Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA HIPERTENSI STASE KEPERAWATAN KELUARGA


DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

DISUSUN OLEH:
Anisatul mufarihah
NIM : 2090200003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan di masyarakat mempunyai sasaran dari tingkat individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan keperawatan di masyarakat bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dalam pemeliharaan kesehatan.
Keluarga merupakan unit terkecil di masyarakat terdiri atas dua atau lebih
individu yang saling tergantung satu dengan yang lain terhadap berbagai dukungan,
antara lain dukungan emosional dan ekonomi. Keluarga mempunyai lima fungsi yang
harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari, lima fungsi tersebut adalah fungsi afektif,
sosialisasi, ekonomi, reproduksi dan perawatan kesehatan. Selama siklus kehidupan,
keluarga memiliki delapan tahap perkembangan keluarga. Setiap tahap perkembangan
merupakan periode kritis, artinya keluarga perlu memahami dan menyesuaikan tugas
perkembangan yang harus dilaksanakan di setiap tahap perkembangan.
Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan perkembangan dan peningkatan
kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih
baik. Upaya kelangsungan perkembangan dan peningkatan kualitas anak berperan
penting sejak masa dini kehidupan, yaitu mulai masa didalam kandungan, bayi, hingga
anak-anak (Maryunani, 2013)
Penyakit hipertensi merupakan gejala peningkatan tekanan darah yang kemudian
berpengaruh pada organ yang lain, seperti stroke untuk otak atau penyakit jantung
koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung. Penyakit ini salah satu masalah
utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia maupun dunia. Diperkirakan, sekitar
80% kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025 ;
dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat
menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita
hipertensi dan pertambahan
penduduk saat ini (Ardiansyah, 2012).
Wanita mempunyai prevalensi lebih tinggi terkena terkanan darah tinggi dari pada
pria. Dari kasus - kasus tadi, ternyata 68,4% diantaranya termasuk hipertensi ringan
(diastolik 95,104 mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik 105,129 mmHg), dan hanya
3,5% yang masuk hipertensi berat (diastolik samaatau lebih besar dengan 130 mmHg).
Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%. Persentase ini termasuk
rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3%), sehingga
merupakan faktor risiko yang kurang penting.
Keluarga dan komunitas memegang peran penting dalam kehidupan Anda, karena
melalui keluarga dan komunitas, Anda mengalami pertumbuhan dan perkembangan
menjadi seorang individu. Peran dan fungsi keluarga dan komunitas sangat memengaruhi
keadaan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien anak dengan
diare dapat dilakukan dengan cara diantaranya memantau asupan pengeluaran cairan.
Anak yang mendapatkan terapi cairan intravena perlu pengawasan untuk asupan cairan,
kecepatan tetesan harus diatur untuk memberikan cairan dengan volume yang
dikehendaki dalam waktu tertentu dan lokasi pemberian infus harus dijaga,menganjurkan
makan sedikit tapi sering pada anak, dan memantau status tanda-tanda vital (PPNI, 2018).
B. Tujuan Umum
Tujuan umum dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya
C. Tujuan Khusus
1. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga.
2. Membuat keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah kesehatan anggota
keluarga.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan yang kondusif.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan dan perawatan
anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI DASAR KEPERAWATAN KELUARGA

I. KONSEP DASAR KELUARGA


A. Pengertian keluarga
Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan
darah, adopsi, perkawinan atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan adanya
hubungan psikologi (ikatan emosional) (Hanson 2001, dalam Doane & Varcoe, 2005).
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall
dan Logan, 1986 dalam Friedman, 1998).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI,1988).
B. Tipe keluarga
Berbagai tipe keluarga yang perlu Anda ketahui adalah sebagai berikut.
a. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini.
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri,
dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas suami dan
istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini mungkin belum
mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda melakukan
pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi
datanya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa. Tipe
ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak mempunyai
suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah keluarga lain,
seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak
dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah (baik
suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun karir sendiri
atau sudah menikah
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur dan
kamar mandi yang sama.
b. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga ini tidak
lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut.
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua
dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin
tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
C. Struktur keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga yang
menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur keluarga
menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut :
1. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik, transaksional untuk menciptakan
mengungkapkan pengertian dalam keluarga.
2. Struktur Kekuatan
Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung pada kemampuan keluarga
untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan
kemampuan (potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi
perilaku anggota keluarga. Beberapa macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah sesorang yang
dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi cinta kasih, misalnya
hubungan seksual).
Sedangkan sifat struktural di dalam keluarga sebagai berikut:
a. Struktur egilasi (demokrasi), yaitu dimana masing-masing anggota keluarga memiliki
hak yang sama dalam menyampaikan pendapat.
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.
c. Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka (honesty dan authenticity), struktur
keluarga ini mendorong kejujuran dan kebenaran.
d. Struktur yang kaku, yaitu suka melawan dan bergantun pada peraturan.
e. Struktur yang bebas (permissiveness), pada struktur ini tidak adanya peraturan yang
memaksa.
f. Struktur yang kasar (abuse); penyiksaan, kejam dan kasar.
g. Suasana emosi yang dingin; isolasi dan sukar berteman.
h. Disorganisasi keluarga; disfungsi individu, stres emosional.
3. Struktur Peran
peran biasanya meyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau tempat
sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
a. Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga, seperti ayah, ibu dan
anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing. Ayah sebagai
pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung,
pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat
atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh
dan pendidik anak, pelidung keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga,
serta sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak
berperan sebagai pelaku psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial
dan spiritual.
b. Peran Informal kelauarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak ke
permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk
menjaga keseimbangan keluarga.
4. Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat. Nilai keluarga
akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi masalah yang dialami
keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan bagaimana keluarga menghadapi masalah
kesehatan dan stressor-stressor lain
D. Fungsi keluarga
Menurut Friedman fungsi keluarga ada lima antara lain berikut ini.
a. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial
anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai
tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota
keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih
akrab, dan harga diri.
b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian. Sosialisasi
merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu secara
kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola
secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau
perubahan yang dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peran sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dann tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan
praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara
individual) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan.
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.
3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan.
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat.
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.
E. Peran keluarga
1. Mengenal masalah kesehatan
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan yang dialami
anggota keluarga.Dan sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab
dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah kesehatan.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Hal ini meliputi sejauh mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya
masalah. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, menyerah terhadap
masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan akibat penyakit, adalah sikap
negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas
kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap tenaga kesehatan, dan apakah
keluarga mendapat informasi yang benar atau salah dalam tindakan mengatasi
masalah kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, keluarga
harus mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan perkembangan
perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang diperlukan, sumber-sumber
yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, finansial,
fasilitas fisik, psikososial), dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi lingkungan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu sumber-sumber keluarga yang dimiliki,
manfaat dan keuntungan memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap keluarga
terhadap hygiene sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
5. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Hal-hal yang harus diketahui keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke fasilitas
kesehatan yaitu keberadaan fasilitas keluarga, keuntungan-keuntungan yang dapat
diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan adanya
pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan, fasilitas yang
ada terjangkau oleh keluarga.
F. Tahap perkembangan keluarga
Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga yang perlu Anda pelajari berikut ini.
a. Keluarga baru menikah atau pemula
Tugas perkembangannya adalah:
1) membangun perkawinan yang saling memuaskan;
2) membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;
3) mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Tahap perkembangan keluarga yang kedua adalah keluarga dengan anak baru lahir.
Tugas perkembangannya adalah:
1) membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap mengintegrasikan
bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;
2) rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga;
3) mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
4) memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-
peran orang tua dan kakek nenek.
c. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah:
1) memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang bermain, privasi,
dan keamanan;
2) mensosialisasikan anak;
3) mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan anak
yang lain;
4) mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar keluarga.
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangannya adalah:
1) mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
hubungan dengan teman sebaya yang sehat;
2) mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
3) memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya adalah:
1) menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri;
2) memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
3) berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
f. Keluarga melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangannya adalah:
1) memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
didapatkan melalui perkawinan anak-anak;
2) melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan;
3) membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami atau istri.
g. Keluarga dengan usia pertengahan
Tugas perkembangannya adalah:
1) menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan;
2) mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang
tua lansia dan anak-anak;
3) memperkokoh hubungan perkawinan.
h. Keluarga dengan usia lanjut
Tugas perkembangannya adalah:
1) mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan;
2) menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun;
3) mempertahankan hubungan perkawinan;
4) menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan;
5) mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi;
II. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Pengertian
Hipertensi terjadi jika tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi adalah
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus
menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau
beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal.
Hipertensi menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat dan
arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi juga didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik > 90 mmHg. hipertensi merupakan gejala peningkatan tekanan
darah yang kemudian berpengaruh pada organ yang lain, seperti stroke untuk otak atau
penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung.
B. Etiologi
Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer seperti berikut ini. (Udjianti, 2013). :
a. Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin dan usia : Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi
untuk mengalami hipertensi.
c. Diet : komsumsi diet tinggi garam dan lemak secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi.
d. Berat badab (obesitas) dan berat badan >25% diatas ideal dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi
e. Gaya hidup tidak sehat seperti : merokok, komsumsi alcohol dapat meningkatkan
hipertensi.
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis hipertensi menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai berikut :
1. Mengeluh sakit kepala, pusing
2. Lemes kelelahan
3. Sesak nafas
4. Gelisah
5. Mual muntah
6. Epiktaksis (mimisan)
7. Kesadaran menurun
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengkontrol konstribusi dan relaksi pembuluh darahterletak di
daerah vasomotor, pada medulla di otak.dari pusan vasomotor ini bermula saraf simpatis,
yaitu berlanjut kebwah kekorda spinalis dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis
keganlia simpatis.pada titik ini neuron preganglion melepas asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap neropinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan system simpatis merangsan pembuluh darah sebagai respon
rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi, medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang meyebabkan vasokontriksi.
Konteks adrenal mensekresi kortisol dan streoid lainya. Yang dapat memperkuatrespon
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang menyebabkan penurunan pembuluh
darah keginjal, mengakibatkan pelepasan nerin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi angintosin 2, saat vasokontriktor kuat, yang
pada giliranya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal hormone ini
menyebabkan retensi natrium dan air tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua factor tersebut cenderung menyebabkan keadaan hipertesi.
E. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut triyanto (2014) adalah :
1. Penyakit jantung : komplikasi berupa infrak miokard, angina pectoris, gagal jantung
2. Ginjal : terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan prognosif akibat tekanan tinggi
pada kapiler ginjal glumerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmostik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema
3. Otak : komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri yamg memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
menebal sehingga aliran darah ke daerah yang diperdarahi kurang.
4. Mata : komplikasi berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan hingga kebutaan.
5. Kerusaan pada pembuluh darah di arteri(Ariani, 2016).
F. Pemeriksaan penunjang (kalau ada)
a. Pemeriksaan laboratorium
b. CT Scan : mengkaji adanya tumor serebral, encelopati
c. EKG : dapat menunjukan pola rangsangan, dimana luas peningkatan gelombang P
adalah salah satu bertanda penyakit jantung hipertensi
d. IUP : mengidentifikasi penyeban hipertensi
e. Photo dada : menunjukan destruksi klasifikasi pada area katub pembesaran jantung.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. Pengkajian
a. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
1. Keluhan Utama
Klien rasakan sekarang dan masalah utama
2. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya pasien mengalami:
Beberapa hal yang mengungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit
kepala,kelelahan,pundak terasa berat
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengalami sakit yang sangat berat
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga pernah mengalami sakit yang sama
b. Aktivitas istirahat
1. Gejala: kelelahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2. Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irma jantung, dan takipnea.
c. Sirkulasi
1. Gejala: riwayat penyakit, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, dan penyakit
serebrovaskuler. Dijumpai pula episode palpitasi.
2. Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dari tekanan darah) diperlukan untuk
menegakkan diagnosis. Hipertensi postural mungkin berhubungan dengan regimen
obat
d. Integritas ego
1. Gejala : riwayat kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan keuangan,
yang berkaitan dengan pekerjaan)
2. Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
e. Eliminasi
Gejala : adanya gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa lalu.
f. Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam,tinggi lemak,
tinggi kolesterol (seperti makanan yang di goreng, keju, telur), gula-gula yang
berwarna hitam, dan kandungan tinggi kalori, mual, muntah dan perubahan BB
meningkat / turun, riwayat penggunaan obat diuretik
g. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung), sakit kepala oksipital
berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya
h. Pemeriksaan Fisik
B. Diagnosa keperawataan
1. Penurunan curah jantung berhubungan peningkatan afterload, vasokontriksi dan
iskemia miokard.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia.
3. Intoleransi aktivitas berhubungandengan kelemahan, ketidakseimbangansuplai dan
kebutuhan oksigen
C. Perencanaan keperawatan (Tujuan umum, Tujuan Khusus, Intervensi)

