Anda di halaman 1dari 8

JKPTB

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 9(1) 2021 71

Smart Farming: Sistem Tanaman Hidroponik Terintegrasi IoT MQTT


Panel Berbasis Android

Imelda Zahra Tungga Dewi1, Muhamad Faqih Ulinuha1, Wahyu Ajis Mustofa1, Ade Kurniawan1,
Frida Agung Rakhmadi1

1
Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

email: ade.kurniawan@uin-suka.ac.id

RIWAYAT ARTIKEL ABSTRAK


Disubmit 2 November 2020 Maraknya pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan perindustrian
Diterima 31 Maret 2021 di Indonesia cukup tinggi. Namun peningkatan pengalihan lahan pertanian tidak
Diterbitkan 1 April 2021 diikuti dengan penurunan kebutuhan pangan, dimana kebutuhan pangan terus
meningkat setiap tahunnya. Hal ini mendorong suatu inovasi dalam bidang pertanian
dengan mengubah pertanian konvensional menjadi pertanian modern guna
KATA KUNCI efektifitas pertanian di lahan sempit. Salah satunya adalah dengan berhidroponik,
Android; hidroponik; IoT MQTT yaitu budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dan
panel; nutrisi menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Namun, demi
kemudahan proses budidaya di era digital ini, maka dilakukanlah penelitian untuk
membuat sistem digitalisasi pada pertanian hidroponik yang terintegrasi dengan
Internet of Things (IoT) menggunakan Iot MQTT Panel berbasis Andorid. Penelitian
ini dilakukan melalui 4 tahapan yaitu studi pustaka, perancangan sistem, pembuatan
sistem, dan pengujian sistem smart farming. Penelitian ini bertujuan untuk
memudahkan pengontrolan jarak jauh dalam pertanian hidroponik dengan
membuat sistem digitalisasi monitoring dan controlling menggunakan sebuah
aplikasi tanpa si pemilik berada di lokasi hidroponik. Dalam penelitian ini digunakan
Sensor pH, DHT11, Soil Moisture, dan Solenoid Valve untuk pemantauan serta
pengelolaan nutrisi pada tanaman hidroponik khususnya pada tanaman cabai dan
selada. Smart farming telah berhasil dibuat dan siap pakai untuk dapat
memonitoring nutrisi, cahaya, suhu serta kelembapan pada tanaman hidroponik dan
mengendalikan sirkulasi air pada tanaman hidroponik.
doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2021.009.01.08

1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian
dengan segala macam sumber daya alam yang sangat melimpah. Pemanfaatan dan pengembangan lahan
pertanian di Indonesia sebagian besar hanya terdapat di daerah pedesaan, sedangkan di daerah perkotaan
jarang dijumpai lahan untuk pertanian. Salah satu penyebabnya karena pertambahan jumlah penduduk yang
tidak sebanding dengan ketersediaan lahan pada perkotaan [1]. Hal ini mendorong adanya inovasi
pengembangan teknologi guna efisiensi pertanian pada lahan sempit. Salah satu solusi nya adalah mengubah
pertanian konvensional menjadi modern yaitu dengan pertanian hidroponik. Hidroponik adalah budidaya
menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2021.009.01.08
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 9(1) 2021 72

kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Pertanian modern dengan menggunakan metode hidroponik dianggap lebih
ramah lingkungan karena hidroponik tidak menyebabkan penurunan kualitas tanah dan tidak menghasilkan
limbah berbahaya bagi lingkungan. Selain itu juga, metode hidroponik penerapannya lebih efisien di daerah
yang tidak memiliki banyak lahan hijau seperti umumnya kota-kota besar.
Pada kasus bercocok tanam menggunakan teknik hidroponik terdapat berbagai cara, salah satunya adalah
NFT (Nutrient Film Technique). Sistem NFT merupakan cara menanam hidroponik dengan akar tanaman yang
tumbuh pada lapisan nutrisi dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh air, nutrisi dan
oksigen yang cukup. Prinsip kerja dari NFT ini dapat menggunakan air dan nutrisi berulang-ulang setelah
melewati salah satu tanaman sehingga kita bisa lebih hemat, efisien dan praktis dalam menggunakan air dan
nutrisi. Salah satu Keuntungan menggunakan sistem NFT antara lain, kebutuhan air yang tercukupi,
keseragaman serta tingkat konsentrasi nutrisi dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman, tanaman
dapat tumbuh lebih cepat [2]. Perkembangan teknologi komunikasi sekarang semakin pesat seiring munculnya
istilah Internet of Things (IoT). IoT memungkinkan semua benda dapat berkomunikasi satu sama lain melalui
internet. Konsep IoT bisa diterapkan pada berbagai aspek salah satunya adalah aspek pertanian baik pertanian
konvensional (media tanah) maupun pertanian modern (hidroponik) [3]-[5].
Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem pemantau kondisi hidroponik oleh pemilik serta dapat
dikontrol menggunakan sebuah aplikasi tanpa si pemilik berada di lokasi hidroponik. Inovasi pertanian modern
berbasis Internet of Things dan Android dikenal dengan sebutan smart farming. Penggunaan Internet of Things
(IoT) dalam smart farming bertujuan untuk memudahkan pemantauan pertanian jarak jauh berbasis Android
[6]-[7]. Artinya, pengguna dapat memantau tanamannya walaupun tidak di tempat pertanian selama ada
internet. Penggunaan aplikasi android pada penelitian ini dikarenakan banyaknya pengguna smartphone,
terkhususnya android [8]. Karena hal tersebut, penelitian ini menggunakan aplikasi android sebagai media
pengendali.

2. Metode Penelitian
Secara umum tahapan penelitian ini terbagi menjadi empat tahapan yakni studi pustaka, perancangan
sistem smart farming, pembuatan sistem smart farming dan pengujian smart farming pada tanaman cabai dan
selada. Setiap tahapan penelitian secara rinci dijelaskan sebagai berikut :

2.1 Perancangan Sistem Smart farming

Gambar 1. Rancangan Sistem

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2021.009.01.08
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 9(1) 2021 73

Pada Gambar 1 menunjukan skema rangkaian sistem. Dengan sensor DHT11, Soil Moisture, Solenoid Valve,
dan arduino nano yang terhubung dengan sensor pH meter dihubungkan dengan mikrokontroler. Mikroontroler
NodeMCU (ESP8266) yang sudah dilengkapi dengan modul Wi-Fi.

Gambar 2. Algoritma sistem

Dapat dilihat pada Gambar 2 menunjukan cara kerja sistem melalui diagram alir. Terdapat dua bagian sistem
pada diagram tersebut yaitu sistem controling dan sistem monitoring.

2.2 Pembuatan Smart farming


Tahapan pembuatan smart farming terbagi menjadi 2 proses yaitu pembuatan hardware, dan pembuatan
software. Secara rinci setiap tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembuatan Hardware
Pembuatan hardware dilakukan dengan 3 tahap yaitu perakitan hardware, mengkoding hardware dan
pemasangan hardware pada media tanam. Perakitan alat dengan menggunakan teknik penyolderan pada
socket penghubung mikrokontroler dengan sensor, pemasangan kabel yang menghubungkan antara
mikrokontroler dengan sensor dan keran solenoid dan diakhiri dengan memberikan casing pada hardware.

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2021.009.01.08
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 9(1) 2021 74

Gambar 3. Pemasangan media tanam dan hardware

b. Pembuatan Software
Pembuatan software dilakukan dengan menggunakan aplikasi IoT MQTT Panel yang dapat di download
melalui Google Playstore. Langkah-langkah pembuatan software yaitu menyetting connection pada tampilan
awal MQTT IoT Panel untuk menghubungkan ke alamat broker web, menambahkan panel type untuk
menambahkan panel tipe menggunaan panel slider, Line Graph, panel nilai dan button pada menu select panel,
mengatur topik pada setiap panel

c. Metode Pengujian Smart farming


Ada beberapa metode pengujian yaitu pengjian sensor DHT11 menggunakan panas matahari dan korek api,
Pengujian Sensor Soil Moisture NSR001 dengan mengambil data berupa persentase kelembapan tanah secara
berkala, Pengujian Sensor pH 4502C dengan menguji air bervolume 500 ml, dan pupuk AB mix masing-masing
setengah sendok teh yang telah dilarutkan di dalam air secara bertahap, Pengujian Keran Solenoid untuk
menguji kestabilan pengiriman data dari android ke mikrokontroler dengan menggunakan jaringan WI-FI dan
seluler dan menggunakan variasi tiga.
Pada penelitian ini menggunakan 2 sistem monitoring yang dilakukan yaitu mikrokontroler sebagai publisher
data ke aplikasi MQTT panel sebagai subscriber dengan hasil berbentuk grafik, digram dalam kondisi real time.
Controlling yang dilakukan yaitu aplikasi MQTT panel sebagai publisher untuk mengkontrol nutrisi
menggunakan keran solenoid valve yang terhubung ke mikrokontroler sebagai subscriber. Kinerja dari sistem
ini dapat disimpulkan yaitu memiliki kecepatan akses data yang dipengaruhi oleh kecepatan akses internet,
kode topik program harus sama dengan kode topik yang ada pada device aplikasi MQTT IoT Panel, dan Modul
wifi ESP8266 dapat bekerja hanya pada tegangan sebesar 3.3 V.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Implementasi Hardware
Sistem Smart farming terdiri dari sub sistem controlling dan monitoring hidroponik berbasis Internet of
Things (IoT) dan Android, sistem tersebut difungsikan sebagai pemantauan dan pengelolaan nutrisi.

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2021.009.01.08
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 9(1) 2021 75

a b

Gambar 4. Implementasi (a) pemasangan sensor (b) media tanam

3.2 Implementasi Aplikasi Android (Iot MQTT Panel)


Aplikasi yang digunakan pada sistem smart farming adalah aplikasi Iot MQTT Panel yang sudah tersediia di
Google Playstore. Pada aplikasi IoT MQTT Panel tersebut, akan menampilkan data suhu, kelembaban udara,
kelembaban tanah, pH dan status kadar nutrisi pada tanaman hidroponik.

Gambar 5. Tampilan utama aplikasi

3.3 Pengujian Sistem Smart Farming


Pengujian dilakukan dengan cara menguji beberapa modul sensor yang akan dipakai pada sistem smart
farming yang dihubungkan dengan arduino nano. Pengujian sensor ini tidak bertujuan untuk mengukur akurasi
pembacaan pada sensor tersebut, hal tersebut karena output pada sensor sebelumnya sudah terkalibrasi
sebelum digunakan. Pengujian sensor DHT11 merupakan pengujian pembacaan modul sensor DHT11 untuk
dapat memonitoring suhu dan kelembaban udara. Pada data yang diperoleh saat pengujian, di pagi hari
cenderung memiliki kelembaban udara dan suhu yang baik yaitu sebesar 90% untuk kelembaban udara dan
23˚C untuk suhu. Selanjutnya pengambilan data dilakukan setiap 1 jam dimana sinar matahari terus naik seiring
dengan peningkatan suhu dan penurunan kelembaban udara. Tanaman mengalami kelembaban udara paling
rendah pada pukul 13.29 karena terjadi peningkatan suhu.
Pengujian sensor soil moisture NSR001 merupakan pengujian pembacaan modul sensor soil moisture untuk
dapat melakukan monitoring kelembaban tanah pada masa penyemaian dengan dilakukan pengambilan data
secara berkala dari pagi hari hingga siang hari melalui MQTT panel. Dari percobaan, data menunjukkan

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2021.009.01.08
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 9(1) 2021 76

penurunan secara terus menerus dari pukul 06.02 sebesar 67.09% turun secara perlahan, hingga pada pukul
11.00 terjadi penurunan secara drastis hingga 19.38%. Namun pada pukul 13.29 kelembaban tanah kembali
naik ke angka 60.16% dan terus naik hingga sore hari pukul 17.00 sebesar 81.54%. Pengujian ini membuktikan
bahwa, adanya pengaruh sinar matahari dan penguapan pada tanah terhadap kelembaban tanah.

90
80
Kelembaban Tanah (%)

70
60
50
40
30
20
10
0

Waktu

Gambar 6. Grafik hasil pengujian sensor soil moiture

35
30
25
Suhu ⁰C

20
15
10
5
0

Waktu

Gambar 7. Grafik hasil pengujian sensor DHT11 pada suhu

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2021.009.01.08
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 9(1) 2021 77

100
90
80
Kelembaban Udara (%)

70
60
50
40
30
20
10
0

Waktu

Gambar 8. Grafik hasil pengujian sensor DHT11 pada kelembaban udara

Pengujian pada sensor pH merupakan pengujian pembacaan modul sensor pH untuk dapat melakukan
monitoring tingkat pH pada tanaman. Kadar pH pada tanaman sangat penting karena berpengaruh terhadap
nutrisi tanaman. Pada pengujian sensor pH, air yang diuji adalah air biasa bervolume 500 ml, dan pupuk AB mix
masing-masing setengah sendok teh yang dilarutkan di dalam air. Air bisa sebelum di beri pupuk memiliki pH
sebesar 8.18, dan cairan pupuk memiliki pH sebesar 4.88. Pengujian dilakukan dengan menambah air biasa
dengan satu sendok teh cairan pupuk AB mix dan mengukur pH cairan yang ditujukan pada layar MQTT panel.
Dari percobaan, diperoleh data yang menunjukkan penurunan pH pada air, setiap ditambah cairan pupuk AB
Mix. Air yang mula-mula memiliki pH sebesar 8.01 secara terus menerus mengalami penurunan pH bersamaan
dengan penambahan nutrisi pada air hingga pada sendok ke 22, pH cairan berubah menjadi 6.54. Setelah
mendapatkan data tersebut, maka kita dapat mengeset pH optimum dimana pH optimum untuk tanaman
selada adalah 6.0-7.0 dan pH optimum tanaman cabai adalah 6.0-6.5. Perubahan nilai yang terbaca oleh sensor
pH menunjukkan bahwa sensor yang digunakan dapat bekerja dengan baik dan mampu membaca perubahan
pH yang selanjutnya digunakan sebagai parameter kecukupan nutrisi pada tanaman hidroponik.
Pengujian Keran solenoid pada aplikasi MQTT Panel dilakukan sebanyak 5 kali perulangan. Percobaan
pertama menggunakan server broker.mqtt-dashboard.com dengan jaringan WIFI dihasilkan 5 kali respons
dengan kecepatan responnya 1 detik. Percobaan kedua menggunakan jaringan 4G dengan hasil yang sama yaitu
5 kali respon dengan kecepatan 1 detik. Pada percobaan ketiga kita menggunakan server test.mosquitto.org
dengan jaringan WIFI dan menghasilkan respons yang berbeda dengan sebelumnya yaitu 3 kali respons dan 2
kali tidak merespon dengan kecepatan respon 1 detik. Percobaan keempat masih menggunakan server yang
sama dengan jaringan 4G dan menghasilkan 5 kali respon 1-2 detik. Percobaan terakhir menggunakan server
broker.hivemq.com tidak menghasilkan respon sama sekali, kemungkinan terjadi masalah pada servernya.

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2021.009.01.08
JKPTB
Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 9(1) 2021 78

Tabel 1. Hasil Pengujian Server MQTT IoT Panel

No Server Jaringan Respon Tidak Waktu Respon


Smartphone Merespon Mikrokontroler
1 broker.mqtt- WIFI 5 - 1 detik
dashboard.com
2 broker.mqtt- 4G 5 - 1 detik
dashboard.com
3 test.mosquitto.org WIFI 3 2 1-2 detik
4 test.mosquitto.org 4G 5 - 1 detik
5 broker.hivemq.com WIFI - 5 -

4. Kesimpulan
Kinerja sistem smart farming yang telah dibuat dapat memenuhi semua kebutuhan fungsional pada
tanaman hidroponik. Pada hasil pengujian tidak terdapat delay saat penerimaan perintah dari aplikasi MQTT
IoT panel menuju alat penyiram. Pemilihan IoT MQTT panel pada sistem ini dirasa tepat untuk mendapat data
secara realtime. Hasil dari pengujian yang dilakukan pada sensor DHT11 menunjukkan bahwa sensor dapat
membaca suhu serta kelembaban udara yang ditampilkan pada aplikasi IoT MQTT panel. Perubahan nilai yang
terbaca oleh sensor DHT11 menunjukkan bahwa sensor yang digunakan dapat bekerja dengan baik dan mampu
membaca perubahan suhu dan kelembaban udara disekitar tanaman hidroponik. Berdasarkan hasil pengujian
dapat disimpulkan bahwa sistem smart farming telah berjalan dengan baik. Dengan IoT sistem dapat
memonitoring dan controlling tanaman hidroponik dengan menggunakan aplikasi Android.

Daftar Pustaka
[1] A. P. Sudarmo, Pemanfaatan Pertanian Secara Hidroponik untuk Mengatasi Keterbatasan Lahan Pertanian
di Daerah Perkotaan, Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Terbuka, 2018.
[2] A. Mardiyanto, Akhyar, dan Suherman, Rancang Bangun Sistem Monitoring Plan Pengontrol Proses Secara
Real Time Pada Pebuatan Pupuk Organik, Prosiding Seminar Nasional Teknologi IV, 2017.
[3] A. Prasetyo, U. Nurhasan, dan G. Lazuardi, “Implementasi IoT pada Sistem Monitoring dan Pengendali
Sirkulasi Air Tanaman Hidroponik”, JIP, vol. 5, no. 1, pp. 31-36, Nov. 2018.
[4] D. Komaludin, “Prototype Monitoring Suhu Tanaman Hidroponik Teknologi IoT (Internet of Things)”, Jurnal
Trendtech, vol.3 no.1, pp. 45, 2018.
[5] L. Arini, Pengontrol Sirkulasi Air Untuk Hidroponik Berbasis IoT, e-Proceeding of Applied Science: vol.4 no.3,
2018.
[6] P. W. Ciptadi dan R.H. Hardyanto, “Penerapan Teknologi Iot Pada Tanaman Hidroponik Menggunakan
Arduino Dan Blynk Android”, Jurnal Dinamika Informatika, vol. 7 no.2, pp. 29-40, September 2018.
[7] T. A. Zuraiyah, M. I. Suriansyah and A. P. Akbar. “Smart Urban Farming Berbasis Internet of Things
(IoT),” Information Management for Educators and Professionals: Journal of Information
Management, 3(2), pp. 139-150. June 2019.
[8] T. E. Tallei, I. F.M Rumengan, A. A. Adam, Hidroponik Untuk Pemula, Manado: LPPM UNSRAT, 2017.

doi https://doi.org/10.21776/ub.jkptb.2021.009.01.08

Anda mungkin juga menyukai