Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Sang Khaliq sebagai pemimpin di muka bumi ini,

baik untuk dirinya sendiri maupun memimpin orang lain atau kelompok.

Kepemimpinan menyentuh berbagai line kehidupan manusia. Kiranya tidak bisa

disangkal lagi bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung kepada

kualitas kepemimpinan dalam suatu organisasi, sehingga peran kepemimpinan

dalam organisasi memainkan sangat vital untuk mencapai keberhasilannya.

Kepemimpinan bisa dilakukan disegala bidang, termasuk dalam dunia

pendidikan. Tentunya seorang pemimpin harus memiliki kecakapan (skill)

tersendiri sehingga dapat mempertanggungjawabkan terhadap amanah yang

diembannya. Kecakapan seorang pemimpin berupa kecakapan berkomunikasi,

mengkoordinasi, mempengaruhi, membagi tugas sesuai jobnya, dan hal-hal lain

yang mendorong tercapainya tujuan organisasi dengan memperoleh hasil yang

optimal Para ilmuan telah banyak menghasilkan temuannya yang berhubungan

dengan teori-teori kepemimpinan, diantaranya teori ciri (sifat), perilaku,

situasional, pengaruh kekuasaan, teori integratif dan masih banyak lagi teori-teori

yang berhubungan dengan kepemimpinan. Lahirnya beberapa teori tersebut

disebabkan oleh faktor-faktor berubahnya waktu, lingkungan, dan faktor lainnya,

sehingga timbul teori demi teori sebagai pelengkap dari teori sebelumnya bahkan

1
melemahkan teori sebelumnya, karena teori tersebut kurang komprehensif pada

lingkungan tertentu juga dengan berobahnya waktu.

Teori kepemimpinan yang dengan pesatnya dikembangkan oleh negara

Barat diharapkan untuk kesejahteraan dunia, namun nampaknya kurang dan

bahkan tidak menghasilkan pencapainan yang optimal. Menurut Khalid M.

Ishaque;

Liberalisme Barat yakin dapat memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan


melalui jaringan lembaga-lembaga sosial politik yang berdasarkan prinsip-
prinsip demokrasi. Hal tersebut merupakan respon yang sangat percaya diri
yang dibuat sejak abad ke- 19 sampai pertengan abad ke-20, tetapi peristiwa-
peristiwa lima puluh tahun terakhir memunculkan bahwa masing-masing
lembaga tersebut menjadi subyek penyalahgunaan dan penyimpangan, dan
mengalami kemakmuran hanya di bawah kondisi sosio-ekonomi dan politik
tertentu.1

Sisi keberhasilan dari penerapan tersebut karena kondisi negara yang

bersangkutan penuh kemapanan dari semua sumber dayanya, artinya sistem yang

dipergunakan tidak ada pengaruh yang signifikan. Khalid menambahkan;

Adalah suatu bukti histori bahwa gaya demokrasi Inggris berakar dan
operasional di Kanada, Australia, dan Selandia Baru, tetapi gagal mencapai
sukses yang sama di banyak bekas koloni Inggris di Asia dan Afrika. Dalam
hal, hal itu disebabkan karena kemiskinan dan persaingan yang bersifat
membunuh, mendapatkan sumberdaya yang terbatas, di lain pihak, masa
depan yang diinginkan golongan-golongan yang bersaing sangat berbeda.2

Selanjutnya Khalid menambahkan;“Bahkan di dunia demokratis yang telah maju,

di mana terdapat prasyarat-prasyarat bagi demokrasi, institusi-institusinya tidak

berjalan sebaik yang dijanjikan atau yang diharapkan. Pada umumnya kualitas

1
Khalid M. Ishaque, (Ed., Mumtaz Ahmad), 1986, State, Politics, and Islam, (Terj.,) Ena
Hadi, 1996, Masalah-Masalah Teori Politik Islam, Bandung, Mizan, cet., III; 44
2
Ibid.

2
kepemimpinan rakyat mengalami kemunduran; kepentingan golongan kecil

mendominasi proses politik, serta kekayaan dan kekuasaan berhasil memanipulasi

proses demokrasi.3

Demikian juga dalam dunia pendidikan, dari teori-teori yang ada,

nampaknya yang menjadi tujuan utama adalah menitik beratkan terhadap hasil

yang signifikan dalam pencapaian materi tanpa disertai dengan kemaslahatan

bersama. Dari aplikasi teori-teori yang digunakan sampai saat ini masih menjadi

kajian secara terus-menerus, sehingga bisa dikatakan bahwa teori-teori tersebut

masih perlu adanya inovasi-inovasi yang diharapkan bisa melengkapi dan

menyempurnakan teori-teori sebelumnya. Secara khusus kepemimpinan

pendidikan yang digunakan saat ini hanya sebatas mengarah terhadap kebutuhan

pasar belaka, yaitu "kebutuhan finansial", sebagaimana di Inggris dan belahan

dunia lainnya. Tony Bush menyatakan bahwa; "Pendapatan sekolah dan

perguruan tinggi di Inggris dan Wales terkait erat dengan kesuksesan mereka

dalam merekrut para siswa. Dan pada akhirnya, ditengah padatnya persaingan,

kesuksesan sebuah organisasi pendidikan diukur melalui keberhasilan mereka

dalam proses rekrutmen dan bukan pada pencapaian prestasi.4 Secara umum

nampaknya pendidikan hanya sebatas bermuara pada kelulusan anak didiknya dan

keberhasilan dalam rekrutmen belaka, sehingga ia hanya berpacu pada satu "titik

3
Ibid ; 45
4
Tony Bush & Marianne Coleman, Leadership and Strategic Management in Education,
(terj.) Fahrurrozi, Leadership and Strategic Management in Education; Manajemen
StrategiKepemimpinan Pendidikan, 2006, Jogjakarta, IRCiSoD ; 30

3
semu". Bagaimana output dalam dunia pendidikan bisa ready for your's demi

kemaslahatan dan kemanfaatan bersama. Hal ini menjadi tema sentral untuk

selalu diupayakan semaksimal mungkin..

Dalam organisasi pendidikan nampaknya perlu ditingkatkan pada ranah

kualitas yang lebih baik. Upaya peningkatan kualitas pendidikan tidak akan

terlepas oleh pemimpin pendidikan sebagai top figur yang "mengelola" segala

aktivitas pendidikan. Keberhasilan kepemimpinan bisa diproses dengan ukuran

yang biasanya digunakan, sejauh mana unit organisasi dari pemimpin tersebut

melaksanakan tugasnya, memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harapan

dari semua pihak serta tercapai tujuan-tujuan mulianya.

Pendidikan saat ini cenderung hanya berorientasi kepada kebutuhan material,

tanpa mengindahkan kebutuhan moral, sehingga terciptalah manusia yang

materialistis yang semuanya diukur oleh benda tanpa melihat maslahat dan

mafsadatnya. Dari sistem pendidikan yang sedang dilaksanakan saat ini,

mengarahkan peserta didik terhadap intelektualitas keilmuan dan keterampilan

saja tanpa dibarengi dengan amaliah ilmiahnya yang berorientasi pada

kemashlahatan.

Paulo Freire & Ivan Illich pada dekade 70-an pernah mengkritik dunia

pendidik, "ia menyadarkan banyak orang bahwa pendidikan yang selama ini

dianggap sakral, penuh kebijakan tersebut ternyata mengandung juga

4
penindasan."5 Sementara Mansour Fakih menyatakan bahwa, "pendidikan

menjadi arena yang menggairahkan, karena memang mampu terlibat dalam proses

perubahan sosial politik diberbagai gerakan sosial yang menghendaki

transformasi sosial dan demokratisasi di Dunia Selatan. Tetapi pada saat yang

sama kegairahan pendidikan juga tumbuh bagi penganut pemikiran liberal yang

mendominasi. .6

Tampaknya pendidikan saat ini masih dirasakan dari apa yang menjadi

kritikan Paulo dan Ivan. Liberalisme saat ini telah merasuk kepada segala line

kehidupan sehingga segala cipta karsa manusia hanya diukur oleh kekuatan

material tanpa mengindahkan kekuatan spiritualnya. Hal yang berhubungan

dengan lemahnya pendidikan. Imam Suprayogo mengatakan bahwa,

pendidikan, selain bersifat parsial, prakmatis, tetapi dalam banyak hal bersifat
paradoks. fenomena yang tampak parsial terlihat lebih sebatas
mengembangkan intelektual dan keterampilan. Kehidupan seseorang tidak
cukup jika hanya dibekali dengan ilmu dan keterampilan. Cukup banyak
bukti, bahwa seseorang yang memiliki kekayaan ilmu dan keterampilan, jika
tidak dilengkapi dengan kekayaan akhlaq atau moral, maka justru ilmu dan
keterampilan yang disandang akan melahirkan sikap-sikap individualistik dan
materialistik. Dua sifat ini jika tumbuh dan berkembang pada diri seseorang
akan menampakkan perilaku yang kurang terpuji seperti serakah, tidak
mementingkan orang lain, kurang peduli pada etika, dan akan menghilangkan
sifat-sifat manusiawi yang seharusnya lebih dikembangkan.7

Manusia merupakan mahkluk Allah SWT. yang sempurna, sesuai dengan

tugas, fungsi, dan tujuan penciptaan-Nya sebagai khalifah fi al-ard, dan lebih baik

5
Mansour Fakih (dalam pengantar) William F. O'neil, Educational Ideologies, (trj.) Omi
Intan Naomi, 2002, Ideologi-ideologi Pendidikan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar; x
6
Ibid.; xi
7
Imam Suprayogo, 2004, Pendidikan Berparadigma Al-Qur'an, Malang, Aditya Media ; 12

5
bila dibandingkan dengan makhluk yang lain. Nilai lebih manusia, baik dari aspek

fisik dan aspek psikisnya. Dari dua aspek ini, ia berpotensi untuk saling

mendukung bagi proses aktualisasi diri pada posisinya sebagai mahkluk mulia.

