ABSTRAK
Dalam pandangan Johan Galtung (R & Eka, 2015) agama memang berpeluang
melahirkan tindakan kekerasan budaya, karena tidak jarang doktrin-doktrin agama
dijadikan justifikasi terhadap tindakan pembenar untuk melakukan tindak kekerasan
terhadap pihak lain. Oleh karenanya, penting kita memahami apakah Islam secara
implisit mengedepankan visi radikal tersebut.
Islam yang yang berasal dari kata salima dengan jelas menggambarkan pesan
ketaatan, perdamaian dan keamanan. Bahkan Alquran sendiri menggambarkan Islam
sebagai misi kenabian dari semua nabi dan rasul. Ini berarti bahwa pesan para nabi dan
rasul memenuhi misi suci untuk mendorong kerukunan, perdamaian dan keamanan bagi
umat manusia. Jika atas nama agama dan Tuhan maka umat beragama saling
bermusuhan, bukan berarti agama membawa sebutir permusuhan dalam doktrinnya,
tetapi karena faktor tafsir, dan tidak jarang karena pragmatis (dan temporal) kepentingan
para pengikutnya. Meski demikian, misi tersebut dikirim oleh Nabi Muhammad. itu
untuk membawa pesan perdamaian dan keamanan. Namun suara perdamaian dan
keselamatan ini terkadang lebih pelan daripada jeritan kebencian di antara rekan-rekan
seiman.
A. Identifikasi Masalah
Artikel ini mengangkat judul “Urgensi Deradikalisasi dalam Pendidikan Islam
di Sekolah Sebagai Upaya Melawan Radikalisme”. Topik tersebut sekaligus menjadi
pembahasan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Indonesia merupakan negara dengan potensi keberagaman yang besar. Dengan
berbagai keberagaman dari sisi bahasa, budaya, suku, kondisi alam, dan agama.
2. Rentan terjadinya bentrokan antar kelompok yang diakibatkan adanya
perbedaan.
3. Maraknya ujaran kebencian antar kelompok akibat faham radikalisme
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian sebagai berikut:
A. Bagaimana urgensi deradikalisasi dalam pendidikan Agama Islam?
B. Bagaimana pengaruh deradikalisasi terhadap terorisme?
C. Bagaimana peran pendidik dalam mengedukasi konsep deradikalisasi?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian menunjukkan hasil yang ingin dicapai dalam penelitian.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini
yaitu sebagai berikut:
E. Manfaat Penelitian
Selain tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti, terdapat pula beberapa
manfaat dalam penelitian ini, antara lain:
a. Bagi guru
Penelitian ini diharapakan menjadi acuan bagi guru untuk memperdalam,
mengimplementasikan, serta menyebarluaskan konsep deradikalisasi sebagai
upaya melawan radikalisme.
b. Bagi siswa
Sebagai masukan kepada siswa mengenai urgensi deradikalisasi
c. Bagi lembaga sekolah
Diharapkan sekolah mendapatkan sumbangan pemikiran dalam upaya melawan
radikalisme melalui penerapan konsep deradikalisasi dalam pembelajaran
siswa.
d. Bagi penulis
Meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh konsep deradikalisasi terhadap
faham radikalisme
e. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya
Dapat menambah pengetahuan dan wacana tentang pentingnya konsep
deradikalisasi sebagai upaya melawan radikalisme
F. Fokus Kajian
Karena pembahasan pada artikel ini sangat luas, maka peneliti menetapkan
fokus kajian artikel ini agar pembahasan tidak terlalu melebar sehingga keluar dari jalur
pembahasan seharusnya. Oleh karena itu, pada artikel ini peneliti menetapkan fokus
kajian pada konsep deradikalisasi pada pendidikan, dan Faham Radikalisme saja.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Radikalisme Agama
a. Pengertian Radikalisme Agama
Istilah radikalisme berasal dari bahasa Latin “radix” yang artinya akar,
pangkal, bagian bawah, atau bisa juga berarti menyeluruh, habis-habisan dan amat keras
untuk menuntut perubahan. Dalam bahasa Inggris kata radical dapat bermakna ekstrim,
menyeluruh, fanatik, revolusioner, ultra dan fundamental. Sedangkan radicalism artinya
doktrin atau praktik penganut paham radikal atau paham ekstrim (Nuhrison, 2009).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa Depdiknas RI, 2008).
radikalisme berarti (1) paham atau aliran yang radikal dalam politik; (2) paham atau
aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara
kekerasan atau drastis; (3) sikap ekstrem dalam aliran politik.
Menurut (Kartrodirjo, 1985) mengartikan radikalisme sebagai “gerakan sosial
yang menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung dan ditandai
oleh kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan kaum yang
memiliki hak-hak istimewa dan yang berkuasa.” Menurut (Masduqi, 2013) radikalisme
adalah fanatik kepada satu pendapat serta menegasikan pendapat orang lain,
mengabaikan terhadap kesejarahan Islam, tidak dialogis, suka mengkafirkan kelompok
lain yang tak sepaham, dan tekstual dalam memahami teks agama tanpa
mempertimbangkan tujuan esensial syariat (maqâshid al-syarî’at).
Dengan demikian, radikalisme merupakan gejala umum yang dapat terjadi
pada masyarakat dengan berbagai motif sosial, politik, budaya atau agama yang
bercirikan kekerasan, ekstrim dan tindakan anarkis sebagai bentuk penolakan gejala.
Radikalisme agama dapat menjangkiti semua pemeluk agama, termasuk umat Islam.
Kelompok Islam radikal biasanya menerapkan pemahaman dan nilai-nilai ajaran agama
melalui kekerasan, fanatisme, ekstrem, atau landasan, sehingga mereka melakukan
tindakan kekerasan dan anarkis, membenarkan segala tindakan untuk mencapai tujuan
mereka. Padahal tidak dapat dipungkiri bahwa ada kelompok radikal yang hanya
terbatas pada pemikiran dan ideologi serta tidak menggunakan kekerasan dalam
pelaksanaan ajarannya.
b. Metode Deradikalisasi
Program dan usaha deradikalisasi secara umum telah dijalankan oleh berbagai
instansi pemerintah sebagaimana yang telah dilakukan oleh BNPT (Badan Nasional
Penanggulanagan Terorisme) dan Kepolisian dan juga oleh masyarakat umum sesuai
dengan peran dan kapasitasnya. Dalam hal ini, FKPT (Forum Koordinasi Pencegahan
Terorisme) yang merupakan mitra strategis bagi BNPT telah melakukan upaya
pemberdayaan masyarakat di daerah dalam rangka mensinergikan upaya pencegahan
terorisme dengan berbasiskan penerapan nilai kearifan lokal, dengan melakukan
pemberdayaan tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, tokoh
pemuda dan perempuan. Kemitraan dalam program pemberdayaan ini meliputi:
Kemendagri, Kemenag, Kemenpora, Kemenristek Dikti, Pemda, Ulama, tokoh adat dan
tokoh masyarakat (Sb, 2016)
a. Pemberian bekal kepada anak didik untuk mampu berfikir secara kritis
dan analitis sehingga tidak menerima informasi begitu saja sebagai
kebenaran absolute tanpa disaring terlebih dahulu.
b. Menanamkan pemehaman multikulturalisme dan demokrasi
c. Menyusun pengajaran yang dialogis.
d. Melatih anak didik untuk berargumen dan menyanggah suatu argumen.
e. Memberikan soal khusus kepada anak didik untuk dianalisis (Sb, 2016)
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini mempergunakan metode kualitatif yaitu
memberikan gambaran menyeluruh tentang suatu masalah yang berkembang di
masyarakat, sejalan dengan (Slamet, 2011) yang mengartikan bahwa gejala sosial dalam
masyarakat dengan objek berdasarkan pada indikator-indikator yang dijadikan dasar
dari ada tidaknya suatu gejala yang diteliti sangat berkorelasi pada metode penelitian
kualitatif. Data diambil dari hasil studi literatur.
Literatur dan hasil penelitian yang telah didapatkan pada tahap ini, selanjutnya
dilakukan pengelolahan data dengan cara mengedit atau kalimatnya kemudian
disesuaikan dengan alur kepenulisan. Penyesuaian yang dilakukan tanpa merubah
maksud dan tujuan dari penulisan tersebut, sehingga diperoleh suatu pembahasan yang
sistematis dari judul penelitian yang telah digagas yakni.
B. Teknik Penelitian
Alat pengumpulan data adalah segala peralatan yang digunakan untuk
memperoleh, mengolah, dan menginterpretasikan informasi dari para responden yang
dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Yang digunakan dalam studi kasus
dalam model penelitian ini adalah teknik keterlibatan si peneliti dalam kehidupan
sehari-hari dari kelompok sosial yang sedang diamati (participant observer technique)
dengan bahan dan sumber referensi dikumpulakan dari berbagai macam literatur yang
berasal dari penelitian dalam jurnal ilmiah, artikel ilmiah, serta buku teks ilmiah dan
berbagai sumber yang berhubungan dengan penelitian tentang. Sedangkan untuk
pendekatan yang dipergunakan ialah dengan metode studi kasus, yakni metode
penelitian yang dilakukan melalui serangkaian pengamatan tentang keadaan, kelompok,
masyarakat setempat, lembaga-lembaga, ataupun individu-individu (Bagja, 2009).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Waktu penulisan artikel ini disusun dan diselesaikan pada bulan Mei 2021. Studi
kepustakaan yang digunakan pada artikel ini yaitu teknik mengumpulkan data dengan
cara menganalisis dan memahami dari berbagai sumber yang relevan seperti jurnal,
buku, laporan, website, dan literatur jenis lainnya yang relevan dengan masalah yang
sedang dikaji. Senada dengan itu, menurut Mardalis (Mardalis, 1999) studi kepustakaan
merupakan suatu studi yang digunakan dalam mengeumpulkan informasi dan data
dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen,
buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dsb. Studi kepustakaan juga dapat mempelajari
beberbagai buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis yang berguna
untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti (Sarwono,
2006). Studi kepustakaan juga berarti teknik pengumpulan data dengan melakukan
penelaahan terhadap buku, literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan
dengan masalah yang ingin dipecahkan (Nazir, 1998). Sedangkan menurut ahli lain
studi kepustakaan merupakan kajian teoritis, referensi serta literatur ilmiah lainnya yang
berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang
diteliti (Sugiyono, 2013).
B. Pembahasan
Dalam konteks ini, pendidikan agama (Islam) sebagai media penyadaran umat
dihadapkan pada problem bagaimana mengembangkan pola keberagamaan berbasis
inklusivisme, pluralis dan multikultural, sehingga pada akhirnya dalam kehidupan
masyarakat tumbuh pemahaman keagamaan yang toleran, inklusif dan berwawasan
multikultur. Hal ini penting sebab dengan tertanamnya kesadaran demikian, sampai
batas tertentu akan menghasilkan corak paradigma beragama yang hânif. Ini semua
mesti dikerjakan pada level bagaimana membawa pendidikan agama dalam paradigma
yang toleran dan inklusif (Susanto, 2018). Salah satunya adalah dengan didikan orang
tua dan lingkungan, hal ini juga selaras dengan pendapat yang menyatakan bahwa
pendidikan atau kebiasaan yang ditanamkan oleh kedua orang tua sejak dini akan sangat
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya seorang anak (Hayangsewu et al., 2020).
Hal ini menurut Susanto (Susanto, 2018) dilakukan karena telah terjadi kegagalan
dalam mengembangkan semangat toleransi dan pluralitas dalam pendidikan agama,
yang pada gilirannya telah menumbuhsuburkan gerakan radikalisme agama. Hal inilah
yang mesti kita renungkan bersama agar pendidikan agama kita tidak menyumbangkan
benih-benih konflik antar agama.
A. Kesimpulan
Akhirnya, perlu disadari bahwa menanggulangi paham radikalisme
(deradikalisasi) agama bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukan sambil lalu. Perlu
kerjasama yang erat antar berbagai elemen seperti kepala sekolah, guru, siswa, orang
tua siswa, dan masyarakat sekitar agar paham-paham radikalisme tidak tumbuh subur di
sekolah. Perlu segera diwaspadai, jika ada anggota masyarakat sekolah yang
menunjukkan gejala terindikasi paham radikalisme, yang nampak dalam ciri-ciri fisik
maupun jalan berpikirnya. Mereka bukan untuk dihindari tetapi perlu dirangkul dan
diajak untuk kembali ke jalan Islam yang penuh kedamaian dan kesejukan. Sebagai
bentuk upaya pencegahan terjadinya radikalisme agama di sekolah, maka ada beberapa
hal yang dapat dilakukan dalam pendidikan agama Islam di sekolah, diantaranya yaitu
dengan menerapkan pendidikan Islam yang toleran dan inklusif, memberikan penjelasan
kepada siswa tentang Islam secara memadai, mengedepankan dialog dalam
pembelajaran agama Islam, pemantauan terhadap kegiatan dan materi mentoring
keagamaan, pengenalan dan penerapan pendidikan multikultural.
B. Saran
Diharapkan seluruh komponen lapisan masyarakat turut ikut serta dalam
menggaungkan dan mengimplementasikan gerakan deradikalisasi ini, guna melawan
gerakan radikal.
DAFTAR PUSTAKA