"W_IK ] ; f Z X' 4I
67
sY `@ q > @ 4 I | _I#€ I
68
sMTL R q O ( } _I I K ] O; f 'J K C
69
sLS• c q O ICJ _I CJ" # "C \ 1 7
70
s†• $ q cR ‚ ] ;> _‚ ] ƒ. „ 0… - # WXI
s•• ˆ & qKKKKKKK 0… ‡ p# | Z
sQS ‰ I q ] ƒ. „ ‡ & ( ; 0… CJ" # >+ CJ, \ 1 7
71
s•L ˆ & q __+ f 'J 4I C \ ; | " 0 # |
72
s•Y ‹ q f O< |' 4, " y O Š } _I f '
73
• ˆ & q .c ‚ C7 C o / +Œ |I •k"
74
Wahbah, Al-Tafs r, Op.Cit.,; 19-20
75
Al-Makk ; adalah sesuatu (ayat-ayat Al-Qur'an) yang turun dalam kurun waktu tiga belas
tahun sebelum hijrah—hijrahnya nabi S.A.W. dari Mekkah ke Madinah – baik turunnya di Mekkah
atau di Tho'if, atau di tempat yang lain, seperti surat (Q f) dan (H d) dan (Yusuf). Sedangkan Madan ;
24
Sedangkan pengumpulan ayat-ayat suci Al-Qur'an dibagi dalam tiga masa,
(masa Nabi, khalifah Abu Bakar, dan Utsman bin 'Affan) sebagaimana Wahbah
adalah sesuatu (ayat-ayat Al-Qur'an) yang turun dalam kurun waktu sepuluh tahun sesudah hijrah.baik
turunnya di Madinah, atau di Asfar (perjalanan) dan medan perang atau di Mekkah ketika fathu
Mekkah, seperti surat ( al-Baqarah) dan (Ali Imran).
76
Wahbah, Al-Tafs r, Op.Cit.:, 22-23
77
Pertama kali pengumpulan ayat-ayat Al-Qur'an pada masa Nabi S.A.W. adalah dengan cara
benar-benar hafal/ menjaganya diibaratkan nabi S.A.W. mengukir di batu dalam hati nabi... setiap
ayat-ayat Al-Qur'an ditulis pada kain tambal dan tulang-belulang dan batu dan pelepah kurma.
78
Wahbah, Al-Tafs r, Op.Cit.:,23&24
79
... Umar bin Khattab berpendapat tentang pengumpulan Al-Qur'an, dan Abu Bakar
menyetujuinya, dan Zaid bin Tsabit yang menulis dengan penuh semangat.... Sesungguhnya
pengumpulan Al-Qur'an pada masa Abu Bakar adalah terkumpul dalam satu traskrip yang dipercaya.
80
Wahbah, Al-Tafs r, Op.Cit.:,24&25
81
Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Utsman berupa trnskrip dari mushaf Hafshoh, menjadi
enam mushaf dengan huruf yang sama. Dan huruf yang digunakan dapat mengakomudasi bacaan Al-
Qur'an yang ada tujuh (qira'ah sab'ah) dimana dengannya Al-Qur'an diturunkan.
25
Dengan demikian bahwa pengumpulan Al-Qur'an pada masa nabi S.A.W.
dengan cara menghafal dan ada yang menulis pada tulang, pelepah kurma, dan
lainnya, kemudian pada khalifah Abu Bakar timbul inisiatif dari Umar bin
Khattab untuk ditranskrip jadi satu bendel dengan urutannya walaupun pada saat
itu masih timbul beberapa versi Al-Qur'an, dan akhirnya pada khalifah Usman bin
'Affan dijadikan satu versi transkrip Al-Qur'an yang utuh dengan menggunakan
dalam dunia pendidikan bisa dilihat dari ayat-ayat Al-Qur’an. Sampai saat ini
demikian ada beberapa buku yang membahas tentang kepemimpinan dalam Islam
Abdur Roziq yang membahas tentang khilafah dan pemerintahan dalam Islam,
26
membahas tentang filsafat pendidikan, kandungan pendidikan dan metode
pendidikan.
Perspektif Al-Qur'an, sehingga sangat menarik hal tersebut untuk dibahas sebagai
manusia, dan secara khusus dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan,
pendidikan memberi suri tauladan beramal ilmiah dan berilmu amaliah sesuai
diterapkan dalam suatu lembaga tidak akan tercapai secara maksimal tujuan dan
27
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
keduanya.
D. Rumusan Masalah
Berangkat dari gambaran latar belakang masalah di atas, maka kajian ini
maka yang menjadi pokok masalah yang hendak dikaji melalui study ini adalah;
28
3. Bagaimana kepemimpinan pendidikan dalam perspektif Al-Qur'an ditinjau
dari gabungan yang berbentuk sakral dan profan, serta apa yang lebih ideal?
Mengapa?