Integritas kedua unsur tersebut bersifat aktif dan dinamis bila dikaitkan dengan

proses kepemimpinan, pendidikan sebagaimana banyak tersurat dalam Al-Qur'an.

Kajian ini memiliki tiga variabel yang sangat mendasar dalam pembahasan,

sebagai pegangan kajian selanjutnya. Definisi dan konsep yang perlu dipahami

dalam pembahasan ini yaitu berupa; Kepemimpinan, Pendidikan, (kepemimpinan

pendidikan) dan Al-Qur’an.

Kepemimpinan merupakan suatu wacana publik yang sangat menarik untuk

selalu dikaji dan dibahas dalam tataran ilmiah. Berbagai hasil penelitian tentang

kepemimpinan telah banyak didapat yang secara teoritikal menjadi acuan ilmiah

dan selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,

berorganisasi; baik dalam organisasi kenegaraan, politik, perusahaan, keagamaan,

pendidikan dan bentuk organisasi lainnya.

Secara konseptual para ilmuan bervariasi dalam mendefinisikan

kepemimpinan, baik pengertian kepemimpinan secara general maupun pengertian

kepemimpinan secara khusus pada organisasi tertentu, walaupun intinya adalah

sama berupa suatu proses dalam rangka mencapai tujuan organisasi. “… konsep

kepemimpinan pada lapangan umum yang berlaku dalam setiap situasi,8 dan

8
Burhanuddin, 1994, Analisis Administrasi, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
Jakarta, Bumi Aksara,: 64

6
hanya terfokus pada obyeknya. Diantara definisi kepemimpinan adalah sebagai

berikut;

a. Kepemimpin secara umum

1. Menurut John D. Pfiffner & Robert Presthus, "Leadership is the art of

coordinating and motivating individuals and group to achieve desired

ends."9 (Kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memotivasi

individu-individu serta kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang

diinginkan)

2. Menurut Martin J. Gannon, "Leadership is the ability of a superior to

influence the behavior of subordinates; one of the behavioral in

organization."10 (Kepemimpinan adalah kemampuan seorang atasan

mempengaruhi perilaku bawahannya; salah satu prilaku dalam organisasi).

Dengan demikian, maka inti dari pengertian kepemimpinan tersebut di

atas bisa disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dalam proses

mempengaruhi, mengkoordinasikan, menggerakkan segala komponen dalam

suatu organisasi dalam upaya efektivitas dan efesiensi untuk pencapaian

tujuan organisasi.

b. Kepemimpinan secara khusus

1. Kepemimpin perusahaan

9
John D. Pfiffner & Robert Presthus, 1967, Public Administration, New York, The Ronald
Press; 88
10
Martin J. Gannon, 1982, Management An Integrated Framework, Edisi ke-2, Canada,
McGraw-Hill International Book Company; 574

7
Menurut Robert Tanembaun, Pemimpin adalah mereka yang

menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasi, mengarahkan, dan

mengontrol para bawahan yang bertanggungjawab, supaya semua bagian

pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.11

Dari definisi di atas, mengandung pengertian bahwa kepemimpinan

perusahaan adalah kemampuan menggunakan wewenang secara formal,

untuk mengorganisir, mengarahkan, dan mengontrol karyawan demi

tercapainya tujuan perusahaan, sehingga mencapai hasil yang maksimal.

2. Kepemimpinan dalam Islam

Menurut Al-Dahlaw

!"# $ % &' (
) *+ ,-. / 0 1 2 3 ,,# 4"5 ' 672 " - 8 9
7 : ;" < = >; ? 6 @ A- " - B 0 # C7D
LM
KC 4 + E F G H #+ " I J ; #+

Menurut Al-Maward

LQ
K I # (NO +P $
11
Malayu S.P. Hasibuan, 2001, Manajemen; Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta, Bumi
Aksara; 43
12
Abi al-Hasan ‘Ali ibn Muhammad ibn Habib al-Basri al-Bagdadi al-Maward , 1960, Al-
Ahk mu al-Sult niyah; wa al-Wilayat al-Diniyyah, Beirut, Dar al-Fikr; 5 (Selanjutnya disebut al-
Maward , Al-Ahk mu al-Sult niyah)
13
Khilafah adalah kepemimpinan yang umum untuk melaksanakan penegakan agama dengan
menghidupkan pengetahuan keagamaan, dan menegakkan rukun-rukun Islam, melaksanakan jihad, dan
sesuatu yang berhubungan dengan jihad dari pengaturan para tentara dan kewajiban-kewajiban perang,
dan mereka diberi harta fie', dan menegakkan hukum, dan menjalankan sangsi, dan menghilangkan
kedhaliman, dan memerintahkan berbuat baik dan melarang berbuat mungkar sebagai pengganti dari
nabi S.A.W.
14
Al-Maward , Loc.Cit.

8
Menurut Al-Taftazan ,

LS
KC 4 + E F G H #+ R I # ( + D

Dari pengertian di atas bahwa kepemimpinan dalam perspektif agama

(Islam) intinya adalah untuk memelihara eksistensi aktualisasi agama dan

penataan di dunia dalam upaya mencapai kesejahteraan, sebagai pengganti

(penerus) kepemimpinan nabi.

3. Kepemimpin pendidikan

Menurut Dirawat

Kepemimpinan pendidikan adalah sebagai suatu kemampuan dan proses


mempengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan orang-orang lain yang
ada hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran, agar supaya kegiatan-kegiatan yang
dijalankan dapat lebih efesien dan efektif didalam pencapaian tujuan-
tujuan pendidikan dan pengajaran18.

Kebanyakan definisi mengenai kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa

kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini

pengaruh yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk

menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah

kelompok atau organisasi. Secara operasional kepemimpinan adalah sebagai suatu

15
Im mah adalah diposisikan sebagai pengganti kenabiaan dalam memelihara agama dan
mengatur dunia.
16
Wahbah Al-Zuhaili, 1989, Fiqhu al-Islam wa Adillatuhu, Damsyiq, Darul Fikr, Cet., 3; 661
17
Khilafah adalah kepemimpinan yang umum (yang mengurusi) dalam perkara agama dan
dunia, sebagai pengganti dan nabi S.A.W.
18
Soekarto Indrafachrudi dkk., 1983, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya,
Usaha-Nasional; 33

9
kemampuan mempengaruhi, mengkoordinir orang lain untuk bekerjasama sesuai

dengan jobnya masing-masing dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Dalam kepemimpinan terdapat konsep yang jelas dan terdapat beberapa

unsur yang berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur tersebut

meliputi, pemimpin, yang dipimpin, waktu, lingkungan, tujuan, tipologi, gaya,

fungsi, performansi, dan ideologi. Unsur-unsur kepemimpinan tersebut meliputi

segala bentuk organisasi termasuk dalam pendidikan.

Secara teoritikal kepemimpinan, para pakar peneliti memiliki beberapa

pandangan tentang pendekatan atau teori kepemimpinan. Gary Yukl dalam

bukunya yang berjudul Leadership in Organization menjelaskan bahwa ada lima

pendekatan (teori) kepemimpinan.

"Therefore, it is helpful to classify the theories and empirical research into the

following five approaches: 19

1. Trait approach,

…"This approach emphasizes attributes of leaders such as personality,

motives, values, and skills. Underlying this approach was the assumption that

some people are natural leaders who are endowed with certain traits not

possessed by other people..."20

19
Gary Yukl, 2002, Leadership in Organizations, New Jersey, Prenhallindo, cet.,5; 11
20
The trait approach, Penelitian ini menekankan pada atribut-atribut para pemimpin seperti
kepribadian, motivasi, nilai, dan keterampilan. Dasar dari pendekatan ini adalah asumsi bahwa
beberapa orang merupakan pemimpin alamiah yang dianugerahi dengan beberapa ciri yang tidak
dimiliki orang lain.

