Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGALIHAN PENGOBATAN KIMIA KE


PENGOBATAN TRADISIONAL (PENYAKIT BATUK)

Oleh

Rini Muliasari, A.Md., Far

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Pengalihan Pengobatan Kimia Ke Pengobatan
Tradisional (Penyakit Batuk)”.

Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah “Pengalihan Pengobatan Kimia


Ke Pengobatan Tradisional (Penyakit Batuk)” ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca

                                    Pontianak, April 2017


   

                                                                                              Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………….1

Kata Pengantar ……………………………………………………………….2

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang …………………………………………………..4


B. Tujuan ……………………………………………………………5
a. Tujuan Umum ………………………………………………5
b. Tujuan Khusus ……………………………………………....5
C. Manfaat ………………………………………………………….5
a. Bagi Unit Kerja ……………………………………….……...5
b. Bagi Masyarakat ……………………………………………5
c. Bagi Instansi/Institusi (Dinas Kesehatan) ………………….5

BAB II Tinjauan Pustaka

a. Peranan Puskesmas ………………………………………….6


b. Pengobatan Tradisional ……………………………………...6
c. Tanaman Tradisional ………………………………………...7

BAB III Tahapan Pelaksanaan Inovasi ……………………………………..9

BAB IV Indikator Keberhasilan

a. Indikator Keluaran (Output) ………………………………....10


b. Indikator Hasil (Outcome) …………………………………...10

BAB V Hasil dan Pembahasan

a. Hasil …………………………………………………………..11
b. Pembahasan ………………………………………………….11
c. Kendala Yang Dihadapi ……………………………………...11

BAB VI Penutup

a. Kesimpulan ………………………………………………….14
b. Rencana Pengembangan ……………………………………14

LAMPIRAN …………………………………………………………………...15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di


wilayah kerjanya yaitu dengan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya agar
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal. Dengan demikian, akses terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat ditingkatkan melalui peningkatan kinerja
Puskesmas. Pelayanan kesehatan seperti Puskesmas merupakan ranah yang tidak
terlepas dari pengaruh globalisasi yang sedang trend pada saat ini. Hal ini membuat
banyak organisasi termasuk pelayanan kesehatan untuk melakukan inovasi dalam
memberikan pelayanannya. Pelayanan yang inovatif dan menguntungkan masyarakat
sebagai pengguna jasa akan lebih diminati masyarakat.
Terciptanya suatu inovasi merupakan ukuran nyata keberhasilan dari otonomi
daerah. Keberadaan inovasi sangat penting untuk pelayanan publik termasuk
pelayanan kesehatan guna memberikan terobosan terbaru yang dapat meningkatkan
kualitas pelayanannya. Salah satu inovasi dari pelayanan kesehatan yaitu
pengembangan pengobatan tradisional yang sudah terbukti dapat membantu
mengatasi masalah kesehatan selama beberapa generasi. Pengobatan dengan tanaman
tradisional merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat yang potensi
manfaatnya sangat besar dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Pengobatan
tradisional merupakan manifestasi dari partisipasi aktif masyarakat dalam
menyelesaikan problematika kesehatan dan telah diakui peranannya oleh berbagai
bangsa dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman daripada
penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek
samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern. Mengingat tujuan umum
pembangunan di bidang kesehatan mencakup antara lain untuk meningkatkan dan
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terutama kepada golongan
masyarakat ekonomi lemah, baik dari desa maupun kota. Khususnya mengenai obat-
obatan di usahakan agar menyebar merata dengan harga yang terjangkau. Sehingga
perlu dilakukannya inovasi pengalihan pengobatan kimia ke pengobatan tradisional
pada pasien batuk dengan menggunakan jeruk nipis, kencur, dan jahe sebagai suatu
pengobatan alternatif di rumah apabila pasien tidak memiliki cukup waktu pergi ke
Puskesmas.

4
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Melakukan pengalihan pengobatan kimia ke pengobatan tradisional

(penyakit batuk).

b. Tujuan Khusus
Melakukan inovasi pengobatan tradisional pada penderita batuk di

Puskesmas dengan menggunakan obat-obat tradisional seperti jeruk nipis…..