E. Tujuan Penelitian
Berpijak dari rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian
F. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
Secara teoritis kajian ini mengemukakan konsep yang utuh dan konprehensif
2. Praktis
29
rangka upaya mengakrabkan masyarakat Islam dengan pengembangan ilmu
menggunakan metode seperti yang terpakai dalam kajian ini. Disamping itu
kiranya dari hasil penelitian ini bisa diaplikasikan oleh lembaga pendidikan
G. Data
1. Sumber Data
Lofland dan Lyn H. Lofland, “sumber data utama dalam penelitian kualitatif
menjadi 2 bagian:
a. Sumber Primer
menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah Al-Quran, karena
82
Lexy J. Moleong, 2002, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya Offset, cet., ke 17;112
30
b. Sumber Skunder
Sumber data skunder dalam penelitian ini berupa ilmu alat untuk
Garib al-Qu’ran, dan Mu'jam Mufrad t al-F Al-Qu’ran, karya Abu al-
Pengarang dua buku ini diakui sebagai pakar bahasa Al-Qur’an, karena
pada umumnya para mufassir menjadikan buku ini sebagai rujukan untuk
31
berhubungan dengan kepemimpinan dalam Islam serta pendidikan. seperti
Sin 'atu al-Q 'id karangan Thariq M. as-Suwaidan dan Faishal Umar
Obyek kajian ini berupa ayat-ayat Al-Quran yang terdapat dalam beberapa
ditonjolkan.
32
sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota,
ini, hanya menggunakan teknik-teknik yang dianggap perlu dan sesuai dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk keperluan
ini dilakukan dengan cara mengekspos data hasil sementara atau hasil
83
Lexy Moleong Ibid.,; 175
84
Ibid.,; 178
85
Teknik pemeriksaan teman sejawat secara formal dengan mengumpulkan sebagian teman-
teman yang dianggap mampu untuk mengoreksi dan mengkritisi kajian dan bisa memberi masukan-
masukan demi tercapainya kajian yang dimaksud. Sedangkan secara informal adalah dengan selalu
didiskusikan dengan teman-teman, baik teman-teman mahasiswa maupun teman-teman dosen yang
penulis akrab.
86
Ibid.; 179
33
Disamping teknik tersebut di atas, ia juga menggunakan teknik content
4. Tahap-tahap penelitian
87
Definisi Kajian Isi (content analysis)" pertama, Berelson,… kajian isi sebagai teknik
penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kuantitatif tentang
manifestasi komunikasi. Weber,… kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan
seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen….
Holstik,… kajian isi adalah teknik apa pun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha
menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis. Dari segi penelitian
kualitatif tampaknya definisi terakkhir lebih mendekati teknik yang diharapkan". (Lexy J. Moleong,
Ibid.,; 163)
88
Barcus, (dalam) Noeng Muhadjir, 1998, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, PT.
Bayu Indra Grafika, cet., 8; 49
34
Al-Qur'an karangan Choiruddin Hadhiri, sedangkan secara modern
sebagai berikut;
pendidikan.
35
mempertimbangkan saran dan masukan dari teman sejawat dan orang
yang mumpuni.
kepemimpinan pendidikan.
36
H. Metode Penelitian
rekonstruksi.
I. Sistematika Pembahasan
Dalam upaya untuk memperoleh gambaran yang utuh dan terpadu, maka
89
Mawdhu'iy, menurut Abdul Hay al-Farmawi dalam bukunya ´al-Bidayatu fi at-Tafsir al-
Maudu'iy mengemukakan bahwa kajian dengan metode Mawdhu'iy secara operasional meliputi;(1)
Menetapkan masalah yang akan dibahas, (2) menghimpun dan menetapkan ayat-ayat yang menyagkut
masalah tersebut, (3) menyusun urutan ayat sesuai dengan masa turunnya, perincian masalahnya,
dengan memisiahkan antara periode Mekah dan Madinah, (4) memahami korelasi (munasabah) ayat-
ayat dalam surat-suratnya, (5) melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang menyangkut
masalah yang dibahas tersebut, (6) mempelajari semua ayat-ayat yang terpilih secara keseluruhan
dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang sama pengertiannya, atau mengkompromikannya yang 'am
(umum) atau yang khas (khusus), yang mutlaq dan muqayyad atau yang kelihatannya bertentangan
sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara tanpa perbedaan atau pemaksaan dalam penafsiran,
(7) menyusun kesimpulan-kesimpulan yang menggambarkan jawaban Al-Qur'an terhadap yang di
bahas tersebut. (Abdul Hay al-Farmawi, 1977, ´al-Bidayatu fi at-Tafsir al-Maudu'iy:Dirosah
Manhajiyyah Maudlu’iyyah, Cet., III: 61-62) Sedangkan M. Quraish Shihab memberikan langkah-
langkah dalam metode tafsir mawdhu'iy sebagai berikut; (1) Penetapan masalah yang yang dibahas, (2)
menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, (3) berusaha memahami arti kosa kata ayat, (4)
mengetahui asbabu an-Nuzul nya.( M. Quraish Shihab, 1994, Membumikan Al-Qur'an; Fungsi dan
Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung, Mizan; 115-116)
37
Bab kedua, Sakralitas Kepemimpinan Pendidikan dalam AL-Qur’an yang
dalam Al-Qur’an.
saran-saran.
38