10
Secara singkat pendekatan ciri/ sifat (the trait approach) bahwa

keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin banyak dipengaruhi oleh sifat-

sifat seorang pemimpin karena pembawaan atau keturunan, bahwa pemimpin

adalah dilahirkan bukan dibuat – bahwa pemimpin tidak dapat memperoleh

kemampuan untuk memimpin, tetapi mewarisinya.

2. Behavior approach,

The behavior research falls into two general subcategories. One line of
research examines how managers spend their time and the typical pattern of
activities,responsibilities, and function for managerial jobs. Some of the
research also investigates how managers cope with demands, constraints, and
role conflicts in their jobs. Most research on managerial work uses
descriptive methods of data collection such as direct observation, diaries, job
description questionnaires, and anecdotes obtained from interview… Another
subcategory of the behavior approach is primarily concerned with identifying
effective leadership behavior. The preferred reaserch method has been a
survey field study with a behavior description questionnaire.21

Pendekatan perilaku (behavioral approach) merupakan pendekatan yang

berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimpin

ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin

yang bersangkutan. Pendekatan perilaku inilah yang selanjutnya melahirkan

berbagai teori tentang tipe atau gaya kepemimpinan.

21
… penelitian mengenai perilaku secara umum dibagi dalam dua subkategori. (1) meneliti
bagaimana para manajer memanfaatkan waktu-waktu mereka dan pola-pola tipe, aktivitas,
tanggungjawab, dan fungsi untuk tugas manajerial. Beberapa penelitian juga meneliti bagaimana para
manajer mengatasi terhadap tuntutan, keterbatasan, dan konflik peran dalam pekerjaan mereka.
Penelitian mengenai pekerjaan manajerial kebanyakan bersandar pada metode-metode diskriptif
seperti pengamatan langsung, buku harian, kuesioner-kuesioner mengenai uraian tugas serta anekdot-
anekdot yang diperoleh dari wawancara tersebut. (2) mengenai pendekatan perilaku utamanya
difokuskan terhadap pengenalan perilaku kepemimpinan yang efektif. Metode penelitian yang lebih
disukai adalah survey studi lapangan terhadap kuesioner yang menjelaskan perilaku.

11
3. Power- influence approach,

Power-influence research examines influence processes between leaders and


other people. Like most research on traits and behavior, some of the power-
influence research has a leader-centered perspective with an implicit
assumption that causality is unidirectional (leader act and followers react).
This research seeks to explain leadership effectiveness in terms of the amound
and type of power possessed by a leader and how power is exercised. Power
is viewed as important not only for influencing subordinates but also for
influencing peers, superiors, and people outside the organization, such as
clients and suppliers. The favorite methodology has been the use of survey
questionnaires to relate leader power to various measures of leadership
effctiveness.22

Power- influence approach melihat pengaruh sebagai sebuah proses

timbal balik antara pemimpin dan anggotanya. Dengan demikian bahwa

kekuasaan tidak hanya berada pada pimpinan saja tetapi juga berada pada

anggotanya, sehingga efektivitas organisasi akan saling mempengaruhi antara

pemimpin dan anggotanya.

4. Situational approach

The situational approach emphasizes the importance of contextual factors that


influence leadership processes. Majorsituational variables include the
characteristics of followers, the nature of the work performed by the leader's
unit, the type of organization, and the nature of the external environment. Thie
approach has two major subcategories. One line of research is an attempt to
discover the extent to which leadership processes are the same or unique

22
Penelitian tentang kekuasaan-pengaruh menguji proses pengaruh antara pemimpin dan
pengikut. Seperti kebanyakan penelitian mengenai cirri dan perilaku, beberapa penelitian mengenai
kekuasaan-pengaruh juga mempunyai perspektif yang terpusat pada pemimpin dengan asumsi yang
implisit bahwa hubungan sebab akibat mempunyai arah tunggal (pemimpin bertindak dan para
pengikut bereaksi). Penelitian tersebut mencoba menjelaskan efektivitas kepemimpinan dalam
kaitannya dengan jumlah dan tipe kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin dengan cara tersebut
digunakan. Kekuasaan dilihat sebagai hal yang penting bukan saja untuk mempengarui bawahan,
tetapi juga untuk mempengarui kawan sejawat, atasan, dan orang yang berada diluar organisasi, seperti
para pelanggan dan pemasok. Metodologi yang paling disukai adalah adalah penggunaan kuesioner
survey untuk menghubungkan kekuasaan pemimpin terhadap berbagai ukuran mengenai efektivitas
kepemimpinan.

12
across different types of organization, levels of management, and cultures….
The other subcategory of situasional reaserch attemps to identify aspects of
the situation that "moderate" the relationship of leader attributes (e.g., traits,
skills, behavior) to leadership effectiveness. The assumption is that different
attributes will be effective in different situations, and that the same attribute is
not optimal in all situations23...

Teori ini dikembangkan oleh Herley dan Blanchard berdasarkan teori-

teori kepemimpinan sebelumnya. Pendekatan situsional biasa disebut juga

pendekatan kontingensi. Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa

keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau lembaga tidak hanya

bergantung pada atau dipengaruhi oleh perilaku dan sifat-sifat pemimpin saja.

Tetapi juga faktor masalah yang berbeda, lingkungan, semangat dan watak

bawahan, situasi yang semuanya berbeda, maka pendekatan situasional ini

juga disebut pendekatan kontingensi (kemungkinan)

5. Integrative approach.

Occasionally a theorist or researcher will include more than one type of


leadership variable, in which case it is referred to as an integrative approach.
In recent years it has become more common for researchrs to include two or
more types of leadership variables in the same study, but it is still rare to find
a theory that includes all of them (i.e., trait, behavior, influence processes.
And situational variable A good example of the integrative approach is the
self-concept theory of charismatic leadership… which attemps to explain why

23
Pendekatan situasional menekankan pada pentingnya factor-faktor kontekstual yang
berpengaruh terhadap proses kepemimpinan. Kebanyakan variable dari pendekatan situasional
memasukkan karakteristik para pengikut, sifat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pemimpin, tipe
organisasi, dan sifat lingkungan eksternal. Pendekatan ini memiliki dua subkategori utama. (1)
bertujuan untuk menemukan sejauh mana proses kepemimpinan sama atau berbeda diberbagai jenis
organisasi, tingkatan manajemen, dan kebudayaan.... (2) Mencoba untuk mengidentifikasi aspek-aspek
situasi yang " melunakkan " hubungan dari perilaku atau cirri (cirri, keterampilan, perilaku) terhadap
efektifitas kepemimpinan. Asumsinya adalah pola perilaku yang berbeda akan menjadi efektif dalam
situasi yang berbeda-beda, dan bahwa pola perilaku yang sama tidaklah optimal dalam semua situasi....

13
the followers of some leaders are willing to exert exceptional effort and make
personal sacrifices to accomplish the group objective or mission..24

Pendekatan ini mencoba untuk mengintegratifkan semua unsur dari empat

pendekatan sebelumnya yang meliputi pendekatan ciri, perilaku, pengaruh

kekuasaan, dan situasional, sehingga keberhasilan kepemimpinan akan

terpenuhi dengan pendekatan integratif ini.

Sebenarnya masih ada beberapa teori kepemimpinan yang lain, dan mungkin

masih akan selalu bertambah sesuai dengan perubahan zaman dan kebutuhan

kondisi yang berkembang. Ada teori Blank dengan nama “108 Sifat-Sifat

Pemimpin Alami”. Teori ini muncul pada tahun 2001. “Kepemimpinan

merupakan sekumpulan sifat dan keahlian yang dapat dipelajari (ada 108 sifat).

Siapa saja yang melatih sifat-sifat tersebut, terutama pada masa kecilnya, maka

akan tampak bahwa dirinya seorang pemimpin. Apabila ia menjalankannya

dengan lancar, spontan, dan tanpa dibuat-buat, maka orang-orang menyebutnya

sebagai pemimpin alami”.25

Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan

kepribadian sendiri yang unik khas; sehingga tingkah laku dan gayanyalah yang

membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan

24
Seorang teoritisi atau peneliti seringkali memasukkan lebih dari satu tipe kepemimpinan
untuk merujuk pada pendekatan integratif. Dalam beberapa tahun terakhir para peneliti lebih sering
memasukkan dua tipe kepemimpinan atau lebih dalam studi yang sama, namun masih jarang ditemui
teori yang memasukkan semua tipe kepemimpinan (pendekatan ciri, perilaku, pengaruh dan
situasional). Contoh yang baik dari pendekatan integratif adalah teori konsep diri dari kepemimpinan
integratif ...., yang bertujuan untuk menjelaskan mengapa pengikut dari beberapa pemimpin rela
melakukan usaha luar biasa dan melakukan pengorbanan untuk mencapai tujuan atau misi kelompok.
25
Thoriq M. As-Suwaidan & Faishal Umar Basyarahil, 2002, Shina’atul Q ’id, (terj.) M.
Habiburrahim, 2005, Melahirkan Pemimpin Masa Depan, Jakarta, Gema Insani; 111.

14
mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya, sehingga muncullah beberapa tipe

kepemimpinan. Sondang P. Siagian membagi dengan 5 tipe kemimpinan:26 (1)

Tipe kepemimpinan Otokratik27 (2) Tipe Kepemimpinan Paternalistik28 (3) Tipe

Kepemimpinan Kharismatik29 (4) Tipe Kepemimpinan Laissez Faire30 (5) Tipe

kepemimpinan Demokratik.31 Dari penjelasan tentang kepemimpinan di atas,

dalam pembahasan ini akan dikaitkan dengan kepemimpinan dunia pendidikan.

Pendidikan memiliki peranan sangat urgen dalam kehidupan manusia.

Manusia akan menjadi “manusia” karena faktor adanya pendidikan yang bisa

mengantarkan manusia terhadap tatanan kehidupan yang mulia. Ia merupakan

suatu keniscayaan bagi segenap umat manusia yang memiliki potensi berupa

26
Baca; Sondang P. Siagian, 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta, PT. Rineka
Cipta, cet.,5.; 31-45
27
Pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois, ia melihat peranannya
sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan yang tidak perlu
dibagi yang mengakibatkan kepada ketergantungan penuh para anggota organisasi. Pemimpin akan
menonjolkan ke-akuannya dengan kurang menghargai anggota, berorientasi pada penyelesaian tugas,
mengabaikan peranan anggota dalam pengambilan keputusan.
28
Pemimpin Paternalistik memiliki beberapa factor; kuatnya ikatan primordial, exented
family system, kehidupan masyarakat yang komunalistik, adanya hubungan yang intim. Pemimpin
diharapkan agar mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan
sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, ia bercorak sebagai pelindung, sehingga
tidak ada komunikasi yang intraktif, karena anggota menerima segala tugas dengan penuh kepatuhan.
29
Kepemimpinan yang kharismatik, orang cenderung mengatakan bahwa ada orang-orang
tertentu yang memiliki "kekuatan ajaib" yang tidak mungkin dijelaskan secara ilmiah
30
Dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi kepemimpinannya, ia menganggap bahwa pada
dasarnya manusia sudah tahu tentang fungsi-fungsi, tanggungjawab, dan tugas masing-masing dalam
berorganisasi. Ia berpandangan bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan
sendirinya, karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus
di tunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak perlu terlalu sering melakukan
intervensi dalam kehidupan organisasional. Ia memiliki sikap yang permisif yang memperlakukan
anggota organisasi sebagai rekan sekerja, keberadaan dia karena adanya struktur dan hirarki organisasi.
31
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan
integrator dari berbagai unsur dan komponen sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.

15
pikiran dan bisa mengaplikasikan pada kenyataan hidup. Dengan adanya

pendidikan, harkat dan martabat manusia akan jelas dan semakin terangkat.

Pendidikan dalam bahasa Indonesia terdiri dari kata didik yang mendapat

awalan pen dan akhiran an. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia adalah "perbuatan (hal, cara, dan sebagainya)

mendidik"32. Pengertian ini memberikan kesan bahwa kata pendidikan lebih

mengacu kepada cara melakukan perbuatan, yaitu mendidik atau dengan kata lain

mengandung arti mengajar.

Secara konseptual beberapa pakar pendidikan memberikan definisi

pendidikan secara bervariasi walaupun memiliki kesamaan pada hakikat yang

dikehendaki, diantaranya sebagai berikut:

a. Menurut Ahmad D. Marimba, "pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan

secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si

terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama."33

b. Menurut R.C. Lodge, "pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Orang

tua mendidik anaknya, anak mendidik orang tuanya, guru mendidik muridnya,

murid mendidik gurunya, bahkan anjing mendidik tuannya. Semua yang kita

sebut dan kita lakukan dapat disebut mendidik kita. Begitu juga yang disebut

32
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1991,
cet., XII; 250
33
Ahmad D. Marimba, 1962, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,Bandung, Al-Ma'arif; 19

16
dan dilakukan orang lain terhadap kita. Dalam pengertian luas ini kehidupan

adalah pendidikan, dan pendidikan adalah kehidupan"34.

c. Menurut Al-Attas, adalah penyemaian dan penanaman adab dalam diri

seseorang—ini disebut dengan ta’dib.35

Secara operasional pendidikan adalah bimbingan dari pendidik terhadap

yang dididik secara universal demi terciptanya insan yang bermanfaat. Dengan

adanya pendidikan maka diharapkan manusia bisa berguna bagi kemaslahatan

alam. Setidaknya ada tiga alasan penyebab pada awalnya manusia memerlukan

pendidikan, yaitu:

Pertama, dalam tatanan kehidupan masyarakat, ada upaya pewarisan nilai


kebudayaan antara generasi tua kepada generasi muda, dengan tujuan agar
nilai hidup masyarakat tetap berlanjut dan terpelihara. Nilai-nilai tersebut
meliputi nilai intelektual, seni, politik, ekonomi, dan sebagainya. Upaya
pentransferan nilai ini dikenal dengan pendidikan. Kedua, Dalam kehidupan
manusia sebagai individu, memiliki kecenderungan untuk dapat
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya seoptimal mungkin. Untuk
maksud tersebut, manusia perlu suatu sarana. Sarana itu adalah pendidikan.
ketiga, Konvergensi dari kedua tuntutan di atas yang pengaplikasiannya
adalah lewat pendidikan.36

Pendidikan merupakan kebutuhan hakiki manusia dalam menjalankan roda

kehidupan yang berkesinambungan dari masa-kemasa. Kehidupan semakin

kompleks dengan perkembangan kemajuan zaman dimana ia semakin tampak dari

dampak perkembangan tersebut. Tampaknya sangat urgen bila pelaksanaan


34
R.C. Lodge, 1974, Philosphy of aeducation, New York, Harer & Brothers: 23, dalam A.
Tafsir, 2004, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya; 25
35
Wan Mohd Nor Wan Daud, 1998, The Educational Philosophy and Practice of Ayed
Muhammad Naquib Al-Attas, (terj.) Hamid Fahmi dkk., 2003, Filsafat dan Praktek Pendidikan Islam
Syed M. Naquib Al-Attas, Bandung, Mizan, cet., I; 174
36
Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf, 1986, Krisis Pendidikan Islam, Terj. Astuti,
Bandung, Risalah; 8-12

17
pendidikan tidak hanya bisa memberi peningkatan intelektualitas dan

keterampilan saja, tetapi juga tidak kalah pentingnya bila bisa menciptakan dan

meningkatkan kualitas pengaplikasian dari ilmu yang didapatinya dengan baik.

Adanya pencapaian kualitas tersebut tentunya akan mengarah terhadap

optimalisasi dari beberapa unsur-unsur pendidikan yang diorganisir dengan baik.

Menurut Suwarno, unsur-unsur pendidikan sebagai berikut;

(1) Di dalam bimbingan tadi ada pembimbingnya (si pendidik) dan yang
dibimbing (si terdidik). (2) Bimbingan tadi mempunyai arah yang bertitik
tolak pada dasar pendidikan dan berakhir pada tujuan pendidikan. (3)
Bimbingan tadi berlangsung pada suatu tempat atau lingkungan atau lembaga
pendidikan tertentu. (4) Karena bimbingan itu merupakan proses, maka proses
ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu. (5) Di dalam bimbingan tadi
terdapat bahan yang disampaikan kepada anak didik untuk mengembangkan
pribadi yang kita inginkan. (6) Di dalam bimbingan tadi kita mengembangkan
metode tertentu.37

Menurut Muhaimin unsur-unsur pendidikan meliputi; Pendidik, yang dididik,

kurikulum, sarpras, lingkungan.38 Sedangkan menurut Sumarthana dkk. bahwa

unsur-unsur/ faktor pendidikan meliputi; peserta didik, pendidik, tujuan

pendidikan, alat-alat pendidikan, lingkungan pendidikan atau milleu.39 Secara

lebih rinci unsur-unsur pendidikan meliputi, pendidik, terdidik, proses, media,

lingkungan, kost, sarpras, waktu, tujuan, kurikulum, dan ideologi pendidikan.

Dari beberapa unsur tersebut di atas tentunya pendidikan memerlukan

pengelolaan organisatoris sekolah yang handal dalam upaya mengembangkan dan

37
Suwarno, 1992, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta, PT Rineka Cipta; 5
38
Muhaimin, disampaikan pada materi mata kuliah Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Islam, semester III MPI Pascasarjana UIN Malang tanggal 11-09-'05
39
Sumarthana dkk., 2001, Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar; 192

18
meningkatkan kualitas pendidikan, karena apabila dalam suatu organisasi tanpa

adanya pengelolaan, maka tidak akan ada interaksi dari masing-masing unsur

tersebut. Dengan tidak adanya interaksi yang signifikan akan timbul ghirah yang

sangat lemah, sehingga akan tercipta ketidak jelasan pendidikan, dan yang lebih

fatal lagi apabila ketidak jelasan tersebut bisa berakibat kepada stagnasi

pendidikan. Adanya interaksi yang baik secara organisatoris antar unsur dalam

pendidikan tentunya akan meningkatkan kinerja baik berupa hak dan kewajiban

juga skill serta tujuan yang jelas.

Secara konseptual beberapa pakar pendidikan mendefinisikan kepemimpinan

Pendidikan sebagai berikut;

1. Menurut Dirawat dkk. bahwa kepemimpinan pendidikan adalah "sebagai

suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir, dan

menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan

ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar supaya

kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efesien dan efektif di dalam

pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran".40

2. Menurut Hendyat Soetopo dkk. Kepemimpinan pendidikan adalah

"kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk

mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela".41

40
Dirawat dkk., 1983, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Surabaya, Usaha-Nasional; 33
41
Hendyat Soetopo, t.t., Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, Surabaya, Usaha
Nasional; 272

19
3. Menurut John A. Bartky, seorang Profesor Ilmu Pendidikan di Universitas

Stanford AS, mengatakan tentang kepemimpinan pendidikan "… the

educcation leadership involves influencing people engaged in training

mind"42

Dari definisi di atas maka secara operasional bahwa setiap usaha untuk

mempengaruhi kearah yang positif bagi orang-orang yang ada hubungannya

dengan pekerjaan mendidik dan mengajar, sehingga tujuan pendidikan dan

pengajaran dapat dicapai dengan lebih baik, maka dapat dikatakan bahwa usaha

itu melakukan peranan-peranan kepemimpinan pendidikan (kepala sekolah).

Dirawat dkk. dalam buku "Pengantar Kepemimpinan Pendidikan"

mengatakan bahwa orang-orang yang tergolong pemimpinan pendidikan

mengandung arti yang universal, dalam istilah yang biasa dipakai sehari-hari,

sebagai berikut;

Guru-guru pelapor pembaharuan pengajaran, wali kelas, kepala-kepala


sekolah, kepala-kepala kantor Bidang Pendidikan pada semua tingkatan
supervisor-supervisor khusus, semua tenaga teknis edukatif pada kantor
perwakilan dan Kementrian P dan K, kepala-kepala Direktorat Jendral
Pendidikan, Ketua-ketua jurusan, Dekan--dekan, Rektor dan pembantu-
pembantunya pada sekolah-sekolah tinggi, akademi, institut dan universitas,
ahli-ahli ilmu pengetahuan pendidikan dan cabangnya dan masih banyak lagi,
adalah pemimpin-pemimpin pendidikan.43

Uraian tersebut di atas merupakan definisi konseptual dan operasional yang

berhubungan dengan kepemimpinan, pendidikan, dan kemudian disebut dengan

42
John A. Bartky, 1956, Administration as Education Leadership, Stanford University Press;
4-5
43
Dirawat dkk, Op.Cit.,; 36

20
kepemimpinan pendidikan. Sedangkan hal-hal yang juga urgen yang berhubungan

dengan kepemimpinan pendidikan diantaranya adalah syarat-syarat

kepemimpinan pendidikan, sifat-sifat pemimpin pendidikan, fungsi-fungsi

pemimpin pendidikan, juga tipologi dalam kepemimpinan pendidikan.

Menurut Elsbree dalam buku Elementary School Administration and

Supervision yang disadur oleh Burhanuddin44 bahwa syarat-syarat kepemimpinan

pendidikan meliputi; personality,45 purposes,46 knowledge,47 dan profesional

skills.48 Sedang sifat-sifat yang diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan

menurut Ngalim Purwanto49 adalah; rendah hati dan sederhana, suka menolong,

sabar dan memiliki kestabilan emosi, percaya kepada diri sendiri, jujur, adil dan

dapat dipercaya, keahlian dalam jabatan.

44
Burhanuddin, Op.Cit., ; 78
45
...Personality (kepribadian) diartikan sebagai "totalitas karakteristik-karakteristik
individual". Pengertian ini dipakai untuk menunjukkan pengaruh totaltas kepribadian itu terhadap
orang lain. Melaui sifat-sifat kepribadian tersebut seseorang dapat memperoleh pengakuan dari orang
lain dan sekaligus menjadi penentu bagi kepemimpinannya.
46
...Sebagai pemimpin kelompoknya, ia harus dapat memikirkan, merumuskan tujuan
organisasi (sekolah) secara teliti serta menginformasikannya kepada para anggota agar mereka dapat
dalam proses kerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
47
Suatu kelompok akan menaruh kepercayaan pada sang pemimpin, apabila mereka
menyadari bahwa otoritas kepemimpinannya dilengkapi dengan skop pengetahuan yang luas dan
mampu memberikan keputusan-keputusan yang mantap.
48
...kepela sekolah harus memiliki keterampilan-keterampilan profesional yang efektif dalam
fungsi-fungsi administrasi pendidikan. (Burhanuddin, Op.Cit.,;78-80)
49
Ngalim Purwanto, 1993, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung, Remaja
Rosdakarya Offset, cet., 6; 55-57

21
Menurut Mulyasa50 bahwa peran fungsi dan tugas kepala sekolah (pemimpin

pendidikan) adalah sebagai educator,51 manajer,52 administrator,53 supervisor,54

leader,55 innovator,56 motivator.57

Dari uraian paparan tersebut di atas sangat jelaslah apa yang berhubungan

dengan kepemimpinan, pendidikan bahkan secara khusus tentang kepemimpinan

pendidikan. Nampaknya akan lebih lengkap dan lebih sempurna lagi apabila

kepemimpinan pendidikan dibahas dalam kaitannya dengan Al-Qur'an sebagai

sumber segala sumber kehidupan.

Secara etimologi Al-Qur'an berasal dari lafa ( I N U - T ). Adapun

definisi Al-Qur'an secara konseptual adalah sebagai berikut:

50
E. Mulyasa, 2004, Menjadi Kepala Sekolah Profesional; dalam Konteks Menyukseskan
MBS dan KBK, Bandung, Remaja Rosdakarya Offset, cet., 4; 98-120
51
...Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberi nasehat kepada warga sekolah,
memberi dorongan kepada sekuruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran
yang menarik..
52
...kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga
kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga pendidikan
untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam
berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
53
Secara spesifik, kepela sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum,
mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi
sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan.
54
(kepemimpinan pendidikan)...harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini
merupakan kontrolagar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
55
...harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga
kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.
56
... memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberi teladan kepada seluruh
tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
57
...harus memiliki strategi yang tepat untuk memberi motivasi kepada para tenaga
kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui
pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dan penyediaan berbagai sumber
belajar melalui pengembngan Pusat Sumber Belajar (PSB) (E. Mulyasa, Op.Cit)

22
1. Menurut Manna al-Qatt n

QY
K4, '" O'; C 4 + E F G .V F + WX; E -

2. Menurut Ulama Usul Fiqh

4) + Z [\ ] < * "] ; OI< ^ R F + WX; _` ; E -


C'a; b 0 N c"d O; 4, '" O'; , ' " W -; e &; ( f 'J; c
gL
K1 N c"

Sedangkan pendapat Ulama lain sebagai berikut:

h ) i0 ) "C 4 + E F G .V H F + WX; _` ; E -
) 'a; ) b 0 N c"d O; , ' "W -; 4, '" O'; e &; ( f 'J;
gM
K1 N c"

Dari definisi-definisi tersebut di atas bahwa firman Allah yang diturunkan

kepada nabi Muhammad s.a.w. tersebut dimana yang pembacaannya merupakan

suatu ibadah, hal ini dikecualikan dengan hadis qudsi, walaupun sama-sama

firman Allah S.W.T. tetapi bagi yang membacanya tidak termasuk ibadah. Al-

58
Manna' Qattan, 1973, Mabahis fi 'Ulumil Qur'an, Bairut, Mansyurat al-Ashr al-Hadis; 21
59
Al-Qur'an Kalamullah yang diturunkan atas nabi Muhammad S.A.W. dimana membacanya
termasuk ibadah.
60
Ali Ash-Shabuni, 1985, At-Tiby n fi 'Ulumil Qur'an, Bairut, 'Alam al-Kutub, Cet I; 8
61
Al-Qur'an adalah kalamullah berupa mu'jizat yang diturunkan atas penutup para nabi dan
para utusan dengan perantaraan malaikat Jibril yang terpercaya yang ditulis dalam beberapa
lembaran…… dimana membacanya merupakan ibadah, yang diawali dengan surat Al-F tihah dan
diakhiri dengan surat Al-N s.
62
Wahbah Al-Zuhail , 2003, Al-Tafs r al-Mun r fi al-'Aqidah wa al-Syari'ah wa al-Manhaj,
Damsyik, Dar al-Fikr, Cet II, Jilid I; 15 (Selanjutnya disebut Wahbah, Al-Tafsir)
63
Al-Qur'an adalah kalamullah berupa mu'jizat yang diturunkan atas nabi Muhammad S.A.W
dengan berupa lafa arab, yang ditulis dalam beberapa lembaran…… dimana membacanya merupakan
ibadah, yang diawali dengan surat Al-F tihah dan diakhiri dengan surat Al-N s.