C. Manfaat
a. Bagi Unit Kerja
Dapat memberikan informasi mengenai inovasi pengalihan pengobatan
kimia ke pengobatan tradisional pada pasien batuk di Puskesmas dengan jeruk
nipis, jahe dan kencur sehingga derajat kesehatan di puskesmas semakin
meningkat dan dapat dijadikan bahan pertimbangan kebijakan dalam pemilihan
pengobatan.

b. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan acuan dalam memberikan informasi kepada pasien batuk
mengenai pengobatan tradisional antara lain jeruk nipis, jahe dan kencur
sehingga pasien dapat memanfaatkan pengobatan tradisional di rumah tanpa
harus pergi ke Puskesmas

c. Bagi Instansi/Institusi (Dinas Kesehatan)


Dapat menambah referensi ilmu dan wawasan mengenai inovasi
pengalihan pengobatan kimia ke pengobatan tradisional (penyakit batuk) pada
pasien di Puskesmas dan dapat sebagai pembanding atau hasil dasar penelitian
selanjutnya.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Peranan Puskesmas
Salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah
pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat. Reformasi dibidang kesehatan
dilaksanakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya lebih
efisien, efektif serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Seperti yang
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
951/Menkes/SK/VI/2000 yaitu bahwa “tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal”
Pemerintah telah berusaha memenuhi kebutuhan masyarajat akan pelayanan
kesehatan dengan mendirikan Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan Masyarakat
(PUSKESMAS) di seluruh wilayah Indonesia. Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja tertentu. Fungsi Puskesmas ada 3
yaitu sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
keluarga dan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan Puskesmas di tingkat
kecamatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan
standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Dengan
demikian Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan
kesehatan strata pertama.

b. Pengobatan Tradisional
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun
temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan
setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Obat tradisional pada
saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu
menimbulkan efek samping. Obat tradisional merupakan kekayaan Indonesia,
menuntut masyarakatnya untuk menggalakkan penggunaan obat tradisional (Agusta
dkk., 1997).

6
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari bahan alam
seperti tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit dan
digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat (Hargono, 1992). Beberapa
keunggulan obat tradisional adalah efek sampingnya yang lebih ringan jika
diandingkan obat sintetik. Selain itu, obat tradisional juga terjangkau oleh semua
kalangan masyarakat karena harganya relatif lebih murah (Afdhal, 1996).

c. Tanaman Tradisional
Adapun pengertian lain tanaman obat tradisional menurut Departemen
Kesehatan RI mendefenisikan tanaman obat Indonesia seperti yang tercantum dalam
SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu : a) Tanaman atau bagian tanaman
yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu; b) Tanaman atau bagian
tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat; c) Tanaman atau
bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut digunakan sebagai
obat.
Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) merupakan salah satu tanaman keluarga yang
banyak dibudidayakan oleh masyarakat dan dapat digunakan sebagai ramuan obat
tradisional. Jeruk nipis biasa digunakan untuk membantu pengobatan penyakit batuk,
amandel, sesak napas, influenza, dan sakit panas. Air jeruk nipis juga dapat
digunakan sebagai obat kumur pada penderita sakit tenggorokan, dapat mengatasi bau
mulut yang tak sedap karena wangi dari kulit buahnya dan mengatasi radang karena
mengandung zat asam yang dapat mematikan kuman. Jeruk nipis mengandung asam
sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral, limonene, felandren, lemon
kamfer, kadinen, gerani-lasetat, linalilasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar,
glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang vitamin B1 dan C
(Astarini et al, 2010).
Berdasarkan pengalaman, air perasan buah jeruk nipis dapat menyembuhkan
penyakit batuk. Jeruk nipis mengandung minyak atsiri dapat digunakan sebagai
antipiretik dan ekspektoran. Minyak atsiri mempunyai fungsi sebagai antibakteri
terhadap beberapa bakteri yaitu Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Salmonella
typhi dan golongan Candida albicans. Manfaat dari komponen-komponen kimia yang
terkandung dalam jeruk nipis sangat beragam, diantaranya vitamin C dan
bioflavonoid memiliki manfaat untuk memperbaiki daya tahan tubuh dan antioksidan.
Selain itu vitamin C adalah salah satu komponen untuk pembentukan kolagen secara
alami di dalam tubuh (Agusta 2000).
Kencur memiliki sel daun dan rimpang kencur yang mengandung minyak.
Minyak tersebut disebut atsiri. Selain itu rimpang kencur juga mengandung senyawa
kimia diantaranya kamfer, borneol, sineol, dan etil alkohol. Rimpang kencur bersifat
analgetikum. Di masyarakat biasanya digunakan untuk membantu mengurangi rasa
sakit pada batuk dan influenza pada bayi (Thomas, 1989). Sedangkan jahe

7
mengandung sineol, borneol, sitral, b-phellandren, d-camphen, damar,shogaol dan
zingeron (Tampubolon, 1995). Dimasyarakat, jahe biasanya digunakan sebagai
peluruh dahak (mukolitik) atau obat batuk (Sudarsono dkk., 1996).

8
BAB III

TAHAPAN PELAKSANAAN INOVASI

Tahapan pelaksanaan inovasi dilakukan dengan memberikan konseling pada


pasien batuk berupa pembagian leaflet yang berisi informasi pengobatan tradisional
yang menggunakan tanaman obat yang ada di sekitar lingkungan pasien antara lain
jeruk nipis, jahe dan kencur dan serta informasi cara penggunaannya untuk
menyembuhkan penyakit ringan seperti batuk.

9
BAB IV

INDIKATOR KEBERHASILAN

a. Indikator Keluaran (Output)


Pembinaan kepada pasien batuk dengan mengalihkan pengobatan kimia ke
pengobatan tradisional dengan jeruk nipis

b. Indikator Hasil (Outcome)


Tercapainya pengobatan tradisional (penyakit batuk) dengan jeruk nipis pada
pasien di Puskesmas.

10
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil
Berdasarkan hasil pelaksanaan inovasi pengalihan obat kimia ke pengobatan
tradisional pada pasien batuk di Puskesmas diperoleh sebanyak 60% pasien telah
memahami pengobatan tradisional dengan jeruk nipis, jahe dan kencur.

b. Pembahasan
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari Upaya
Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya Kesehatan Wajib
merupakan upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas di Indonesia.
Upaya ini memberikan daya ungkit paling besar terhadap keberhasilan pembangunan
kesehatan melalui peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta
merupakan kesepakatan global maupun nasional. Yang termasuk dalam Upaya
Kesehatan Wajib adalah Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Keseharan Ibu
Anak dan Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular serta Pengobatan. Sedangkan Upaya Kesehatan
Pengembangan adalah upaya kesehatan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan
kesehatan yang ditemukan di masyarakat setempat serta disesuaikan dengan
kemampuan Puskesmas.
Upaya Kesehatan Pengembangan ditetapkan bersama Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan mempertimbangan masukan dari masyarakat melalui
perwakilan masyarakat dalam bentuk Badan Penyantun Puskesmas/Konsil Kesehatan
Kecamatan (bagi yang sudah terbentuk). Apabila Puskesmas belum mampu
menyelenggarakannya, tetapi telag menjadi kebutuhan masyarakat, maka Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota wajb menyelenggarakannya. Salah satu Upaya Kesehatan
Pengembangan antara lain Pembinaan Pengobatan Tradisional.Upaya Kesehatan
Pengembangan Puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni upaya lain di luar
upaya Puskesmas tersebut di atas ynag sesuai dengan kebutuhan
Upaya Kesehatan Pengembangan yang dilakukan di Puskesmas ini adalah
inovasi pengalihan pengobatan kimia ke pengobatan tradisional antara lain jeruk
nipis, jahe dan kencur pada pasien batuk. Tanaman obat tradisional merupakan
tanaman yang dapat dipergunakan sebagai obat, baik yang sengaja ditanam maupun
tanaman yang tumbuh secara liar. Tanaman tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk diramu dan disajikan sebagai obat guna penyembuhan penyakit.
Upaya pengobatan tradisional dengan obat-obat tradisional merupakan salah
satu bentuk peran serta masyarakat dan sekaligus merupakan teknologi tepat guna
yang potensial untuk menunjang pembangunan kesehatan. Hal ini disebabkan antara

11
lain karena pengobatan tradisional telah sejak dahulu kala dimanfaatkan oleh
masyarakat serta bahan-bahannya banyak terdapat di seluruh pelosok tanah air.
Dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat, obat
tradisional perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Obat-obatan tradisional selain
sangat bermanfaat bagi kesehatan, juga tidak memiliki efek samping yang berbahaya
karena bisa dicerna oleh tubuh. Dewasa ini obat-obatan modern sudah menjadi bagian
dari kehidupan kita sehari-hari. Obat-obatan itu mudah sekali didapatkan dengan
harga yang relatif terjangkau seluruh lapisan. Tanaman obat sebagai obat alternatif
dan bahkan secara resmi dianjurkan untuk digunakan oleh praktisi di dunia kesehatan.
Akhir-akhir ini pengobatan modern cenderung kembali ke tanaman obat yang
digunakan secara tradisional. Ada beberapa alasan yang mendasari kecenderungan
ini. Misalnya tanaman obat yang digunakan secara tepat tidak atau kurang
menimbulkan efek samping dibandingkan dengan obat-obatan modern terutama yang
dibuat dari bahan sintesis. Alasan lain, obat-obatan tradisional juga lebih tepat untuk
digunakan sebagai pengobatan penyakit atau untuk menjaga kesehatan. Berdasarkan
data WHO, negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat
herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terapkan. Bahkan di
Afrika, sebanyak 80% dari populasi penduduknya menggunakan obat herbal untuk
pengobatan primer. Memang, penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih
aman daripada penggunaan obat modern.
Tanaman tradisional ditampilkan sebagai salah satu pengobatan alternatif yang
sangat penting artinya, khususnya untuk penanganan atau pelayanan kesehatan
primer, baik sebagai obat preventif maupun sebagai pengobatan (kuratif). Pengobatan
tradisional dengan menggunakan tanaman obat tidaklah asing bagi masyarakat
Indonesia karena masyarakat sudah menggunakan tanaman obat tersebut hingga
sekarang dan pengobatan tradisonal masih diakui keberadaannya di kalangan
masyarakat luas. Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang terus membina dan
mengembangkannya, penanganan atau pelayanan kesehatan primer, baik sebagai obat
preventif maupun kuratif. Hal ini didukung oleh kebijakan Departemen Kesehatan RI
tentang pengobatan tradisional seperti yang tercantum dalam UU No 23 tahun 1992
pasal 47 tentang pengobatan tradisional dan dalam Kepmenkes No 1076/SK
/VII/2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional yang menggunakan
tanaman obat-obatan tradisional.
Inovasi pengembangan pengobatan tradisional untuk menyembuhkan penyakit
ringan seperti batuk pada pasien di Puskesmas Kecamatan Pontianak Tenggara
menggunakan 3 tanaman tradisional antara lain jeruk nipis, jahe dan kencur. Jeruk
nipis sebagai salah satu jenis bahan tradisional yang sering digunakan sebagai peluruh
dahak (mukolitik). Penggunaan daun jeruk nipis sebagai obat tradisional berhubungan
erat dengan kandungan zat aktif yang dimilikinya. Buah jeruk nipis mengandung
konstituen yang memiliki efek penting bagi kesehatan seperti flavonoid. Selain

12
flavonoid, buah jeruk nipis (Citrus aurantiifolia) juga mengandung unsur-unsur
senyawa kimia yang bemanfaat, misalnya asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin),
minyak atsiri (sitral, limonen, felandren, lemon kamfer, kadinen, gerani-lasetat,
linalilasetat, aktilaldehid, nonildehid), damar, glikosida, asam sitrun, lemak, kalsium,
fosfor, besi, belerang, vitamin B1 dan C (Farmasi UGM, 2008).
Cara penggunaan jeruk nipis sangat mudah, yaitu pasien hanya tinggal
menyediakan satu setengah sendok kecap dan juga satu buah jeruk nipis, dan sedikit
garam. Setelah itu, campurkan perasan jeruk nipis tersebut dengan kecap dan juga
garam lalu minum sebanyak satu sendok makan. Untuk mencairkan dahak dan obat
batuk anak. Caranya, campur 1 sendok makan air perasan jeruk nipis, 3 sendok
makan madu murni, 5 sendok makan air matang, lalu di tim selama 30 menit. Takaran
minum bayi antara usia 6-1 tahun : 2 kali 1/2 sendok teh ; anak 1-3 tahun : 2 kali 1
sendok teh; anak 4-5 tahun : 2 kali 1/2 sendok teh. Cara lain, potong 1 buah jeruk
nipis, peras airnya, taruh dalam gelas /cangkir. Tambahkan kecap manis, aduk.
Takaran minum untuk anak, 3 kali 1 sendok teh per hari. Sedangkan tanaman jahe
dan kencur sudah cukup terkenal sebagai minuman herbal yang cukup ampuh
menghangatkan tubuh dikala cuaca dingin. Cara penggunaan jahe dan kencur untuk
mengatasi batuk yaitu dengan menumbuk jahe tidak terlalu halus kemudian diseduh
dengan air panas dan tunggu mengendap. Setelah itu diminum selagi masih hangat.

c. Kendala Yang Dihadapi

Dalam pelaksanaan pengalihan pengobatan kimia ke pengobatan tradisional


jeruk nipis, jahe dan kencur pada pasien batuk di Puskesmas tentunya terdapat
kendala yang dihadapi, namun berbagai kendala tersebut selalu diupayakan agar
dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Beberapa kendala yang dihadapi, antara lain :
1. Kurangnya koordinasi dan partisipasi aktif dari pasien yang masih kurang
memahami manfaat pengobatan tradisional.
2. Kurangnya pemahaman pasien di Puskesmas terhadap substansi kegiatan
pengembangan pengobatan tradisional karena masih lebih percaya pada
pengobatan kimia sebagai pengobatan primer.

13
BAB VI
PENUTUP

a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan tanaman
tradisional antara lain jeruk nipis, jahe dan kencur sebagai bahan obat tradisional pada
pasien di Puskesmas masih cukup tinggi untuk pengobatan penyakit yang masih
tergolong ringan seperti batuk.

b. Rencana Pengembangan
Sebagai rencana pengembangan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang potensi tumbuhan obat yang dilakukan pada pasien batuk di Puskesmas
secara ilmiah dan tindakan pelestarian terhadap keberadaan tumbuhan obat agar dapat
dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai