Anda di halaman 1dari 57

Tanggal, 1 Mei 2021

Soal :
1. Tuliskan dan jelaskan minimal 6 software atau aplikasi statistic beserta
kelebihan dan kekurangannya!
2. Jelaskan sejarah perkembangan Bahasa pemograman R sampai sekarang!
3. Mengapa paket program dibutuhkan dalam mata kuliah statistik?
4. Jelaskan pengertian metode statistika menurut anda!
5. Apa perbedaan statistik dan statistika?
Jawab :
1. Software atau aplikasi statistik beserta kelebihan dn kekurangannya :
a. Software R
R adalah suatu kesatuan software yang terintegrasi dengan beberapa fasilitas
untuk manipulasi, perhitungan dan penampilan grafik yang handal. R dapat
berinteraksi dengan program statisik, manipulasi, perhitungan dan penampilan
grafik lainnnya, seperti SPSS, yang cukup popular, Microsoft Excell dengan
menyediakan fasilitas import dan eksport data. R hampir dapat digunakan untuk
berbagai bidang, mulai dari kalkulasi biasa (seperti kalkulator), statistik,
ekonometri, geografi, hingga pemrograman komputer.
Adapun kelebihannya yaitu :
 Efektif dalam pengelolaan data dan fasilitas penyimpanan. Ukuran file yang
disimpan jauh lebih kecil dibanding software lainnya.
 Lengkap dalam operator perhitungan array.
 Lengkap dan terdiri dari koleksi tools statistik yang terintegrasi untuk
analisis data, diantaranya, mulai statistik deskriptif, fungsi probabilitas, berbagai
macam uji statistik, hingga time series.
 Tampilan grafik yang menarik dan fleksibel ataupun costumized.
 Dapat dikembangkan sesuai keperluan dan kebutuhan dan sifatnya yang
terbuka, setiap orang dapat menambahkan fitur-fitur tambahan dalam bentuk
paket ke dalam software R.
Adapun kekurangannya yaitu :
 Terlalu banyak command
 Output yang tidak standard
 Fungsi yang "menyesatkan" atau nama-nama parameter (data =, sort, if)
 Pengendalian variabel yang tidak rapih
 Kemungkinan besar terjadi loop
 Fungsi-fungsinya berjalan berdasarkan prosedur
 Cara untuk penamaan dan menggantikan nama variabel sangat rumit
 Tidak memiliki kemampuan untuk menganalisa multivariabel
 Memiliki kemampuan yang rendah untuk memilih himpunan variabel
 Terlalu banyak kompleksitas
b. LISREL
LISREL atau singkatan dari Linear Structural Relaionship merupakan
Software terbaru dari generasi SPSS yang dikeluarkan oleh SSI (Scientiftc
Software International). LISREL dikembangkan oleh Karl Joreskog and Dag
Sorbom. LISREL adalah software statistik yang paling banyak dipakai dikalangan
peneliti maupun praktisi.
Kelebihan :
Kemampuannya mengidentifikasi hubungan antara variabel yang
kompleks. Kekurangan :
Ketidakmampuannya mengolah data sem dengan jumlah sampel yang
sedikit. Ketika kita memiliki sampel kurang dari 200, sementara modelnya
kompleks, maka terkadang hasil estimasi tidak sesuai dengan harapan kita.
c. Software E-Views atau Econometric Views
Software E-Views atau Econometric Views, adalah software statistik yang
dikembangkan oleh Quantitative Micro Software (QMS) pada tahun 1994.
Software yang populer di kalangan ekonom, atau akademisi di bidang ilmu
ekonomi adalah eviews. sebetulnya ada software statistik lain yang serupa yaitu
Stata. Kedua software ini mampu melakukan olah data time series dan panel data.
Kelebihan :
Dalam hal uji-uji statistik terkait data time series, Eviews sangat powerful
membantu penggunanya. kita dapat melakukan analisa forecasting ARIMA, arch-
garch atau bahkan model-model VECM. Berbagai macam uji asumsi statistiknya
pun telah tersedia.
Kekurangan :
Karena fokusnya adalah melakukan olah data ekonometrik, maka software
Eviews kurang cocok untuk mengolah data penelitian sosial, terlebih melakukan
olah data multivariat. Kita tentu akan kesulitan jika ingin mengeluarkan output
seperti distribusi frekuensi, uji non parametrik dan sejenisnya.
d. SPSS (statistical package for social science)
SPSS adalah software statistik yang dikembangkan oleh IBM. Software ini
sebetulnya sudah cukup lama dikenal yaitu sejak 1968. Software ini memang
dikembangkan khusus untuk melakukan olah data pada ilmu-ilmu sosial.
Kelebihan :
Jika kita memiliki data numerik dan ingin melakukan analisis melalui
berbagai macam grafik yang dikenal dalam ilmu statistik seperti boxplot, maka
software SPSS menyediakan banyak jenis grafik statistik. Yang lebih utamanya
adalah, kita akan dengan mudah menemukan dan mengoperasikan berbagai
macam uji statistik pada SPSS. Mulai dari statistik desktiptif, distribusi frekuensi,
uji-uji nonparametrik statistik, parametrik statistik, korelasi, regresi, dan berbagai
uji statistik multivariat, telah tersedia.
Kekurangan :
Kekurangan SPSS adalah, SPSS tidak membedakan tipe data apakah
disusun berdasarkan runtun waktu (time-series) atau disusun berdasarkan subjek
penelitian (cross section). sehingga jika dihadapkan pada data time series maka
spss kurang cocok. terlebih jika kita menggunakan data panel, data gabungan time
series dan cross section, SPSS tidak memiliki kemampuan mengolah data seperti
ini.
e. SAS (Statistical Analysis System)
SAS adalah singkatan dari Statistical Analysis System yang disediakan oleh
SAS Institute Inc. SAS menggunakan bahasa pemrograman, dan memungkinkan
programmer melakukan entri data, analisis statistik, peramalan untuk mendukung
keputusan riset operasi, peningkatan kualitas, pengembangan aplikasi data dan
lain sebagainya.
Kelebihan :
 Mempermudah perhitungan statistik dari suatu instansi.
 Mempersingkat waktu dalam melakukan perhitungan.
 Tidak membutuhkan spesifikasi komputer yang tinggi.
 Memberikan solusi bagi kepentingan bisnis.
 Hasil lebih akurat dan reliabel.
 Cocok untuk membantu riset pasar dari suatu
bisnis. Kekurangan :
 Terbatas untuk konsep statistika sosial.
 Belum terintegrasi dengan program database.
f. STATA (statistical software for data science)
STATA adalah salah satu perangkat lunak komputer untuk mengolah dan
menganalisis data
Kelebihan :
Hampir semua prose analysis statistik dapat dilakukan oleh STATA.
STATA dapat juga digunakan untuk menganalisis data survei yang biasanya
pengambilan sampelnnya tidak dilakukan secara acak sederhana (simple ramdom
sampling), misalnya adanya pembagian strata dan pemilihan cluster atau blok atau
wilayah cacah.
Kekurangan :
Yakni dalam pengolahan data adalah perintah atau commandnya harus
diketik dan dijalankan satu per satu.
2. Sejarah Perkembangan Bahasa Pemrogaman R
Pada awalnya, versi pertama bahasa pemrograman R dibuat oleh Ross Ihaka
dan Robert Gentleman dari Universitas Auckland. Nama R berasal dari huruf
pertama nama depan kedua orang tersebut. Mereka adalah statistikawan asal
Selandia Baru, sedangkan R kini dikembangkan oleh tim inti.
Tim inti (core team) terdiri dari ahli statistik, ahli komputer &
pemrograman, geografi, dan ekonomi dari institusi yang berbeda dari seluruh
dunia yang membuat
software yang handal dengan biaya yang sangat murah dan dapat diunduh secara
cuma-cuma dan digunakan dengan berlisensi pada GNU General Public License.
Diambil dari kutipan yang dicetuskan dalam sebuah penghargaan yaitu
Association for Computing Machinery Software dari pernyataan John Chamber
1998 yang berbunyi bahwa bahasa pemrograman software S telah “merubah orang
dalam memanipulasi, visualisasi, dan menganalisis data untuk selamanya”.
Bahasa pemrograman R dibuat sejalan dengan ide yang ada pada bahasa
pemrograman S dan program statistik lainnya, sehingga secara fungsi dan
sintaks/tata bahasa sama-sama menggunakan bahasa S, namun tidak identik.
bahasa pemrograman R dapat digabungkan dengan software lainnya diantaranya
adalah program statistik, manipulasi, perhitungan dan penampilan grafik lainnya,
seperti SPSS, Microsoft Excell dengan menyediakan fasilitas import dan eksport
data. Selain itu, R dapat melakukan import file software lainnya seperti SAS,
Minitab, Stat, Systat, dan EpInfo.
Berdasarkan publikasi yang dirilis IEEE Spectrum Ranks Languages pada
tahun 2017, R berhasil masuk ke dalam 10 bahasa pemrograman terpopuler.
bahasa pemrograman R menempati posisi yang cukup tinggi yaitu berada pada
posisi ke-6 di atas bahasa pemrograman Javascript dan PHP yang berturut-turut
berada pada posisi ke-7 dan ke-8. Di masa sekarang, R biasanya lebih banyak
digunakan untuk analisis data yang dikerjakan pada server pribadi. R dapat
difungsikan untuk pekerjaan eksplorasi hampir semua jenis data karena
banyaknya jenis packages, test, dan tools yang dengan mudah bisa
diadaptasi.Penggunaan rumus-rumus rumit dalam R juga mudah diatur. Pada
penggunaan R, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengunduh RStudio
IDE (Integrated Development Environments).
3. Metode statistika membutuhkan paket program karena statistika adalah
ilmu dan atau seni yang berkaitan dengan cara (metode) pengumpulan data,
analisis data, dan interpretasi hasil analisis untuk mendapatkan informasi guna
pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan yang membutuhkan program
dalam penerapannya. Croxton dan Cowden, mengatakan “ Statistika adalah
metode untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan, serta
menginterpretasikan data yang
berwujud angka-angka”. Karena perkembangan teknologi yang pesat, hal ini
memudahkan dalam mengumpulkan dan menyajikan data statistika
menggunakan program.
4. Menurut saya, metode statistika adalah cara dan langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk mengumpulkan, menyajikan, menganalisis dan
mempresentasikan data yang disediakan. Data- data tersebut nantinya akan
menjadi tersusun agar mudah dianalisis.
5. Statistik merupakan hasil data yang penyajiannya dalam bentuk grafik,
tabel, dan sebagainya. Sedangkan menurut KBBI statistik merupakan catatan
atau angka-angka yang dikumpulkan, lalu ditabulasi, dan digolong-golongkan,
dengan begitu bisa memberi informasi yang berarti tentang suatu gejala atau
masalah. Sedangkan statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara
merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, hingga mempresentasikan data.
Tanggal : 06 Mei 2021
1.1. Operator

1.1.1. Operator Aritmatika

Operator aritmatika adalah operator yang digunakan untuk melakukan


operasi aritmatika seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian, dsb.
Proses perhitungan akan ditangani oleh fungsi khusus. R akan memahami
urutannya secara benar.
Simbol Keterangan Contoh
+ Addition, untuk operasi penjumalahan > 4+5
[1] 9
- Substraction, untuk operasi pengurangan > 5-4
[1] 1
* Multiplication, untuk operasi perkalian > 5*4
[1] 20
/ Division, untuk operasi pembagian > 20/4
[1] 5
^ Eksponentiation, untuk operasi pemangkatan > 4^5
[1] 1024
%% Modulus, untuk mencari sisa pembagian > 5%%4
[1] 1
%/% Integer, untuk mencari bilangan bulat hasil > 5%/4%
[1] 1
pembagian
Tabel 1. Operator Aritmatika
1.1.2. Operator Perbandingan

Operator relasi atau operator perbandingan adalah operator yang digunakan


untuk membandingkan satu objek dengan objek lainnya.
Simbol Keterangan Contoh
== Sama dengan > 5==5
[1] TRUE
!= Tidak sama dengan > 5!=4
[1] TRUE
> Lebih besar dari > 5>4
[1] TRUE
< Lebih kecil dari > 5<4
[1] FALSE
>= Lebih besar sama dengan > 5>=4
[1] TRUE
<= Lebih kecil sama dengan > 5<=4
[1] FALSE
Tabel 2. Operator Perbandingan
1.1.3. Operator Logika

Operator Logika adalah operator yang digunakan untuk membandingkan 2


kondisi logika, yaitu logika benar (TRUE) dan logika salah (FALSE). Operator

logika hanya berlaku pada vektor dengan tipe logical, numeric, atau complex.
Semua angka bernilai 1akan dianggap bernilai logika TRUE.
Simbol Keterangan Contoh
&& And > (4>3)&&(3>2)
[1] TRUE
|| Or >(2>3)||(3>4)
[1] TRUE
! Not > (4>5)!(3<4)
[1] TRUE
Tabel 3. Operator Logika
1.2. Syntax

Syntax adalah aturan menulis 'kalimat' agar mampu dimengerti dengan


benar oleh bahasa pemrograman. Secara etimologis istilah syntax adalah
menempatkan bersama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan
kelompok-kelompok kata menjadi kalimat.
Macam-macam syntax dalam operasi R adalah sebagai berikut.
Syntax Fungsi Contoh
Sum Untuk menjumlahkan data > k<-
+ c(5,7,2,2,9,4,9,2)
> sum(k)
[1] 40
Max Untuk memperoleh nilai > k<-
+ c(5,7,2,2,9,4,9,2)
maksimun
> max(k)
[1] 9
Min Untuk memperoleh nilai > k<-
+ c(5,7,2,2,9,4,9,2)
minimum
> min(k)
[1] 2
Sort Untuk mengurutkan nilai dari > k<-
+ c(5,7,2,2,9,4,9,2)
yang terkecil ke yang tersebsar
> sort(k)
[1] 2 2 4 4 5 7 9 9
Rev Untuk mengurutkan nilai dari > k<-
+ c(5,7,2,2,9,4,9,2)
yang terbesar ke yang terkecil
> rev(k)
[1] 9 9 7 5 4 4 2 2
Median Untuk memperoleh nilai tengah > k<-
+ c(5,7,2,2,9,4,9,2)
> median(k)
[1] 4
Mean Untuk memperoleh nilai rata- > k<-
+ c(5,7,2,2,9,4,9,2)
rata > mean(k)
[1] 5
Tabel 4. Syntax dalam operasi R
1.3. Tipe Data

Data types atau tipe data adalah sebuah pengklasifikasian data berdasarkan
jenis data tersebut. Tipe data pada R dapat dikelompokan berdasarkan beberapa
tipe. Tipe data tersebut diantaranya:
1.3.1. Character

Character adalah tipe data yang beranggotakan karakter. Contoh :


> x = ”belajar statistik”
> x
[1] “belajar statistik”
> mode(x)
[1] “character”
1.3.2. Numeric

Numeric adalah tipe data yang beranggotakan segala jenis angka. Contoh :
> x <- 2.9
> class(x)
[1] numeric

1.3.3. Complex

Complex adalah tipe data yang beranggotakan bilangan kompleks. Contoh :


> z <- 5+9i
> class(z)
[1] complex

1.3.4. Logical

Logical adalah tipe data yang beranggotakan nilai boolean.


Boolean merupakan tipe yang memiliki dua nilai yaitu benar (TRUE) atau salah
(FALSE). Contoh :
> apel <- TRUE
> class(apel)
[1] logical
Tanggal, 27 Mei 2021
1.1. Vektor dalam Program R

Vektor merupakan kombinasi berbagai nilai (numerik, karakter, logical, dan


sebagainya berdasarkan jenis input data) pada objek yang sama. Pada contoh
kasus berikut, pembaca akan memiliki sesuai jenis data input yaitu vektor
numerik, vektor karakter, vektor logical, dll. Dengan kata lain, vektor
adalah tool sederhana untuk menyimpan data.
1.1.1 Cara Menggunakan Vektor

No. Nama Fungsi Fungsi Contoh


Menciptakan
> 25:20
1. Tanda: rangkaian angka
[1] 25 24 23 22 21 20
secara berurutan
Menciptakan > c(8,9,8,4,3,0)
2. Fungsi C [1] 8 9 8 4 3 0
rangkaiaAZn angka
Menciptakan
> seq(20,25)
seq(a,b) rangkaian angka
[1] 20 21 22 23 24 25
secara berurutan
Menciptakan > seq(200,225,by=5)
seq(a,b,
rangkaian angka [1] 200 205 210 215
by=c) 220 225
secara berurutan
seq > seq(from=200,to=225,
Menciptakan barisan
3. (from= a, by=5)
angka berpola secara [1] 200 205 210 215
to=b,
berurutan 220 225
by=c)
Seq
Menciptakan
rangkaian angka
seq (a,b > seq(20,25,length=2)
dengan panjang deret [1] 20 25
length=c)
yang dapat
ditentukan sendiri
Tabel 1. Cara Menggunakant Vektor
1.1.2 Cara Mengakses Vektor

No. Fungsi Contoh


> x=seq (from=12,to=120,by=2)
Menampilkan elemen ke-n
1. > x[1]
dari vektor x [1] 12
> x=seq (from=12,to=120,by=2)
Menampilkan elemen ke-n
2. > x[c(1,4)]
dan ke-m [1] 12 18
> x=seq (from=17,to=27,by=2)
Memunculkan semua elemen
3. > x[-5]
kecuali elemen ke-n [1] 17 19 21 23 27
Menampilkan semua elemen >> x=seq (from=17,to=27,by=2)
4. x[-c(2,6)]
kecuali elemen ke-n dan ke-m [1] 17 21 23 25
> x=seq (from=17,to=27,by=2)
Menampilkan semua elemen > x[x>7]
5.
yang lebih dari n [1] 17 19 21 23 25 27
> x=seq (from=17,to=27,by=2)
Menampilkan elemen ke-n
6. > x[2:4]
sampai ke-m [1] 19 21 23
Tabel 2. Cara Mengakses Vektor
1.1.3 Cara Modifikasi Vektor

No. Fungsi Contoh


> p=c(2,4,9,14,24)
> p
Mengganti elemen pertama [1] 2 4 9 14 24
1. dengan angka yang > p[1]=1
diinginkan > p
[1] 1 4 9 14 24
> p=c(1,5,7,13)
> p
[1] 1 5 7 13
2. Mengganti seluruh elemen > p[1:4]=c(2,4,8,12)
> p
[1] 2 4 8 12
> rep(20:25,2)
[1] 20 21 22 23 24 25 20 21 22
23 24 25
> rep(20:25,rep(2:2))
3. Mengulang vektor sebanyak 3 [1] 20 21 22 23 24 25 20 21 22
kali 23 24 25
> rep(20:25,each=2)
[1] 20 20 21 21 22 22 23 23 24
24 25 25
Tabel 3. Cara Modifikasi Vektor
1.2. Matriks dalam Program R
Matriks adalah sekumpulan dari objek (angka) yang disusun secara teratur
menurut baris dan kolom sehingga membentuk suatu empat persegi panjang yang
dibatasi oleh kurung biasa atau siku. Selain secara manual dengan ilmu
matematika atau perhitungan, matriks dapat juga diselesaikan dengan program R.
Dengan memanfaatkan program R, seseorang dapat menyelesaikan suatu kasus
matemetika khususnya matriks, dengan lebih mudah dan cepat.
1.2.1 Cara Menggunakan Matriks

No. Matriks Contoh


1. Membuat matriks ordo > u=matrix(21:29,nrow=3,ncol=3)
> u
[,1] [,2] [,3]
[1,] 21 24 27
[2,] 22 25 28
[3,] 23 26 29
3x3 dan 2x2 >m=matrix(c(3,5,8,9),nrow=2,ncol=2)
> m
[,1] [,2]
[1,] 3 8
[2,] 5 9
> rbind(25,27,28,30,35)
[,1]
[1,] 25
[2,] 27
Membuat matriks [3,] 28
2. menggunakan rbind dan [4,] 30
cbind [5,] 35
> cbind(25,27,28,30,35)
[,1] [,2] [,3] [,4] [,5]
[1,] 25 27 28 30 35
> a=array(21:29,dim=c(3,3))
> a
Membuat matriks [,1] [,2] [,3]
3. [1,] 21 24 27
menggunakan array
[2,] 22 25 28
[3,] 23 26 29
Tabel 4.Matriks Dalam Program R
1.2.2 Cara Mengakses Matriks

No. Fungsi Contoh


Menampilkan entri kolom pertama matriks
Menampilkan entri kolom > k=3:14
1. > p=matrix(k,ncol=4,nrow=4)
ke-n matriks > p[,1]
[1] 3 4 5 6
Menampilkan entri baris pertama matriks
2. Menampilkan entri baris > k=3:14
> p=matrix(k,ncol=4,nrow=4)
ke-n matriks > p[1,]
[1] 3 7 11 3
Mengubah baris ke-x, kolom ke-y matriks
> k=3:14
> p=matrix(k,ncol=4,nrow=4)
> p[1,1]=20
Mengubah baris ke-n, > p
3.
kolom ke-m matriks [,1] [,2] [,3] [,4]
[1,] 20 7 11 3
[2,] 4 8 12 4
[3,] 5 9 13 5
[4,] 6 10 14 6
4. Mengubah kolom ke-n Mengubah kolom pertama matriks
matriks > k=3:14
> p=matrix(k,ncol=4,nrow=4)
> p[,1]=c(0,4,9,5)
> p
[,1] [,2] [,3] [,4]
[1,] 0 7 11 3
[2,] 4 8 12 4
[3,] 9 9 13 5
[4,] 5 10 14 6
Membuat matriks menggunakan seq
>
k=matrix(seq(3:14),nrow=4,ncol=4)
Membuat matriks > k
5. [,1] [,2] [,3] [,4]
menggunakan seq [1,] 1 5 9 1
[2,] 2 6 10 2
[3,] 3 7 11 3
[4,] 4 8 12 4
Tabel 5. Cara Mengakses Matriks
1.2.3 Cara Modifikasi Matriks

No Syntax Fungsi Contoh


.
>x=matrix(c(2,6,8,12,16,18,22,
26,28),nrow=3,ncol=3)
>y=matrix(c(2,6,8,2,6,8,2,6,8),
nrow=3,ncol=3)
Menjumlahkan
1. Penjumlahan > x+y
Matriks [,1] [,2] [,3]
[1,] 4 14 24
[2,] 12 22 32
[3,] 16 26 36
>x=matrix(c(2,6,8,12,16,18,22,
26,28),nrow=3,ncol=3)
>y=matrix(c(2,6,8,2,6,8,2,6,8),
nrow=3,ncol=3)
Mengurangkan
2. Pengurangan > x-y
Matriks [,1] [,2] [,3]
[1,] 0 10 20
[2,] 0 10 20
[3,] 0 10 20
>x=matrix(c(2,6,8,12,16,18,22,
26,28),nrow=3,ncol=3)
>y=matrix(c(2,6,8,2,6,8,2,6,8),
nrow=3,ncol=3)
Mengalikan
3. Perkalian > x%*%y
Matriks [,1] [,2] [,3]
[1,] 252 252 252
[2,] 316 316 316
[3,] 348 348 348
4. Transpose Mengubah >x=matrix(c(2,6,8,12,16,18,22,
26,28),nrow=3,ncol=3)
baris menjadi > t(x)
kolom dan [,1] [,2] [,3]
kolom menjadi [1,] 2 6 8
baris suatu [2,] 12 16 18
[3,] 22 26 28
matriks
>x=matrix(c(3,7,9,12,15,17,19,
21,22),nrow=3,ncol=3)
Mencari Mencari Invers > solve(x)
5. [,1] [,2] [,3]
Invers Matriks [1,] -0.7714286 1.685714 -0.9428571
[2,] 1.0000000 -3.000000 2.0000000
[3,] -0.4571429 1.628571 -1.1142857
>x=matrix(c(3,7,9,12,15,17,19,
21,22),nrow=3,ncol=3)
Menentukan > (x)^3
6. Perpangkata
Perpangkatan [,1] [,2] [,3]
n [1,] 27 1728 6859
Matriks
[2,] 343 3375 9261
[3,] 729 4913 10648
>x=matrix(c(3,7,9,12,15,17,19,
21,22),nrow=3,ncol=3)
Mencari >y=matrix(c(4,7,10,12,14,18,21,
Determinan 22,24),nrow=3,ncol=3)
7. Determinan > det(x)
Matriks
Matriks [1] 35
> det(y)
[1] 90
>x=matrix(c(3,7,9,12,15,17,19,
21,22),nrow=3,ncol=3)
>y=matrix(c(4,7,10,12,14,18,21,
22,24),nrow=3,ncol=3)
Membagi
8. Pembagian > x/y
Matriks [,1] [,2] [,3]
[1,] 0.75 1.0000000 0.9047619
[2,] 1.00 1.0714286 0.9545455
[3,] 0.90 0.9444444 0.9166667
>x=matrix(c(3,7,9,12,15,17,19,
21,22),nrow=3,ncol=3)
Mencari >y=matrix(c(4,7,10,12,14,18,21,
Mencari 22,24),nrow=3,ncol=3)
9. Diagonal > diag(x)
Diagonal
Matriks [1] 3 15 22
> diag(y)
[1] 4 14 24
>x=matrix(c(3,7,9,12,15,17,19,
21,22),nrow=3,ncol=3)
>y=matrix(c(4,7,10,12,14,18,21,
22,24),nrow=3,ncol=3)
> sqrt(x)
Mencari Akar [,1] [,2] [,3]
Mencari [1,] 1.732051 3.464102 4.358899
10. dari suatu [2,] 2.645751 3.872983 4.582576
Akar
Matriks [3,] 3.000000 4.123106 4.690416
> sqrt(y)
[,1] [,2] [,3]
[1,] 2.000000 3.464102 4.582576
[2,] 2.645751 3.741657 4.690416
[3,] 3.162278 4.242641 4.898979
Tabel 6. Cara Modifikasi Matriks
Tanggal, 27 Mei 2021
1.1. Data Frame

Data frame adalah struktur data tabular yang disusun pada kolom dan baris
berurut. Data Frame di R adalah fungsi yang dapat digunakan untuk membuat
kerangka data, koleksi dari variabel-variabel yang mana memiliki karakteristik
seperti matriks. Ibaratnya data frame membuat data yang anda susun mirip seperti
tabel yang terdiri dari baris dan kolom pada Excel atau Calc.
1.1.1. Membuat Data Frame Secara Manual

Untuk membuat vektor digunakan bantuan fungsi c(). Vektor dapat berisi
tipe data skalar seperti number, character atau logical. Berikut adalah contoh
mendeklarasikan variabel sebagai vektor:
> a=c("Harnawati","Arsy Ariantri","La Ode Sanluis","Muhammad
Taqwa Al Kautsar","Marisa","Ais Khalillah","Nurul Fitriah
Muzuni","Alvian Ronaldus Marthin","Atika Nazria Senina","Sitti
Hapsah")
> b=c("F1A120023","F1A120047","F1A120025","F1A120029","F1A1
20027","F1A120043","F1A120033","F1A120017","F1A120021","F1A12003
9")
> f=c(91,85,90,91,79,85,73,91,91,90)
> g=c("Bugis","Muna","Cia-Cia","Buton","Muna-Buton" ,"Moronene",
"Buton","Manado-Buton","Bugis","Muna")
> z=data.frame(Nama=a,NIM=b,Nilai=f,Suku=g)
> z
Nama NIM Nilai Suku
1 Harnawati F1A120023 91 Bugis
2 Arsy Ariantri F1A120047 85 Muna
3 La Ode Sanluis F1A120025 90 Cia-Cia
4 Muhammad Taqwa Al Kautsar F1A120029 91 Buton
5 Marisa F1A120027 79 Muna-Buton
6 Ais Khalillah F1A120043 85 Moronene
7 Nurul Fitriah Muzuni F1A120033 73 Buton
8 Alvian Ronaldus Marthin F1A120017 91 Manado-Buton
9 Atika Nazria Senina F1A120021 91 Bugis
10 Sitti Hapsah F1A120039 90 Muna
1.1.2. Membuat Data Frame Dengan Matriks

> z=matrix(c(1:40),nrow=10,ncol=4)
> z
[,1] [,2] [,3] [,4]
[1,] 1 11 21 31
[2,] 2 12 22 32
[3,] 3 13 23 33
[4,] 4 14 24 34
[5,] 5 15 25 35
[6,] 6 16 26 36
[7,] 7 17 27 37
[8,] 8 18 28 38
[9,] 9 19 29 39
[10,] 10 20 30 40
> z[,1]=c("Harnawati","Arsy Ariantri","La Ode Sanluis","Muhammad
Taqwa Al Kautsar","Marisa","Ais Khalillah","Nurul Fitriah
Muzuni","Alvian Ronaldus Marthin","Atika Nazria Senina","Sitti
Hapsah")
> z[,2]=c("F1A120023","F1A120047","F1A120025","F1A120029",
"F1A120027","F1A120043","F1A120033","F1A120017","F1A120021","F1A
120039")
> z[,3]=c(91,85,90,91,79,85,73,91,91,90)
>z[,4]=c("Bugis","Muna","Cia-Cia","Buton","Muna-Buton",
"Moronene”,"Buton","Manado-Buton","Bugis","Muna")
> z=data.frame(z)
> row.names(z)=c(1:10)
> attr(z,"names")=c("Nama","NIM","Nilai","Suku")
> z
Nama NIM Nilai Suku
1 Harnawati F1A120023 91 Bugis
2 Arsy Ariantri F1A120047 85 Muna
3 La Ode Sanluis F1A120025 90 Cia-Cia
4 Muhammad Taqwa Al Kautsar F1A120029 91 Buton
5 Marisa F1A120027 79 Muna-Buton
6 Ais Khalillah F1A120043 85 Moronene
7 Nurul Fitriah Muzuni F1A120033 73 Buton
8 Alvian Ronaldus Marthin F1A120017 91 Manado-Buton
9 Atika Nazria Senina F1A120021 91 Bugis
10 Sitti Hapsah F1A120039 90 Muna
1.1.3. Membuat Data Frame Dengan Data Editor

> z=edit(data.frame())
> z
Hasil Run :

Gambar 1. Hasil Run


Tanggal, 3 Juni 2021
1.1 Plot dalam program R

Plot pada data frame adalah perintah/syntax yang digunakan untuk


menggambarkan grafik yang dapat menghubungkan dua variabel.
1.1.1. Plot Tipe Overplotted(o)

Plot tipe overplotted adalah perintah yang digunakan untuk menggambarkan


grafik dengan menghubungkan titik menggunakan garis. Berikut contoh plot tipe
overplotted.
> nama=c("Atika Nazria Senina","Alvian Ronaldus Marthin","La Ode
Sanluis","Nurul Fitriah Muzuni","Marisa","Siti Hapsah","Ais
Khalillah")
> Ip=c(3.00,3.05,3.05,3.32,3.14,3.20,3.10)
> u=data.frame(nama,Ip)
> y=u$Ip
> plot(y,main="type overplotted",ylab="Ip",type="o",col="red")
> legend("topleft",c("type overplotted"),fill=c("pink"))
Hasil run:

Gambar 1. Hasil run plot tipe overplotted


1.1.2. Plot Tipe Point (p)

Plot tipe point adalah perintah yang digunakan untuk menggambarkan


grafik dengan menggunakan titik. Berikut contoh plot tipe point.
> nama=c("Atika Nazria Senina","Alvian Ronaldus Marthin","La Ode
Sanluis","Nurul Fitriah Muzuni","Marisa","Siti Hapsah","Ais
Khalillah")
> Ip=c(3.00,3.05,3.05,3.32,3.14,3.20,3.10)
> u=data.frame(nama,Ip)
> y=u$Ip
> plot(y,main="type points",ylab="Ip",type="p",col="blue")
> legend("topleft",c("type points"),fill=c("pink"))
Hasil run:

Gambar 2. Hasil run plot tipe point


1.1.3. Plot Tipe Lines (l)

Plot tipe lines adalah perintah yang digunakan untuk menggambarkan grafik
dengan menggunakan garis. Berikut contoh plot tipe lines.
> nama=c("Atika Nazria Senina","Alvian Ronaldus Marthin","La Ode
Sanluis","Nurul Fitriah Muzuni","Marisa","Siti Hapsah","Ais
Khalillah")
> Ip=c(3.00,3.05,3.05,3.32,3.14,3.20,3.10)
> u=data.frame(nama,Ip)
> y=u$Ip
> plot(y,main="type lines",ylab="ip",type="l",col="blue")
> legend("topleft",c("type lines"),fill=c("pink"))
Hasil run:
Gambar 3. Hasil run plot tipe lines
1.1.4. Plot Tipe Histogram (h)

Plot tipe histogram adalah perintah yang digunakan untuk membuat plot
berbentuk histogram. Berikut contoh plot tipe histogram.
> nama=c("Atika Nazria Senina","Alvian Ronaldus Marthin","La Ode
Sanluis","Nurul Fitriah Muzuni","Marisa","Siti Hapsah","Ais
Khalillah")
> Ip=c(3.00,3.05,3.05,3.32,3.14,3.20,3.10)
> u=data.frame(nama,Ip)
> y=u$Ip
> plot(y,main="type histogram",ylab="ip",type="h",col="green")
> legend("topleft",c("type histogram"),fill=c("pink"))
Hasil run:

Gambar 4. Hasil run plot tipe histogram


1.1.5. Plot Tipe Points Joined by Lines (b)

Plot tipe points joined by lines adalah perintah yang digunakan untuk
menggambarkan grafik menggunakan titik dan garis. Berikut contoh plot tipe
points joined by lines.
> nama=c("Atika Nazria Senina","Alvian Ronaldus Marthin","La Ode
Sanluis","Nurul Fitriah Muzuni","Marisa","Siti Hapsah","Ais
Khalillah")
> Ip=c(3.00,3.05,3.05,3.32,3.14,3.20,3.10)
> u=data.frame(nama,Ip)
> y=u$Ip
> plot(y,main="type points joined by lines", ylab="ip", type =
"b",col="purple")
> legend("topleft",c("type point joined by lines"), fill=c ("pi
nk"))
Hasil run:

Gambar 5. Hasil run plot tipe point joined by lines


1.1.6. Plot Tipe Stair (s)

Plot tipe stair adalah perintah yang digunakan untuk membuat grafik
dengan menghubungkan garis yang dimulai dari garis vertikal membentuk
diagram batang. Berikut contoh plot tipe stair.
> nama=c("Atika Nazria Senina","Alvian Ronaldus Marthin","La Ode
Sanluis","Nurul Fitriah Muzuni","Marisa","Siti Hapsah","Ais
Khalillah")
> Ip=c(3.00,3.05,3.05,3.32,3.14,3.20,3.10)
> u=data.frame(nama,Ip)
> y=u$Ip
> plot(y,main="type stair",ylab="ip",type="s",col="orange")
> legend("topleft",c("type stair"),fill=c("pink"))
Hasil run:
Gambar 6. Hasil run plot tipe stair
1.1.7. Plot Tipe Stair (S)

Plot tipe stair adalah perintah yang digunakn untuk membuat grafik dengan
menghubungkan garis yang dimulai dari garis vertikal membentuk diagram
batang. Berikut contoh plot tipe stair.
> nama=c("Atika Nazria Senina","Alvian Ronaldus Marthin","La Ode
Sanluis","Nurul Fitriah Muzuni","Marisa","Siti Hapsah","Ais
Khalillah")
> Ip=c(3.00,3.05,3.05,3.32,3.14,3.20,3.10)
> u=data.frame(nama,Ip)
> y=u$Ip
> plot(y,main="type stair",ylab="ip",type="S",col="dark blue")
> legend("topleft",c("type stair"),fill=c("pink"))
Hasil run:

Gambar 7. Hasil Run Plot Tipe Stair(S)


Tanggal, 3 Juni 2021
1.1. Histogram di R

Histogram adalah sebuah representasi grafik yang menampilkan impresi


visual dari distribusi data.Histogram digunakan untuk mem-plot densitas dari data
dan sering digunakan untuk melakukan estimasi densitas.Secara sederhana,
Histogram adalah tampilan grafis dari tabulasi frekuensi yang digambarkan
dengan grafis batangan sebagai manifestasi data binning. Tiap tampilan batang
menunjukan proporsi frekuensi pada masing-masing deret kategori yang
berdampingan dengan intervalyang tidak tumpang tindih. Histogram berfungsi
untuk membuat diagram yang berkaitan dengan range atau untuk melihat
distribusi, penyebaran, varian suatu produk, proses atau layanan.Langkah-langkah
dalam membuat histogram secara manual sebagai berikut :
a. Mengumpulkan data pengukuran.

b. Menentukan besarnya range.

c. Menentukan banyaknya kelas interval.

d. Menentukan lebar kelas interval, batas kelas dan nilai tengah kelas.

e. Menentukan frekuensi dari setiap kelas interval.

f. Membuat grafik histogram.

Histogram nilai teknologi informasi kelompok satu Metode Statistika:


> nama<-c("Harnawati","Arsy Ariantri","La Ode Sanluis","Muhammad
Taqwa Al Kautsar","Marisa","Ais Khalillah","Nurul Fitriah
Muzuni","Alvian Ronaldus Marthin","Atika Nazria Senina","Sitti
Hapsah")
> nama
[1] "Harnawati" "Arsy Ariantri"
[3] "La Ode Sanluis" "Muhammad Taqwa Al Kautsar"
[5] "Marisa" "Ais Khalillah"
[7] "Nurul Fitriah Muzuni" "Alvian Ronaldus Marthin"
[9] "Atika Nazria Senina" "Sitti Hapsah"
> nilai<-c(91,85,90,91,79,85,73,91,91,90)
> nilai
[1] 91 85 90 91 79 85 73 91 91 90
> kelompok_1_metstat=data.frame(nama,nilai)
> kelompok_1_metstat
nama nilai
1 Harnawati 91
2 Arsy Ariantri 85
3 La Ode Sanluis 90
4 Muhammad Taqwa Al Kautsar 91
5 Marisa 79
6 Ais Khalillah 85
7 Nurul Fitriah Muzuni 73
8 Alvian Ronaldus Marthin 91
9 Atika Nazria Senina 91
10 Sitti Hapsah 90
> hist(nilai)
> z=hist(nilai)
> z$breaks
[1] 70 75 80 85 90 95
> z$counts
[1] 1 1 2 2 4
> z$density
[1] 0.02 0.02 0.04 0.04 0.08
> z$mids
[1] 72.5 77.5 82.5 87.5 92.5
> z$xname
[1] "nilai"
> z$equidist
[1] TRUE
> hist(nilai,main="nilai teknologi
informasi",xlab="nilai",ylab="nilai
frekuensi",xlim=c(70,95),ylim=c(0.0,4.0),col="brown")
> xfit=seq(min(nilai),max(nilai),length(40))
> yfit=dnorm(xfit,mean=mean(nilai),,sd=sd(nilai))
> yfit=yfit*diff(z$mids[1:2])*length(nilai)
> lines(xfit,yfit,col=2,lwd=4)
> summary(nilai)
Min. 1st Qu. Median Mean 3rd Qu. Max.
73.0 85.0 90.0 86.6 91.0 91.0
Hasil run:
Gambar 1.Histogram nilai teknologi informasi
1.2. Boxplot di R

Boxplot merupakan ringkasan distribusi sampel yang disajikan secara grafis


yang bisa menggambarkan bentuk distribusi data (skewness), ukuran tendensi
sentral dan ukuran penyebaran (keragaman) data pengamatan. Boxplot adalah
salah satu cara dalam statistic deskriptif untuk menggambarkan secara grafik dari
data numeris melalui lima ukuran sebagai berikut:
a. Nilai minimum: nilai observasi terkecil.
b. Q1: kuartil terendah atau kuartil pertama.
c. Q2: median atau nilai pertengahan.
d. Q3: kuartil tertinggi atau kuartil ketiga.
e. Nilai maksimum: nilai observasi terbesar.
f. Selain itu, boxplot juga dapat menunjukkan ada tidaknya nilai outlier dan
nilai ekstrim dari data pengamatan.
> nama<-c("Harnawati","Arsy Ariantri","La Ode Sanluis","Muhammad
Taqwa Al Kautsar","Marisa","Ais Khalillah","Nurul Fitriah
Muzuni","Alvian Ronaldus Marthin","Atika Nazria Senina","Sitti
Hapsah")
> nama
[1] "Harnawati" "Arsy Ariantri"
[3] "La Ode Sanluis" "Muhammad Taqwa Al Kautsar"
[5] "Marisa" "Ais Khalillah"
[7] "Nurul Fitriah Muzuni" "Alvian Ronaldus Marthin"
[9] "Atika Nazria Senina" "Sitti Hapsah"
> nilai<-c(91,85,90,91,79,85,73,91,91,90)
> nilai
[1] 91 85 90 91 79 85 73 91 91 90
> kelompok_1_metstat=data.frame(nama,nilai)
> kelompok_1_metstat
nama nilai
1 Harnawati 91
2 Arsy Ariantri 85
3 La Ode Sanluis 90
4 Muhammad Taqwa Al Kautsar 91
5 Marisa 79
6 Ais Khalillah 85
7 Nurul Fitriah Muzuni 73
8 Alvian Ronaldus Marthin 91
9 Atika Nazria Senina 91
10 Sitti Hapsah 90
> boxplot(nilai,main="nilai teknologi informasi", col="light
blue")
> summary(kelompok_1_metstat)
nama nilai
Length:10 Min. :73.0
Class :character 1st Qu.:85.0
Mode :character Median :90.0
Mean :86.6
3rd Qu.:91.0
Max. :91.0
Hasil run:

Gambar 2.Boxplot nilai teknologi informasi


Tanggal, 10 Juni 2021
1.1. Sintaks Grafik di R

Membuat sintaks grafik di program R dengan menggunakan data nilai


Aljabar Linier Elementer kelompok enam Metode Statistika, dimana datanya
adalah sebagai berikut
> nama<-c("Harnawati","Arsy Ariantri","La Ode Sanluis","Muhammad
Taqwa Al Kautsar","Marisa","Ais Khalillah","Nurul Fitriah
Muzuni","Alvian Ronaldus Marthin","Atika Nazria Senina","Sitti
Hapsah")
> nama
[1] "Harnawati" "Arsy Ariantri"
[3] "La Ode Sanluis" "Muhammad Taqwa Al Kautsar"
[5] "Marisa" "Ais Khalillah"
[7] "Nurul Fitriah Muzuni" "Alvian Ronaldus Marthin"
[9] "Atika Nazria Senina" "Sitti Hapsah"
> nilai<-c(91,85,90,91,79,85,73,91,91,90)
> nilai
[1] 91 85 90 91 79 85 73 91 91 90
> kelompok_1_metstat=data.frame(nama,nilai)
> kelompok_1_metstat
nama nilai
1 Harnawati 91
2 Arsy Ariantri 85
3 La Ode Sanluis 90
4 Muhammad Taqwa Al Kautsar 91
5 Marisa 79
6 Ais Khalillah 85
7 Nurul Fitriah Muzuni 73
8 Alvian Ronaldus Marthin 91
9 Atika Nazria Senina 91
10 Sitti Hapsah 90
1.1.1 Scatter Plot

Scatter plot atau diagram pencar adalah sebuah grafik yang biasa digunakan
untuk melihat suatu pola hubungan antara dua variabel. Untuk bisa menggunakan
scatter plot, skala data yang digunakan haruslah skala interval dan rasio. Scatter
plot nilai Teknologi Informasi kelompok satu Metode Statistika:
> plot(nilai,main="Nilai Teknologi Informasi", col="darkblue",
ylab="nilai")
> legend("topright",c("Scatter Plot"),fill=c("darkblue"))
Rgraphics:

Gambar 1.Scatter Plot Nilai Teknologi Informasi


Tipe plot dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:
a. Type overplotted (o) digunakan untuk membuat grafik yang titiknya di
tembus oleh garis penghubung. Contoh:

> plot(nilai,type="o",main="Grafik Nilai Teknologi Informasi",


col="purple")
> legend("topright",c("Tipe Overplotted (o)"),fill=c("purple"))
b. Type Points (p) digunakan untuk membuat grafik yang didalamnya hanya
muncul titik. Contoh:

> plot(nilai,type="p",main="Nilai Teknologi Informasi",


col="brown")
> legend("topright",c("Tipe Points (p)"),fill=c("brown"))
c. Type Lines (l)digunakan untuk memberi garis hubung antar titik. Contoh:

> plot(nilai,type="l",main="Nilai Teknologi Informasi",


col="red")
> legend("topright",c("Tipe Lines (l)"),fill=c("red"))
d. Type Histogram (h) diguanakan untuk membuat grafik histogram. Contoh:

> plot(nilai,type="h",main="Histogram Nilai Teknologi


Informasi",col="blue")
> legend("topright",c("Tipe Histogram (h)"),fill=c("blue"))
e. Type Empty Joined by Lines (c) digunakan untuk memberi garis
penghubung tanda titik. Contoh:
> plot(nilai,type="c",main="Nilai Teknologi Informasi",
col="yellow")
> legend("topright",c("Tipe Empty Joined
by Lines (c)"),fill=c("yellow"))
f. Type Empty Points by Lines (b) digunakan untuk memberi garis
penghubung dengan penebal titik. Contoh:

> plot(nilai,type="b",main="Nilai Teknologi Informasi",


col="green")
> legend("topright",c("Tipe Empty Points by
Lines(b)"),fill=c("green"))
g. Type stair (s) digunakan untuk membuat grafik fungsi tangga. Contoh:

> plot(Nilai,type="s",main="Nilai Teknologi Informasi",


col="orange")
> legend("topright",c("Tipe stair (s)"),fill=c("orange"))
1.1.2 Histogram dan Density Plot

Histogram adalah tampilan grafis dari tabulasi frekuensi yang digambarkan


dengan grafis batangan sebagai manifestasi data binning. Density plot
memvisualisasikan distribusi data selama interval atau periode waktu kontinu.
Histogram dan Density Plot nilai Teknologi Informasi kelompok satu Metode
Statistika:
a. Histogram
> hist(nilai,main="nilai teknologi
informasi",xlab="nilai",ylab="nilai
frekuensi",xlim=c(70,95),ylim=c(0.0,4.0),col="brown")
> xfit=seq(min(nilai),max(nilai),length(40))
> yfit=dnorm(xfit,mean=mean(nilai),,sd=sd(nilai))
> yfit=yfit*diff(z$mids[1:2])*length(nilai)
> lines(xfit,yfit,col=2,lwd=4)
> summary(nilai)
Hasil run:
Gambar 2. Histogram nilai teknologi informasi
b. Density Plot

> d=density(nilai)
> plot(d)
> plot(d, main="Teknologi Informasi", col="lightblue")
> polygon(d, col="lightblue", border="red")
Hasil run:

Gambar 3. Density plot Nilai Teknologi Informasi


1.1.3 Boxplot

Boxplot atau Box and Whisker Plots yang berarti kotak plot adalah
ringkasan distribusi sampel yang disajikan secara grafis yang bisa
menggambarkan bentuk distribusi data (skewness), ukuran tendensi sentral dan
ukuran penyebaran (keragaman) data pengamatanmengenai kelompok data
numerik melalui kuartilnya. Boxplot nilai Teknologi Informasi kelompok satu
Metode Statistika:
> boxplot(nilai,main="Nilai Teknologi Informasi", col="light
blue")
Hasil run:

Gambar 4. Boxplot Nilai Teknologi Informasi


1.1.4 Pie Chart

Pie chart adalah sebuah diagram lingkaran yang dibagi menjadi irisan-irisan
untuk menggambarkan proporsi numerik. Dalam sebuah diagram lingkaran,
panjang busur setiap irisan, proporsional dengan kuantitas yang diwakilinya. Pie
chart nilai Teknologi Informasi kelompok satu Metode Statistika:
> pie(nilai, labels=nama, main="Teknologi Informasi")
Hasil run:
Gambar 5. Pie Chart Nilai Teknologi Informasi

1.1.6 Bar Plot

Bar plot atau diagram batang adalah diagram yang berguna untuk


menyajikan perbandingan data pada satu atau beberapa variabel data. Data pada
grafik batang disajikan dalam bentuk persegi panjang horizontal, yang panjangnya
sesuai dengan nilai masing-masing. Bar plot nilai Teknologi Informasi kelompok
satu Metode Statistika:
> barplot(nilai, main="Teknologi Informasi", col="brown")
Hasil run:

Gambar 6. Bar Plot Nilai Teknologi Informasi


1.6 Dot Chart

Dot chart adalah grafik yang di gambarkan dengan dot atau titik. Dot chart
nilai Aljabar Linier Elementer kelompok enam Metode Statistika:
> dotchart(nilai, main="Teknologi Informasi", col="darkblue")
Hasil run:

Gambar 7. Dot Chart Teknologi Informasi


Tanggal, 17 Juni 2021
1.1. Pengertian Distribusi Peluang Diskrit

Distribusi peluang diskrit adalah distribusi peluang dimana semesta peubah


acaknya dapat dihitung atau berhingga, misalnya peubah acak sebuah lemparan
dadu bernilai 1 hingga 6. Apabila himpunan pasangan terurut (x,f(x)) merupakan
suatu fungsi peluang, fungsi masa peluang, atau distribusi peluang peubah acak
diskrit x maka untuk setiap kemungkinan hasil x berlaku:
1. (𝑥) ≥ 0; ∀ 𝑥 ∈ 𝑅

2. ∑ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑥 (𝑥) = 1

3. P(X=x) = 0

1.2. Jenis-Jenis Peluang Diskrit

1.2.1 Distribusi Bernoulli

Karakteristik Distribusi Bernoulli yaitu:


a. Percobaan dilakukan 1 kali.

b. Percobaan hanya mampu menghasilkan 2 hasil yang mungkin yaitu sukses


atau gagal.

Distribusi Bernoulli dengan peluang sukses 0 ≤ 𝑝 ≤ 1 dan peluang gagal q =


1 - p, maka distribusi peluang peubah/variabel acak Bernoulli X adalah: Fungsi
kepadatan peluang (pdf)
x 1−x
f (x ; 1 , p)= p (1− p) ; x=0,1
{ 0 ; x yang lai n
Selanjutnya dinotasikan sebagai 𝑋~𝐵𝐼(1, 𝑝) , yaitu distribusi binomial
dengan parameter p. Jika X berdistribusi Bernoulli maka:
a. (𝑋) = 𝑝

b. 𝑉𝑎(𝑋) = 𝑝(1 − 𝑝)

Peluang terambilnya kartu As di setiap pengambilan satu kotak kartu


merupakan salah satu contoh percobaan Bernoulli.
1.2.2 Distribusi Binomial
Distribusi Binomial merupakan distribusi peluang yang dihasilkan dari
proses Bernoulli yang memiliki empat karakteristik utama, yaitu:
a. Percobaan dilakukan sebanyak n kali, n>1.

b. Tiap percobaan memiliki dua hasil saja: sukses atau gagal.

c. Peluang sukses (p) pada setiap percobaan adalah konstan.

d. Pengulangan percobaan harus bebas (independent) satu sama lain, artinya

hasil eksperimen yang satu tidak mempengaruhi hasil eksperimen yang lainnya.
Sebuah percobaan Bernoulli dengan peluang sukses p dan peluang gagal q=
1-p, maka distribusi peluang peubah/variabel acak binomial X adalah:
Fungsi kepadatan peluang (pdf)

f (x ; n , 1)= n p x (1− p)n−x ; x=0,1,2 , … ,n


()
x
Selanjutnya dinotasikan sebagai 𝑋~𝐵𝐼(𝑛, 𝑝) , yaitu distribusi binomial
dengan parameter n dan p. Jika X berdistribusi Binomial maka:
a. (𝑋) = 𝑛𝑝
b. 𝑉𝑎(𝑋) = 𝑝(1 − 𝑝)
Fungsi distribusi kumulatifnya yaitu:
x
F (x)=B( x ; n , p)=∑ b( k ; n , p) ; x =0,1,2,3 , … ,n
k=0

1.2.3 Distribusi Hipergeometrik


Karakteristik distribusi Hipergeometrik yaitu:
a. Populasi/percobaan sebanyak N terbagi dalam 2 kategori. Kategori I
sebanyak M dan kategori 2 sebanya N-M.

b. Diambil sampel sebanyak n.Jika X menyatakan banyaknya elemen kategori


I yang terambil, distribusi peluang peubah/variabel acak Hipergeometrik X
adalah:

Fungsi kepadatan peluang (pdf)


M N−M
h(x ; n , M , N )=
( x )( n−x )
; x=0,1,2, … , min( n , M )
N
(n)
Selanjutnya dinotasikan sebagai 𝑋~𝐻𝑌(𝑛, 𝑀, 𝑁) dengan parameter n,M, dan
N. Jika 𝑋~𝐻𝑌𝑃(𝑛, 𝑀, 𝑁) maka:

nM
a. E( X)=
N
M M
b.
Var ( X )=
( N )(
1− ) ( N −n )
N
N−1
Penggunaan distribusi Hipergeometril terdapat banyak bidang , antara lain
pada penerimaan sampel, pengujian elektronik dan pengendalian mutu.
1.2.4 Distribusi Geometrik
Karakteristik distribusi Geometrik yaitu:
a. Percobaan Bernoulli
b. X menyatakan banyaknya percobaan yang dibutuhkan untuk memperoleh
sukses.
Distribusi peluang peubah/variabel acak Geometri X adalah:
Fungsi kepadatan peluang (pdf)
1−X
g( x ; p)= p (1− p)
{0 ; x yang lain
x=1,2,3 , …

Selanjutnya dinotasikan sebagai 𝑋~𝐺𝐸(𝑝) dengan parameter p. Jika


𝑋~𝐺𝐸𝑂(𝑝)maka :
1
a. E( X)=
p
q
b. Var ( X )=
p4
Fungsi distribusi kumulatifnya yaitu:
x
F (x)=G(x ; p)=∑ p(1− p)f −1
f =1

1.2.5 Distribusi Poisson


Eksperimen Poisson adalah eksperimen yang menghasilkan nilai dari suatu
peubah acak X, yaitu jumlah keluaran yang terjadi selama satu selang waktu atau
di antara suatu daerah. Percobaan Poisson memiliki sifat sebagai berikut:
a. Jumlah keluaran yang muncul dalam suatu rentang waktu atau suatu daerah
tidak dipengaruhi (independent) terhadap jumlah keluaran yang terjadi di rentang
waktu atau daerah yang lain terpisah.
b. Peluang bahwa yang satu keluaran akan muncul dalam selang waktu yang
sangat pendek atau daerah yang kecil adalah proporsional dengan panjang selang
waktu atau luas dari daerah.
c. Peluang muncul lebih dari satu keluaran dalam selang waktu yang amat
pendek atau daerah yang kecil dapat diabaikan.
Distribusi peluang acak poisson X yang menyatakan banyaknya sukses yang
terjadi dalam selang waktu tertentu dinyatakan dengan t diberikan oleh, dimana
menyatakan banyaknya sukses yang terjadi persatuan waktu atau daerah,
sedangkan e=2,71828…Suatu variabel acak diskrit X dikatakan berdistribusi
Poisson jika:
Fungsi kepadatan peluang (pdf)
e−μ μ x
f (x ; μ)= x ; 0 , 1 ,2 , …
x!
Selanjutnya dinotasikan sebagai 𝑋~𝑃𝑂(𝜇) dengan parameter 𝜇 > 0. Jika
𝑋~𝑃𝑂(𝜇) maka:
1
a. E( X)=
p
q
b. Var ( X )=
p4
1.2.6 Distribusi Seragam Diskrit
Pada distribusi ini setiap peubah acak memiliki nilai peluang yang sama.
Suatu variabel acak diskrit X dikatakan berdistribusi seragam (uniform) pada
bilangan-bilangan 1, 2,…, N jika:
Fungsi kepadatan peluang (pdf)
1
f ( x )= ; N =1 ,2 , … , N
N
Selanjutnya dinotasikan sebagai.
Jika 𝑋~𝐷(𝑁) maka:
N +1
a. E( X)=
2
N 2−1
b. Var ( X )=
12
1.3 Membuat Plot dari Distribusi Binomial
Plot Fungsi Kepadatan Peluang:
>qbinom(c(0.25),size=30,prob=0.5,lower.tail=TRUE)
[1] 13
>qbinom(c(0.25),size=30,prob=0.5,lower.tail=FALSE)
[1] 17
>qbinom(c(0.75),size=30,prob=0.5,lower.tail=FALSE)
[1] 13
>dbinom(6,size=20,prob=0.5)
[1] 0.03696442
>pbinom(c(6),size=20,prob=0.5,lower.tail=TRUE)
[1] 0.05765915
>pbinom(c(6),size=20,prob=0.5,lower.tail=FALSE)
[1] 0.9423409
>dbinom(0:20,size=20,prob=0.5)
[1] 9.536743e-07 1.907349e-05 1.811981e-04 1.087189e-03
4.620552e-03
[6] 1.478577e-02 3.696442e-02 7.392883e-02 1.201344e-01
1.601791e01
[11] 1.761971e-01 1.601791e-01 1.201344e-01 7.392883e-02
3.696442e02
[16] 1.478577e-02 4.620552e-03 1.087189e-03 1.811981e-04
1.907349e05
[21] 9.536743e-07
>dbinom(0:20,size=20,prob=0.5)
[1] 9.536743e-07 1.907349e-05 1.811981e-04 1.087189e-03
4.620552e03
[6] 1.478577e-02 3.696442e-02 7.392883e-02 1.201344e-01
1.601791e01
[11] 1.761971e-01 1.601791e-01 1.201344e-01 7.392883e-02
3.696442e02
[16] 1.478577e-02 4.620552e-03 1.087189e-03 1.811981e-04
1.907349e05
[21] 9.536743e-07
>Table.CDF.Binomial=data.frame(Pr=dbinom(0:20,size=20,prob=0.5))
>rownames(Table.CDF.Binomial)=0:20
> Table.CDF.Binomial
Pr0 9.536743e-07
1 1.907349e-05
2 1.811981e-04
3 1.087189e-03
4 4.620552e-03
5 1.478577e-02
6 3.696442e-02
7 7.392883e-02
8 1.201344e-01
9 1.601791e-01
10 1.761971e-01
11 1.601791e-01
12 1.201344e-01
13 7.392883e-02
14 3.696442e-02
15 1.478577e-02
16 4.620552e-03
17 1.087189e-03
18 1.811981e-04
19 1.907349e-05
20 9.536743e-07
> z=Table.CDF.Binomial
> x=z$Pr
> plot(x,xlab="Nomor Sukses",ylab="Kepadatan
+ Peluang",main="Distribusi Binomial: n=20,p=0.5",type="h")
> points(x,pch=8)
> abline(h=0,col="green")

Hasil run :

Gambar 1. Hasil Run Plot Fungsi Kepadatan Peluang


1.4 Syntax Peluang dan Fungsi
No. Nama Distribusi Nama Fungsi di R Argument Tambahan
1. Beta Beta shape1, shape2, ncp
2. Binomial Binom size, prob
3. Cauchy Cauchy location, scale
4. Chi-squared Chisq df, ncp
5. Exponential Exp rate
6. F F df1, df1, ncp
7. Gamma Gamma shape, scale
8. Geometric Geom Prob
9. Hypergeometric Hyper m, n, k
10. Log-normal Lnorm meanlog, sdlog
11. Logistic Logis location, scale
12. Binomial negative Nbinom size, prob
13. Normal Norm mean, sd
14. Poisson Pois Lambda
15. t - Student’s T df, ncp
16. Uniform Unif min, max
17. Weibull Weibull shape, scale
18. Wilcoxon Wilcox m, n
Tabel 1. Syntax Peluang & Fungsi
Tanggal, 24 juni 2021
1.1. Pengertian Distribusi Peluang Kontinu

Distribusi peluang kontinu adalah peubah acak yang dapat memperoleh


semua nilai pada skala kontinu.Ruang sampel kontinu adalah bila ruang sampel
mengandung titik sampel yang tak terhingga banyaknya. Syarat dari distribusi
kontinu adalah apabila fungsi f(x) adalah fungsi padat peluang peubah acak
kontinu X yang didefinisikan di atas himpunan semua bilangan riil R bila:
1. F (x) ≥0 untuk semua x є R

2. ∫ f (x )dx ¿ 1


3. P(a< X <b)=∫ f ( x ) dx

1.2 Jenis-jenis Distribusi Peluang Kontinu


Distribusi peluang kontinu dibagi menjadi 4, yaitu distribusi normal,
distribusi student’s t, distribusi chi-kuadrat, dan distribusi f.
1.2.1 Distribusi Normal
Distribusi Normal (Gaussian) mungkin merupakan distribusi probabilitas
yang paling penting baik dalam teori maupun aplikasi statistik. Distribusi ini
paling banyak digunakan sebagai model bagi data riil di berbagai bidang yang
meliputi antara lain karakteristik fisik makhluk hidup (berat, tinggi badan
manusia, hewan, dll).
Distribusi Normal disebut juga Gausian distribution adalah salah satu fungsi
distribusi peluang berbentuk lonceng seperti gambar berikut.

Gambar 1. Grafik Fungsi Distribusi Normal


Berdasarkan gambar di atas, distribusi Normal akan memiliki beberapa ciri
diantaranya:
a. Kurvanya berbentuk garis lengkung yang halus dan berbentuk seperti genta.
b. Simetris terhadap rataan (mean).
c. Kedua ekor/ ujungnya semakin mendekati sumbu absisnya tetapi tidak
pernah maemotong.
d. Jarak titik belok kurva tersebut dengan sumbu simetrisnya sama dengan σ.
e. Luas daerah di bawah lengkungan kurva tersebut dari – sampai + sama
dengan 1atau 100 %.
Sebuah variabel acak kontinu X dikatakan memiliki distribusi normal dengan
parameter μx dan σx dimana −∞ ¿ μx< ∞ dan σx >0 jika fungsi kepadatan
probabilitas dari X adalah :
1 ( x−μx )2
𝑓𝑁(𝑥; 𝜇𝑥, 𝜎𝑥 ) = (2 σx 2) , −∞ < 𝑥 < ∞
σx √ 2 π e
Dimana :
μx ¿ mean
σx=¿ standar deviasi
π ¿nilai konstan yaitu 3 , 1416
e=¿ nilai konstan yaitu 2,7183
Untuk setiap nilai 𝜇𝑥 dan 𝜎𝑥, kurva fungsi akan simetris terhadap μx dan
memiliki total luas dibawah kurva tepat 1. Nilai dari σxmenentukan bentangan
dari kurva sedangkan μx menentukan pusat simetrisnya.Distribusi normal
kumulatif didefinisikan sebagai probabilitas variabel acak normal X bernilai
kurang dari atau sama dengan suatu nilai x tertentu. Maka fungsi distribusi
kumulatif dari distribusi normal ini dinyatakan sebagai :
x x
1 (t −μ )2
x

fN ( x ; μx , σx)=P( X ≤ x )=¿ ∫ fN ( t ; μx , σx ) dt =¿ ∫ σ ¿ (2 ❑ ) 𝑑t
2

−∞ −∞ x√2μ
e ❑

Untuk menghitung probabilitas (a ≤ x ≤ b) dari suatu variabel acak kontinu X


yang terdistribusi secara normal dengan parameter μx dan σxmaka persamaan (1)
harus diintegralkan mulai dari x=a sampai x=b. Namun, tidak ada satupun dari
teknik-teknik pengintegralan biasa yang bisa digunakan untuk menentukan
integral tersebut. Untuk itu para ahli statistik/matematik telah membuat sebuah
penyederhanaan dengan memperkenalkan sebuah fungsi kepadatan probabilitas
normal khusus dengan nilai mean𝜇 ¿ 0 dan deviasi standard σ =1. Distribusi ini
dikenal sebagai distribusi normal standar (standard normal distribution). Variabel
acak dari distribusi normal standard ini biasanya dinotasikan dengan Z.Dengan
menerapkan ketentuan diatas pada persamaan (1) maka fungsi kepadatan
probabilitas dari distribusi normal standard variabel acak kontinu Z adalah:
1 x
2

𝑓(𝑧; 0,1) = 2 , −∞ < 𝑧 < ∞


√2 μ e
Sedangkan fungsi distribusi kumulatif dari distribusi normal standard ini
dinyatakan sebagai :
2
z −t
1 2
𝑓(𝑧; 0,1) = 𝑃(𝑍 ≤ 𝑧) = 𝜑(𝑧) = ∫ e dt
−∞ √2 π
Distribusi normal variabel acak kontinu X dengan nilai-nilai parameter μx
dan σx berapapun dapat diubah menjadi distribusi normal kumulatif standard jika
variabel acak standard Zx menurut hubungan :
x−μx
zx =
σx
Nilai 𝑧𝑥 dari variabel acak standar 𝑧𝑥 sering juga disebut sebagai skor z dari
variabel acak X.
1.2.2 Distribusi Student’s T
Distribusi student’s t adalah distribusi yang ditemukan oleh seorang
mahasiswa yang tidak mau disebut namanya. Untuk menghargai hasil
penemuannya itu, distribusinya disebut distribusi Student yang lebih dikenal
dengan distribusi “t”, diambil daru huruf terakhir kata “student”. Bentuk
persamaan fungsinya :
1
𝑓(𝑡) = t 2 n2
1+( )
n−1
Berlaku untul −∞ <t <∞ dan K merupakan tetapan yang besarnya
tergantung dari besar n sedemikian sehingga luas daerah antara kurva fungsi itu
dan sumbu t adalah 1.
Bilangan n – 1 disebut derajat kebebasan (dk).Yang dimaksudkan dengan dk
ialah kemungkinan banyak pilihan dari sejumlah objek yang diberikan. Misalnya
kita mempunyai dua objek yaitu A dan B. Dari dua objek ini kita hanya mungkin
melakukan1 kali pilihan saja, A dan B. Seandainya terpilih A maka B tidak usah
dipilih lagi. Dan untuk itu dk ¿ 2 – 1=1.
1.2.3 Distribusi Chi-Kuadrat ( χ 2)
Distribusi chi-kuadrat merupakan distribusi yang banyak digunakan dalam
sejumlah prosedur statistik inferensial. Distribusi chi-kuadrat merupakan kasus
khusus dari distribusi gamma dengan faktor bentuk α =v /2, dimana vadalah
bilangan bulat positif dan faktor skala β=2. Jika variabel acak kontinu X
memiliki distribusi chi-kudrat dengan parameter v, maka fungsi kepadatan
probabilitas dari X adalah :
1 ( v2)−1 x

{
2
fx2( x ; v )= v
x e , x≥0
2 r v
2
2()
Berikut ini diberikan rumusan beberapa ukuran statistik deskriptif untuk
distribusi chi-kuadra.
a. Mean (Nilai Harapan) :
μ x = (㄰) = 𝑣 Varians

σ 2x = 2 v
b. Kemencengan (skewness) :
8
β 2 = a 23=
v
c. Keruncingan (kurtosis) :

β 2 = a 4=3 ( 4v +1)
1.2.4 Distribusi F
Menurut Gasperz ¿), secara teori sebaran F merupakan rasio dari dua
sebaran chi kuadrat yang bebas. Oleh karena itu peubah acak F diberikan sebagai:
x21 /V 1
𝐹= 2
x2 /V 2
Dimana:
x 21=¿ nilai dari sebaran chi-kuadrat dengan derajat bebas V 1=n 1−1
x 21=¿ nilai dari sebaran chi-kuadrat dengan derajat bebas V 1=n 1−1
Oleh karena itu sebaran F mempunyai dua derajat bebas yaitu 𝑉1 𝑑𝑎𝑛 𝑉2.
1.3 Syntax Distribusi Peluang Kontinu
Berikut merupakan contoh distribusi peluang kontinu pada program R.
Untuk melakukan distribusi peluang kontinu pada program R, dapat dilakukan
dengan memasukan syntax berikut ini.
>pnorm(p, mean=0, sd=1)
Keterangan :
a. Argument p merupakan peluang suatu kejadian
b. Argumentmean merupakan rata-rata hitung
c. Argument sd merupakan standard deviation.
d. Fungsi di atas hanya digunakan untuk mencari peluang distribusi peluang
kontinu yaitu kurang dari kejadian m, maka digunakan 1− p( x < m).
Berikut syntax yang terkait dengan distribusi normal:
>qnorm(c(0.25),mean=0,sd=1,lower.tail=TRUE)
[1] -0.6744898
>dnorm(c(0.05),mean=10,sd=2)
[1] 8.420738e-07
> y=seq(-5,5,length=100)
>plot(y,dnorm(y,mean=0,sd=1),xlab="x",ylab="kepadatan peluang
+ distribusi normal",main=expression(paste("distribusi normal:
+ ",mu,"=0",sigma,"=1")),type="l")
>abline(h=0,col="magenta")
> x=seq(-5,5,length=100)
>plot(y,pnorm(y,mean=0,sd=1),xlab="x",ylab="peluang
+ kumulatif",main=expression(paste("distribusi
+ normal:",mu,"=0",sigma,"=1")),type="l")
>abline(h=0,col="blue")
Hasil run plot 1:

Gambar 2. Hasil Run Plot Fungsi Kepadatan Peluang Distribusi Normal


Hasil run plot 2:
Gambar 3. Hasil Run Fungsi Peluang Distrubusi Kumulatif dari Distribusi Normal
Tanggal, 24Juni 2021
1.1 Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih
populasi. Benar atau salahnya suatu hipotesis tidak akan pernah diketahui dengan
pasti, kecuali dengan memeriksa seluruh populas. Tentunya ini akan sangat sulit
dilakukan dan bahkan mustahil dilakukan, mengingat keterbatasan yang ada
(tenaga, biaya, waktu dan lainnya). Dengan demikian, kita hanya bisa mengambil
sampel atau contoh acak saja dan menggunakan informasi yang ada untuk
menerima atau menolak hipotesis. Perlu ditegaskan bahwa penerimaan suatu
hipotesis statistik adalah merupakan akibat tidak cukupnya bukti untuk
menolaknya dan tidak berimplikasi bahwa hipotesis itu benar.Penolakan suatu
hipotesis berarti menyimpulkan bahwa hipotesis itu salah sedangkan penerimaan
suatu hipotesis semata – mata mengimplikasikan bahwa kita tidak mempunyai
bukti untuk mempercayai sebaliknya.
Hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolak membawa
penggunaan istilah hipotesis nol. Sekarang ini istilah itu telah digunakan pada
sembarang hipotesis yang ingin diuji dan dilambangkan dengan Ho. Penolakan
Ho mengakibatkan penerimaan suatu hipotesis alternatif yang dilambangkan
dengan H1. Hipotesis nol mengenai suatu parameter populasi harus dinyatakan
pasti sebagai suatu nilai bagi parameter itu, dan alternatifnya membolehkan
beberapa nilai kemungkinan. Jadi bila Ho menyatakan hipotesis nol bahwa p=0,5
bagi suatu binom maka hipotesis alternatifnya H1 dapat berupa p>0,5atau p<0,5
dan bisa juga p ≠ 0,5.
1.1.1 Uji Rata – Rata Satu Sampel
Untuk pengujian hipotesis satu rata-rata dengan sample besar (n > 30), uji
statistiknya menggunakan distribusi Z. Prosedur pengujian hipotesisnya adalah
sebagai berikut.
a. Formulasi hipotesis

▪ Ho: µ=µo
H 1: µ>µo
▪ Ho: µ=µo
H 1: µ<µo
▪ Ho: µ=µo
H 1: µ ≠ µob. Penentuan nilai α (taraf nyata) dan nilai Z table (Zα)
Menentukan nilai α sesuai soal, kemudian nilai Zαatau Zα / 2 ditentukan dari tabel.
c. Kriteria Pengujian
 Untuk Ho: µ=µo dan H 1: µ> µo
Ho di terima jika Zo≤ Zα
Ho di tolak jika Zo>Zα
▪ Untuk Ho: µ=µo dan H 1: µ<µo
Ho di terima jikaZo≥−Zα
Ho di tolak jika Zo<−Zα
▪ Untuk Ho: µ=µo dan H 1: µ ≠ µo
Ho di terima jika −Zα /2 ≤ Zo ≤ Zα /2
Ho di tolak jika Zo>Zα /¿2 atau Zo<−Zα /2d. Uji Statistik
▪ Simpangan baku populasi ( σ ) di ketahui :
X́−μ0 X −μ0
Z 0= =
σX μ
√n
 Simpangan baku populasi ( σ ) tidak di ketahui :
X−μ0 X −μ0
Z 0= =
sx s
√n
e. Kesimpulan
Menyimpulkan tentang penerimaan atau penolakan Ho (sesuai dengan
kriteria pengujiannya).
▪ Jika H0 diterima maka H1 di tolak
▪ Jika H0 di tolak maka H1 di terima
Namun untuk pengujian hipotesis satu rata-rata dengan sampel kecil (n ≤ 30),uji
statistiknya menggunakan distribusi t. Prosedur pengujian hipotesisnya adalah
sebagai berikut.
a. Formulasi hipotesis
 Ho: µ=µo
H 1: µ>µo
▪ Ho: µ=µo
H 1: µ<µo
▪ Ho: µ=µo
H 1: µ ≠ µo
b. Penentuan nilai α (taraf nyata) dan nilai t- tabel
Menentukan nilai α sesuai soal, kemudian menentukan derajat bebas, yaitu
db=n – 1, lalu menentukan nilai tα;n-1 atau tα/2;n-1 ditentukan dari tabel.
c. Kriteria Pengujian
▪ Untuk Ho: µ=µo dan H 1: µ>µo
Hodi terima jika t 0 ≤ tα
Ho di tolak jika t 0> tα
▪ Untuk Ho: µ=µo dan H 1: µ<µo
Hodi terima jika t 0 ≥−tα
Ho di tolak jika t 0<−tα
▪ Untuk Ho: µ=µo danH 1: µ ≠ µo
Ho di terima jika −tα / 2 ≤t 0 ≤ tα /2
Ho di tolak jika t 0> tα /2atau t 0 <−tα /2
d. Uji Statistik
▪ Simpangan baku populasi ( σ ) di ketahui :
X−μ 0 X −μ0
t 0= =
σX σ
√n
▪ Simpangan baku populasi ( σ ) tidak di ketahui :
X−μ 0 X −μ0
t 0= =
σX σ
√n
e. Kesimpulan
Menyimpulkan tentang penerimaan atau penolakan Ho(sesuai dengan kriteria
pengujiannya).
▪ Jika H0 diterima maka H1 di tolak
▪ Jika H0 di tolak maka H1 di terima
1.1.2 Uji Rata – Rata Dua Sampel
Untuk pengujian hipotesis beda dua rata-rata dengan sampel besar (n> 30) uji
statistiknya menggunakan distribusi Z. Prosedur pengujian hipotesisnya adalah
sebagai berikut.
a. Formulasi hipotesis
▪ Ho: µ=µo
H 1: µ>µo
▪ Ho: µ=µo
H1 : µ < µo
▪ Ho: µ=µo
H 1: µ ≠ µo
b. Penentuan nilai α (taraf nyata) dan nilai Z tabel (Zα)
Mengambil nilai α sesuai soal, kemudian nilai Zα atau Zα/2 ditentukan dari tabel.
c. Kriteria Pengujian
▪ Untuk Ho: µ 1=µ2 dan H1 :µ 1>µ 2
Ho di terima jika Zo≤ Zα
Hodi tolak jika Zo>Zα
▪ Untuk Ho: µ 1=µ2 dan H 1: µ 1< µ 2
Ho di terima jika Zo≥−Zα
Ho di tolak jika Zo<−Zα
▪ Untuk Ho: µ 1=µ2 dan H 1: µ 1≠ µ 2
Ho di terima jika −Zα /2 ≤ Zo ≤ Zα /2
Ho di tolak jika Zo>Zα /2 atau Zo<−Zα /2

d. Uji Statistik
▪ Simpangan baku populasi ( σ ) di ketahui :
X 1−X 2 σ 21 σ 22
Z 0=
σ X −X
1 2
σ
dengan x =1−x 2+
n1 n2 √
 Simpangan baku populasi ( σ ) tidak di ketahui :

x 1−x 2 S2 S2
Z 0=
SX 1−X 2 √
dengan σ x = 1 + 2
n1 n2
1−x 2

e. Kesimpulan
Menyimpulkan tentang penerimaan atau penolakan Ho (sesuai dengan kriteria
pengujiannya).
▪ Jika H0 diterima maka H1 di tolak
▪ Jika H0 di tolak maka H1 di terima
Untuk pengujian hipotesis beda dua rata-rata dengan sampel kecil (n ≤ 30), uji
statistiknya menggunakan distribusi t. Prosedur pengujian hipotesisnya adalah
sebagai berikut.
a. Formulasi hipotesis
▪ Ho: µ ₁=µ2
H 1: µ ₁> µ 2
▪ Ho: µ ₁=µ2
H 1: µ ₁< µ 2
▪ Ho: µ ₁=µ2
H 1: µ ₁≠ µ 2
b. Penentuan nilai α (taraf nyata) dan nilai t tabel (tα)
Mengambil nilai α sesuai soal, kemudian nilai tα atau tα/2 ditentukan dari
tabel.
c. Kriteria Pengujian
▪ Untuk Ho: µ 1=µ2 dan H 1: µ 1> µ 2
Hodi terima jika ¿ ≤ tα
Ho di tolak jika ¿>tα
▪ Untuk Ho: µ 1=µ2 danH 1: µ 1< µ 2
Ho di terima jika ¿ ≥ tα
Ho di tolak jika Zo<−tα
▪ Untuk Ho: µ 1=µ2 dan H 1: µ 1≠ µ 2
Ho di terima jika −tα / 2 ≤¿ ≤ tα / 2
Ho di tolak jika to ¿ tα /2 atau ¿<−tα /2
d. Uji Statistik
▪ Untuk pengamatan tidak berpasangan
X 1− X 2
t 0=
2 2
( n 1−1 ) S 1+(n2−1) S 1 1
√ n1−n 2−2
db=n1 +n 2−2
(
n1
+
1
n2
)

▪ Untuk pengamatan yang berpasangan


d
t 0= s
❑d
√n
e. Kesimpulan
Menyimpulkan tentang penerimaan atau penolakan Ho (sesuai dengan kriteria
pengujiannya).
▪ Jika H0 diterima maka H1 di tolak
▪ Jika H0 di tolak maka H1 di terima
1.1.3 Uji Rata – Rata Dua Sampel Berpasangan
a. Formulasi hipotesis
▪ Ho: µ ₁≥ µ2
H 1: µ ₁< µ 2
▪ Ho: µ ₁≤ µ 2
H 1: µ ₁> µ 2
▪ Ho: µ ₁=µ2
H 1: µ ₁≠ µ 2
b. Penentuan nilai α (taraf nyata) dan nilai t tabel (tα)
Mengambil nilai α sesuai soal, kemudian nilai tα atau tα/2 ditentukan dari
tabel.

c. Kriteria Pengujian
▪ Diterima bila |𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔| ≤ 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
▪ Ditolak bila |𝑡 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔| > 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

d. Uji Statistik

X D−μ0
t=
S D / √n
Dimana

X d=
∑D
n
1
Sd =
√ n−1
{∑ D 2−¿ ¿ ¿ ¿ ¿

e. Kesimpulan
Menyimpulkan tentang penerimaan atau penolakan Ho (sesuai dengan kriteria
pengujiannya).
▪ Jika H0 diterima maka H1 di tolak
▪ Jika H0 di tolak maka H1 di terima
1.2 Regresi Linear Sederhana
Regresi Linear Sederhana adalah Metode Statistik yang berfungsi untuk
menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara Variabel Faktor Penyebab (X)
terhadap variabel. Akibatnya faktor Penyebab pada umumnya dilambangkan
dengan X atau disebut juga dengan Predictor sedangkan Variabel Akibat
dilambangkan dengan Y atau disebut juga dengan Response. Regresi Linear
Sederhana atau sering disingkat dengan SLR (Simple Linear Regression) juga
merupakan salah satu Metode Statistik yang dipergunakan dalam produksi untuk
melakukan peramalan ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas maupun
Kuantitas. Analisis ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif serta
untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan nilai.Data yang digunakan biasanya berskala
interval atau rasio. Rumus dari dari analisis regresi linear sederhana adalah
sebagai berikut:
Y , =a+ bX
Keterangan:
Y = subyek dalam variabel dependen yang diprediksi
a = harga Y ketika harga X= 0 (harga konstan)
b =angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel
independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.
X =subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Secara
matematik harga b merupakan tangen dari perbandingan antara panjang garis
variabel dependen, setelah persamaan regresi ditemukan.Sehingga :
Sy
Harga b=r
Sx
Harga a=Y −bY
Dimana :
R = koefisien korelasi product moment antara variabel variabel X dengan variabel
Y
Sy = simpangan baku variabel Y
Sx = simpangan baku variabel X
Jika harga b merupakan fungsi dari koefisien korelasi.Bila koefisien korelasi
tinggi, maka harga b juga besar, sebaliknya bila koefisien korelasi rendah maka
harga b juga rendah (kecil).Selain itu bila koefisien korelasi negatif maka harga b
juga negatif, dan sebaliknya bila koefisien korelasi positif maka harga b juga
positif. Selain itu harga a dan b dapat dicari dengan rumus berikut:
a=¿ ¿
b=n ∑ XY −¿ ¿ ¿
Untuk menguji regresi sederhana ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel
independen (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
(Y).Signifikan berarti pengaruh yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat
digeneralisasikan). Rumus t hitung pada analisis regresi adalah sebagai berikut:
b 2 n−2
t hitung= ataut hitung= √ 2
sb 1−r

Langkah-langkah pengujian koefisien regresi sederhana adalah sebagai berikut:

a. Menentukan Hipotesis
▪ Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan
▪ Ha = ada pengaruh yang signifikan
b. Menentukan tingkat signifikansi

Biasanya menggunakan a=5 % atau 0,05


c. Menentukan t hitung
d. Menentukan t tabel
e. Membandingkan t hitung dan t tabel dengan kriteria
▪ Ho diterima jika: t hitung ≥ t tabel
▪ Ho ditolak jika: t hitung < t tabel
▪ Ho diterima jika: -t hitung ≤ t tabel
▪ Ho di tolak jika: -t hitung > t tabel

Anda mungkin juga menyukai