23
Qur'an memiliki beberapa nama dan sifat sebagaimana disebutkan dalam Al-

Qur'an, diantaranya: (1) Al-Qur'an64 (2) Al-Furq n65 (3) Al-Tanz l66 (4) Al- ikr67

(5) Al-Kit b68 Sedangkan yang berbentuk sifat-sifat Al-Qur'an diantaranya adalah

sebagai berikut; (1) N r dan Burhan69 (2) Syifa', Rahmah, Hudan, dan Mau'idah70

(3) 'Az z71 (4) Mubarak72 (5) Basy r dan Na r73

Adapun pembagian turunnya Al-Qur'an Wahbah Al-Zuhaili dalam

Karangannya "Tafs r al-Mun r fi al-'Aqidah wa al-Syari'ah wa al-Minhaji"74

membagi Al-Qur'an dengan dua macam; yaitu Makk dan Madan .

C ) 4 + E F G H N ` U N `j ZO N k+ l 8m% ( W_I 7 J;
srq N ) Zo R J %p( pe D* ( p J ( W_I U ; n J #
( W_) Iv N `@ "w k+ % ( W_I 7 t ; use q s6 q
SQ
s .+ W q sN -O q N Zo x'0 + J ( "@ y ; 0 < ( ;
64
sY $q { % 7 p- | s L rq z p - Kr
65
sL 0 q |I] ; J } O+ F + 0 W_I%| y O,
66
sLYMTLY• k q K] < ~ 4"W_IK ] ; f Z X' 4I
67
sY `@ q > @ 4 I | _I#€ I
68
sMTL R q O ( } _I I K ] O; f 'J K C
69
sLS• c q O ICJ _I CJ" # "C \ 1 7
70
s†• $ q cR ‚ ] ;> _‚ ] ƒ. „ 0… - # WXI
s•• ˆ & qKKKKKKK 0… ‡ p# | Z
sQS ‰ I q ] ƒ. „ ‡ & ( ; 0… CJ" # >+ CJ, \ 1 7
71
s•L ˆ & q __+ f 'J 4I C \ ; | " 0 # |
72
s•Y ‹ q f O< |' 4, " y O Š } _I f '
73
• ˆ & q .c ‚ C7 C o / +Œ |I •k"
74
Wahbah, Al-Tafs r, Op.Cit.,; 19-20
75
Al-Makk ; adalah sesuatu (ayat-ayat Al-Qur'an) yang turun dalam kurun waktu tiga belas
tahun sebelum hijrah—hijrahnya nabi S.A.W. dari Mekkah ke Madinah – baik turunnya di Mekkah
atau di Tho'if, atau di tempat yang lain, seperti surat (Q f) dan (H d) dan (Yusuf). Sedangkan Madan ;

24
Sedangkan pengumpulan ayat-ayat suci Al-Qur'an dibagi dalam tiga masa,

(masa Nabi, khalifah Abu Bakar, dan Utsman bin 'Affan) sebagaimana Wahbah

Az-Zuhail menjelaskan dalam Al-Tafs r Mun r fi al-'aqidah wa al-Syar'iyah wa

al-Manhaj, sebagai berikut;

1. Masa Nabi Muhammad S.A.W.76

`@ ( Ž - • ˆ "o >0• C 4 + E F G H 7+ ( W < ?‘ l


) > ’ ) ( " 'J - w pZ ˆ I KKK c N & 4 + } G (
SS
Za \ N `@
2. Masa khalifah Abu Bakar78

}|) ” ˆ ) "m#" u e J" " 4- - ?‘ f * #" .+ ‡ “ , KKK


SY
m N acI( 4 ‘ J"h 7+ ( - ?‘ KKK .7;

3. Masa khalifah Usman bin 'Affan 80

: ) • ') e &; &0 e •G # acI .o+ 7+ ( - ?‘ KKK


†L
K - ” W_I{ Oc : – .D : @ | K

adalah sesuatu (ayat-ayat Al-Qur'an) yang turun dalam kurun waktu sepuluh tahun sesudah hijrah.baik
turunnya di Madinah, atau di Asfar (perjalanan) dan medan perang atau di Mekkah ketika fathu
Mekkah, seperti surat ( al-Baqarah) dan (Ali Imran).
76
Wahbah, Al-Tafs r, Op.Cit.:, 22-23
77
Pertama kali pengumpulan ayat-ayat Al-Qur'an pada masa Nabi S.A.W. adalah dengan cara
benar-benar hafal/ menjaganya diibaratkan nabi S.A.W. mengukir di batu dalam hati nabi... setiap
ayat-ayat Al-Qur'an ditulis pada kain tambal dan tulang-belulang dan batu dan pelepah kurma.
78
Wahbah, Al-Tafs r, Op.Cit.:,23&24
79
... Umar bin Khattab berpendapat tentang pengumpulan Al-Qur'an, dan Abu Bakar
menyetujuinya, dan Zaid bin Tsabit yang menulis dengan penuh semangat.... Sesungguhnya
pengumpulan Al-Qur'an pada masa Abu Bakar adalah terkumpul dalam satu traskrip yang dipercaya.
80
Wahbah, Al-Tafs r, Op.Cit.:,24&25
81
Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Utsman berupa trnskrip dari mushaf Hafshoh, menjadi
enam mushaf dengan huruf yang sama. Dan huruf yang digunakan dapat mengakomudasi bacaan Al-
Qur'an yang ada tujuh (qira'ah sab'ah) dimana dengannya Al-Qur'an diturunkan.

25
Dengan demikian bahwa pengumpulan Al-Qur'an pada masa nabi S.A.W.

dengan cara menghafal dan ada yang menulis pada tulang, pelepah kurma, dan

lainnya, kemudian pada khalifah Abu Bakar timbul inisiatif dari Umar bin

Khattab untuk ditranskrip jadi satu bendel dengan urutannya walaupun pada saat

itu masih timbul beberapa versi Al-Qur'an, dan akhirnya pada khalifah Usman bin

'Affan dijadikan satu versi transkrip Al-Qur'an yang utuh dengan menggunakan

qira'ah sab'ah yang sekarang menjadi pegangan hidup "umat manusia".

Dari paparan tersebut di atas, bahwa kajian ini berusaha merumuskan

gambaran pendidikan, terutama kepemimpinan pendidikan sebagai organisatoris

dalam dunia pendidikan bisa dilihat dari ayat-ayat Al-Qur’an. Sampai saat ini

nampaknya masih belum ditemukan pembahasan yang secara khusus mengkaji

tentang kepemimpinan pendidikan dalam perspektif Al-Qur'an. Namun meski

demikian ada beberapa buku yang membahas tentang kepemimpinan dalam Islam

diantaranya; Muqaddimah karangan Ibnu Khaldun yang membahas tentang

eksistensi hilafah dan hal-hal yang berhubungan dengan khilafah, Al-Islam wa

usulu al-Hukm; Bahsu fi al-Khilafah wa al-Hukumah fi al-Islam karangan ‘Ali

Abdur Roziq yang membahas tentang khilafah dan pemerintahan dalam Islam,

kitab Al-khilafah wa al-Mulk, karangan Abul A’la al-Maududi yang membahas

tentang pembentukan pemimpin, syarat-syarat pemimpin, perbedaan khilafah dan

kerajaan dan lain-lain. Sedangkan pembahasan tentang pendidikan Islam, Al-

Falsafah al-Tarbiyah fi al-Qur’an karangan Muhammad Fadil al-Jamaly yang

26
membahas tentang filsafat pendidikan, kandungan pendidikan dan metode

pendidikan.

