Anda di halaman 1dari 10

e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling

Volume: 2 No 1, Tahun 2014

PENERAPAN KONSELING KARIR HOLLAND DENGAN TEKNIK


MODELING UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR
SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 3 SINGARAJA

I Nyoman Subagia Ardana1,I Ketut Dharsana2, Kadek Suranata3


123
Jurusan Bimbingan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {ardana.subagia@gmail.com;profdarsana@yahoo.co.id;sura@konselor.com}

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetaui (1) deskripsi hasil pengamatan awal kondisi
kematangan karier siswa, (2) peningkatan kematangan karier siswa setelah diberi
tindakan pada siklus I dan siklus II. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
bimbingan konseling, dilakukan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari enam
langkah yang dikelompokkan menjadi empat tahap yaitu tahap perencanaan
(identifikasi, diagnosa, dan prognosa), pelaksanaan (konseling/treatmen),
pengamatan dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 1
SMK Negeri 3 Singaraja yang berjumlah 28 orang siswa. Untuk memperoleh data
digunakan alat pengumpulan data berupa pedoman observasi dan pedoman
wawancara sebagai alat pengumpulan data komplementer serta kuesioner sebagai
alat pengumpulan data utama. Data yang diperoleh dari responden dikumpulkan dan
dianalisis dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data prasiklus
menunjukkan dari 28 orang siswa terdapat 4 orang siswa yang memiliki presentase
skor kemataangan karier rendah dengan presentase skor rata-rata 43,625 %
(kematangan karier sangat rendah). Setelah diberikan tindakan pada siklus I
presentase skor kematangan karier siswa mengalami peningkatan menjadi 76,125
% (kematangan karier sedang). Dari 4 orang siswa terdapat 2 orang siswa yang
masih memiliki presentase skor ≤ 80% dengan presnetase skor rata-rata 70 %
(kematangan karier sedang). Setelah pemberian tindakan siklus II presentase skor
kematangan karier siswa menjadi 81,25 % (kematangan karir tinggi). Keempat siswa
yang mendapatkan tindakan konseling karir Holland dengan teknik modeling telah
mampu memperoleh presentase skor kematangan karir ≥ 80 %. Berdasarkan pada
hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konseling karir Holland
dengan teknik modeling dapat meningkatkan kematangan karir siswa.

Kata-kata kunci : konseling karir holland, modeling, kematangan karir

Abstract

The purpose of this research is to know (1) the description of initial observation
result of student career maturity condition, (2) increase students' career maturity
after being given career counseling holland with modeling techniques in the first and
second cycle. The kind of this research is action research in counseling, that’s done
in two cycles and in each cycle consists of six steps, which are grouped into four
stages, there are planning (identification, diagnosis, and prognosis), action
(counseling/treatment), observation, and reflection. The subject of this research is 28
students member of X TKJ 1, SMK N 3 Singaraja, while the main sample of this
research is four students in that class. In this research, the researcher used
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

observation and interview method of complementary data collection and questioner


to get the main result. The data then collected and analised by the method of
descriptive-quantitative analysis. The result of the research shows there are
increased of career maturity from average score 43,625 % (very low career maturity)
to 76,125 % (medium career maturity) in the first cycle and there are also increasing
from 70 % average score (medium career maturity) to 81,25 % (high career maturity)
in the next cycle. The four students who got the action research in Holland career
counseling with modeling method is able to get a score of career maturity ≥ 80 %.
Based on that result, the researcher can proof that the Holland career counseling
with modeling method can increase the students career maturity.

Keywords: holland career counseling, modeling, career maturity

PENDAHULUAN beluk pekerjaan, khawatir akan pekerjaan


Kehidupan manusia telah memasuki yang akan dijabat nanti. Namun,
era globalisasi. Perkembangan ilmu sebaliknya ada siswa sudah mampu
pengetahuan dan teknologi semakin pesat memilih dan memikirkan pekerjaan yang
dan berdampak pada persaingan di dunia akan dijabat nanti, sudah mengetahui
global. Persaingan yang ketat tersebut bakat diri untuk pekerjaan/jabatan apa,
sangat nampak. Indonesia kini memiliki sudah memiliki pengetahuan yang luas
lebih dari 25% angkatan muda yang tentang seluk-beluk pekerjaan, tidak
menganggur dan masih banyak lagi yang khawatir akan pekerjaan yang akan dijabat
mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai nanti. Gejala seperti ini dapat dikatakan
dengan keterampilannya (underemployed) gejala-gejala dalam menentukan
akibat persaingan global. Hal ini kematangan karir.
dikarenakan tenaga kerja muda Indonesia Dari gejala-gejala tersebut dapat
cenderung tidak menggunakan dilihat bahwa terdapat siswa yang
keterampilannya secara optimal. Dari terindikasi memiliki kematangan karir
sekian faktor, salah satu penyebabnya rendah dan terdapat pula siswa yang
adalah kurang matangnya karir yang terindikasi sudah memiliki kematangan
dipilih sejak di bangku sekolah. karir yang cukup bahkan tinggi.
Kurangnya kematangan karir bisa Kematangan karier merupakan aspek
terjadi pula pada siswa SMK yang yang perlu dimiliki siswa untuk menunjang
merupakan sekolah pencetak lulusan karier dimasa depan. Selain itu,
dengan kompetensi tertentu. Dibuktikan kematangan karir juga memiliki hubungan
dari hasil analisis Alat Ungkap Masalah positif yang sangat signifikan dengan
dari siswa salah satu SMK yang ada di motivasi belajar siswa (Wijaya, 2012:16).
Singaraja menunjukkan hampir seluruh Berdasarkan hal tersebut, maka
siswa memiliki masalah dalam bidang karir kematangan karir siswa yang masih dalam
dan pekerjaan. Hal ini meunjukkan siswa kategori rendah sangat perlu ditingkatkan
SMK yang sudah dipastikan akan memiliki guna menunjang motivasinya dalam
kompetensi tertentu setelah lulus masih belajar. Bagi siswa yang sudah sudah
memiliki keraguan akan karir yang memiliki kematangan karir sedang, tinggi
dipilihnya. dan sangat tinggi hanya perlu pemantapan
Berdasarkan pengamatan dan dan pembinaan untuk memberikan
wawancara di kelas, gejala-gejala yang harapan masa depan yang lebih baik.
ditunjukkan oleh siswa di kelas X TKJ 1 Kematangan karir merupakan aspek
SMK Negeri 3 Singaraja diantaranya, yang perlu dimiliki siswa untuk menunjang
belum mampu memilih dan memikirkan karir dimasa depan. Pengertian
pekerjaan yang akan dijabat nanti, belum kematangan karir diungkapkan oleh B.
mengetahui bakat diri untuk Hasan (Ramli, 2012: 5), yaitu sikap dan
pekerjaan/jabatan apa, kurang memiliki kompetensi yang berperan untuk
pengetahuan yang luas tentang seluk- pengambilan keputusan karir. Sikap dan
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

