Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN KASUS DIABETES MELITUS TIPE II

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Klinik Keperawatan


Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:
Sonia Nabila
P17220194050

D- III KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan
Bare,2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau
gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya (ADA, 2017)
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika
pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak
efisien menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur
kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah, adalah efek
yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi
kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh
darah jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan),
ginjal (dapat terjadi gagal ginjal) (WHO, 2011)
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan
peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya
oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2010)

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus


a. Diabetes Mellitus tipe-1
Diabetes mellitus tipe-1 adalah penyakit kronis yang ditandai dengan
ketidak mampuan tubuh untuk menghasilkan atau memproduksi insulin
yang diakibatkan oleh rusaknya sel-β pada pancreas. Diabetes mellitus tipe-
1 disebut dengan kondisi autoimun oleh karena sistem imun pada tubuh
menyerang sel-sel dalam pankreas yang dikira membahayakan tubuh.
Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada
tubuh.Diabetes mellitus tipe-1 sering terjadi pada masa anak-anak tetapi
penyakit ini dapat berkembang pada orang dewasa.(Kernel, W, and Bruckel,
2014)

b. Diabetes Mellitus tipe-2

Diabetes mellitus tipe-2 adalah jenis yang paling umum dari diabetes
mellitus. Diabetes tipe-2 ditandai dengan cacat progresif dari fungsi sel-β
pankreas yang menyebabkan tubuh kita tidak dapat memproduksi insulin
dengan baik. Diabetes mellitus tipe-2 terjadi ketika tubuh tidak lagi dapat
memproduksi insulin yang cukup untuk mengimbangi terganggunya
kemampuan untuk memproduksi insulin Pada diabetes mellitus tipe-2 tubuh
kita baik menolak efek dari insulin atau tidak memproduksi insulin yang
cukup untuk mempertahankan tingkat glukosa yang normal.(Kerner and
Brückel, 2014)

Beberapa pasien dengan diabetes tipe ini akan tetap tidak terdiagnosis
selama bertahun-tahun karena gejala jenis ini dapat berkembang sedikit
demi sedikit dan itu tergantung pada pasien . Diabetes tipe-2 sering terjadi
pada usia pertengahan dan orang tua, tetapi lebih umum untuk beberapa
orang obesitas yang memiliki aktivitas fisik yang kurang. (Kerner and
Brückel, 2014)

c. Diabetes Mellitus Gestational


Definisi diabetes mellitus gestational adalah intoleransi glukosa pada waktu
kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi
glukosa setelah terminasi kehamilan.Diabetes melitus gestational terjadi di
sekitar 5–7% dari semua kasus pada kehamilan.(Kerner and Brückel, 2014)

d. Diabetes Mellitus Tipe Lain


Diabetes tipe lain ini disebabkan oleh karena kelainan genetic pada kerja
insulin, kelainan pada sel- β, penyakit pancreas, endocrinopathies,
infeksi, dank arena obat atau zat kimia dan juga sindroma penyakit lain.
(Kerner and Brückel, 2014)

3. ETIOLOGI
Etiologi diabetes mellitus menurut M. Clevo Rendy dan Margareth Th,

2019 yaitu:

1) Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (DM tipe II)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi

insulin. Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak beraktivitas,

penyakit, obat-obatan dan pertambahan usia. Pada kegemukan, insulin

mengalami penurunan kemampuan untuk mempengaruhi absorpsi dan

metabolisme glukosa oleh hati, otot rangka, dan jaringan adiposa. DM


tipe II yang baru didiagnosis sudah mengalami komplikasi.

Menurut Priscilla LeMone, dkk, 2016 adapun faktor-faktor resiko DM

tipe II yaitu:

1. Riwayat DM pada orang tua dan saudara kandung. Meski tidak ada kaitan

HLA yang terindentifikasi, anak dari penyandang DM tipe II memiliki

peningkatan resiko dua hingga empat kali menyandang DM tipe II dan

30% resiko mengalami, intoleransi aktivitas (ketidakmampuan

memetabolisme karbihodrat secara normal).

2. Kegemukan, didefinisikan kelebihan berat badan minimal 20% lebih dari

berat badan yang diharapkan atau memiliki indeks massa tubuh (IMT)

minimal 27 kg/m. Kegemukan, khususnya viseral (lemak abdomen )

dikaitkan dengan peningkatan resistensi insulin.

3. Tidak ada aktivitas fisik.

4. Ras/etnis.

5. Pada wanita, riwayat DM gestasional, sindrom ovarium polikistik atau

melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg.

6. Hipertensi (≥ 130/85 pada dewasa), kolesterol HDL ≥ 35 mg/dl dan

atau kadar trigliserida ≥ 250 mg/dl.

4. MANIFESTASI KLINIS
Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila
menderita dua dari tiga gejala yaitu:
a. Keluhan TRIAS: banyak minum, banyak kencing, dan penurunan
berat badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Keluhan yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah
poliuria,polidipsi, polifagia, berat badan menurun, lemah,
kesemutan gatal, visus menurun, bisul/luka, keputihan (M. Clevo
Rendy dan Margareth Th, 2019).
Adapun manifestasi klinis DM menurut Priscilla LeMone, dkk 2016 yaitu:
1. Manifestasi klinis DM tipe II
Penyandang DM tipe II mengalami awitan, manifetasi yang lambat
dan sering kali tidak menyadari penyakit sampai mencari perawatan
kesehatan untuk beberapa masalah lain. Polifagia jarang dijumpain dan
penurunan berat badan tidak terjadi. Manifestasi lain juga akibat
hiperglikemi, penglihatan buram, keletihan, paratesia, dan infeksi kulit.

5. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi diabetes mellitus (Brunner &Suddarth, 2013)


(Smeltzer, 2015)
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya

insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat

terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam

metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai

dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak

efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam

darah, harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita

toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang

berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau

sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi

peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi

diabetes tipe II.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes

tipe II, namun masih terdapat insulin yang mencegah pemecahan lemak dan

produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak

terjadi pada diabetes tipe II.


6. PATHWAY

Genetik, usia, gaya hidup, obesitas

Resistensi insulin Ketidakstabilan


kadar glukosa darah

Defisiensi insulin

Penurunan pemakaian glukosa oleh se l

Hiperglikemia

Kerusakan vaskuler

Neuropati perifer

Ulkus

Kerusakan
Kehilangan fungsi dan peran Infeksi
integritas kulit

Merasakan kesedihan Inflamasi


Adanya perlukaan pada kaki
Melepas pirogen sitoksin

Berduka Luka insisi tidak terawat Merangsang sistem


saraf pusat dan
membentuk prostaglandin
Peningkatan leukosit

Merangsang hipotalamus
sehingga suhu meningkat

Resiko infeksi
Hipertermia
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan darah

Tabel Kadar Glukosa Darah

No Pemeriksaan Normal

1 Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl

2 Glukosa darah puasa >140 mg/dl

3 Glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl

(Menurut WHO (World Health Organization) ,2015)

2. Pemeriksaan fungsi tiroid

peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan

kebutuhan akan insulin.

3. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan

dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna

pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

4. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai

dengan jenis kuman.

8. PENATALAKSANAAN

A. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (PERKENI, 2015) komponen dalam penatalaksan DM yaitu:
a. Diet
Syarat diet hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita

2) Mengarahkan pada berat badan normal

3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic

4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

Prinsip diet DM,adalah:

1) Jumlah sesuai kebutuhan

2) Jadwal diet ketat

3) Jenis: boleh dimakan/ tidak

Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti

pedoman 3 J yaitu:

1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau

ditambah

2) Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya

3) Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori diet DM harus disesuaikan oleh status gizi

penderita,penetuan gizi dilaksankan dengan menghitung percentage of

relative body weight( BPR=berat badan normal) dengan rumus:

BPR= BB(kg) X 100%

TB(cm) -100

Keterangan :

1) Kurus (underweight) :BPR<90%

2) Normal (ideal) :BPR 90% -110%

3) Gemuk (overweight) :BPR >110%


4) Obesitas apabila :BPR> 120%

a) Obesitas ringan :BPR 120% -130%

b) Obesitas sedang :BPR 130% - 140%

c) Obesitas berat :BPR 140 – 200%

d) Morbid :BPR > 200%

b. Olahraga

Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:

1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam

sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita

dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan

meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya

2) Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore

3) Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen

4) Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein

5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan

dirangsang pembentukan glikogen baru

6) Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena

pembakaran asam lemak menjadi lebih baik

c. Edukasi/penyuluhan

Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan

pencegahannya. Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada

dokter, mencari artikel mengenai diabetes

d. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pengcegahan dengan cara

(edukasi,pengaturan makan,aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus

diberikan obat obatan


e. Pemantauan gula darah

Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin ,bertujuan untuk

mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima

pilar diatas mencapai target,tidak akan terjadi komplikasi.

f. Melakukan perawatan luka

a) Pengertian

Melakukan tindakan perawatan menganti balutan, membersihkan luka

pada luka kotor

b) Tujuan

 Mencegah infeksi

 Membantu penyembuhan luka

 Tahap Terminasi

o Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan

o Berpamitan dengan klien

o Membereskan alat-alat

o Mencuci tangan

o Mencatat kegiatan dalam lembar/ catatan keperawatan

g. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital

h. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi

hiperhidrasi

i. Mengelola pemberian obat sesuai program

B. Penatalaksanaan Medis

a. Terapi dengan Insulin

Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda

dengan pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi


untuk terapi kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol

glikemik. Apabila terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik

maka pengobatan diganti menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan

pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda dengan pasien

dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan

risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita diabetes

pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin

yang tepat yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin premixed atau

predrawn yang dapat digunakan dalam terapi insulin. 16 Lama kerja

insulin beragam antar individu sehingga diperlukan penyesuaian dosis

pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin dan frekuensi

penyuntikannya ditentukan secara individual. Umumnya pasien diabetes

melitus memerlukan insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian

ditambahkan insulin kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah

makan. Namun, karena tidak mudah bagi pasien untuk mencampurnya

sendiri, maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis insulin regular (R)

dan insulin kerja sedang ,Idealnya insulin digunakan sesuai dengan

keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan

basal dan tiga kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan.

Namun demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai

dengan kenyamanan penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan

fisiologis.

b. Obat Antidiabetik Oral


1. Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi

kedua yaitu glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya

non ionic-binding dengan albumin sehingga resiko interaksi obat


berkurang demikian juga resiko hiponatremi dan hipoglikemia lebih

rendah.
Dosis dimulai dengan dosis rendah. Glipizid lebih dianjurkan karena

metabolitnya tidak aktif sedangkan 18 metabolit gliburid bersifat aktif.

Glipizide dan gliklazid memiliki sistem kerja metabolit yang lebih

pendek atau metabolit tidak aktif yang lebih sesuai digunakan pada

pasien diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera ini selain

merangsang pelepasan insulin dari fungsi sel beta pankreas juga

memiliki tambahan efek ekstrapankreatik.

2. Golongan Biguanid Metformi

pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika

digunakan tanpa obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati

pada pasien lanjut usia karena dapat menyebabkan anorexia dan

kehilangan berat badan. Pasien lanjut usia harus memeriksakan

kreatinin terlebih dahulu. Serum kretinin yang rendah disebakan

karena massa otot yang rendah pada orangtua.

3. Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose

Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu

enzim pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan

karbohidrat kompleks. Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan

menghasilkan penurunan peningkatan glukosa postprandial.Walaupun

kurang efektif dibandingkan golongan obat yang lain, obat tersebut

dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang mengalami

diabetes 19 ringan. Efek samping gastrointestinal dapat membatasi

terapi tetapi juga bermanfaat bagi mereka yang menderita sembelit.

Fungsi hati akan terganggu pada dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak

menjadi masalah klinis.


4. Thiazolidinediones Thiazolidinediones

memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat meningkatkan

efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone

telah terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak

menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien

dengan gagal jantung. Thiazolidinediones adalah obat yang relatif .


9. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam pengkajian

perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang diagnosa. Data

tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat digunakan dalam tahap

berikutnya, meliputi nama pasien,umur, keluhan utama

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan luka pada kaki yang tidak

sembuh-sembuh, mudah merasa lapar dan haus, sering kencing,

kesemutan pada esktremitas, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan,

lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.

b. Riwayat kesehatan lalu

Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung

seperti Infark miokard

c. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM

2. Pengkajian Pola Gordon

a. Pola persepsi

Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan

tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak

gangren pada kaki diabetik, sehingga menimbulkan persepsi negatif

terhadap diri dan kecendurangan untuk tidak mematuhi prosedur

pengobatan dan perawatan yang lama,lebih dari 6 juta dari penderita DM

tidak menyadari akan terjadinya resiko kaki diabetik bahkan mereka takut

akan terjadinya amputasi (Debra Clair,Jounal Februari 201)


b. Pola nutrisi metabolik

Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin

maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan

keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan

menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengarui

status kesehatan penderita. Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor

kulit jelek , mual muntah.

c. Pola eliminasi

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang

menyebabkan pasien sering kencing(poliuri) dan pengeluaran glukosa

pada urine(glukosuria). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.

d. Pola ativitas dan latihan


Kelemahan, susah berjalan dan bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan

tidur,tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan

sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahanotot otot pada

tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu melakukan aktivitas

sehari hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.