Dari buku-buku tersebut di atas nampaknya masih belum didapatkan

pembahasan secara khusus mengenai Kepemimpinan Pendidikan dalam

Perspektif Al-Qur'an, sehingga sangat menarik hal tersebut untuk dibahas sebagai

sebuah penelitian. Hal ini disebabkan bahwa kepemimpinan pendidikan

mempunyai peran yang sangat vital dalam meningkatkan kualitas kehidupan

manusia, dan secara khusus dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan,

sehingga pendidikan benar-benar menghasilkan output atau outcome yang

ilmunya bisa bermanfaat di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Sebenarnya kepemimpinan pendidikan tidak sekedar menjalankan tugas

secara formalitas saja, namun yang lebih urgen bagaimana kepemimpinan

pendidikan memberi suri tauladan beramal ilmiah dan berilmu amaliah sesuai

dengan koridor ajaran Al-Qur'an, yaitu demi kemaslahatan makhluq. Dengan

demikian, menjadi sangat urgen apabila pendidikan dikelola dengan berlandaskan

ajaran Al-Qur'an karena bagaimanapun baiknya konsep pendidikan yang akan

diterapkan dalam suatu lembaga tidak akan tercapai secara maksimal tujuan dan

target yang direncanakan tanpa adanya kepemimpinan pendidikan yang

mempunyai kemampuan dalam mempengaruhi dan menggerakkan orang lain

dalam melakukan inovasi-inovasi organisasi untuk mencapai tujuan pendidikan

yang dicita-citakan demi kemaslahatan makhluk di dunia maupun di akhirat.

27
B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut di atas timbul beberapa masalah tentang

kepemimpinan yang berhubungan dengan kepemimpinan pendidikan meliputi;

konsep kepemimpinan, pemimpin, yang dipimpin, waktu, lingkungan, tujuan,

tipologi, fungsi performansi, ideologi. Disamping itu juga yang berhubungan

dengan manajemen pendidikan berupa manajemen pendidikan, pendidik, terdidik,

tujuan, sarana-prasarana, lingkungan, kost, waktu, media.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan dan menghasilkan pembahasan yang mendalam, maka

masalah-masalah tersebut di atas dibatasi terhadap konsep kepemimpinan

pendidikan dalam Al-Qur'an, juga bila dikaitkan dengan prinsip-prinsip

kepemimpinan pendidikan yang bersifat sakral, profan atau gabungan dari

keduanya.

D. Rumusan Masalah

Berangkat dari gambaran latar belakang masalah di atas, maka kajian ini

pada dasarnya terfokus untuk memahami kepemimpinan pendidikan yang

terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Sejalan dengan fokus penelitian tersebut,

maka yang menjadi pokok masalah yang hendak dikaji melalui study ini adalah;

1. Bagaimana kepemimpinan pendidikan Sakral dalam perspektif Al-Qur'an?

2. Bagaimana kepemimpinan pendidikan Profan dalam perspektif Al-Qur'an?

28
3. Bagaimana kepemimpinan pendidikan dalam perspektif Al-Qur'an ditinjau

dari gabungan yang berbentuk sakral dan profan, serta apa yang lebih ideal?

Mengapa?

E. Tujuan Penelitian

Berpijak dari rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut;

1. Untuk menghasilkan pembahasan tentang kepemimpinan pendidikan

sakral.dalam perspektif Al-Qur'an

2. Untuk menghasilkan pembahasan tentang kepemimpinan pendidikan profan

dalam perspektif Al-Qur'an.

3. Untuk menghasilkan pembahasan tentang kepemimpinan pendidikan dalam

perspektif Al-Qur'an gabungan sakral dan profan dan yang ideal.

F. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis kajian ini mengemukakan konsep yang utuh dan konprehensif

tentang kepemimpinan pendidikan yang dipahami dalam ayat-ayat Al-Qur’an,

baik yang sakral, profan dan gabungan dari keduanya.

2. Praktis

Secara praktis ikut berpartisipasi dalam mengembangkan hazanah pemikiran

Al-Qur’an secara khusus dan pemikiran ke-Islaman secara umum dalam

29
rangka upaya mengakrabkan masyarakat Islam dengan pengembangan ilmu

pengetahuan. Sekurang-kurangnya memacu keinginan mereka dengan

menggunakan metode seperti yang terpakai dalam kajian ini. Disamping itu

kiranya dari hasil penelitian ini bisa diaplikasikan oleh lembaga pendidikan

Islam, sehingga output dan outcome lembaga pendidikan Islam mampu

berkiprah di semua line kehidupan dengan ruh Al-Qur'an.

G. Data

1. Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan sumber data yang ada sangkut-

pautnya dengan kepemimpinan pendidikan dalam Al-Qur'an. Menurut John

Lofland dan Lyn H. Lofland, “sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.82 Dari sumber data tersebut akan diklasifikasikan

menjadi 2 bagian:

a. Sumber Primer

Sesuai dengan konteks dan tujuan penelitian di atas, maka yang

menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah Al-Quran, karena

yang menjadi pokok penelitian adalah Al-Qur'an, sesuai dengan fokus

penelitian tentang kepemimpinan pendidikan.

82
Lexy J. Moleong, 2002, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya Offset, cet., ke 17;112

30
b. Sumber Skunder

Sumber data skunder dalam penelitian ini berupa ilmu alat untuk

menafsiri Al-Qur'an dalam upaya untuk bisa mengetahui maksud kata-kata

dan term-term tertentu dari ayat-ayat Al-Qur’an digunakan al-Mufrad t fi

Garib al-Qu’ran, dan Mu'jam Mufrad t al-F Al-Qu’ran, karya Abu al-

Qasim al-Husain ibn Muhammad al-Ragib al-Asfahaniy (w. 502 H).

Pengarang dua buku ini diakui sebagai pakar bahasa Al-Qur’an, karena

pada umumnya para mufassir menjadikan buku ini sebagai rujukan untuk

mengetahui maksud kata-kata dalam ayat-ayat Al-Qur’an, disamping itu

juga menggunakan kamus bahasa Arab seperti Lis n al-Arab, yang

disusun oleh Ibnu Man ur al-Ansari (1232-1311 M), kamus al-Munjid fi

al-Lugati wa al-A’lam karangan Louis Makluf, serta kamus lain serta

beberapa tafsir Al-Qur'an.

Dalam menafsirkan ayat-ayat suci Al-Qur'an dan untuk memonitor

sebab turun ayat, dipergunakan rujukan kitab-kitab yang memuat sebab-

sebab turun Al-Qur’an (Asbabu al-Nuzul Al-Qur’an) seperti klitab Asbabu

al-Nuzul karangan Abu al-Hasan "Ali ibn Ahmad al-Wahidi al-Naisaburi

(w.468 H). Guna memudahkan pelacakan ayat-ayat Al-Qur’an

dipergunakan sebagai pegangan ayat-ayat Al-Mu'jam al-Mufahras li Alf z

Al-Qur’an al-Kar m, karya Fu'ad "Abd al-Baqi.

Sedangkan sumber-sumber yang lain dari penelitian ini berupa buku-

buku yang dapat mengembangkan pembahasan lanjutan yang

31
berhubungan dengan kepemimpinan dalam Islam serta pendidikan. seperti

Sin 'atu al-Q 'id karangan Thariq M. as-Suwaidan dan Faishal Umar

Basyarahil, juga Asas-asas Kepemimpinan dalam Islam karangan EK.

Imam Munawwir, Hal ini disebabkan buku tersebut banyak menjelaskan

tentang kepemimpinan dalam Islam, serta buku-buku lain yang ada

hubungannya dengan pembahasan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Obyek kajian ini berupa ayat-ayat Al-Quran yang terdapat dalam beberapa

surat dan menfokuskan pada sebuah tema kepemimpinan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an yang relevan dengan tema.

2) Menyusun secara sistematis sesuai kerangka pembahasan.

3) Memberikan uraian dan penjelasan dengan menggunakan ilmu bantu yang

relevan dengan masalah yang dibahas, dengan memahami sebab turunnya

dan munasabat ayat selama ia tidak mempengaruhi pengertian yang

ditonjolkan.

4) Mempertemukan uraian tersebut dengan sebagian mufassir sebagai

penguat dari hasil yang akan dicapai.

5) Melahirkan konsep Al-Qur'an tentang kepemimpinan pendidikan.

3. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Teknik-teknik pengecekan keabsahan data yang dilakukan adalah:

"perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan

32
sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota,

uraian rinci, audit kebergantungan, audit kepastian".83 Namun dalam kajian

ini, hanya menggunakan teknik-teknik yang dianggap perlu dan sesuai dengan

pokok kajian. Teknik-teknik yang digunakan diantaranya;

a. Ketekunan pengamatan, dalam hal ini dengan mengadakan pengamatan

kepada pokok masalah secara teliti secara berkesinambungan terhadap

faktor-faktor yang prinsip. Kemudian ditelaah secara rinci sampai pada

suatu titik tertentu, sehingga faktor yang ditelaah bisa dipahami.

b. Teknik Triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.84 Triangulasi

dapat menggunakan sumber, metode, penyidik dan teori.

c. Teknik pemeriksaan sejawat85 melalui diskusi (peer debriefing). Teknik

ini dilakukan dengan cara mengekspos data hasil sementara atau hasil

akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan

sejawat.86 Hal-hal yang ingin diperoleh supaya peneliti tetap

mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, menguji hipotesis yang

muncul dari pemikiran peneliti.

83
Lexy Moleong Ibid.,; 175
84
Ibid.,; 178
85
Teknik pemeriksaan teman sejawat secara formal dengan mengumpulkan sebagian teman-
teman yang dianggap mampu untuk mengoreksi dan mengkritisi kajian dan bisa memberi masukan-
masukan demi tercapainya kajian yang dimaksud. Sedangkan secara informal adalah dengan selalu
didiskusikan dengan teman-teman, baik teman-teman mahasiswa maupun teman-teman dosen yang
penulis akrab.
86
Ibid.; 179

33
Disamping teknik tersebut di atas, ia juga menggunakan teknik content

Analysis87 (Kajian Isi). Content Analysis "merupakan analisis ilmiah tentang

isi pesan suatu komunikasi".88

4. Tahap-tahap penelitian

Adapun tahapan-tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Menemukan konsep teori-teori kepemimpinan, pendidikan, dan

kepemimpinan pendidikan, dan untuk selanjutnya dilakukan langklah-

langkah; menela'ah teori-teori kepemimpinan, menela'ah teori-teori

pendidikan, juga teori-teori kepemimpinan pendidikan.

2) Mencari dan mengumpulkan data ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung

nilai kepemimpinan, pendidikan dengan langkah-langkah berikut;

a. Mencari dan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung

nilai kepemimpinan, pendidikan dengan berpijak pada konsep pokok

kepemimpinan, pendidikan pada langkah pertama.

b. Melakukan penelusuran ayat-ayat Al-Qur'an, secara manual dengan

menggunakan kitab fathu al-rahm n dan buku Klasifikasi Kandungan

87
Definisi Kajian Isi (content analysis)" pertama, Berelson,… kajian isi sebagai teknik
penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kuantitatif tentang
manifestasi komunikasi. Weber,… kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan
seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen….
Holstik,… kajian isi adalah teknik apa pun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha
menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif dan sistematis. Dari segi penelitian
kualitatif tampaknya definisi terakkhir lebih mendekati teknik yang diharapkan". (Lexy J. Moleong,
Ibid.,; 163)
88
Barcus, (dalam) Noeng Muhadjir, 1998, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta, PT.
Bayu Indra Grafika, cet., 8; 49

34
Al-Qur'an karangan Choiruddin Hadhiri, sedangkan secara modern

melalui computer dengan CD Al-Qur'an (6,50) versi Indonesia.

c. Ayat-ayat yang ditemukan lalu dikumpulkan dan diklasifikasi sesuai

dengan relevansi topik yang dicari, untuk ditela'ah lebih lanjut.

3) Menentukan dan menetapkan secara spesifik relevansi ayat-ayat Al-Qur'an

dengan konsep kepemimpinan pendidikan, dengan langkah-langkah

sebagai berikut;

a. Dengan menyeleksi ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung nilai

kepemimpinan, pendidikan yang telah terkumpul pada langkah kedua

dengan menetapkan ayat-ayat yang relevan dengan kepemimpinan

pendidikan.

b. Dengan mengungkapkan kandungan ayat-ayat itu dengan

menggunakan tafsirnya baik dengan menghubungkan ayat satu dengan

ayat yang lain, mencari dukungan dari hadits, kemudian memberikan

komentar, sehingga kandungan ayat tersebut dapat tersaji secara

konseptual dan sistematis.

c. Melakukan pemeriksaan teman sejawat untuk meyakinkan kebenaran

telaahan yang telah terkonsep. Diharapkan semakin menambah

validitas hasil kajian.

d. Melakukan revisi, yaitu memperbaiki draf konsep kepemimpinan

pendidikan yang bersumber dari ayat-ayat Al-Qur'an dengan

35
mempertimbangkan saran dan masukan dari teman sejawat dan orang

yang mumpuni.

4) Melakukan sintesis kandungan ayat-ayat Al-Qur'an, yaitu dengan

mengungkap, menghubungkan, dan menggabungkan secara jelas

hubungan ayat-ayat Al-Qur'an yang telah ditetapkan dengan konsep

kepemimpinan pendidikan.

5) Membuat ketetapan akhir dengan menyimpulkan bagaimana konsep

kepemimpinan pendidikan bersumber dari ayat-ayat Al-Qur'an secara

konseptual dan sistematis.

Bagan dari lima tahapan tersebut adalah sebagai berikut;

Mencari dan menela’ah teori–teori


kepmimpinan “pendidikan”
1.

Mencari dan mengumpulkan ayat-ayat


2. Al-Qur’an yang berhubungan dengan
kepemimpinan “ pendidikan”.

Menentukan dan menetapkan relevansi


ayat-ayat Al-Qur’an dengan teori-teori
kepemimpinan, pendidikan.
3.

Menyeleksi ayat, mengungkapkan


Melakukan sintesis kandungan ayat- kandungan, Diskusi teman sejawat,
ayat Al-Qur’an dengan konsep Revisi.
4. kepemimpinan “pendidikan”

Membuat ketetapan akhir dan


5. kesimpulan kepemimpinan
pendidikan dalam Al-Qur’an.
Tabel 1 (Bagan Penelitian)

36
H. Metode Penelitian

Bentuk penelitian ini bercorak Bibliographi, berupa penelitian terhadap Al-

Qur'an dengan menggunakan metode mawdhu'iy.89 Sedangkan pendekatan yang

digunakan dengan pendekatan kualitatif yang bersifat eksplorasi dalam rangka

rekonstruksi.

I. Sistematika Pembahasan

Dalam upaya untuk memperoleh gambaran yang utuh dan terpadu, maka

susunan sistematika pembahasan sebagai berikut;

Bab pertama, pendahuluan. Pada bagian ini mengemukakan hal-hal yang

berhubungan dengan persoalan strategis penelitian, yaitu Latar Belakag Masalah,

Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Kegunaan Penelitian, Data, Metode Penelitian, Sistematika Penelitian.

89
Mawdhu'iy, menurut Abdul Hay al-Farmawi dalam bukunya ´al-Bidayatu fi at-Tafsir al-
Maudu'iy mengemukakan bahwa kajian dengan metode Mawdhu'iy secara operasional meliputi;(1)
Menetapkan masalah yang akan dibahas, (2) menghimpun dan menetapkan ayat-ayat yang menyagkut
masalah tersebut, (3) menyusun urutan ayat sesuai dengan masa turunnya, perincian masalahnya,
dengan memisiahkan antara periode Mekah dan Madinah, (4) memahami korelasi (munasabah) ayat-
ayat dalam surat-suratnya, (5) melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang menyangkut
masalah yang dibahas tersebut, (6) mempelajari semua ayat-ayat yang terpilih secara keseluruhan
dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang sama pengertiannya, atau mengkompromikannya yang 'am
(umum) atau yang khas (khusus), yang mutlaq dan muqayyad atau yang kelihatannya bertentangan
sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara tanpa perbedaan atau pemaksaan dalam penafsiran,
(7) menyusun kesimpulan-kesimpulan yang menggambarkan jawaban Al-Qur'an terhadap yang di
bahas tersebut. (Abdul Hay al-Farmawi, 1977, ´al-Bidayatu fi at-Tafsir al-Maudu'iy:Dirosah
Manhajiyyah Maudlu’iyyah, Cet., III: 61-62) Sedangkan M. Quraish Shihab memberikan langkah-
langkah dalam metode tafsir mawdhu'iy sebagai berikut; (1) Penetapan masalah yang yang dibahas, (2)
menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, (3) berusaha memahami arti kosa kata ayat, (4)
mengetahui asbabu an-Nuzul nya.( M. Quraish Shihab, 1994, Membumikan Al-Qur'an; Fungsi dan
Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung, Mizan; 115-116)

37
Bab kedua, Sakralitas Kepemimpinan Pendidikan dalam AL-Qur’an yang

membahas tentang istilah-istilah, unsur-unsur, prinsip-prinsip, sifat-sifat dan

kepemimpinan pendidikan sakral dalam Al-Qur’an.

Bab ketiga, profanitas kepemimpinan pendidikan dalam AL-Qur’an yang

membahas tentang istilah-istilah, unsur-unsur, prinsip-prinsip sifat-sifat dan

kepemimpinan pendidikan profan dalam Al-Qur’an.

Bab keempat, Gabungan sakralitas dan profanitas kepemimpinan pendidikan

dalam Al-Qur’an yang membahas tentang istilah-istilah , unsur-unsur, prinsip-

prinsip, sifat-sifat dan kepemimpinan pendidikan gabungan sakral dan profan

dalam Al-Qur’an.

Bab kelima, penutup yang berisi kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian dan

saran-saran.

38

Anda mungkin juga menyukai