kompetensi tersebut mendukung eksistensial humanistic. Dalam mengatasi


penentuan keputusan karir yang tepat. masalah ini peneliti menggunakan
Dari definisi tersebut mengandung pendekatan behavioral, dalam pendekatan
indikator yaitu: (1) sikap dan (2) behavioral ada banyak teori tentang karir
kompetensi untuk pengambilan yang bisa digunakan, antara lain: Teori
keputusan. Menurut Mamat Supriatna (45- Pemilihan Jabatan Jhon L.Holland, Teori
46) ada dua dimensi yang perlu Perkembangan Karir dan Perkembangan
dikembangkan untuk membangun Hidup (Super), Teori Pemilihan Jabatan
kematangan karier siswa, yakni dimensi atau Karir menurut Anne Roe, Teori
kematangan karier yang bersifat kognitif Perkembangan Karir oleh Ginzberg, dan
dan non-kognitif. Dimensi kognitif Teori Konseling Karir Trait dan Factor.
kematangan karier siswa terdiri atas aspek Jadi dari keseluruhan teori konseling
(1) pengetahuan tentang informasi dunia tersebut, untuk meningkatkan kematangan
kerja (world-of-work information), (2) karir siswa peneliti menggunakan Teori
pengetahuan tentang kelompok pekerjaan Konseling Holland.
yang lebih disukai (knowedge of preferred Teori ini didasarkan kepada
occupational group), dan (3) pengetahuan asumsi utama tentang tipe kepribadian
tentang membuat keputusan (decission dan determinasinya, dan kaitannya
making). Dimensi non kognitif kematangan dengan beragam hasil dan pilihan kerja.
karier siswa terdiri atas (1) perencanaan Individu mengekspresikan dirinya sendiri,
karier (career planning), (2) eksplorasi nilai yang dianutnya dan minat yang
karier (career exploration), dan (3) realism dikejarnya dan lain-lain melalui pilhan
keputusan karier (realism). Dengan karier... sebuah lingkungan kerja bagi
demikian, layanan pengembangan mereka (Gibson dkk, 2011:461)
kematangan karier berarti memfasilitasi John L. Holland (dalam Dharsan,
berkembangnya keenam aspek tersebut 2010:406) merumuskan tipe kepribadian
pada diri siswa. menjadi enam golongan. Setiap golongan
Siswa yang memiliki kematangan dijabarkan kedalam suatu model teori
karier tinggi, sedang, maupun rendah yang disebut model orientasi. Semua
perlu diberikan layanan yang berbeda. orang dapat digolongkan menurut patokan
Siswa dengan kematangan karier tinggi sampai berapa jauh mereka mendekati
dan sangat tinggi cukup diberikan salah satu di antara enam tipe
bimbingan secara klasikal untuk kepribadian, yaitu : Tipe Realistik (The
menambah pemahamannya terhadap Realistic Type), Tipe Peneliti/Pengusut
kematangan karier. Bimbingan klasikal (The Investigative Type), Tipe Seniman
yang lebih dalam perlu diberikan kepada (The Artistic Type), Tipe Sosial (The
siswa yang memiliki kematangan karier Social Type), Tipe Pengusaha (The
sedang untuk meningkatkan pengetahuan Enterprising Type), dan Tipe Orang Rutin
dan pemahamannya terhadap (Conventional Type). Semakin mirip
kematangan karier. Siswa yang memiliki seseorang dengan salah satu di antara
kematangan karier rendah dan sangat enam tipe itu, makin tampaklah padanya
rendah harus diberikan layanan khusus ciri-ciri dan corak perilaku yang khas untuk
mulai dari bimbingan secara klasikal untuk tipe bersangkutan. Setiap tipe kepribadian
memberikan pemahaman umum, adalah suatu tipe teoritis atau tipe ideal,
konseling kelompok, hingga konseling yang merupakan hasil dari interaksi antara
individu untuk meningkatkan kematangan faktor-faktor internal dan eksternal.
kariernya. Berdasarkan interaksi itu manusia muda
Meningkatkan kematangan karir belajar lebih menyukai kegiatan/aktivitas
siswa, dapat dilakukan melalui 2 tertentu, yang kemudian melahirkan suatu
pendekatan, pendekatan pembelajaran minat kuat yang pada gilirannya
dan pendekatan bimbingan konseling. menumbuhkan kemampuan dan
Dalam pendekatan bimbingan konseling keterampilan tertentu. Kombinasi dari
terdapat beberapa pendekatan, minat dan kemampuan itu menciptakan
pendekatan behavioral, kognitif, suatu disposisi yang bersifat sangat
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

pribadi untuk menafsirkan, bersikap, model , sehingga konseli bisa dengan


berpikir, dan bertindak dengan cara-cara cepat memahami perilaku yang ingin
tertentu. Sebagai sebuah contoh : diubah dan bisa mendapatkan perilaku
seseorang dengan tipe sosial yang lebih yang lebih efektif.
peka terhadap kebutuhan orang lain dan Sesuai dengan permasalahan
karena itu ia lebih cerderung memasuki yang telah dirumuskan diatas, tujuan
lingkungan okupasi yang mengandung penelitian ini adalah untuk mengetahui
unsur pelayanan sosial seperti perawat, deskripsi hasil pengamatan awal kondisi
guru, pekerja sosial, dan pemuka agama. kematangan karier siswa kelas X TKJ 1 di
Membandingkan segala sikap dan cara SMK Negeri 3 Singaraja, untuk
bertindak seseorang dengan pola sikap mengetahui apakah terjadi peningkatan
dan kebiasaan bertindak yang khusus kematangan karier siswa kelas X TKJ 1
untuk setiap tipe kepribadian, dapat SMK Negeri 3 Singaraja setelah diberi
ditentukan tipe manakah yang cocok konseling karier Holland dengan teknik
dengan orang itu, dalam urutan mana modeling pada siklus I, serta untuk
yang paling sesuai, mana yang sesuai mengetahui apakah terjadi peningkatan
dalam urutan kedua dan ketiga, dengan kematangan karier siswa kelas X TKJ 1
demikian, seseorang dapat dinyatakan SMK Negeri 3 Singaraja setelah diberi
paling mendekati tipe sosial, namun masih konseling karier Holland dengan teknik
memiliki juga kemiripan dengan tipe modeling pada siklus II.
pengusaha dan tipe seniman.
Mengatasi gejala tersebut terdapat
beberapa teknik yang dapat digunakan, METODE
diantaranya teknik imitasi, teknik Penelitian ini merupakan penelitian
modeling, teknik reinforcement, teknik self tindakan bimbingan konseling (Action
control. Dari beberapa teknik yang dapat Research in Counseling), yaitu sebuah
digunakan maka dipilih teknik modeling, penelitian atau kegiatan reflektif yang
Istilah modeling merupakan istilah mengkaji permasalahan dalam bidang
umum untuk menunjukkan terjadinya bimbingan dan konseling secara
proses belajar melalui pengamatan dari sistematis dan mengikuti kaidah-kaidah
orang lain dan perubahan yang terjadi penelitian yang cocok sehingga tujuan
karenanya melalui peniruan. Modeling pengembangan keterampilan-
merupakan salah satu teknik konseling keterampilan baru dapat tercapai.
yang dikembangkan oleh Albert Bandura Penelitian ini dilakukan pada siswa
yang berakar dari teori belajar sosial kelas X TKJ 1 SMK Negeri 3 Singaraja.
(sosial lerning). Jumlah siswa yang ada pada kelas X TKJ
Menurut Bandura (dalam Corey 1 SMK Negeri 3 Singaraja adalah 28
(dalam terjemahan E. Koswara, 1988: orang, yang terdiri atas 8 orang siswa putri
221) “teknik modeling merupakan dan 20 orang siswa putra. Dalam
observasi permodelan, mengobservasi penelitian tindakan bimbingan konseling
seseorang lainnya sehingga seseorang ini, anggota penelitian ditemukan dengan
tersebut membentuk ide dan tingkah laku, menggunakan salah satu teknik non
kemudian dijelaskan sebagai panduan probability sampling yaitu teknik purposive
untuk bertindak”. Bandura juga sampling.
menegaskan bahwa modeling merupakan Penelitian tindakan bimbingan
konsekuensi perilaku meniru orang lain konseling (action research in guidance
dari pengalaman baik pengalaman and counseling) ini dilaksanakan dalam 2
langsung maupun tidak langsung, (dua) siklus. Dalam setiap siklus terdiri
sehingga reaksi-reaksi emosional dan dari 6 langkah yang dikelompokkan
rasa takut seseorang dapat dihapuskan. menjadi 4 tahapan, yaitu: (1) tahap
dengan teknik modeling konseli perencanaan (planning)(identifikasi,
bisa mengamati secara langsung diagnosa, dan prognosa), (2) tahap
seseorang yang dijadikan model baik pelaksanaan atau tindakan
dalam bentuk live model ataupun symbolic (action)(konseling/treatment), (3) tahap
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

observasi atau pengamatan (observation) berlangsung. Dari hasil observasi,


dan (4) tahap refleksi (reflection). diketahui data siswa yang masih tetap
Sebelum penelitian dilaksanakan, memiliki kematangan karir rendah, siswa
peneliti melakukan refleksi awal, yang yang mengalami peningkatan kematangan
bertujuan untuk mengidentifikasi karir dan siswa yang sudah memiliki
permasalahan, kendala-kendala, dan agar kematangan karir tinggi.
bisa melakukan perencanaan. Tahap refleksi terdiri atas refleksi
Berdasarkan hasil observasi langsung dan kritis dan refleksi diri. Refleksi kritis adalah
wawancara, terungkap permasalahan pemahaman secara mendalam atas
yang dialami siswa yaitu kematangan karir temuan siklus yang dilaksanakan, dan
yang rendah. Hal ini terlihat dari siswa refleksi diri adalah mengkaji kelebihan dan
belum memiliki perencanaan karir, kekurangan yang terjadi selama
kurangnya pengetahuan tentang dunia pelaksanaan siklus berlangsung. Dalam
kerja, kurangnya pengetahuan tentang tahapan ini berisi kegiatan analisis data,
pekerjaan yang disukai, kurangnya pemaknaaan hasil analisis, pembahasan,
pengetahuan tentang membuat keputusan penyimpulan, identifikasi serta upaya
karir, dan kurang mampu mengeksplorasi tindak lanjut. Selanjutnya, hasil identifikasi
karir serta merealisasi keputusan karir. tindak lanjut akan menjadi dasar dalam
Berdasarkan pada permasalahan yang menyusun perencanaan (planning) untuk
dapat diidentifikasi, sebagai tindak lanjut siklus yang berikutnya.
maka peneliti menerapkan konseling karir Untuk mengumpulkan, digunakan
Holland dengan teknik modeling melalui pedoman observasi dan pedoman
penelitian tindakan bimbingan konseling wawancara sebagai alat pengumpul data
(Action Research in Counseling). pendukung dan kuesioner sebagai alat
Tahap perencanaan tindakan diawali pengumpulan data utama. Peneliti
dengan pengurusan administrasi seperti melakukan pengamatan dengan observasi
izin penelitian ke sekolah, mengumpulkan sistematis kepada siswa kelas X TKJ 1
data dan dokumen dokumen dari BK, wali SMK Negeri 3 Singaraja, utamanya para
kelas, guru mata pelajaran yang terkait siswa yang dinilai menunjukkan gejala-
dengan subjek penelitian yang gejala kematangan karir rendah. Sebagai
teridentifikasi memiliki kematangan karir metode pengumpulan data pendukung,
rendah, menyusun Rencana Pelayanan metode observasi diharapkan dapat
Bimbingan Konseling (RPBK), memanggil memberikan hasil pengamatan yang lebih
siswa yang memiliki kematangan karir jelas dan lebih akurat. Sebelum peneliti
pada kategori yang rendah dan menyusun melakukan observasi, peneliti terlebih
rencana evaluasi kegiatan layanan dahulu menetapkan aspek-aspek yang
konseling individual. akan diobservasi agar data yang diperoleh
Tahap pelaksanaan dilakukan sistematis dan akurat. Pencatatan hasil
dengan siswa yang memiliki kematangan observasi dilakukan dengan
kariri rendah dikumpulkan untuk diberikan menggunakan pedoman observasi yang
informasi bahwa mereka akan diberikan memuat beberapa faktor atau indikator
layanan konseling untuk meningkatkan dari variabel kematangan karir yang akan
kematangan karirnya. Kegiatan konseling diukur.
ini dilakukan sebanyak empat kali di siklus Selain itu, wawancara langsung
I dan tiga kali pertemuan du siklus II. pada siswa yang memiliki kematangan
Selanjutnya, pada tahap karir rendah juga dilaksanakan. Kuesioner
pengamatan diadakan pengamatan sebagai alat pengumpulan data utama
langsung atau observasi terhadap siswa digunakan untuk mengumpulkan data
dengan kematangan karir rendah yang awal guna mengetahui siswa yang
bertujuan untuk mengetahui mamiliki kematangan karir rendah untuk
perkembangan kematangan karir dari kemudian diberikan layanan konseling
siswa tersebut. Tahapan ini dapat karir Holland dengan teknik modeling.
direalisasikan bersamaaan dengan tahap Kuesioner juga diberikan pada tahap
tindakan dan atau setelah tahap tindakan evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