e. Pola tidur dan istirahat

Istirahat tidak efektif adanya poliuri,nyeri pada kaki yang luka,sehingga

klien mengalami kesulitan tidur

f. Kongnitif persepsi

Pasien dengan gangren cendrung mengalami neuropati/ mati rasa pada

luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami

penurunan, gangguan penglihatan.


g. Persepsi dan konsep diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita

mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh ,

lamanya perawatan, banyaknya baiaya perawatan dan pengobatan

menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada

keluarga (self esteem)

h. Peran hubungan

Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita

malu dan menarik diri dari pergaulan.

i. Seksualitas

Angiopati daoat terjadi pada pebuluh darah diorgan reproduksi sehingga

menyebabkan gangguan potensi sek,gangguan kualitas maupun ereksi seta

memberi dampak dalam proses ejakulasi serta orgasme. Adanya perdangan

pada vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. Risiko

lebih tinggi terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropatai.

j. Koping toleransi

Lamanya waktu perawatan,perjalannya penyakit kronik, persaan tidak

berdaya karena ketergantungan menyebabkan reasi psikologis yang

negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan

penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang

kontruktif/adaptif.

k. Nilai kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka

pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi

mempengarui pola ibadah penderita.


3. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan Vital Sign

Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah

dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal,

Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika

terjadi infeksi.

b. Pemeriksaan Kulit

Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika

kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi

komplikasi kulit terasa gatal.

c. Pemeriksaan Kepala dan Leher


Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran

kelenjar tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous

Pressure) normal 5-2 cmH2.

d. Pemeriksaan Dada (Thorak)

Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan

cepat dan dalam.

e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)

Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.

f. Pemeriksaan

Abdomen Dalam batas

normal

g. Pemeriksaan inguinal, genetalia,

anus Sering BAK

h. Pemeriksaan Muskuloskeletal

Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan


i. Pemeriksaan Ekstremitas

Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa

baal

j. Pemeriksaan Neurologi

GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)

4. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin

2. Gangguan integritas kulit b.d neuropati sensori

3. Berduka b.d kehilangan


2.2.3 RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakstabilan gula darahSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen
b.d resistensi insulin 1x 24 jam maka kestabilan gula darah hiperglikemia
meningkat Observasi
KH :
 Identifkasi kemungkinan
 Kestabilan kadar glukosa darah penyebab hiperglikemia
membaik  Identifikasi situasi yang
 Status nutrisi membaik menyebabkan kebutuhan insulin
 Tingkat pengetahuan meningkat meningkat (mis. penyakit kambuhan)
 Monitor kadar glukosa darah, jika
perlu
 Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia (mis. poliuri, polidipsia,
polivagia, kelemahan, malaise,
pandangan kabur, sakit kepala)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor keton urine, kadar analisa
gas darah, elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi

Terapeutik

 Berikan asupan cairan oral


 Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia tetap
ada atau memburuk
 Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi

 Anjurkan olahraga saat kadar


glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
 Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
 Anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga
 Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine, jika perlu
 Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis. penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan professional
kesehatan)

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian insulin,


jika perlu
 Kolaborasi pemberian cairan IV,
jika perlu
 Kolaborasipemberian kalium, jika
perlu
2 Gangguan integritas kulit b.d Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1 Perawatan Luka
neuropati perifer x24 jam diharapkan luka membaik
KH : Observasi
 Perfusi jaringan meningkat
 Kerusakan jaringan menurun - Monitor karakteristik luka (mis:
 Kerusakan lapisan kulit menurun drainase,warna,ukuran,bau
- Monitor tanda –tanda inveksi
 Kemerahan menurun
 Hematoma menurun
Terapiutik
 Nekrosis menurun
 Suhu kulit membaik - lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Tekstur membaik - Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika
perlu
- Bersihkan dengan cairan NACL atau
pembersih non toksik,sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika
perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan
luka
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
- Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam
atau sesuai kondisi pasien
- Berika diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5
g/kgBB/hari
- Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis
vitamin A,vitamin C,Zinc,Asam
amino),sesuai indikasi
- Berikan terapi TENS(Stimulasi syaraf
transkutaneous), jika perlu

Edukasi

- Jelaskan tandan dan gejala infeksi


- Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium
dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri

Kolaborasi

- Kolaborasi prosedur debridement(mis:


enzimatik biologis mekanis,autolotik), jika
perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
3 Berduka b.d kehilangan Setelah dilakukan tintdakan keperawatan Dukungan proses berduka
selama 1x 24 jam maka rasa sedih menurun Observasi
KH : - Identifikasi kehilangan yang dihadapi
 Verbalisasi menerima kehilangan - Identifikasi proses berduka yang dialami
meningkat - Identifikasi reaksi awal terhadap
 Verbalisasi harapan meningkat kehilangan
 Verbalisasi perasaan berguna Terapeutik
meningkat - Tunjukkan sikap menerima dan empati
 Verbalisasi perasaan sedih meningkat - Motivasi agar mau mengungkapkan
perasaan kehilangan
- Motivasi untuk menguatkna dukungan
keluarga atau orang terdekat
- Diskusikan strategi koping yang daoat
digunakan
Edukasi
- Jelaskan kepada pasien dan keluarga
bahwa sikap mengingkari, marah, tawar
menawar, sepresi dan menerima adalah
wajar dalam menghadapi kehilangan
- Anjurkan mengekspresikan perasaan
tentang kehilangan
- Ajarkan melewati proses berduka secara
bertahap
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). (2017). Diabetes basic.


http:/www.diabetes.org/diabetes-basics

Kernel, W, and Bruckel, J. (2014). Definition, classification and Diagnosis of Diabetes


Mellitus, Exp Clin Endocrinol Diabetes.

PERKENI. (2015). Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di


Indonesia.

Shadine, M. (2010). Mengenal Penyakit Diabetes Melitus.

Smeltzer, S. . dan B. . B. (2015). Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth.
FORMAT PENGKAJIAN
DATA KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH
BIODATA

Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 51 Tahun
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Guru SD
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : S1 Pendidikan
Alamat : Jln. Candi Borobudur, Malang

No. Regester : 974643


Tanggal MRS : 8-11-2001
Tanggal Pengkajian : 9-11-2001
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus tipe 2

RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

1. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :


Pasien mengatakan mengeluh luka pada kaki yang tidak sembuh-sembuh

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengatakan tidak menyadari kakinya terluka pada 2 minggu yang lalu karena dibiarkan saja
luka pasien saat ini bertambah luas, terdapat nanah dan peradangan, warna kehitaman disekitar luka
pada tapak kaki dan terasa nyeri. Pasien mengatakan beliau guru SD, sehari-hari mengajar murid-
murid di sekolah. Pasien mengatakan merasa sedih dan merasa tidak berguna karena tidak bisa
mengajar dan terus memikirkan pekerjaan di sekolah

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit serius sebelumnya

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Pasien mengatakan jika bapak pasien meninggal karena penyakit jantung dan diabetes 10 tahun yang
lalu

POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


A. POLA TIDUR/ISTIRAHAT :
1. Waktu tidur : saat sakit pasien tidur 4 jam di malam hari
2. Waktu Bangun : Pasien bangun pada pukul 5 pagi
3. Masalah tidur : Pasien mengeluh sakit pada sekitar luka dan sering kencing
4. Hal-hal yang mempermudah tidur : saat kelelahan pasien mudah tertidur
5. Hal-hal yang mempermudah Pasien terbangun : menggunakan alarm untuk bangun tidur

B. POLA ELIMINASI :
1. BAB : 1x sehari saat pagi, warna feces kunging keclokatan dan konsistensi padat
2. BAK : >7x sehari, warna urine kuning
3. Kesulitan BAB/BAK : tidak ada kesulitan saaat BAB/BAK
4. Upaya/ Cara mengatasi masalah tersebut :Tidak ada upaya/cara mengatasi masalah
C. POLA MAKAN DAN MINUM :
1. Jumlah dan jenis makanan : 4x sehari/1 porsi habis/nasi,lauk,sayur
2. Waktu Pemberian Makan : pagi,siang,sore,malam
3. Jumlah dan Jenis Cairan : >3 liter sehari/ air putih
4. Waktu Pemberian Cairan : pagi ,siang dan malam saat pasien merasa haus
5. Pantangan : daging berlemak dan buah yang mengandung banyak gula
6. Masalah Makan dan Minum :
a. Kesulitan mengunyah : pasien mengatakan tidak ada kesulitan mengunyah
b. Kesulitan menelan : pasien mengatakan tidak ada kesulitan menelan
c. Mual dan Muntah : pasien mengatakan tidak mual dan muntah
a. Tidak dapat makan sendiri : pasien mengatakan dapat makan sendiri
7. Upaya mengatasi masalah : tidak ada upaya mengatasi masalah

D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE :


1. Pemeliharaan Badan : mandi 2x sehari pagi dan sore
2. Pemeliharaan Gigi dan Mulut : sikat gigi 2x sehari saat pagi dan malam
3. Pemeliharaan Kuku : pasien mengatakan selalu memotong kuku jika kukunya sudah
panjang

E. POLA KEGIATAN/AKTIVITAS LAIN :


Pasien mengatakan tidak ada kegiatan/aktivitas lain

DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komuniasi : Baik, tidak ada masalah dalam pola komunikasi
B. Orang yang paling dekat dengan Pasien : istri pasien
C. Rekreasi :
Hobby : tidak terkaji
Penggunaan waktu senggang : tidak terkaji
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit : pasien tidak bisa mengajar di sekolah
E. Hubungan dengan orang lain / Interaksi social : baik
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : istri pasien

DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah : pasien mengatakan sholat 5 waktu
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : pasien hanya bisa berusaha dan berdoa
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : pasien merasa tidak ada harapan

PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : composmentis
B. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 38,2֯C Nadi : 88x/menit
Tekanan darah : 145/90 mmHg Respirasi : 24x/menit
Tinggi badan : 170 cm Berat Badan : 72 kg

C. Pemeriksaan Kepala dan Leher :


1. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : simetris
Ubun-ubun : normal
Kulit kepala : bersih
b. Rambut : bersih
Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran merata
Bau : tidak bau
Warna : hitam
c. Wajah : mesochepal
Warna kulit : sawo matang
Struktur Wajah : kulit kering

2. M a t a
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan :
Mata lengkap dan simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) :
Normal
c. Konjunctiva dan sclera :
Normal
d. P u p I l :
Isokor
e. Kornea dan Iris :
Dalam batas normal
f. Ketajaman Penglihatan / Virus : *)
Tajam tidak menggunakan kacamata
g. Tekanan Bola Mata : *)
Tekanan bola mata normal

3. H I d u n g
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : posisi spectum nasi tepat ditengah
b. Lubang Hidung : elastis
c. Cuping Hidung :

4. Telinga
a. Bentuk Telinga : simetris
Ukuran Telinga : normal
Ketegangan telinga : dalam batas normal
b. Lubang Telinga : tidak ada serumen
c. Ketajaman pendengaran : dalam batas normal

5. Mulut dan Faring :


a. Keadaan Bibir : bentuk bibir simetris dan tidak tampak adanya sariawan dan lesi
b. Keadaan Gusi dan Gigi : tidak ada pembengkakan pada gusi, gusi dan gigi bersih
c. Keadaan Lidah : permukaan lidah berwarna merah muda

6. L e h e r :
a. Posisi Trakhea : normal
b. Tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Suara : normal
d. Kelenjar Lymphe : tidak ada pembengakakan/pembesaran lymphe
e. Vena Jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis
f. Denyut Nadi Coratis : normal
D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit ) :
a. Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : kulit teraba hangat
c. Warna : kehitaman disekitar luka
d. Turgor : turgor kulit menurun
e. Tekstur : tekstur agak kasar
f. Kelembapan : kulit kering
g. Kelainan pada kulit : terdapat luka basah ukuran 2x4 cm pada telapak kaki dan
terdapat pus

E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak :

a. Ukuran dan bentuk payudara : tidak terkaji


b. Warna payudara dan Areola : tidak terkaji
c. Kelainan-kelainan Payudara dan Putting : tidak terkjai
d. Axila dan Clavicula : tidak terkaji

F. Pemeriksaan Thorak / Dada :


1. Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak : simetris
b. Pernafasan
- Frekuensi : 24x/menit
- Irama : reguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : tidak terdapat tanda-tanda kesulitan bernafas.

2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vokal Fremitus )
Fremitus, normal
b. Perkusi : sonor kanan dan kiri
c. Auskultasi
- Suara nafas : vesikuler
- Suara Ucapan : suara pasien terdengar tampak lantang
- Suara Tambahan : tidak ada suara tambahan

3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulpasi :
- Ictus Cordis : ics 5

b. Perkusi :
- Batas-batas Jantung : normal
c. Aukultasi
- Bunyi Jantung I : lup
- Bunyi Jantung II : dup
- Bising/murmur : tidak terdapat bunyi tambahan
- Frekuensi Denyut Jantung :
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : normal
- Benjolan/massa : tidak terdapat benjolan/lesi pada area abdomen
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : normal
- Bunyi Jantung Anak/BJA :

c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan
- Benjolan /massa : tidak ada benjolan.massa
- Tanda-tanda Ascites : tidak ada tanda-tanda ascites
- Hepar : hepar teraba dan tidak ada pembesaran
- Lien : tidak ada pembesaran lien
- Titik Mc. Burne : tidak ada nyeri tekan

d. Pekusi
- Suara Abdomen : timpani
- Pemeriksaan Ascites :