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil
1. Penurunan Tujuan : Setelah Obsevasi
curah jantung dilakukan intervensi a. Evaluasi adanya (intensitas, lokasi,
b.d keperawatan diharapkan durasi)
peningkatan Kriteria hasil : b. Monitor adanya distrimia Jantung
afterlod a. Tanda vital normal c. Monitor tanda-tanda vital
b. Dapat mentoleransi d. Monitor respon pasien terhadap obat
aktivitas, tidak ada Terapeutik
asites a. Atur periode latihan dan istirahat
c. Tidak ada edema untuk menghindari kelelahan
paru parifer dan tidak b. Anjurkan untuk menurunkan stress
ada kelelahan dengan cara sholat dan beribadah
d. Tidak ada penurunan Kolaborasi
kesadaran a. Kolaborasi pemberian obat
2. Nyeri akut b.d Tujuan : Setelah Observasi
peningkatan dilakukan intervensi a. Identifiksi secara berkala
tekanan keperawatan diharapkan b. Identifikasi lingkungan yang
vaskuler nyeri berkurang kriteria mempengaruhi nyeri
serebral hasil : Terapeutik
a. Mampu mengenali a. Ajarkan teknik nonfarmakologi
nyeri (skala, (nafas dalam)
intensitas, frekuensi, b. Tingkatkan jadwal istirahat yang
tanda nyeri) cukup
b. Mengatakan rasa c. Monitor ttv
nyaman setelah nyeri Kolaborasi
berkurang a. Kolaborasi pemberian obat analgetik
c. Mampu mengkontrol
rasa nyeri
3. Intoleransi Tujuan : Setelah Obsevasi
aktivitas b.d dilakukan intervensi a. Mengidentifikasi aktivitas yang
kelemahan keperawatan diharapkan mampu dilakukan
dapat beraktivitas secara b. Mengidentifikasi aktivitas yang
normal dengan kriteria disukai
hasil : Terapeutik
a. Mampu melakukan a. Menyediakan alat bantu yang cocok
aktivitas sehari-hari Edukasi
b. Tanda-tanda vital a. Mengembangkan motivasi agar tetap
dalam batas normal semangat untuk beraktivitas
c. Tidak ada keluhan Kolaborasi
saat beraktivitas a. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang
tepat
DAFTAR PUSTAKA