perkembangan kematangan karir yang karir yang dimiliki oleh siswa sudah dapat
dialami oleh siswa segera setelah ditingkatkan melalui konseling karir
tindakan diberikan. Holland dengan teknik modeling. Untuk
Buku harian (log sheet) digunakan menentukan pencapaian hasil
untuk memanatau kemajuan (progress), peningkatan kematangan karir pada siswa
perubahan, dan perkembangan tersebut digunakan kriteria sebagai
kematangan karr siswa siswa dan berikut:
dikembangkan dari aspek-aspek variabel
kematangan karir meliputi (1) Tabel 1 Pedoman Konversi Skor Mentah
perencanaan karir (career planning), (2) Menjadi Nilai dengan
eksplorasi karir (career exploration), (3) Menggunakan PAP Skala
pengetahuan tentang membuat keputusan Lima
karir (decision making), (4)p engetahuan Tingkat Penguasaan Kriteria
(informasi) tentang dunia kerja (world of
90% - 100% Sangat Tinggi
work information), (5) pengetahuan
80% - 89% Tinggi
tentang kelompok pekerjaan yang lebih
disukai (knowledge of preferred 65% - 79% Sedang
55% - 64% Rendah
occupational group), (6) realisasi
0% - 54% Sangan Rendah
keputusan karir. Buku harian diisi oleh
siswa dari awal sampai akhir penelitian. Sumber : Sumber: Evaluasi Hasil
Belajar (Nurkancana, 1990: 93)
Selama masa penelitian tersebut, siswa
mencatat dan menuliskan perubahan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
dialaminya pada kolom-kolom yang
Berdasarkan hasil penelitian yang
tersedia pada buku harian.
telah dilakukan kondisi Kematangan Karier
Variabel bebas dalam penelitian ini
siswa sebelum diberikan penerapan
adalah konseling karir Holland dan teknik
konseling karier holland dengan teknik
modeling. Variabel terikat dalam penelitian
modeling cenderung rendah karena dari
ini adalah kematangan karir. Data pada
penelitian ini merupakan skor kematangan hasil penyebaran data awal pada 28 orang
siswa di kelas X TKJ 1 SMK Negeri 3
karir siswa yang diperoleh melalui hasil
Singaraja terdapat 4 orang siswa yang
kuesioner tertutup pola Likert dimana
masih memiliki kematangan karier rendah.
sebelum diujicobakan, kuesioner diuji
Patokan yang dipakai untuk
validitas dan reliabilitasnya terlebih
dahulu. menentukan siswa yang memiliki
kematangan karir rendah adalah
Dalam penelitian ini, kuesioner
pengkategorian kematangan karir dengan
yang digunakan teridir dari 40 butir
pernyataan. Penskoran terhadap butir ketentuan bahwa siswa yang memperoleh
presentase skor ≤ 64 % berarti memiliki
jawaban dari siswa dilakukan dengan cara
kematangan karir pada tingkatan yang
sebagai berikut: jika butir pernyataan
rendah dan harus sesegera mungkin
mendukung indikator maka skor setiap
diberikan layanan konseling untuk
butir adalah 5 sampai dengan 1,
sedangkan jika butir dari pernyataan meningkatkan kematangan karir tersebut.
Melalui pengamatan dan wawancara
kuesioner tidak mendukung indikator
rentang skor yang diberikan adalah 1 diketahui permasalahan yang dihadapi
oleh siswa diantaranya adalah terdapat
sampai 5. Hipotesis tindakan diuji dengan
siswa yang belum mampu memilih dan
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif
memikirkan pekerjaan yang akan dijabat
yang berdasarkan pada indikator
nanti, belum mengetahui bakat diri untuk
pencapaian 80%-100%. Penelitian
tindakan ini disesuaikan dengan pekerjaan/jabatan apa, kurang memiliki
pengetahuan yang luas tentang seluk-
persentase pencapaian skor minimal yaitu
beluk pekerjaan, khawatir akan pekerjaan
di atas 80% dengan kriteria tinggi dan
yang akan dijabat nanti. Apabila hal itu
sangat tinggi. Siswa yang mencapai skor
tidak mendapatkan penanganan lebih
di atas 80% dengan kategori tinggi dan
sangat tinggi menunjukkan kematangan lanjut, dikhawatirkan akan menganggu
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

motivasi belajar siswa, sehingga tujuan


pembelajaran tidak dapat dicapai dengan Berdasarkan pada hasil penelitian
optimal. siklus I, maka dapat diketahui bahwa
Siklus I dilaksanakan sebanyak 4 peningkatan kematangan karir siswa
kali pertemuan, melalui 1 kali bimbingan belum mencapai kriteria keberhasilan
klasikal, 1 kali konseling kelompok, 1 kali yang diharapkan, mengingat target
konseling individual dan 1 kali evaluasi. peningkatan kematangan karir diharapkan
Bertolak pada penelitian yang dilakukan di meningkat hingga skor perolehan
siklus I, maka diperoleh temuan sebagai kematangan karir ≥ 80 %. Dari hasil
berikut. Terjadi peningkatan kematangan evaluasi tindakan siklus I, masih ada 2
karir pada keempat orang siswa yang orang siswa yang belum mencapai target
menjadi subjek penelitian. Siswa berinisial yang diharapkan. Ketidakberhasilan
GEC mengalami peningkatan kematangan penelitian pada siklus I disebabkan oleh
karir dari presentase skor 42,5 % menjadi beberapa kendala dan hambatan yang
80 %, siswa berinisial KNA mengalami terjadi selama proses konseling, utamanya
peningkatan kematangan karir dari terkait dengan keterbatasan kemampuan
presentase skor 41 % menjadi 67,5 %, peneliti dalam melaksanakan konseling
siswa berinisial KSA mengalami dan karakter siswa yang berbeda-beda.
peningkatan kematangan karir dari Kendala dan hambatan yang terjadi pada
presentase skor 50 % menjadi 82,5 %, siklus I kemudian dijadikan bahan refleksi
dan siswa berinisial YS mengalami siklus I. Hasil refleksi siklus I kemudian
peningkatan kematangan karir dari dijadikan pijakan untuk proses konseling
presntase skor 41 % menjadi 72,5 %. Dari pada siklus II. Upaya peningkatan
hasil tersebut, maka presentase skor rata- kematangan karir yang dilakukan pada
rata kematangan karir sebelum tindakan siklus II memberikan hasil yang positif.
43,625 % (kematangan karir sangat Berdasarkan pada hasil penelitian
rendah) sedangkan presentase skor rata- siklus II, diketahui bahwa terjadi
rata kematangan karir setelah diberikan peningkatan kematangan karir pada KNA
tindakan pada siklus I adalah 76,125 % dan YS. Siswa berinisial KNA mengalami
(kematangan karir sedang). Peningkatan peningkatan kematangan karir dari
kematangan karir siswa setelah presentase skor 67,5 % menjadi 80 % dan
pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat YS mengalami peningkatan kematangan
pada grafik dibawah ini. karir dari presentase skor 72,5 % menjadi
82,5 %. Dari hasil tersebut, diperoleh skor
rata-rata kematangan karir siswa
Peningkatan Kematangan Karir meningkat dari presentase skor 70 %
Siswa Setelah Siklus I (kematangan karir sedang) menjadi 81,25
100
90 % (kematangan karirmtinggi). Kedua
80 siswa yang menjadi konseli pada tindakan
70 siklus II menunjukkan presentase skor
60 kematangan karir ≥ 80 %, sehingga
Skor

50
40 tindakan siklus II dinyatakan berhasil. Oleh
30 karena itu, dapat dikatakan bahwa
20 penerapan konseling karir Holland dengan
10 teknik modeling di kelas X TKJ 1 SMK
0
Negeri 3 Singaraja dapat meningkatkan
GEC KNA KSA YS kematangan karir siswa.
Skor Awal Nama Siswa Peningkatan kematangan karir yang
Skor Setelah
dialami oleh siswa setelah tindakan siklus
Siklus I II dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 1. Grafik Peningkatan Kematangan
Karir Siswa Setelah Tindakan
Siklus I
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

atau dapat dikatakan mencapai terget


Peningkatan Kematangan Karir yang telah ditetapkan. Hasil ini dapat
Siswa Setelah SIklus II dilihat dari hasil penelitian yang telah
100 memenuhi kriteria keberhasilan penelitian.
90 Adapun beberapa temuan yang
80
70 dapat diperoleh selama pelaksanaan
siklus II, yaitu:
Skor

60
50 Suasana konseling lebih kondusif dan
40 konseli tampak lebih antusias untuk
30 mengikuti konseling di siklus II
20
10 dibandingkan dengan pelaksanaan
0 konseling di siklus I. Hal ini disebabkan
GEC KNA KSA YS karena hubungan baik yang terjalin
anatara peneliti dan konseli sudah
Nama Siswa semakin baik, konseli mulai terbiasa
Skor Awal
mengikuti proses konseling, dan konseli
Akor Setelah Siklus I
semakin terbiasa untuk menerima
Skor Setelah Siklus II
perealisasian teknik modeling yang
diterapkan oleh peneliti.
Pencapaian konseli pada siklus II
Grafik 2. Peningkatan Kematangan Karir lebih baik jika dibandingkan dengan siklus
Siswa Setelah Siklus II I. Pencapaian yang dimaksud adalah
sikap-sikap sebagai hasil pelaksanaan
Perubahan yang terjadi dalam konseling yang ditunjukkan oleh konseli.
pelaksanaan tindakan siklus I maupun Konseli sudah mampu menunjukkan sikap
sikus II pada konseli dilihat dari hasil sesuai dengan harapan, baik dari segi
pengisian kuisioner, wawancara, dan perencanaan karir, eksporasi karir,
observasi kepada 4 orang konseli pengetahuan tentang dunia kerja,
tersebut. pengetahuan tentang kelompok pekerjaan
Berdasarkan hasil refleksi, yang disukai maupun realisasi keputusan
Pelaksanaan konseling karir Holland karir..
dengan teknik modeling mampu Konseli sudah lebih mampu
meningkatan kematangan karir siswa baik mengaktualisasikan diri di siklus II jika
dari segi kualitatif maupun dari segi dibandingkan dengan siklus I yang masih
kuantitatif. Dari segi kuantitatif dapat terkesan pasif. Konseli sudah merasakan
dilihat dari meningkatnya perolehan skor manfaat dari pelaksanaan konseling dan
kematangan karir setelah evaluasi setiap berusaha menerapkannya dalam kegiatan
siklus. Sedangkan dari segi kualitatip sehari-hari.
dapat dilihat dari perubahan sikap konseli
yang mulai melakukan perencanaan karir, SIMPULAN DAN SARAN
2) eksplorasi karir, 3) menambah Berdasarkan pada hasil penelitian dan
pengetahuan tentang membuat keputusan pembahasan yang telah diuraikan, maka
karir, 4) mengumpulkan informasi tentang dapat disimpulkan bahwa penerapan
dunia kerja, 5) menambah pengetahuan konseling karir Holland dengan teknik
tentang kelompok pekerjaan yang disukai, modeling dapat meningkatkan
6) dan mulai mencoba melakukan realisasi kematangan karir yang dialami oleh siswa
keputusan karir, kelas X TKJ 1 SMK Negeri 3 Singaraja.
Jika dibandingkan dengan siklus I, Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
secara umum kegiatan konseling di siklus kematangan karir yaitu dari presentase
II berjalan dengan baik. Dari 4 orang siswa skor rata-rata 43,625 % (kematangan karir
yang memiliki kematangan karir sangat rendah) menjadi 76,125 %
terkategori rendah, semua siswa sudah (kematangan karir sedang) pada siklus I
mengalami peningkatan kematangan karir dan peningkatan dari presentase skor 70
menjadi kategori tinggi dan sangat tinggi % (kematangan karir sedang) menjadi
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

81,25 % (kematangan karir tiniggi) pada Departemen Pendidikan Nasional. 2005.


siklus II. Keempat siswa yang mengikuti Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
konseling telah menunjukkan presentase Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
skor kematangan karir ≥ 80 %. Ini berarti
bahwa semakin baik konseling karir Dharsana, Ketut. 2007. Dasar-Dasar
Holland dengan teknik modeling Konseling Seri 2. Singaraja: Jurusan
digunakan dalam menangani Bimbingan Konseling FIP Undiksha.
permasalahan kematangan karir, maka
akan semakin baik hasil yang didapatkan. Dharsana, I Ketut. 2010. Diktat Konseling
Berdasarkan pada hasil penelitian Karir dan Problematik Konseling
yang diperoleh dalam penelitian tindakan .Singaraja: Jurusan Bimbingan dan
bimbingan konseling (action research in Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan
counseling) ini, maka dapat diajukan Ganesha.
beberapa saran kepada pihak-pihak yang
terkait yaitu sekolah sebagai pemegang Gibson, L., Robert, Mitchell, H.,
kebijakan sekaligus pengemban Marianne.2010.Bimbingan dan
pendidikan diharapkan dapat Konsling.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
mempertimbangkan pemanfaatan
konseling karir Holland dengan teknik Gregory, Robert J. 2000. Psycologycal
modeling sebagai acuan dalam Testing History, Principle and
meningkatkan kematangan karir siswa, Application. Bostor: Allyn and Bacon.
guru Bimbingan Konseling (Guru BK)
sekolah diharapkan dapat merealisasikan Gulo, Dali & Kartono, Kartini . 2003.
pendekatan-pendekatan konseling dalam Kamus psikologi. Bandung: CV. Pionir
menyelesaikan masalah siswa. Salah satu Jaya
pendekatan konseling yang dapat
direalisasikan adalah konseling karir Gunarsa, Singgih. 2007. Konseling dan
Holland dengan teknik modeling yang Psikoterapi. Jakarta: PT Ikrar Mandiri
diharapkan dapat digunakan secara Abadi.
berkelanjutan untuk mengetahui
perkembangan peserta didik yang memiliki Komalasari, Gantina dkk. 2011.Teori dan
kematangan karir rendah dan siswa yang Teknik Konseling. Jakarta: Indeks
telah mendapat layanan diharapkan dapat
mempertahankan pencapaian yang positif Mashudi, Farid. 2012. Psikologi Konseling.
selama kegiatan konseling. Yogyakarta: IRCiSoD.

Nurkancana. 1993. Pemahaman Individu.


Surabaya: Usaha Nasional

DAFTAR PUSTAKA Prayitno dan Amti. 1999. Dasar-dasar


Bimbingan dan Konseling. Jakarta :
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen PT. Rineka Cipta.
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Ramli, M. 2012. Pengaruh Layanan
Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Informasi Terhadap Kematangan Karir
Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Siswa Sma Negeri 1 Kwandang
Refika Aditama. Kabupaten Gorontalo Utara.
http://kim.ung.ac.id
Dantes, Nyoman. 2012. Metode
Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi Sedanayasa, Gede. 2010. Buku Ajar
Yogyakarta Dasar-Dasar Bimbingan Konseling.
Singaraja: Jurusan Bimbingan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan
UNDIKSHA Singaraja.
e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling
Volume: 2 No 1, Tahun 2014

Sedanayasa, Gede. 2011. Bimbingan


Belajar. Singaraja: Jurusan Bimbingan
Konseling FIP Undiksha.
Subana. 2001. Dasar – dasar Penelitian
Ilmiah. Bandung : CV Pustaka Sutia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabet
Bandung.
Sukardi. 2003. Metode Penelitian
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Supriatna, Mamat, and Nandang Budiman.
"BIMBINGAN KARIER DI SMK."
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._P
SIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN
/197102191998021-
NANDANG_BUDIMAN/BIMBINGAN_
KARIER_DI_SMK.pdf
Suranata, kadek. 2012. Modul Bimbingan
Konseling Karir. Singaraja:Jurusan
Bimbingan dan Konseling, Fakultas
Ilmu Pendidikan Ganesha.
Suryabrata, Sumadi. 2003. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta:Pt. Raja
Grafindo Persada.
WIJAYA, FITRIA. 2012. Hubungan Antara
Kematangan Karir dengan Motivasi
Belajar pada Siswa Kelas X MAN
Cibinong. http://
publication.gunadarma.ac.id

Anda mungkin juga menyukai