H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya


1. Genetalia
a. Rambut pubis : tidak terkaji
b. Meatus Urethra : tidak terkaji
c. Kelainan-kelainan pada Genetalia Eksterna dan Daerah Inguinal : tidak terkaji

2. Anus dan Perineum


a. Lubang Anus : normal
b. Kelainan-kelainan pada anus : tidak ada kelainan pada anus
c. Perenium : normal

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimis )


a) Kesimestrisan otot : simetris
b) Pemeriksaan Oedema : terdapat oedema pada kaki
c) Kekuatan otot :5 5
4 5
d) Kelainan-kelainan pada ekstrimitas dan kuku : luka pada kaki bagian bawah

J. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS : GCS 15
2. Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) : tidak ada tanda-tanda rangsangan otak
3. Fungsi Motorik : normal
4. Fungsi Sensorik : normal
5. Refleks :
a) Refleks Fisiologis : normal
a) Refleks Patologis : normal
K. Pemeriksaan Status Mental
a. Kondisi emosi/Perasaan : pasien merasa sedih
b. Orientasi : pasien kurang dapat berorientasi
c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan ) : pasien terus memikirkan
pekerjaan di sekolah
d. Motifikasi ( kemampuan ) : mampu
e. Persepsi : Pasien kurang paham dan tidak mampu berkonsentrasi apa yang disampaikan oleh orang
lain
f. Bahasa : bahasa indonesia dan bahasa jawa

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus Tipe 2

B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis :


1. Laboratorium :
glukosa darah : 230 mg/Dl
Sel darah putih 12.000/µl
2. Rontgen : ……………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
3. ECG : ……………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
4. USG : ……………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
5. Lain – lain : ……………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


Terapi insulin 8 unit/hari
Glibenclamide 5 mg oral
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Mahasiswa,

NIM :
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. J


Umur : 51 Tahun
No. Reg. : 974643

DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI


DS :
 Pasien mengatakan merasa Berduka Kehilangan
sedih karena tidak bisa (pekerjaan, fungsi)
mengajar
 Pasien mengatakan merasa
tidak berguna
 Pasien mengatakan merasa
tidak ada harapan

DO :
 Pola tidur pasien berubah
 Pasien tidak mampu
berkonsentrasi

DS :
 Pasien mengatakan Gangguan integritas kulit Neuropati sensori
mengeluh luka pada kaki
yang tidak sembuh-sembuh
 Pasien mengatakan merasa
nyeri disekitar luka pada
bagian tapak kaki

DO :
 Terdapat nanah dan
peradangan
 Kerusakan lapisan kulit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. J


Umur : 51 Tahun
No. Reg. : 974643

MASALAH MASALAH
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI
Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Berduka b.d kehilangan d.d merasa sedih, 9-11-2021
tidak berguna, tidak ada harapan, dan
pasien tidak mampu berkonsentrasi

2. Gangguan integritas kulit b.d terasa nyeri 9-11-2021


disekitar luka bagian tapak kaki, terdapat
nanah, peradangan, dan kerusakan lapisan
kulit
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. J


Umur : 51 Tahun
No. Reg. : 974643

NO. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TT


1. 9-11-2021 Berduka b.d kehilangan d.d merasa sedih,
tidak berguna, tidak ada harapan, dan pasien
tidak mampu berkonsentrasi

Gangguan integritas kulit b.d terasa nyeri


2.
9-11-2021 disekitar luka bagian tapak kaki, terdapat
nanah, peradangan, dan kerusakan lapisan
kulit
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. J


Umur : 51 Tahun
No. Reg. : 974643

TUJUAN DAN
DIAGNOSA KEP TINDAKAN KEPERAWATAN
NO HARI/TGL KRITERIA HASIL RASIONAL
1. 9-11-2021 Berduka b.d kehilangan d.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi proses berduka 1. Mengetahui proses
merasa sedih, tidak berguna, intervensi keperawatan yang dialami berduka yan dialami
tidak ada harapan, dan pasien selama 2x24 jam rasa 2. Tunjukkan sikap menerima 2. Membantu
tidak mampu berkonsentrasi berduka menurun dengan dan empati menunjukkan sikap
kriteria hasil : 3. Fasilitasi melakukan menerima dan empati
- Verbalisasi kebiasaan sesuai dengan 3. Agar pasien bisa
harapan agama lebih tenang dengan
meningkat 4. Fasilitasi mengekspresikan melakukan ibadah
- Verbalisasi perasaan dengan cara yang 4. Membantu
perasaan berguna nyaman mengekspresikan
meningkat 5. Ajarkan melewati proses perasaan dengan
- Verbalisasi berduka secara bertahap membaca buku atau
perasaan sedih menulis
menurun 5. Membantu melewati
- Kosentrasi proses berduka secara
membaik bertahap

1. Monitor karakteristik luka 1. Mengetahui


2. 9-11-2021 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan 2. Monitor tanda –tanda infeksi
b.d terasa nyeri disekitar karakteristik luka
intervensi keperawatan 3. Bersihkan dengan cairan (mis:
luka bagian tapak kaki, selama 2x24 jam rasa NACL atau pembersih non drainase,warna,ukura
terdapat nanah, peradangan, kehilangan menurun toksik,sesuai kebutuhan n,bau)
dan kerusakan lapisan kulit dengan kriteria hasil : 4. Pasang balutan sesuai jenis 2. Mengetahui tanda-
- Kerusakan luka tanda infeksi
lapisan kulit 5. Ajarkan prosedur perawatan 3. Membantu perawatan
menurun luka secara mandiri luka dengan cairan
- Nyeri menurun 6. Kolaborasi pemberian NACL
- Nekrosis antibiotik, jika perlu 4. Membantu memasang
menurun balutan pada luka
- Tekstur membaik 5. Agar pasien dapat
merawat luka secara
mandiri
6. agar infeksi pada luka
dapat terobati
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. J


Umur : 51 Tahun
No. Reg. : 974643

TANGGAL TINDAKAN KEPERAWATAN


NO DX KEP RESPON PASIEN TT
JAM
I 1. Mengidentifikasi proses berduka yang dialami pasien saat Pasien tampak tidak
9-11-2021
merasa sedih, tidak berguna dan merasa tidak ada harapan mampu berkonsentrasi
2. Menunjukkan sikap menerima dan empati
3. Memfasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan agama
dengan melakukan ibadah kepada Allah swt
4. Memfaasilitasi mengekspresikan perasaan dengan cara yang
nyaman seperti membaca buku atau menulis
5. Mengajarkan melewati proses berduka secara bertahap

9-11-2021 1. Memonitor karakteristik luka (warna kehitaman sekitar luka Pasien tampak meringis
II
,ukuran 2x4 cm)
2. Memonitor tanda –tanda infeksi seperti terdapat nanah
3. Membersihkan dengan cairan NACL atau pembersih non
toksik pada area sekitar luka
4. Mempasang balutan sesuai jenis luka
5. Mengajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri kepada
pasien
6. Mengkolaborasikan pemberian antibiotik
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. J


Umur : 51 Tahun
No. Reg. : 974643

NO DX KEP TANGGAL TANGGAL TANGGAL...........


9-11-2021 10-11-2021

S: S: S:
I  Pasien mengatakan merasa sedih  Pasien mengatakan masih
karena tidak bisa mengajar merasa sedih karena belum bisa
 Pasien mengatakan merasa tidak mengajar di sekolah
berguna  Pasien mengatakan perasaan
 Pasien mengatakan merasa tidak tidak berguna berkurang
ada harapan  Pasien mengatakan perasaan
tidak ada harapan berkurang O:

O: O:
 Pola tidur pasien berubah  pola tidur pasien masih tidak
 Pasien tidak mampu teratur
berkonsentrasi  pasien sudah mulai mampu A:
berkonsentrasi
A : Masalah belum teratasi
A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1-5


P : lanjutkan intervensi 3-5 P:
I: I: I:

E: E:
E:
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. J


Umur : 51 Tahun
No. Reg. : 974643

NO DX KEP TANGGAL TANGGAL TANGGAL...........


9-11-2021 10-11-2021

S: S: S:
II  Pasien mengatakan mengeluh  Pasien mengatakan mengeluh
luka pada kaki yang tidak luka pada kaki
sembuh-sembuh  Pasien mengatakan nyeri
 Pasien mengatakan merasa nyeri disekitar luka yang dirasakan
disekitar luka pada bagian tapak berkurang
kaki O:
O:
 Nanah dan peradangan
O: berkurang
 Terdapat nanah dan peradangan  Lapisan kulit pada pasien
 Kerusakan lapisan kulit sudah terbalut

A: A:
A : Masalah belum teratasi
Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1-6


P:
Lanjutkan intervensi 3-6 P:
I: I: I:

E: E:
E:

Anda mungkin juga menyukai