Debby Daviani Prawati, Dani Nasirul Haqi. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare
Di Tambak Sari, Kota Surabaya.

Esmi Sinaga. (2018). Asuhan keperawatan anak pada anak c pasien diare ruang rawat nginap di
puskesmas puuwatu tahun. (https://www.scribd.com/document/394184751/KTI-ESMI-
SINAGA)

M. Fadila Arie Novard, Netti Suharti, Roslaili Rasyid. (2019). asuhan keperawatan keluarga
pada hipertensi dalam pola nutrisi. Dr. M. Djamil Padang Tahun 2014-2016.
Profil Kesehatan Indonesia. (2017).

Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Infodatin). (2014).
Kondisi pencapaian program kesehatan anak Indonesia. Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018).

Rospita, Teuku Tahlil, Mulyadi. (2017). Upaya Pencegahan Diare Pada Keluarga Dengan Balita

Berdasarkan Pendekatan Planned Behavior Theory.

Tim Pokja Sdki PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja Siki PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.

Tim Pokja Slki PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Wahyu Widagdo. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Keluarga Dan
Komunitas. Pusdik Sdm Kesehatan. Jakarta Selatan.

World Gastroenterology Organisation. (2012). Practice guideline for acute diarrhea in adults and
children: A global perspective.
Yuliastati Nining. (2016). Keperawatan Anak. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai